Anda di halaman 1dari 56

POLITIK DESENTRALISASI

DAN OTONOMI DAERAH


Oleh:
Dr. ANSELMUS TAN, M.Pd.
DOSEN FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

MATERI PEMBELAJARAN MADYA PRAJA SEMESTER V


PROGRAM STUDI PRAKTEK PERPOLISIAN TATA PAMONG
FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS CILANDAK – JAKARTA
TAHUN AJARAN 2022/2023
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
MATA KULIAH ANALISIS POTENSI WILAYAH

TUJUAN MEMBENTUK DAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN


PEMBE- PRAJA TENTANG KONSEP DAN KEBIJAKAN
LAJARAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PRAJA MEMAHAMI DAN MAMPU MENJELASKAN TENTANG:


1. KONSEP DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH.
2. BENTUK, TIPE/DIMENSI, FORMAT DESENTRALISASI.
INDIKATOR 3. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN
CAPAIAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA.
PEMBE- 4. ELEMEN DASAR OTONOMI DAERAH.
LAJARAN 5. DESENTRALISASI DAN DEMOKRASI LOKAL.
6. HUBUNGAN KEPALA DAERAH DAN DPRD.
7. PENATAAN DAERAH OTONOM.
8. HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH.

2
Lanjutan …..

1. KONSEP POLITIK; DESENTRALISASI; OTONOMI DAERAH; KEBIJAKAN


DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM KONTEKS NEGARA
KESATUAN; TUJUAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH.
2. KONSEP POLITIK; DESENTRALISASI; OTONOMI DAERAH; KEBIJAKAN
DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH DALAM KONTEKS NEGARA
KESATUAN; TUJUAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH.
3. BENTUK, TIPE, DAN FORMAT DESENTRALISASI.
4. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
DI INDONESIA.
5. ELEMEN-ELEMEN DASAR OTONOMI DAERAH-1 (KEWENANGAN
POKOK DAERAH; DAN KELEMBAGAAN DAERAH)
6. ELEMEN-ELEMEN DASAR OTONOMI DAERAH-2 (KEPEGAWAIAN
BAHAS- DAERAH; DAN KEUANGAN DAERAH).
AN 7. ELEMEN-ELEMEN DASAR OTONOMI DAERAH-3 (PERWAKILAN,
PELAYANAN PUBLIK, DAN PENGAWASAN).
8. UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
9. DESENTRALISASI DAN DEMOKRASI LOKAL.
10. HUBUNGAN ANTARA KEPALA DAERAH DAN DPRD
11. PENATAAN DAERAH OTONOM.
12. HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
13. HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
14. HUBUNGAN PEMERINTAH WILAYAH DAN PEMERINTAH DAERAH.
15. HUBUNGAN PEMERINTAH WILAYAH DAN PEMERINTAH DAERAH.
16. UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS).

3
Lanjutan …..
KOMITMEN BELAJAR PRAJA/MAHASISWA

1. PRAJA WAJIB DATANG TEPAT WAKTU PADA SAAT


PERKULIAHAN, TOLERANSI KETERLAMBATAN 15 (LIMA
BELAS) MENIT.
2. PRAJA WAJIB MEMENUHI 80 % KEHADIRAN UNTUK BISA
MENGIKUTI UJIAN.
3. TIDAK ADA YANG KELUAR MASUK KELAS PADA SAAT
PERKULIAHAN BERLANGSUNG.
4. SETIAP PRAJA WAJIB MEMILIKI BUKU LITERATUR.
5. SETIAP PRAJA WAJIB MERESUM 2 (DUA) BUKU
LITERATUR DAN 2 (DUA) JURNAL ILMIAH SEBAGAI
TUGAS TERSTRUKTUR.
6. KEAKTIFAN PRAJA DI KELAS MENJADI NILAI TAMBAH
DALAM UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) DAN UJIAN
AKHIR SEMESTER (UAS).

4
I. KONSEP POLITIK, DESENTRALISASI, DAN OTONOMI DAERAH
 POLITICS IS STRUGGLE FOR POWER (Hans J. Morgenthau, Politics among
Nations, 1967). (POLITIK ADALAH UPAYA MEREBUT, MELAKSANAKAN, DAN
MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN).
 POLITICS IS WHO GETS WHAT, WHEN, AND HOW (POLITIK ADALAH SIAPA
MENDAPAT APA, KAPAN, DAN BAGAIMANA) (HAROLD D. LASSWEL, 1938)..
POLITIK  POLITICS IS COMPROMISE AND CONSENSUS POWER AND THE DISTRIBUTION
OF RESOURCES (ARISTOTLE, Politics, 3). (Politik adalah kompromi dan
konsensus kekuasaan dan distribusi sumber daya).
 SYNONYMS OF POLITICS: AFFAIRS OF STATE, GOVERNMENT, GOVERNMENT
POLICY; PUBLIK AFFAIRS (Collins English Dictionary). (SINONIM KATA POLI-
TIK: URUSAN NEGARA, PEMERINTAH, KEBIJAKAN PUBLIK; URUSAN PUBLIK).
 NEGARA MERUPAKAN SUATU ORGANISASI UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN
SEMUA MANUSIA (STATE IS THE ORGANIZATION FOR ACHIEVING THE GOALS
OF MANKIND). (ROTHBARD, 2009:9).
 PENYELENGGARAAN NEGARA DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH.
SEPULUH FUNGSI PEMERINTAH (INTERNATIONAL MONETARY FUND, 2001:76):
(1) GENERAL PUBLIC SERVICES; (2) DEFENCE; (3) PUBLIC ORDER AND
NEGARA SAFETY; (4) ECONOMIC AFFAIRS; (5) ENVIRONMENTAL PROTECTION; 6)
DAN HOUSING AND COMMUNITY AMENITIES; (7) HEALTH; (8) RECREATION,
PEME- CULTURE, AND RELIGION; (9) EDUCATION; AND (10) SOCIAL PROTECTION”.
RINTAH  PELAKSANAAN FUNGSI PEMERINTAH PADA NEGARA KESATUAN, JUGA
DIDESENTRALISASI KEPADA PEMDA MELALUI BERBAGAI CARA DAN TING-
KATAN. SAUNDERS (2010:1) MENYATAKAN: “THE FUNCTIONS OF GOVERN-
MENT THAT A STATE PERFORMS CAN BE DECENTRALIZED IN VARIOUS WAYS
AND TO VARYING DEGREES.” MELALUI KEBIJAKAN DESENTRALI-SASI,
PEMDA MEMILIKI FUNGSI DALAM MENYELENGGARAKAN URUSAN
PEMERINTAHAN YG MENJADI WEWENANG DAERAH.
Lanjutan …..
 DESENTRALISASI ADALAH PENYERAHAN URUSAN PEMERINTAHAN OLEH
PEMERINTAH PUSAT KEPADA DAERAH OTONOM BERDASARKAN ASAS
OTONOMI.
 DEKONSENTRASI ADALAH PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
KEPADA GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT, KEPADA
DESEN- INSTANSI VERTIKAL DI WILAYAH TERTENTU, DAN/ATAU KEPADA
TRALI- GUBERNUR DAN BUPATI/WALIKOTA SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB
URUSAN PEMERINTAHAN UMUM.
SASI
 TUGAS PEMBANTUAN ADALAH PENUGASAN DARI PEMERINTAH PUSAT
KEPADA DAERAH OTONOM UNTUK MELAKSANAKAN SEBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT ATAU
DARI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KEPADA DAERAH KABUPATEN/KOTA
UNTUK MELAKSANAKAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG
MENJADI KEWENANGAN DAERAH PROVINSI.
 OTDA MERUPAKAN IMPLIKASI DARI KEBIJAKAN DESENTRALISASI.
 OTONOMI DAERAH ADALAH HAK, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DAERAH
OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN
PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT SETEMPAT DALAM
SISTEM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
OTO-  ASAS OTONOMI ADALAH PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN
NOMI PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN OTONOMI DAERAH.
DAERAH  DAERAH OTONOM ADALAH KESATUAN MASYARAKAT HUKUM YANG
MEMPUNYAI BATAS-BATAS WILAYAH YANG BERWENANG MENGATUR DAN
MENGURUS URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT
SETEMPAT MENURUT PRAKARSA SENDIRI BERDASARKAN ASPIRASI
MASYARAKAT DALAM SISTEM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
Lanjutan …..
 TIDAK ADA NEGARA DI DALAM NEGARA.
 PENYERAHAN URUSAN PEMERINTAHAN DARI PEMERINTAH PUSAT
KEPADA DAERAH OTONOM HANYA KEKUASAAN EKSEKUTIF.
 DAERAH OTONOM TERDIRI DARI PROVINSI DAN KAB/KOTA.
 PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI
URUSAN PEMERINTAHAN MENURUT ASAS OTONOMI DAN TUGAS
PEMBANTUAN.
 PEMDA PROV DAN KAB/KOTA MEMILIKI KEPALA DAERAH DAN DPRD.
KON-  ADA HUBUNGAN WEWENANG ANTARA PEMDA PROVINSI DAN PEMDA
TEKS KAB/KOTA.
NKRI  NEGARA MENGAKUI DAN MENGHORMATI SATUAN-SATUAN PEMDA YANG
BERSIFAT KHUSUS/ISTIMEWA DAN KESATUAN MSY HUKUM ADAT YG
DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG.
 HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH MELIPUTI HUBUNGAN WEWENANG,
KEUANGAN, PELAYANAN UMUM, PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DAN
SUMBER DAYA LAINYA, DIATUR DAN DILAKSANAKAN SECARA ADIL DAN
SELARAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG.
 PRESIDEN MERUPAKAN PENANGGUNGJAWAB AKHIR PENYELENGGA-
RAAN PEMERINTAHAN SECARA NASIONAL.
 MENURUT MEWES (2011:30), TUJUAN DESENTRALISASI ADALAH
MENINGKATKAN EFISIENSI ADMINISTRATIF, PARTISIPASI DEMOKRASI,
TUJUAN SERTA KESETARAAN TERITORIAL DAN SOSIAL (Thus, decentralization has
DESEN- been considered as a means to enhance administrative efficiency, democratic
TRALI- participation, and territorial and social equality”).
SASI  MENURUT DJOHERMANSYAH DJOHAN (KEMENTERIAN KEUANGAN,
2012:135) ADA DUA TUJUAN UTAMA DESENTRALISASI, YAKNI
PENGEMBANGAN DEMOKRASI DAN KESEJAHTERAAN.
Lanjutan …..

