2
Lanjutan …..
3
Lanjutan …..
KOMITMEN BELAJAR PRAJA/MAHASISWA
4
I. KONSEP POLITIK, DESENTRALISASI, DAN OTONOMI DAERAH
POLITICS IS STRUGGLE FOR POWER (Hans J. Morgenthau, Politics among
Nations, 1967). (POLITIK ADALAH UPAYA MEREBUT, MELAKSANAKAN, DAN
MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN).
POLITICS IS WHO GETS WHAT, WHEN, AND HOW (POLITIK ADALAH SIAPA
MENDAPAT APA, KAPAN, DAN BAGAIMANA) (HAROLD D. LASSWEL, 1938)..
POLITIK POLITICS IS COMPROMISE AND CONSENSUS POWER AND THE DISTRIBUTION
OF RESOURCES (ARISTOTLE, Politics, 3). (Politik adalah kompromi dan
konsensus kekuasaan dan distribusi sumber daya).
SYNONYMS OF POLITICS: AFFAIRS OF STATE, GOVERNMENT, GOVERNMENT
POLICY; PUBLIK AFFAIRS (Collins English Dictionary). (SINONIM KATA POLI-
TIK: URUSAN NEGARA, PEMERINTAH, KEBIJAKAN PUBLIK; URUSAN PUBLIK).
NEGARA MERUPAKAN SUATU ORGANISASI UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN
SEMUA MANUSIA (STATE IS THE ORGANIZATION FOR ACHIEVING THE GOALS
OF MANKIND). (ROTHBARD, 2009:9).
PENYELENGGARAAN NEGARA DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH.
SEPULUH FUNGSI PEMERINTAH (INTERNATIONAL MONETARY FUND, 2001:76):
(1) GENERAL PUBLIC SERVICES; (2) DEFENCE; (3) PUBLIC ORDER AND
NEGARA SAFETY; (4) ECONOMIC AFFAIRS; (5) ENVIRONMENTAL PROTECTION; 6)
DAN HOUSING AND COMMUNITY AMENITIES; (7) HEALTH; (8) RECREATION,
PEME- CULTURE, AND RELIGION; (9) EDUCATION; AND (10) SOCIAL PROTECTION”.
RINTAH PELAKSANAAN FUNGSI PEMERINTAH PADA NEGARA KESATUAN, JUGA
DIDESENTRALISASI KEPADA PEMDA MELALUI BERBAGAI CARA DAN TING-
KATAN. SAUNDERS (2010:1) MENYATAKAN: “THE FUNCTIONS OF GOVERN-
MENT THAT A STATE PERFORMS CAN BE DECENTRALIZED IN VARIOUS WAYS
AND TO VARYING DEGREES.” MELALUI KEBIJAKAN DESENTRALI-SASI,
PEMDA MEMILIKI FUNGSI DALAM MENYELENGGARAKAN URUSAN
PEMERINTAHAN YG MENJADI WEWENANG DAERAH.
Lanjutan …..
DESENTRALISASI ADALAH PENYERAHAN URUSAN PEMERINTAHAN OLEH
PEMERINTAH PUSAT KEPADA DAERAH OTONOM BERDASARKAN ASAS
OTONOMI.
DEKONSENTRASI ADALAH PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT, KEPADA
DESEN- INSTANSI VERTIKAL DI WILAYAH TERTENTU, DAN/ATAU KEPADA
TRALI- GUBERNUR DAN BUPATI/WALIKOTA SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB
URUSAN PEMERINTAHAN UMUM.
SASI
TUGAS PEMBANTUAN ADALAH PENUGASAN DARI PEMERINTAH PUSAT
KEPADA DAERAH OTONOM UNTUK MELAKSANAKAN SEBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT ATAU
DARI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KEPADA DAERAH KABUPATEN/KOTA
UNTUK MELAKSANAKAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG
MENJADI KEWENANGAN DAERAH PROVINSI.
OTDA MERUPAKAN IMPLIKASI DARI KEBIJAKAN DESENTRALISASI.