TUJUAN DESENTRALISASI

Pengembangan
KESEJAHTERAAN Demokrasi
Pemda sebagai Pemda menjadi
instrumen instrumen pendidikan
meningkatkan politik di tingkat
kesejahteraan rakyat lokal untuk
melalui pelayanan mendukung
publik, pemberdayaan pendidikan politik
dan peran serta nasional dalam
masyarakat, serta menunjang proses
menciptakan daya demokratisasi dalam
saing daerah. mewujudkan
masyarakat madani
(civil society).
II. BENTUK DAN TIPE DESENTRALISASI
A. BENTUK DESENTRALISASI (FORMS OF DECENTRALIZATION)
 Decentralization refers to the transfer of authority away from the national capital
whether by deconcentration (i.e. delegation) to field officers or by devolution to local
authorities or local bodies”. (PBB dikutip Kertapraja, 2010:53). Artinya menurut PBB
ada dua bentuk desentralisasi, yakni:
1. dekonsentrasi (termasuk delegasi) berupa pelimpahan wewenang dari pemerintah
pusat kepada pejabat-pejabat lapangan; dan
2. devolusi kepada pemerintah daerah.
 Bird & Villancourt (2008:3) menyatakan tiga bentuk desentralisasi:
1. Dekonsentrasi merupakan pemencaran tanggungjawab dari pemerintah pusat
kepada kantor-kantor cabang atau unit administratif lokal;
2. Delegasi yang menempatkan pemerintah daerah bertindak sebagai agen dari dan
atas nama pemerintah pusat dalam melaksanakan fungsi-fungsi tertentu; dan
3. Devolusi yang menempatkan pemerintah daerah tidak hanya melaksanakan tetapi
juga wewenang untuk mengambil keputusan.
 Cheema & Rondinelli (1983:18-24) menyatakan empat bentuk desentralisasi:
(1) Deconcentration; (2) Delegation to Semi Autonomous or Parastatal
organizations; (3) Devolution; and (4) Transfer of functions from government to
nongovernment institutions.
1. Dekonsentrasi;
2. Delegasi kepada organisasi pemerintah semi otonom;
3. Devolusi; dan
4. Transfer fungsi-fungsi dari pemerintah kepada organisasi non-pemerintah.
Lanjutan …..
 Brian C. Smith dalam Hidayat (2010:6): “devolusi kekuasaan merupakan substansi
utama desentralisasi”.
 Secara normatif, hanya ada tiga bentuk desentralisasi, yakni dekonsentrasi, devolusi,
dan delegasi (khususnya delegasi kepada pemerintah daerah dalam bentuk tugas
pembantuan atau mede bewind).
 Sedangkan (1) delegasi kepada organisasi pemerintah semi otonom’ merupakan
bagian dari bentuk dekonsentrasi, dan (2) transfer fungsi-fungsi pemerintahan dari
pemerintah kepada lembaga-lembaga non-pemerintah’ bukan merupakan bentuk
desentralisasi, karena terminologi desentralisasi hanya digunakan dalam konteks
hubungan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan/atau
dengan pemerintah di daerah.
 Brillantes, Jr. (2001:30) menyatakan bahwa penyerahan fungsi dan tanggungjawab
dari pemerintah kepada lembaga-lembaga non-pemerintah merupakan bentuk
debirokratisasi. (“Debureaucratization, which is the process of transferring public
functions, powers and authorities to the private sector, voluntary, NGOs or civil
society organizations”).
 Dalam pelaksanaan desentralisasi di Indonesia:
 devolution merupakan padanan dari desentralisasi;
 deconcentration merupakan padanan dari dekonsentrasi.
 Juga digunakan istilah ‘mede bewind’ (tugas pembantuan). The Liang Gie
(1965:112) menyatakan bahwa “Mede bewind biasanya diartikan sebagai tugas
pembantuan, yakni hak menjalankan peraturan-peraturan dari peme-rintah pusat
atau daerah tingkat atasan berdasarkan perintah pihak atasan itu”.
 Jadi, ada tiga bentuk desentralisasi, yakni: (1) Dekonsentrasi; (2) Devolusi (sebagai
bentuk murni desentralisasi); dan (3) tugas pembantuan.
B. TIPE/DIMENSI DESENTRALISASI (TYPES/ Lanjutan …..
DIMENSION OF DECENTRALIZATION)
 Dennis A. Rondinelli & G. S. Cheema (Dame, 2002: 9): ada empat tipe desentralisasi,
yakni “political decentralization, administrative decentralization, fiscal
decentralization, and market decentralization. Namun, desentralisasi hanya
berlangsung dalam sektor publik, sehingga tidak termasuk desentralisasi pasar/
ekonomi.
 Menurut James Manor yang dikutip Steiner (2005:9) bahwa “Decentralization must
entail a mixture of all three types: democratic, fiscal, and administrative”
(desentralisasi harus mencakupi tiga tipe: demokratik, fiskal, dan administrative).
 Ilmuwan lain (Schneider, 2002:2; Katsiaouni, 2003:8; Olsen, 2007:4; Treisman,
2007:28; Grindle, 2007:61) menegaskan bahwa “Types of decentralization:
administrative, political, and fiscal.”
 Menurut Katsiaouni (2003: 8) bahwa tiga tipe desentralisasi tersebut merupakan
turunan dari devolusi, karena devolusi merupakan bentuk desentralisasi terkuat yang
mengimplikasikan transfer kekuasaan, sumberdaya, dan tanggungjawab administratif
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, sehingga devolusi memiliki bobot
yang lebih besar untuk transfer politik, fiskal, dan administratif. (Devolution, is
perhaps the strongest form of decentralisation as it implies transfer of power,
resources, and administrative responsibility from central government to sub-national,
including regional and local, authorities. .… Devolution we attach greater weights for
political, fiscal, and administrative transfers).
 Jadi ada tiga tipe desentralisasi (devolusi sebagai bentuk murni desentralisasi),
yakni: (1) desentralisasi politik; (2) desentralisasi administrative; dan (3)
desentralisasi fiscal.
Lanjutan …..

 Desentralisasi politik adalah penyerahan wewenang politik dari pemerintah pusat


kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah memiliki mekanisme politik
untuk bersikap responsif dan akuntabel kepada masyarakat lokal.
 Desentralisasi administratif adalah penyerahan wewenang administratif dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah memiliki
kapasitas kelembagaan dalam perencanaan, penganggaran, dan penyediaan
pelayanan publik bagi masyarakat lokal.
 Desentralisasi fiskal adalah penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber-sumber keuangan negara untuk
menjadi sumber-sumber keuangan daerah dalam rangka membiayai penyelenggaraan
fungs-fungsi pemerintahan daerah.

Bentuk Desentralisasi

Dekonsentrasi Devolusi Tugas Pembantuan


(bentuk murni desentralisasi) (mede bewind)

Tipe/Dimensi
Desentralisasi

Desentralisasi Desentralisasi Desentralisasi


Politik Administratif Fiskal
Gambar-1.
Keterkaitan Antara Bentuk Desentralisasi dan Tipe Desentralisasi 12
C. TUJUH ELEMEN DASAR OTONOMI DAERAH (SEBAGAI
IMPLIKASI KEBIJAKAN DESENTRALISASI).

 I Made Suwandi (2002:7) menyatakan bahwa terdapat tujuh elemen dasar


otonomi daerah, yakni:
1. Adanya urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Urusan
tersebut merupakan isi otonomi yang menjadi dasar bagi kewenangan
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
2. Adanya kelembagaan yang merupakan perwadahan dari otonomi yang
diserahkan kepada daerah.
3. Adanya personil yaitu pegawai yang mempunyai tugas untuk
menjalankan urusan otonomi yang menjadi isi rumah tangga daerah yang
bersangkutan.
4. Adanya sumber-sumber keuangan untuk membiayai pelaksanaan
otonomi daerah;
5. Adanya unsur perwakilan yang merupakan perwujudan dari wakil- wakil
rakyat yang telah mendapat legitimasi untuk memimpin penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
6. Adanya manajemen pelayanan publik agar dapat berjalan secara efisien,
efektif, ekonomis, dan akuntabel.
7. Adanya pengawasan, supervisi, monitoring, dan evalusi yang efektif dan
efisien.
III. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
A. PENGERTIAN
 Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara
Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan
menyejahterakan masyarakat. (Pasal 1 angka 5 UU. No. 23 Tahun 2014).
 Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian yang mengurus urusan pemerintahan yg tidak diserahkan kepada
daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka dekonsentrasi. (Pasal 1 angka 10
UU. No. 23/2014).
 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Pasal 1 angka 2 UU. No. 23/2014).
B. KLASIFIKASI
 Urusan Pemerintahan terdiri atas; (1) urusan pemerintahan absolut; (2) urusan pemerin-
tahan konkuren; dan (3) urusan pemerintahan umum. (Pasal 9 UU. No. 23 Tahun 2014).
1. Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
2. Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, sehingga urusan
pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan
otonomi daerah.
3. Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.
Lanjutan …..
C. BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN
1. URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT:
 Ada 6 (enam) urusan pemerintahan absolut, meliputi: (1) politik luar negeri; (2)
pertahanan; (3) keamanan; (4) yustisi; (5) moneter dan fiskal nasional; dan (6)
agama. (Pasal 10 UU. No. 23 Tahun 2014).
 Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut, Pemerintah Pusat:
a. melaksanakan sendiri; atau
b. melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah atau
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi.
2. URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN
 Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah, terdiri atas; (a)
Urusan Pemerintahan Wajib; dan (b) Urusan Pemerintahan Pilihan.
a. Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas: (a) Urusan Pemerintahan yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar; dan (b) Urusan Pemerintahan yang tidak
berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah
Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan
Pelayanan Dasar. Ada 6 (enam) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan
dengan Pelayanan Dasar, meliputi: (a) pendidikan; (b) kesehatan; (c)
pekerjaan umum dan penataan ruang; (d) perumahan rakyat dan kawasan
permukiman; (e) ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan
masyarakat; dan (f) social.
2) Ada 18 (delapan belas) Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar, meliputi: (a) tenaga kerja; (b) pemberdayaan
perempuan dan pelindungan anak; (c) pangan; (d) pertanahan; (e) lingkungan
hidup; (f) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil; (g) …
Lanjutan …..
(g) pemberdayaan masyarakat dan Desa; (h) pengendalian penduduk dan
keluarga berencana; (i) perhubungan; (j) komunikasi dan informatika; (k) koperasi,
usaha kecil, dan menengah; (l) penanaman modal; (m) kepemudaan dan olah
raga; (n) statistik; (o) persandian; (p) kebudayaan; (q) perpustakaan; dan (r)
kearsipan.
b. Urusan Pemerintahan Pilihan, meliputi: (a) kelautan dan perikanan; (b) pariwisata; (c)
pertanian; (d) kehutanan; ( e) energi dan sumber daya mineral; (f) perdagangan; (g)
perindustrian; dan (h) transmigrasi.
 Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah
provinsi serta Daerah kabupaten/kota didasarkan pada prinsip (1) akuntabilitas; (2)
efisiensi; dan (3) eksternalitas; serta (4) kepentingan strategis nasional.
 Berdasarkan prinsip tersebut, kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat adalah:
1) Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
2) Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
3) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi
atau lintas negara;
4) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau
5) Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.
 Berdasarkan prinsip tersebut, kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah provinsi adalah:
1) Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;
2) Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;
3) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
kabupaten/kota; dan/atau
4) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Daerah Provinsi.
Lanjutan …..
 Berdasarkan prinsip tersebut, kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah kabupaten/kota adalah:
1) Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;
2) Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota;
3) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam
Daerah kabupaten/kota; dan/atau
4) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.
 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi
dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi.
 Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan dengan pengelolaan
taman hutan raya kabupaten/kota menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.
 Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan
dengan pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat.
 Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan
dengan pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah kabupaten/kota
menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota.
 Pemerintah Pusat (Kementerian/LPNK) dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan konkuren berwenang untuk:
a. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NPSK) dalam rangka
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan; dan
b. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Lanjutan …..
 Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan Konkuren yang menjadi kewenangan Daerah, dan wajib berpedoman
pada NPSK yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
 Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
diselenggarakan:
a. sendiri oleh Pemerintah Pusat;
b. dengan cara melimpahkan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
atau kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah berdasarkan asas
Dekonsentrasi; atau
c. dengan cara menugasi Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan.
 Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah provinsi
diselenggarakan:
a. sendiri oleh Daerah provinsi;
b. dengan cara menugasi Daerah kabupaten/kota berdasarkan asas Tugas
Pembantuan; atau
c. dengan cara menugasi Desa.
 Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota
diselenggarakan sendiri oleh Daerah kabupaten/kota atau dapat ditugaskan
sebagian pelaksanaannya kepada Desa.
 Pelaksanaan asas tugas pembantuan:
a. Dari Pemerintah Pusat kepada daerah provinsi dan/atau kab/kota ditetapkan
dengan Peraturan Menteri/Pimpinan LPNK;
b. Dari Pemerintah Provinsi kepada daerah Kab/kota dan/atau desa ditetapkan
dengan Peraturan Gubernur; dan
c. Dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada desa ditetapkan dengan Peraturan
Bupati/Walikota.
Lanjutan …..