OTONOMI DAERAH ADALAH HAK, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DAERAH
OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN
PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT SETEMPAT DALAM
SISTEM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
OTO- ASAS OTONOMI ADALAH PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN
NOMI PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN OTONOMI DAERAH.
DAERAH DAERAH OTONOM ADALAH KESATUAN MASYARAKAT HUKUM YANG
MEMPUNYAI BATAS-BATAS WILAYAH YANG BERWENANG MENGATUR DAN
MENGURUS URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT
SETEMPAT MENURUT PRAKARSA SENDIRI BERDASARKAN ASPIRASI
MASYARAKAT DALAM SISTEM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
Lanjutan …..
TIDAK ADA NEGARA DI DALAM NEGARA.
PENYERAHAN URUSAN PEMERINTAHAN DARI PEMERINTAH PUSAT
KEPADA DAERAH OTONOM HANYA KEKUASAAN EKSEKUTIF.
DAERAH OTONOM TERDIRI DARI PROVINSI DAN KAB/KOTA.
PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI
URUSAN PEMERINTAHAN MENURUT ASAS OTONOMI DAN TUGAS
PEMBANTUAN.
PEMDA PROV DAN KAB/KOTA MEMILIKI KEPALA DAERAH DAN DPRD.
KON- ADA HUBUNGAN WEWENANG ANTARA PEMDA PROVINSI DAN PEMDA
TEKS KAB/KOTA.
NKRI NEGARA MENGAKUI DAN MENGHORMATI SATUAN-SATUAN PEMDA YANG
BERSIFAT KHUSUS/ISTIMEWA DAN KESATUAN MSY HUKUM ADAT YG
DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG.
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH MELIPUTI HUBUNGAN WEWENANG,
KEUANGAN, PELAYANAN UMUM, PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DAN
SUMBER DAYA LAINYA, DIATUR DAN DILAKSANAKAN SECARA ADIL DAN
SELARAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG.
PRESIDEN MERUPAKAN PENANGGUNGJAWAB AKHIR PENYELENGGA-
RAAN PEMERINTAHAN SECARA NASIONAL.
MENURUT MEWES (2011:30), TUJUAN DESENTRALISASI ADALAH
MENINGKATKAN EFISIENSI ADMINISTRATIF, PARTISIPASI DEMOKRASI,
TUJUAN SERTA KESETARAAN TERITORIAL DAN SOSIAL (Thus, decentralization has
DESEN- been considered as a means to enhance administrative efficiency, democratic
TRALI- participation, and territorial and social equality”).
SASI MENURUT DJOHERMANSYAH DJOHAN (KEMENTERIAN KEUANGAN,
2012:135) ADA DUA TUJUAN UTAMA DESENTRALISASI, YAKNI
PENGEMBANGAN DEMOKRASI DAN KESEJAHTERAAN.
Lanjutan …..
TUJUAN DESENTRALISASI
Pengembangan
KESEJAHTERAAN Demokrasi
Pemda sebagai Pemda menjadi
instrumen instrumen pendidikan
meningkatkan politik di tingkat
kesejahteraan rakyat lokal untuk
melalui pelayanan mendukung
publik, pemberdayaan pendidikan politik
dan peran serta nasional dalam
masyarakat, serta menunjang proses
menciptakan daya demokratisasi dalam
saing daerah. mewujudkan
masyarakat madani
(civil society).
II. BENTUK DAN TIPE DESENTRALISASI
A. BENTUK DESENTRALISASI (FORMS OF DECENTRALIZATION)
Decentralization refers to the transfer of authority away from the national capital
whether by deconcentration (i.e. delegation) to field officers or by devolution to local
authorities or local bodies”. (PBB dikutip Kertapraja, 2010:53). Artinya menurut PBB
ada dua bentuk desentralisasi, yakni:
1. dekonsentrasi (termasuk delegasi) berupa pelimpahan wewenang dari pemerintah
pusat kepada pejabat-pejabat lapangan; dan
2. devolusi kepada pemerintah daerah.
Bird & Villancourt (2008:3) menyatakan tiga bentuk desentralisasi:
1. Dekonsentrasi merupakan pemencaran tanggungjawab dari pemerintah pusat
kepada kantor-kantor cabang atau unit administratif lokal;
2. Delegasi yang menempatkan pemerintah daerah bertindak sebagai agen dari dan
atas nama pemerintah pusat dalam melaksanakan fungsi-fungsi tertentu; dan
3. Devolusi yang menempatkan pemerintah daerah tidak hanya melaksanakan tetapi
juga wewenang untuk mengambil keputusan.
Cheema & Rondinelli (1983:18-24) menyatakan empat bentuk desentralisasi:
(1) Deconcentration; (2) Delegation to Semi Autonomous or Parastatal
organizations; (3) Devolution; and (4) Transfer of functions from government to
nongovernment institutions.
1. Dekonsentrasi;
2. Delegasi kepada organisasi pemerintah semi otonom;
3. Devolusi; dan
4. Transfer fungsi-fungsi dari pemerintah kepada organisasi non-pemerintah.
Lanjutan …..
Brian C. Smith dalam Hidayat (2010:6): “devolusi kekuasaan merupakan substansi
utama desentralisasi”.
Secara normatif, hanya ada tiga bentuk desentralisasi, yakni dekonsentrasi, devolusi,
dan delegasi (khususnya delegasi kepada pemerintah daerah dalam bentuk tugas
pembantuan atau mede bewind).
Sedangkan (1) delegasi kepada organisasi pemerintah semi otonom’ merupakan
bagian dari bentuk dekonsentrasi, dan (2) transfer fungsi-fungsi pemerintahan dari
pemerintah kepada lembaga-lembaga non-pemerintah’ bukan merupakan bentuk
desentralisasi, karena terminologi desentralisasi hanya digunakan dalam konteks
hubungan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan/atau
dengan pemerintah di daerah.
Brillantes, Jr. (2001:30) menyatakan bahwa penyerahan fungsi dan tanggungjawab
dari pemerintah kepada lembaga-lembaga non-pemerintah merupakan bentuk
debirokratisasi. (“Debureaucratization, which is the process of transferring public
functions, powers and authorities to the private sector, voluntary, NGOs or civil
society organizations”).
Dalam pelaksanaan desentralisasi di Indonesia:
devolution merupakan padanan dari desentralisasi;
deconcentration merupakan padanan dari dekonsentrasi.
Juga digunakan istilah ‘mede bewind’ (tugas pembantuan). The Liang Gie
(1965:112) menyatakan bahwa “Mede bewind biasanya diartikan sebagai tugas
pembantuan, yakni hak menjalankan peraturan-peraturan dari peme-rintah pusat
atau daerah tingkat atasan berdasarkan perintah pihak atasan itu”.
Jadi, ada tiga bentuk desentralisasi, yakni: (1) Dekonsentrasi; (2) Devolusi (sebagai
bentuk murni desentralisasi); dan (3) tugas pembantuan.
B. TIPE/DIMENSI DESENTRALISASI (TYPES/ Lanjutan …..
DIMENSION OF DECENTRALIZATION)
Dennis A. Rondinelli & G. S. Cheema (Dame, 2002: 9): ada empat tipe desentralisasi,
yakni “political decentralization, administrative decentralization, fiscal
decentralization, and market decentralization. Namun, desentralisasi hanya
berlangsung dalam sektor publik, sehingga tidak termasuk desentralisasi pasar/
ekonomi.
Menurut James Manor yang dikutip Steiner (2005:9) bahwa “Decentralization must
entail a mixture of all three types: democratic, fiscal, and administrative”
(desentralisasi harus mencakupi tiga tipe: demokratik, fiskal, dan administrative).
Ilmuwan lain (Schneider, 2002:2; Katsiaouni, 2003:8; Olsen, 2007:4; Treisman,
2007:28; Grindle, 2007:61) menegaskan bahwa “Types of decentralization:
administrative, political, and fiscal.”
Menurut Katsiaouni (2003: 8) bahwa tiga tipe desentralisasi tersebut merupakan
turunan dari devolusi, karena devolusi merupakan bentuk desentralisasi terkuat yang
mengimplikasikan transfer kekuasaan, sumberdaya, dan tanggungjawab administratif
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, sehingga devolusi memiliki bobot
yang lebih besar untuk transfer politik, fiskal, dan administratif. (Devolution, is
perhaps the strongest form of decentralisation as it implies transfer of power,
resources, and administrative responsibility from central government to sub-national,
including regional and local, authorities. .… Devolution we attach greater weights for
political, fiscal, and administrative transfers).