3. URUSAN PEMERINTAHAN UMUM (ALGEMENE BESTUUR).


 Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan
 Urusan pemerintahan umum, meliputi 7 (tujuh) bidang:
1) pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka
memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945,
pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan
keutuhan NKRI;
2) pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
3) pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras, dan
golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal, regional, dan
nasional;
4) penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayah
Daerah provinsi dan Daerah kab/kota untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemera-
taan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
7) pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan
Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
 Presiden melimpahkan (mendelegasikan) kepada Gubernur dan Bupati/Walikota
dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum.
 Urusan pemerintahan umum dilaksanakan oleh gubernur dan bupati/walikota di
wilayah kerja masing-masing, yang dibantu oleh Instansi Vertikal.
Lanjutan …..

 Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum:


a. Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden melalui Mendagri.
b. Bupati/Walikota bertanggungjawab kepada Mendagri melalui Gubernur Sebagai
Wakil Pemerintah Pusat.
 Gubernur dan Bupati/Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum
dibiayai dari APBN.
 Bupati/Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum pada tingkat
Kecamatan melimpahkan pelaksanaannya kepada camat.
 FORKOPIMDA DAN FORKOPIMCAM
 Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah (Forkopimda) adalah forum yang digunakan
untuk membahas penyelenggaraan urusan pemerintahan umum.
 Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan urusan pemerintahan umum, dibentuk
Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota, dan forum koordinasi pimpinan
di Kecamatan (Forkopimcam).
 Ketua Forkopimda provinsi adalah Gubernur; Ketua Forkopimda kabupaten/kota
adalah Bupati/Walikota; dan Ketua Forkopimcam adalah Camat.
 Anggota Forkopimda provinsi dan Forkopimda kabupaten/kota terdiri atas
pimpinan DPRD, pimpinan kepolisian, pimpinan kejaksaan, dan pimpinan satuan
teritorial Tentara Nasional Indonesia di Daerah.
 Anggota Forkopimcam terdiri atas pimpinan kepolisian dan pimpinan kewilayahan
Tentara Nasional Indonesia di Kecamatan.
 Forkopimda provinsi, Forkopimda kabupaten/kota, dan Forkopimcam dapat
mengundang pimpinan Instansi Vertikal sesuai dengan masalah yang dibahas.
IV. PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH
1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam
UUD NRI Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
3. Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah Kepala Daerah (dan jajaran
pemerintah daerah) bersama DPRD.
4. Kepala Daerah adalah unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
5. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang mempunyai fungsi Pembentukan Peraturan
Daerah, Anggaran, dan Pengawasan.

 Hubungan kerja DPRD dan KDH didasarkan atas mitra sejajar.


 Hubungan kemitraan diwujudkan dalam bentuk:
a. Persetujuan bersama dalam pembentukan Perda;
b. Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban
c. Persetujuan terhadap kerja sama yang akan dilakukan Pemda;
d. Rapat konsultasi DPRD dengan Kepala Daerah secara berkala;
 Laporan keterangan pertanggungjawaban yang disampaikan kepala daerah kepada
DPRD tidak dapat digunakan sebagai sarana pemberhentian kepala daerah.
Lanjutan …..

 TUGAS KEPALA DAERAH:


a. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah;
b. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
c. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan serta
menetapkan RKPD;
d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, perubahan
APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
e. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya;
f. mengusulkan pengangkatan Wakil Kepala Daerah; dan
g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 WEWENANG KEPALA DAERAH:
a. mengajukan rancangan Perda;
b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
c. menetapkan peraturan kepala daerah dan keputusan kepala daerah;
d. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat
dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;
e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Lanjutan …..

 TUGAS WAKIL KEPALA DAERAH:


a. Membantu Kepala Daerah dalam:
1) memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan
daerah;
2) mengoordinasikan kegiatan perangkat daerah dan menindaklanjuti
laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan;
3) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah provinsi bagi wakil
gubernur; dan
4) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh perangkat daerah kabupaten/kota, kelurahan,
dan/atau desa bagi wakil bupati/walikota;
b. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam
pelaksanaan pemerintahan daerah;
c. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah
menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara;
d. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan
oleh kepala daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah;
dan
e. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Lanjutan …..

 KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH:


a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI;
b. Menaati seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah;
e. Menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;
f. Melaksanakan program strategis nasional;
g. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan
semua Perangkat Daerah; dan
h. Menyampaikan LPPD, LKPJ dan IPPD bagi KDH.
Lanjutan …..

 LARANGAN BAGI KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH:


a. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan
pribadi, keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya;
b. membuat kebijakan yang merugikan kepentingan umum dan
meresahkan sekelompok masyarakat atau mendiskriminasikan warga
negara dan/atau golongan masyarakat lain;
c. menjadi pengurus suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik
negara/daerah atau pengurus yayasan bidang apa pun;
d. menyalahgunakan wewenang yang menguntungkan diri sendiri dan/atau
merugikan Daerah yang dipimpin;
e. melakukan KKN dan menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak
lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukan.
f. menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan
kecuali untuk mewakili daerahnya.
g. menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya;
h. merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya;
i. melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa izin dari Mendagri;
j. meninggalkan tugas dan wilayah kerja lebih dari 7 (tujuh) Hari berturut-
turut atau tidak berturut-turut dalam waktu 1 (satu) bulan tanpa izin
Mendagri untuk gubernur dan wakil gubernur serta tanpa izin gubernur
untuk bupati dan wakil bupati atau wali kota dan wakil wali kota.

25
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
PENGATURAN:
 Pengaturan tentang DPRD yang semula diatur dalam UU. Nomor 17 Tahun 2014 tentang
MPR, DPR, DPD dan DPRD, diintegrasikan dalam UU. Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, agar sejalan dengan ketentuan Pasal 18 UUD 1945.
 Pengintegrasian pengaturan DPRD ini akan mengakhiri dualisme regulasi, serta
mempertegas kedudukan dan fungsi DPRD sebagai bagian dari penyelenggara
pemerintahan daerah dalam NKRI.
 PERPPU Nomor 2 Tahun 2014 menghapus tugas & wewenang DPRD untuk memilih KDH.

KEDUDUKAN:
 DPRD (lembaga) berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Untuk itu, perlu diatur hubungan kerja antara Kepala Daerah dan DPRD, karena sama-
sama merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
 Anggota DPRD berkedudukan sebagai Pejabat Daerah, sehingga perlu diatur hak
keuangan dan protokoler DPRD.
TIGA FUNGSI DPRD:
 (1) fungsi pembentukan peraturan daerah: (a) menyusun program pembentukan Perda
bersama Kepala Daerah (KDH); (b) mengajukan usul Rancangan Perda inisiatif DPRD;
dan (c) membahas bersama KDH dan menyetujui atau tidak menyetujui Rancangan
Perda.
 (2) fungsi anggaran: (a) membahas kebijakan umum APBD (KUA) serta prioritas dan
plafon anggaran sementara (PPAS) yang disusun oleh KDH berdasarkan RKPD;
(b) membahas Ranperda tentang APBD bersama KDH; (c) membahas Ranperda
tentang Perubahan APBD bersama KDH; dan (d) membahas Ranperda tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD bersama KDH.
26
Lanjutan …..