Jadi ada tiga tipe desentralisasi (devolusi sebagai bentuk murni desentralisasi),
yakni: (1) desentralisasi politik; (2) desentralisasi administrative; dan (3)
desentralisasi fiscal.
Lanjutan …..
Bentuk Desentralisasi
Tipe/Dimensi
Desentralisasi
25
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
PENGATURAN:
Pengaturan tentang DPRD yang semula diatur dalam UU. Nomor 17 Tahun 2014 tentang
MPR, DPR, DPD dan DPRD, diintegrasikan dalam UU. Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, agar sejalan dengan ketentuan Pasal 18 UUD 1945.
Pengintegrasian pengaturan DPRD ini akan mengakhiri dualisme regulasi, serta
mempertegas kedudukan dan fungsi DPRD sebagai bagian dari penyelenggara
pemerintahan daerah dalam NKRI.
PERPPU Nomor 2 Tahun 2014 menghapus tugas & wewenang DPRD untuk memilih KDH.
KEDUDUKAN:
DPRD (lembaga) berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Untuk itu, perlu diatur hubungan kerja antara Kepala Daerah dan DPRD, karena sama-
sama merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Anggota DPRD berkedudukan sebagai Pejabat Daerah, sehingga perlu diatur hak
keuangan dan protokoler DPRD.
TIGA FUNGSI DPRD:
(1) fungsi pembentukan peraturan daerah: (a) menyusun program pembentukan Perda
bersama Kepala Daerah (KDH); (b) mengajukan usul Rancangan Perda inisiatif DPRD;
dan (c) membahas bersama KDH dan menyetujui atau tidak menyetujui Rancangan
Perda.
(2) fungsi anggaran: (a) membahas kebijakan umum APBD (KUA) serta prioritas dan
plafon anggaran sementara (PPAS) yang disusun oleh KDH berdasarkan RKPD;
(b) membahas Ranperda tentang APBD bersama KDH; (c) membahas Ranperda
tentang Perubahan APBD bersama KDH; dan (d) membahas Ranperda tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD bersama KDH.
26
Lanjutan …..
(3) fungsi pengawasan: (a) pengawasan atas pelaksanaan Perda dan Peraturan
KDH; (b) pengawasan atas pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan lain yang terkait dgn penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan (c)
pengawasan atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah oleh BPK-RI.
TUGAS DAN WEWENANG DPRD
1. Membentuk Perda bersama KDH;
2. Membahas dan memberikan persetujuan Rancangan Perda tentang APBD yang
diajukan oleh KDH;
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD;
4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian KDH;
5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap
Rencana Perjanjian Internasional di Daerah;
6. Memberikan persetujuan terhadap Rencana Kerja Sama Internasional yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah;
7. Meminta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban KDH dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
8. Memberikan persetujuan terhadap Rencana Kerjasama dengan Daerah Lain atau
dengan Pihak Ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah;
9. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
27
Lanjutan …..
28
Lanjutan …..
Tugas:
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota dan tugas
pembantuan oleh kabupaten/kota, dan tugas lainnya, Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat mempunyai tugas:
1) mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Tugas
Pembantuan di Daerah kabupaten/kota;
2) melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;
3) memberdayakan dan memfasilitasi Daerah kabupaten/kota di wilayahnya;
4) melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD,
RPJMD, APBD, perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, tata
ruang daerah, pajak daerah, dan retribusi daerah;
5) melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota; dan
6) melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Wewenang:
Dalam melaksanakan tugas pembinan dan pengawasan terhadap pemerintah daerah
kabupaten/kota tersebut, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai
wewenang:
1) membatalkan Perda Kabupaten/Kota dan peraturan bupati/wali kota;
2) memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/wali kota terkait dengan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
3) menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar-
Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi;
29
Lanjutan …..