 (3) fungsi pengawasan: (a) pengawasan atas pelaksanaan Perda dan Peraturan
KDH; (b) pengawasan atas pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan lain yang terkait dgn penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan (c)
pengawasan atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah oleh BPK-RI.
TUGAS DAN WEWENANG DPRD
1. Membentuk Perda bersama KDH;
2. Membahas dan memberikan persetujuan Rancangan Perda tentang APBD yang
diajukan oleh KDH;
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD;
4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian KDH;
5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap
Rencana Perjanjian Internasional di Daerah;
6. Memberikan persetujuan terhadap Rencana Kerja Sama Internasional yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah;
7. Meminta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban KDH dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
8. Memberikan persetujuan terhadap Rencana Kerjasama dengan Daerah Lain atau
dengan Pihak Ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah;
9. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

27
Lanjutan …..

ALAT KELENGKAPAN DPRD


1. Pimpinan;
2. Badan Musyawarah;
3. Komisi;
4. Badan Pembentukan Perda;
5. Badan Anggaran;
6. Badan Kehormatan; dan
7. Alat Kelengkapan Lain Yang Diperlukan Dan Dibentuk Oleh Rapat Paripurna.
SISTEM PENDUKUNG DPRD
 Dalam melaksanakan tugas dan wewenang DPRD, Alat Kelengkapan DPRD
didukung oleh Sekretariat DPRD dan Kelompok Pakar/Tim Ahli.
 Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekeretaris DPRD. Seluruh unsur sekretariat DPRD
diangkat/diberhentikan oleh KDH atas usul Pimpinan DPRD.
 Kelompok Pakar/Tim Ahli diangkat/diberhentikan oleh Sekretaris DPRD atas usul
anggota impinan DPRD (dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan
daerah).

28
Lanjutan …..

 Tugas:
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota dan tugas
pembantuan oleh kabupaten/kota, dan tugas lainnya, Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat mempunyai tugas:
1) mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Tugas
Pembantuan di Daerah kabupaten/kota;
2) melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;
3) memberdayakan dan memfasilitasi Daerah kabupaten/kota di wilayahnya;
4) melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD,
RPJMD, APBD, perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, tata
ruang daerah, pajak daerah, dan retribusi daerah;
5) melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota; dan
6) melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Wewenang:
Dalam melaksanakan tugas pembinan dan pengawasan terhadap pemerintah daerah
kabupaten/kota tersebut, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai
wewenang:
1) membatalkan Perda Kabupaten/Kota dan peraturan bupati/wali kota;
2) memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/wali kota terkait dengan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
3) menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar-
Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi;

29
Lanjutan …..

4) memberikan persetujuan terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang


pembentukan dan susunan Perangkat Daerah kabupaten/kota; dan
5) melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Tugas dan Wewenang Lainnya:
Selain melaksanakan pembinaan dan pengawasan tersebut di atas, Gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas dan wewenang:
1) menyelaraskan perencanaan pembangunan antarDaerah kabupaten/kota dan antara
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota di wilayahnya;
2) mengoordinasikan kegiatan pemerintahan dan pembangunan antara Daerah provinsi
dan Daerah kabupaten/kota dan antar-Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;
3) memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat atas usulan DAK pada Daerah
kabupaten/kota di wilayahnya;
4) melantik bupati/wali kota;
5) memberikan persetujuan pembentukan Instansi Vertikal di wilayah provinsi kecuali
pembentukan Instansi Vertikal untuk melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan
pembentukan Instansi Vertikal oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas
disebutkan dalam UUD Tahun 1945;
6) melantik kepala Instansi Vertikal dari kementerian dan lembaga pemerintah
nonkementerian yang ditugaskan di wilayah Daerah provinsi yang bersangkutan
kecuali untuk kepala Instansi Vertikal yang melaksanakan urusan pemerintahan
absolut dan kepala Instansi Vertikal yang dibentuk oleh kementerian yang
nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam UUD Tahun 1945; dan
7) melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

30
Lanjutan …..

 Pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil Pemerintah


Pusat dibebankan pada APBN.
 Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dapat menjatuhkan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan kepada penyelenggara Pemerintahan
Daerah kabupaten/kota.
 Tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dapat didelegasikan
kepada Wakil Gubernur.
 Dalam hal gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat tidak melaksanakan tugas dan
wewenangnya, Menteri Dalam Negeri mengambil alih pelaksanaan tugas dan
wewenang Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
 Gubernur dalam menyelenggarakan tugas sebagai wakil Pemerintah Pusat dibantu
oleh perangkat gubernur, yang terdiri atas sekretariat dan paling banyak 5 (lima) unit
kerja, yang dipimpin oleh Sekretaris Gubernur.
 Sekretaris daerah provinsi karena jabatannya ditetapkan sebagai Sekretaris Gubernur.

31
V. KELEMBAGAAN DAERAH
 Kebijakan desentralisasi melalui penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah, berimplikasi terhadap adanya urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah.
 Untuk menyelenggarakan kewenangan daerah tersebut, perlu dibentuk kelembagaan
daerah. Di dalam PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, digunakan istilah
kelembagaan daerah sebagai perangkat daerah.
 Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala Daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
 Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu Gubernur dan DPRD provinsi
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
provinsi.
 Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu bupati/wali kota dan DPRD
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah kabupaten/kota.
 Ada 8 (delapan) Asas Pembentukan Perangkat Daerah:
 (1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, yakni Perangkat Daerah
hanya dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan berdasarkan asas otonomi
dan Tugas Pembantuan.
 (2) intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah, yakni penentuan jumlah dan
susunan Perangkat Daerah didasarkan pada volume beban tugas untuk
melaksanakan suatu Urusan Pemerintahan atau volume beban tugas untuk
mendukung dan menunjang pelaksanaan Urusan Pemerintahan.
 (3) efisiensi, yakni pembentukan Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan
perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.

32
Lanjutan …..

 (4) efektivitas, yakni pembentukan Perangkat Daerah harus berorientasi pada tujuan
yang tepat guna dan berdaya guna.
 (5 ) pembagian habis tugas, yakni pembentukan Perangkat Daerah yang membagi
habis tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan kepada Perangkat Daerah dan
tidak terdapat suatu tugas dan fungsi yang dibebankan pada lebih dari satu Perangkat
Daerah.
 (6) rentang kendali, yakni penentuan jumlah Perangkat Daerah dan jumlah unit kerja
pada Perangkat Daerah didasarkan pada kemampuan pengendalian unit kerja
bawahan.
 (7) tata kerja yang jelas, yakni pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan
unit kerja pada Perangkat Daerah mempunyai hubungan kerja yang jelas, baik vertikal
maupun horizontal.
 (8) fleksibilitas, yakni penentuan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja
pada Perangkat Daerah memberikan ruang untuk menampung tugas dan fungsi yang
diamanatkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Peraturan
Pemerintah ini ditetapkan.
 Prosedur Pembentukan Perangkat Daerah:
 Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perda.
 Perda berlaku setelah mendapat persetujuan dari Menteri Dalam Negeri bagi
Perangkat Daerah provinsi dan dari Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi
Perangkat Daerah kabupaten/kota.
 Persetujuan Mendagri atau Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat diberikan
berdasarkan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.
 Ketentuan mengenai kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata
kerja perangkat daerah ditetapkan dengan Perkada.
33
Lanjutan …..