30
Lanjutan …..
31
V. KELEMBAGAAN DAERAH
Kebijakan desentralisasi melalui penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah, berimplikasi terhadap adanya urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah.
Untuk menyelenggarakan kewenangan daerah tersebut, perlu dibentuk kelembagaan
daerah. Di dalam PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, digunakan istilah
kelembagaan daerah sebagai perangkat daerah.
Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala Daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu Gubernur dan DPRD provinsi
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
provinsi.
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu bupati/wali kota dan DPRD
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah kabupaten/kota.
Ada 8 (delapan) Asas Pembentukan Perangkat Daerah:
(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, yakni Perangkat Daerah
hanya dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan berdasarkan asas otonomi
dan Tugas Pembantuan.
(2) intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah, yakni penentuan jumlah dan
susunan Perangkat Daerah didasarkan pada volume beban tugas untuk
melaksanakan suatu Urusan Pemerintahan atau volume beban tugas untuk
mendukung dan menunjang pelaksanaan Urusan Pemerintahan.
(3) efisiensi, yakni pembentukan Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan
perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.
32
Lanjutan …..
(4) efektivitas, yakni pembentukan Perangkat Daerah harus berorientasi pada tujuan
yang tepat guna dan berdaya guna.
(5 ) pembagian habis tugas, yakni pembentukan Perangkat Daerah yang membagi
habis tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan kepada Perangkat Daerah dan
tidak terdapat suatu tugas dan fungsi yang dibebankan pada lebih dari satu Perangkat
Daerah.
(6) rentang kendali, yakni penentuan jumlah Perangkat Daerah dan jumlah unit kerja
pada Perangkat Daerah didasarkan pada kemampuan pengendalian unit kerja
bawahan.
(7) tata kerja yang jelas, yakni pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan
unit kerja pada Perangkat Daerah mempunyai hubungan kerja yang jelas, baik vertikal
maupun horizontal.
(8) fleksibilitas, yakni penentuan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja
pada Perangkat Daerah memberikan ruang untuk menampung tugas dan fungsi yang
diamanatkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Peraturan
Pemerintah ini ditetapkan.
Prosedur Pembentukan Perangkat Daerah:
Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda.
Perda berlaku setelah mendapat persetujuan dari Menteri Dalam Negeri bagi
Perangkat Daerah provinsi dan dari Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi
Perangkat Daerah kabupaten/kota.
Persetujuan Mendagri atau Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat diberikan
berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.
Ketentuan mengenai kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata
kerja perangkat daerah ditetapkan dengan Perkada.
33
Lanjutan …..
37
Lanjutan …..
40
Lanjutan …..
(g) Mutasi:
Instansi Pemerintah menyusun perencanaan mutasi PNS di lingkungannya.
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar-
Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi Pusat dan
Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.
Mutasi dilakukan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.
(h) Penilaian kinerja:
Tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah dibentuk oleh Pejabat Yang Berwenang
atas nama Pejabat Pembina Kepegawaian.
Penilaian kinerja bertujuan untuk mengetahui pencapaian hasil kerja pegawai dalam
melaksanakan tugas tertentu.
(i) Penggajian dan tunjangan:
PNS diberikan gaji, tunjangan, dan fasilitas.
Gaji, tunjangan, dan fasilitas diatur dengan PP.
(j) Penghargaan:
Setiap pegawai berkinerja baik diberikan penghargaan.
Penghargaan diberikan oleh Presiden sesuai masa pengabdian PNS.
(k) Disiplin:
Setiap PNS harus disiplin dalam melaksanakan tugas.
Pelanggaran dispilin dapat dikenakan sanksi.
(l) pemberhentian:
PNS dapat diberhentikan bila melanggar ketentuan Pidana;
PNS dapat diberhentikan tidak dengan hormat.
(m) jaminan pensiun dan jaminan hari tua:
PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(n) perlindungan:
Pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada PNS berupa: (a) jaminan kesehatan; 41
VII. KEUANGAN DAERAH
Untuk membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, pemerintah daerah membutuhkan sumber-sumber keuangan daerah, yang
dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala
bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan
kewajiban Daerah tersebut.