 Jenis Perangkat Daerah:


 Perangkat Daerah provinsi terdiri atas: (a) sekretariat Daerah; (b) sekretariat DPRD;
(c ) inspektorat; (d) dinas; dan (e) badan.
 Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas: (a) sekretariat Daerah; (b) sekretariat
DPRD; (c ) inspektorat; (d) dinas; (e) badan; dan (f) kecamatan.
 Perangkat Daerah provinsi dan kab/kota selain melaksanakan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah juga melaksanakan Tugas Pembantuan.
 Hubungan kerja Perangkat Daerah provinsi dengan Perangkat Daerah
kabupaten/kota bersifat koordinatif dan fungsional.
 Pembinaan dan pengendalian penataan Perangkat Daerah dilakukan oleh
Pemerintah Pusat untuk provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat untuk kab/kota.
 Nomenklatur Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah yang
melaksanakan Urusan Pemerintahan dibuat dengan memperhatikan pedoman dari
kementerian/lembaga yang membidangi Urusan Pemerintahan tersebut.
 Sekretariat Daerah:
 Sekretariat Daerah dipimpin oleh sekretaris Daerah;
 Sekretaris Daerah mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam: (a)
pengoordinasian penyusunan kebijakan Daerah; (b) pengoordinasian pelaksanaan
tugas satuan kerja Perangkat Daerah; (c) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan Daerah; d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur sipil negara
pada instansi Daerah; dan (e ) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala
Daerah terkait dengan tugas dan fungsinya.
 Dalam pelaksanaan tugas, sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada kepala
daerah.
34
Lanjutan …..
 Sekretariat DPRD:
 Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris DPRD.
 Sekretaris DPRD mempunyai tugas: (a) menyelenggarakan administrasi
kesekretariatan dan keuangan; (b) mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD;
dan (c) menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD
dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kebutuhan;
 Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional
bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung
jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris Daerah.
 Inspektorat Daerah: (1) dipimpin oleh inspektur; (2) mempunyai tugas membantu kepala
daerah membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh perangkat daerah; dan (3) dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui SEKDA.
 Dinas Daerah: (1) dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah; (2) dipimpin oleh seorang kepala; (3) mempunyai tugas membantu
kepala daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (4)
Kepala dinas dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala daerah
melalui sekretaris Daerah.
 Unit Pelaksana Teknis Dinas:
 Untuk mengatasi masalah rentang kendali wilayah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pada dinas Daerah (provinsi atau
kab/kota) dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
 UPTD melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu.
 UPTD dibedakan dalam 2 (dua) klasifikasi, (a) UPTD Kelas A untuk mewadahi beban
kerja yang besar; dan (b) UPTD Kelas B untuk mewadahi beban kerja yang kecil.
35
Lanjutan …..

 Pembentukan UPTD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah setelah


dikonsultasikan secara tertulis kepada Mendagri (untuk UPTD Provinsi) dan kepada
Gubernur (untuk UPTD Kab/Kota).
 UPTD Provinsi bertempat di Ibukota Kabupaten/Kota, sedangkan UPTD Kab/Kota
berkedudukan di Ibukota Kecamatan.
 Dalam urusan pemerintahan bidang Pendidikan, selain UPTD, ada juga Satuan
Pendidikan Formal (Sekolah), sedangkan dalam bidang kesehatan ada juga Satuan
Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit dan Puskesmas).
 Untuk urusan pemerintahan yang hanya menjadi kewenangan Provinsi (seperti
Urusan Pendidikan Subbidang Pendidikan Menengah) dapat dibentuk Cabang Dinas
(selain UPTD).
 Badan Daerah: (1) dibentuk untuk melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah (meliputi: perencanaan; keuangan; kepegawaian serta
pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; dan fungsi lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Badan dipimpin oleh seorang kepala. (3)
Kepala badan mempunyai tugas membantu kepala daerah melaksanakan fungsi
penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; (4) Kepala badan
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada KDH melalui SEKDA; (5) Setiap
Provinsi dapat membentuk Badan Penghubung yang ditetapkan dengan Perda provinsi.
 Kecamatan: (1) Daerah kab/kota membentuk Kecamatan dalam rangka meningkatkan
koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan
masyarakat Desa/kelurahan; (2) Kecamatan dibentuk dengan Perda Kab/Kota berpedoman
pada peraturan pemerintah; (3) Rancangan Perda Kab/Kota tentang pembentukan
Kecamatan yang telah mendapatkan persetujuan bersama bupati/walikota dan DPRD
kab/kota, sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota disampaikan kepada Menteri melalui
Gubernur sebagai WPP untuk mendapat persetujuan.
36
VI. KEPEGAWAIAN DAERAH
 Untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang
telah diuraikan menjadi tugas dan fungsi perangkat daerah (lembaga daerah),
dibutuhkan peran pegawai aparatur sipil negara (pegawai ASN).
 Efektivitas penyelenggaraan kewenangan daerah, membutuhkan dukungan pegawai
ASN yang memadai baik dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan
untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
 Oleh karena itu, Pemerintah Daerah harus mempunyai birokrasi karir yang kuat dan
memadai dalam aspek jumlah dan kompetensinya, untuk mengisi formasi jabatan pada
setiap organisasi perangkat daerah.
 Pegawai ASN terdiri dari: (a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan (b) Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (P3K).
 Pegawai ASN berfungsi sebagai: (a) pelaksana kebijakan publik; (b) pelayan publik;
dan (c) perekat dan pemersatu bangsa.
 Jabatan ASN terdiri atas:
 (1) Jabatan Administrasi, terdiri dari: (a) Jabatan Administrator; (b) Jabatan
Pengawas; (c) Jabatan Pelaksana.
 (2) Jabatan Fungsional, terdiri dari:
 (a) jabatan fungsional keahlian, terdiri dari: (1) ahli utama; (2) ahli madya; (3) ahli
muda; dan (4) ahli pertama.
 (b) jabatan fungsional keterampilan, terdiri dari: (1) penyelia; (2) mahir; (3)
terampil; dan (4) pemula.
 (3) Jabatan Pimpinan Tinggi, terdiri dari: (a) jabatan pimpinan tinggi utama; (b)
jabatan pimpinan tinggi madya; dan (c) jabatan pimpinan tinggi pratama.

37
Lanjutan …..

 Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN.


 Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari: (a) prajurit TNI; dan (b) anggota Polri.
 Pengisian Jabatan ASN tertentu yang berasal dari prajurit TNI dan anggota Polri
dilaksanakan pada Instansi Pusat.
 Pegawai ASN yang menduduki jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrator, dan
jabatan pengawas pada Perangkat Daerah wajib memenuhi persyaratan kompetensi:
 (a) Kompetensi Teknis, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dikembangkan yang spesiflk berkaitan dengan bidang
teknis Jabatan.
 Kompetensi Teknis diukur dari dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan
teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis yang dibuktikan
dengan sertifikasi.
 Kompetensi teknis ditetapkan oleh menteri/kepala LPNK setelah dikoordinasikan
dengan Menteri Dalam Negeri.
 (b) Kompetensi Manajerial, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi.
 Kompetensi Manajerial, diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.
 (c) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/
perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan.
38
Lanjutan …..
 Kompetensi sosial kultural, diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki
wawasan kebangsaan.
 (d) Kompetensi Pemerintahan (khusus untuk Kemendagri), antara lain kompetensi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terkait dengan kebijakan Desentralisasi,
hubungan Pemerintah Pusat dengan Daerah, pemerintahan umum, pengelolaan
keuangan Daerah, Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, hubungan
Pemerintah Daerah dengan DPRD, serta etika pemerintahan.
 Kompetensi pemerintahan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
 Kompetensi pemerintahan dibuktikan dengan sertifikasi.
 Manajemen PNS meliputi:
 (a) Penyusunan dan penetapan kebutuhan: (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib
menlrusun kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan pNS berdasarkan analisis Jabatan dan
analisis beban kerja; (2) Kebutuhan PNS secara nasional ditetapkan oleh MENPAN-RB
pada setiap tahun, setelah memperhatikan pendapat MENKEU yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan dan pertimbangan teknis Kepala BKN.
 (b) Pengadaan: (1) Pengadaan PNS di Instansi Pemerintah dilakukan berdasarkan pada
penetapan kebutuhan PNS oleh MENPAN-RB; (2) dilakukan secara nasional melalui
proses seleksi; (3) bagi yang lulus seleksi ditetapkan menjadi CPNS (dan selanjutnya
menjadi PNS).
 (c) Pangkat dan Jabatan:
 Pangkat merupakan kedudukan yang menunjukan tingkatan Jabatan berdasarkan
tingkat kesulitan, tanggung jawab, dampak, dan persyaratan kualifrkasi pekerjaan
yang digunakan sebagai dasar penggajian.
 Jabatan PNS terdiri atas: (a) Jabatan Administrasi; (b) Jabatan Fungsional; dan (c )
Jabatan Pimpinan Tinggi.
39
Lanjutan …..

 (d) Pengembangan karier:


 Pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola karier, mutasi, dan promosi
merupakan manajemen karier PNS yang harus dilakukan dengan menerapkan
prinsip Sistem Merit.
 Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
 Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian
kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah.
 Pengembangan karier dilakukan melalui manajemen pengembangan karier dengan
mempertimbangkan integritas dan moralitas.
 Harus dikelola rencana pengembangan karier yang disusun di tingkat instansi dan
tingkat nasional.
 (e) Pola karier:
 Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan penyeienggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan, perlu disusun pola karier PNS yang terintegrasi
secara nasional.
 Pola karier PNS merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan dan/atau
perpindahan PNS dalam dan antar posisi di setiap jenis Jabatan secara
berkesinambungan.
 Pola karier PNS terdiri atas: (a) pola karier instansi; dan (b) pola karier nasional.
 (f) promosl:
 Promosi merupakan bentuk pola karier yang dapat berbentuk vertikal atau diagonal.
 Promosi dapat dilakukan dalam jabatan atau antar jabatan PNS,

40
Lanjutan …..

 (g) Mutasi:
 Instansi Pemerintah menyusun perencanaan mutasi PNS di lingkungannya.
 Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar-
Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi Pusat dan
Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.
 Mutasi dilakukan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.
 (h) Penilaian kinerja:
 Tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah dibentuk oleh Pejabat Yang Berwenang
atas nama Pejabat Pembina Kepegawaian.
 Penilaian kinerja bertujuan untuk mengetahui pencapaian hasil kerja pegawai dalam
melaksanakan tugas tertentu.
 (i) Penggajian dan tunjangan:
 PNS diberikan gaji, tunjangan, dan fasilitas.
 Gaji, tunjangan, dan fasilitas diatur dengan PP.
 (j) Penghargaan:
 Setiap pegawai berkinerja baik diberikan penghargaan.
 Penghargaan diberikan oleh Presiden sesuai masa pengabdian PNS.
 (k) Disiplin:
 Setiap PNS harus disiplin dalam melaksanakan tugas.
 Pelanggaran dispilin dapat dikenakan sanksi.
 (l) pemberhentian:
 PNS dapat diberhentikan bila melanggar ketentuan Pidana;
 PNS dapat diberhentikan tidak dengan hormat.
 (m) jaminan pensiun dan jaminan hari tua:
 PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 (n) perlindungan:
 Pemerintah wajib memberikan perlindungan kepada PNS berupa: (a) jaminan kesehatan; 41
VII. KEUANGAN DAERAH
 Untuk membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, pemerintah daerah membutuhkan sumber-sumber keuangan daerah, yang
dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
 Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala
bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan
kewajiban Daerah tersebut.
 Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungiawaban, dan
pengawasan Keuangan Daerah.
 Secara operasional (setiap tahun anggaran), pengelolaan keuangan daerah dilakukan
dalam bentuk pengelolaan APBD (pendapatan daerah dan belanja daerah):
 Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
 Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
 Sumber-sumber pendapatan daerah:
 (a) pendapatan asli Daerah meliputi: (1) pajak daerah; (2) retribusi daerah; (3) hasil
pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan (4) lain-lain pendapatan asli
Daerah yang sah;
 (b) pendapatan transfer, meliputi:
 (1) transfer Pemerintah Pusat terdiri atas: (a) dana perimbangan; (b) dana otonomi
khusus; (c ) dana keistimewaan; dan (d) dana Desa.
 (2) transfer antar-Daerah: (a) pendapatan bagi hasil; dan (b) bantuan keuangan.
 (c) lain-lain pendapatan daerah yang sah.
42
Lanjutan …..

 Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
 Pajak Daerah:
 (1) Pajak Daerah Provinsi: (a) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB); (b) Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB); (c) Pajak Alat Berat (PAB); (d) Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermoto (PBBKB); (e) Pajak Air Permukaan (PAP); (f) Pajak Rokok; dan (g)
Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (Opsen PMBLB).
 (2) Pajak Daerah Kabupaten/Kota: (a) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2); (b) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Banguan (BPHTB); (c)
Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT); (d) Pajak Reklame; (e) Pajak Air Tanah (PAT);
(f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (PMBLB); (g) Pajak Sarang Burung Walet;
(h) Opsen Pajak Kndaraan Bermotor (Opsen PKB); dan (i) Opsen Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (Opsen BBNKB).
 UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan UU Nomor 1
Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah menetapkan sistem pajak
dengan daftar tertutup (closed list local tax system). Maknanya:
 (1) Jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemda Provinsi dan Pemda Kab/
Kota, hanyalah jenis pajak daerah yang ditetapkan di dalam undang-undang;
 (2) Pemda Provinsi dan Pemda Kab/Kota tidak memiliki wewenang untuk menambah
jenis pajak daerah (yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah), karena akan
berimplikasi terhadap ekonomi biaya tinggi dan/atau beban pajak berganda.
 Jenis Pajak daerah tersebut dapat tidak dipungut, dalam hal: (a) potensinya kurang
memadai; dan/atau (b) Pemda menetapkan kebijakan untuk tidak memungut. Jenis Pajak
yang tidak dipungut ditetapkan dalam Perda mengenai Pajak dan Retribusi.
43
Lanjutan …..
 Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
 Jenis Retribusi terdiri atas:
 (a) Retribusi Jasa Umum: pelayanan kesehatan; pelayanan kebersihan; pelayanan
parkir di tepi jalan umum; pelayanan pasar; dan pengendalian lalu lintas;
 (b) Retribusi Jasa Usaha: penyediaan tempat kegiatan usaha; penyediaan tempat
pelelangan; penyediaan tempat khusus parkir; penyediaan tempat penginapan;
pelayanan rumah pemotongan hewan ternak; pelayanan jasa kepelabuhanan;
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga; pelayanan penyeberangan
orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air; penjualan hasil produksi
usaha Pemerintah Daerah; dan pemanfaatan aset Daerah yang tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi perangkat Daerah dan/atau
optimalisasi aset Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 (c) Retribusi Perzinan Tertentu: persetujuan bangunan gedung; penggunaan tenaga
kerja asing; dan pengelolaan pertambangan rakyat.
 Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan:
 Pendapatan asli daerah yg diperoleh dari laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
 Pemda memperoleh bagian laba dalam bentuk dividen, karena Pemda sudah
berinvestasi (penyertaan modal daerah) pada BUMD tersebut.
 Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah: Hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan; Jasa giro; pendapatan bunga; Keuntungan selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing; dan komisi; dan Potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
44
Lanjutan …..
 Pendapatan transfer, meliputi:
 (1) Transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:
 (a) dana perimbangan atau Transfer ke Daerah (TKD) adalah dana yang bersumber dari
APBN dan merupakan bagian dari belanja negara yang dialokasikan dan disalurkan
kepada Daerah untuk dikelola oleh Daerah dalam rangka mendanai penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
 Dana Bagi Hasil (DBH) adalah bagian dari TKD yang dialokasikan berdasarkan
persentase atas pendapatan tertentu dalam APBN dan kinerja tertentu, yang
dibagikan kepada Daerah penghasil dengan tujuan untuk mengu.rangi ketimpangan
fiskal antara Pemerintah dan Daerah, serta kepada Daerah lain nonpenghasil dalam
rangka menanggulangi eksternalitas negatif dan/atau meningkatkan pemerataan
dalam satu wilayah.
 Dana Alokasi Umum (DAU) adalah bagian dari TKD yang dialokasikan dengan tujuan
mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan dan layanan publik antar-Daerah.
 Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah bagian dari TKD yang dialokasikan dengan
tujuan untuk mendanai program, kegiatan, dan/atau kebijakan tertentu yang menjadi
prioritas nasional dan membantu operasionalisasi layanan publik, yang
penggunaannya telah ditentukan oleh Pemerintah.
 Dana Otonomi Khusus adalah bagian dari TKD yang dialokasikan kepada Daerah
tertentu untuk mendanai pelaksanaan otonomi khusus sebagaimana ditetapkan
dalam Undang-Undang mengenai otonomi khusus.
 Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yoryakarta adalah bagian dari TKD yang
dialokasikan untuk mendukung urllsan keistimewaan Daerah Istimewa Yoryakarta
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai keistimewaan Yoryakarta.
 Dana Desa adalah bagian dari TKD yang diperuntukkan bagi desa dengan tujuan
untuk mendukung pendanaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
45
Lanjutan …..