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungiawaban, dan
pengawasan Keuangan Daerah.
Secara operasional (setiap tahun anggaran), pengelolaan keuangan daerah dilakukan
dalam bentuk pengelolaan APBD (pendapatan daerah dan belanja daerah):
Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
Sumber-sumber pendapatan daerah:
(a) pendapatan asli Daerah meliputi: (1) pajak daerah; (2) retribusi daerah; (3) hasil
pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan (4) lain-lain pendapatan asli
Daerah yang sah;
(b) pendapatan transfer, meliputi:
(1) transfer Pemerintah Pusat terdiri atas: (a) dana perimbangan; (b) dana otonomi
khusus; (c ) dana keistimewaan; dan (d) dana Desa.
(2) transfer antar-Daerah: (a) pendapatan bagi hasil; dan (b) bantuan keuangan.
(c) lain-lain pendapatan daerah yang sah.
42
Lanjutan …..
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Daerah:
(1) Pajak Daerah Provinsi: (a) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB); (b) Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB); (c) Pajak Alat Berat (PAB); (d) Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermoto (PBBKB); (e) Pajak Air Permukaan (PAP); (f) Pajak Rokok; dan (g)
Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (Opsen PMBLB).
(2) Pajak Daerah Kabupaten/Kota: (a) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2); (b) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Banguan (BPHTB); (c)
Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT); (d) Pajak Reklame; (e) Pajak Air Tanah (PAT);
(f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (PMBLB); (g) Pajak Sarang Burung Walet;
(h) Opsen Pajak Kndaraan Bermotor (Opsen PKB); dan (i) Opsen Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (Opsen BBNKB).
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan UU Nomor 1
Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah menetapkan sistem pajak
dengan daftar tertutup (closed list local tax system). Maknanya:
(1) Jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemda Provinsi dan Pemda Kab/
Kota, hanyalah jenis pajak daerah yang ditetapkan di dalam undang-undang;
(2) Pemda Provinsi dan Pemda Kab/Kota tidak memiliki wewenang untuk menambah
jenis pajak daerah (yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah), karena akan
berimplikasi terhadap ekonomi biaya tinggi dan/atau beban pajak berganda.
Jenis Pajak daerah tersebut dapat tidak dipungut, dalam hal: (a) potensinya kurang
memadai; dan/atau (b) Pemda menetapkan kebijakan untuk tidak memungut. Jenis Pajak
yang tidak dipungut ditetapkan dalam Perda mengenai Pajak dan Retribusi.
43
Lanjutan …..
Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
Jenis Retribusi terdiri atas:
(a) Retribusi Jasa Umum: pelayanan kesehatan; pelayanan kebersihan; pelayanan
parkir di tepi jalan umum; pelayanan pasar; dan pengendalian lalu lintas;
(b) Retribusi Jasa Usaha: penyediaan tempat kegiatan usaha; penyediaan tempat
pelelangan; penyediaan tempat khusus parkir; penyediaan tempat penginapan;
pelayanan rumah pemotongan hewan ternak; pelayanan jasa kepelabuhanan;
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga; pelayanan penyeberangan
orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air; penjualan hasil produksi
usaha Pemerintah Daerah; dan pemanfaatan aset Daerah yang tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi perangkat Daerah dan/atau
optimalisasi aset Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(c) Retribusi Perzinan Tertentu: persetujuan bangunan gedung; penggunaan tenaga
kerja asing; dan pengelolaan pertambangan rakyat.
Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan:
Pendapatan asli daerah yg diperoleh dari laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Pemda memperoleh bagian laba dalam bentuk dividen, karena Pemda sudah
berinvestasi (penyertaan modal daerah) pada BUMD tersebut.
Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah: Hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan; Jasa giro; pendapatan bunga; Keuntungan selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing; dan komisi; dan Potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
44
Lanjutan …..
Pendapatan transfer, meliputi:
(1) Transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:
(a) dana perimbangan atau Transfer ke Daerah (TKD) adalah dana yang bersumber dari
APBN dan merupakan bagian dari belanja negara yang dialokasikan dan disalurkan
kepada Daerah untuk dikelola oleh Daerah dalam rangka mendanai penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah bagian dari TKD yang dialokasikan berdasarkan
persentase atas pendapatan tertentu dalam APBN dan kinerja tertentu, yang
dibagikan kepada Daerah penghasil dengan tujuan untuk mengu.rangi ketimpangan
fiskal antara Pemerintah dan Daerah, serta kepada Daerah lain nonpenghasil dalam
rangka menanggulangi eksternalitas negatif dan/atau meningkatkan pemerataan
dalam satu wilayah.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah bagian dari TKD yang dialokasikan dengan tujuan
mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan dan layanan publik antar-Daerah.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah bagian dari TKD yang dialokasikan dengan
tujuan untuk mendanai program, kegiatan, dan/atau kebijakan tertentu yang menjadi
prioritas nasional dan membantu operasionalisasi layanan publik, yang
penggunaannya telah ditentukan oleh Pemerintah.
Dana Otonomi Khusus adalah bagian dari TKD yang dialokasikan kepada Daerah
tertentu untuk mendanai pelaksanaan otonomi khusus sebagaimana ditetapkan
dalam Undang-Undang mengenai otonomi khusus.
Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yoryakarta adalah bagian dari TKD yang
dialokasikan untuk mendukung urllsan keistimewaan Daerah Istimewa Yoryakarta
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai keistimewaan Yoryakarta.
Dana Desa adalah bagian dari TKD yang diperuntukkan bagi desa dengan tujuan
untuk mendukung pendanaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
45
Lanjutan …..
Pinjaman Daerah:
Kemampuan Keuangan Daerah masih relatif terbatas dalam mendanai penyediaan
sarana dan prasarana publik.
Dalam rangka mendukung Daerah dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat, Daerah dapat mengakses sumber-sumber
Pembiayaan Utang Daerah, baik yang berskema konvensional maupun syariah,
meliputi:
(a) Pinjaman Daerah merupakan alternatif sumber pendanaan APBD yang
digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan, dan/atau
kekurangan kas. Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri.
(b) Obligasi Daerah, yakni efek yang diterbitkan oleh Pemda dan tidak dijamin
oleh Pemerintah. Pemda dapat menerbitkan Obligasi Daerah hanya untuk
membiayai kegiatan investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat yang menjadi urusan Pemerintah Daerah.
(c) Sukuk Daerah (sukuk daerah adalah surat berharga syariah yang diterbitkan
oleh pemerintah daerah atau lembaga milik pemerintah daerah dalam rangka
membiayai pembangunan daerah.
Skema Pinjaman Daerah akan didasarkan pada penggunaannya dan bukan pada
periodisasi jangka waktu pinjaman, meliputi: (a) pinjaman untuk pengelolaan kas;
(b) pembiayaan pembangunan infrastruktur Daerah; (c) pengelolaan portofolio
utang Daerah; dan (d) penerusan pinjaman dan/atau penyertaan modal BUMD.
Selain itu, jenis Pinjaman Daerah akan diperluas, yaitu: (a) pinjaman tunai; dan (b)
pinjaman kegiatan.
47
Lanjutan …..
Belanja Daerah:
Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Dua Jenis Belanja Daerah, yakni:
Belanja Wajib (Spending Obligation), yakni jenis belanja yang harus dialokasikan
oleh pemerintah daerah, karena merupakan kewajiban yang harus dibayarkan
pada setiap tahun anggaran.
Belanja Prioritas (Spending Priority), yakni jenis belanja yang ditetapkan oleh
Pemda sesuai dengan tingkat urgensinya untuk membiayai penyediaan barang
dan jasa publik bagi kepentingan masyarakat.
Bila pada suatu trahun anggaran, Pendapatan Daerah lebihn besar dari pada
Belanja Daerah, maka akan terdapat Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA),
yang akan digunakan untuk membiatai kegiatan tahun berikutnya.
48
VIII. MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK
Konsep:
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. (Pasal 1 angka
1 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik).
UU No 25 Tahun 2009, antara lain merujuk pada:
(1) UU Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on
Economic, Social, and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya);
(2) UU Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil
and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik).
Kedua rumpun hak asasi manusia tersebut (Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya;
serta Hak-Hak Sipil dan Politik) tertuang di dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia, yang diterima dan diumumkan (disepakati) oleh PBB pada tanggal 10
Desember 1948.
Semua pemerintah pada negara-negara di dunia yang menjadi anggota PBB, wajib
menghormati dan memenuhi hak asasi manusia, termasuk melalui penyediaan
pelayanan public sesuai kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu, di dalam ketentuan Pasal 344 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, ditegaskan bahwa “Pemda wajib menjamin terselenggaranya
pelayanan publik berdasarkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah”.
Pemda Daerah wajib membangun manajemen pelayanan publik dengan mengacu
pada asas-asas pelayanan publik. 49
Lanjutan …..
Asas Pelayanan Publik:
Pemda Daerah wajib membangun manajemen pelayanan publik dengan mengacu pada
asas-asas pelayanan publik.
Asas-asas pelayanan publik oleh Pemda:
(a) kepentingan umum;
(b) kepastian hukum;
(c) kesamaan hak;
(d) keseimbangan hak dan kewajiban;
(e) keprofesionalan;
(f) partisipatif;
(g) persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
(h) keterbukaan;
(i) akuntabilitas;
(j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
(k) ketepatan waktu; dan
(l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Manajemen pelayanan publik:
Lingkup Manajemen pelayanan yang diselenggarakan Pemda, meliputi:
(a) pelaksanaan pelayanan;
(b) pengelolaan pengaduan masyarakat;
(c) pengelolaan informasi;
(d) pengawasan internal;
(e ) penyuluhan kepada masyarakat;
(f) pelayanan konsultasi; dan
(g) pelayanan publik lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
50
Lanjutan …..
51
Lanjutan …..
Dalam hal teguran tertulis telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut dan tetap
tidak dilaksanakan, kepala daerah diwajibkan mengikuti program pembinaan
khusus pendalaman bidang pemerintahan yang dilaksanakan oleh Kementerian
serta tugas dan kewenangannya dilaksanakan oleh wakil kepala daerah atau
pejabat yang ditunjuk
Penyederhaan Jenis dan Prosedur Pelayanan Publik:
Pemda wajib memberikan pelayanan publik berdasarkan standar pelayanan.
Pemda dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan publik
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing Daerah.
Penyederhanaan ditetapkan dengan Perda.
Pemda dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Jenis Pelayanan Publik:
Ada dua jenis pelayanan public, yakni: (1) Pelayanan perijinan; dan (2) Pelayanan
Non Perijinan.
Pelayanan Perizinan:
Kepala daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam memberikan pelayanan perizinan, Pemda membentuk unit pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP).
Pembentukan unit PTSP berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KDH yang tidak memberikan pelayanan perizinan dikenai sanksi administratif.
52
Lanjutan …..
Pelayanan Perizinan:
Kepala daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam memberikan pelayanan perizinan, Pemda membentuk unit pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP).
Pembentukan unit PTSP berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KDH yang tidak memberikan pelayanan perizinan dikenai sanksi administratif.
Sanksi administratif berupa teguran tertulis kepada gubernur oleh Menteri dan
kepada bupati/walikota oleh gubernur untuk pelanggaran yang bersifat
administrasi.
Dalam hal teguran tertulis telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut dan tetap
tidak dilaksanakan oleh kepala daerah, Menteri mengambil alih pemberian izin
yang menjadi kewenangan gubernur dan gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat mengambil alih pemberian izin yang menjadi kewenangan bupati/walikota.
Pengaduan Masyarakat Atas Pelayanan Publik:
Masyarakat berhak mengadukan penyelenggaraan pelayanan publik kepada
Pemerintah Daerah, Ombudsman, dan/atau DPRD.
Pengaduan masyarakat dilakukan terhadap:
penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau melanggar larangan
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pelayanan publik; dan
pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pelayanan publik.
53
Lanjutan …..
54
Lanjutan …..
55
TERIMA KASIH
S U M AT E R A
K A L IM A N TA N
IR IA N J AYA
J AVA
56