 (2) Transfer antar-Daerah:


 (a) Pendapatan bagi hasil: bagi hasil penerimaan pajak antar-Daerah;
 (b) Bantuan keuangan: Daerah tertentu dapat memberikan bantuan keuangan
kepada daerah lainnya untuk membiayai kegiatan tertentu.
 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain
pendapatan asli daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi: hibah, dana darurat,
dan lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.  
 Prinsip pendanaan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dalam kerangka
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah meliputi:
 (a) penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
didanai dari dan atas beban APBD; dan
 (b) penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di
Daerah didanai dari dan atas beban APBN.
 Keuangan Daerah meliputi:
 (a) hak Daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah, serta melakukan
pinjaman;
 (b) kewajiban Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
 (c ) Penerimaan Daerah;
 (d) Pengeluaran Daerah;
 (e ) kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan daerah yang dipisahkan; dan/atau
 (f) kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah dan/atau kepentingan umum.
46
Lanjutan …..

 Pinjaman Daerah:
 Kemampuan Keuangan Daerah masih relatif terbatas dalam mendanai penyediaan
sarana dan prasarana publik.
 Dalam rangka mendukung Daerah dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat, Daerah dapat mengakses sumber-sumber
Pembiayaan Utang Daerah, baik yang berskema konvensional maupun syariah,
meliputi:
 (a) Pinjaman Daerah merupakan alternatif sumber pendanaan APBD yang
digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan, dan/atau
kekurangan kas. Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri.
 (b) Obligasi Daerah, yakni efek yang diterbitkan oleh Pemda dan tidak dijamin
oleh Pemerintah. Pemda dapat menerbitkan Obligasi Daerah hanya untuk
membiayai kegiatan investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat yang menjadi urusan Pemerintah Daerah.
 (c) Sukuk Daerah (sukuk daerah adalah surat berharga syariah yang diterbitkan
oleh pemerintah daerah atau lembaga milik pemerintah daerah dalam rangka
membiayai pembangunan daerah.
 Skema Pinjaman Daerah akan didasarkan pada penggunaannya dan bukan pada
periodisasi jangka waktu pinjaman, meliputi: (a) pinjaman untuk pengelolaan kas;
(b) pembiayaan pembangunan infrastruktur Daerah; (c) pengelolaan portofolio
utang Daerah; dan (d) penerusan pinjaman dan/atau penyertaan modal BUMD.
 Selain itu, jenis Pinjaman Daerah akan diperluas, yaitu: (a) pinjaman tunai; dan (b)
pinjaman kegiatan.

47
Lanjutan …..

 Belanja Daerah:
 Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
 Dua Jenis Belanja Daerah, yakni:
 Belanja Wajib (Spending Obligation), yakni jenis belanja yang harus dialokasikan
oleh pemerintah daerah, karena merupakan kewajiban yang harus dibayarkan
pada setiap tahun anggaran.
 Belanja Prioritas (Spending Priority), yakni jenis belanja yang ditetapkan oleh
Pemda sesuai dengan tingkat urgensinya untuk membiayai penyediaan barang
dan jasa publik bagi kepentingan masyarakat.
 Bila pada suatu trahun anggaran, Pendapatan Daerah lebihn besar dari pada
Belanja Daerah, maka akan terdapat Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA),
yang akan digunakan untuk membiatai kegiatan tahun berikutnya.

48
VIII. MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK
 Konsep:
 Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. (Pasal 1 angka
1 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik).
 UU No 25 Tahun 2009, antara lain merujuk pada:
 (1) UU Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on
Economic, Social, and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya);
 (2) UU Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil
and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik).
 Kedua rumpun hak asasi manusia tersebut (Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya;
serta Hak-Hak Sipil dan Politik) tertuang di dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia, yang diterima dan diumumkan (disepakati) oleh PBB pada tanggal 10
Desember 1948.
 Semua pemerintah pada negara-negara di dunia yang menjadi anggota PBB, wajib
menghormati dan memenuhi hak asasi manusia, termasuk melalui penyediaan
pelayanan public sesuai kepentingan masyarakat.
 Oleh karena itu, di dalam ketentuan Pasal 344 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, ditegaskan bahwa “Pemda wajib menjamin terselenggaranya
pelayanan publik berdasarkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah”.
 Pemda Daerah wajib membangun manajemen pelayanan publik dengan mengacu
pada asas-asas pelayanan publik. 49
Lanjutan …..
 Asas Pelayanan Publik:
 Pemda Daerah wajib membangun manajemen pelayanan publik dengan mengacu pada
asas-asas pelayanan publik.
 Asas-asas pelayanan publik oleh Pemda:
 (a) kepentingan umum;
 (b) kepastian hukum;
 (c) kesamaan hak;
 (d) keseimbangan hak dan kewajiban;
 (e) keprofesionalan;
 (f) partisipatif;
 (g) persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
 (h) keterbukaan;
 (i) akuntabilitas;
 (j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
 (k) ketepatan waktu; dan
 (l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
 Manajemen pelayanan publik:
 Lingkup Manajemen pelayanan yang diselenggarakan Pemda, meliputi:
 (a) pelaksanaan pelayanan;
 (b) pengelolaan pengaduan masyarakat;
 (c) pengelolaan informasi;
 (d) pengawasan internal;
 (e ) penyuluhan kepada masyarakat;
 (f) pelayanan konsultasi; dan
 (g) pelayanan publik lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
50
Lanjutan …..

 Dalam melaksanakan manajemen pelayanan public: Pemda dapat membentuk:


 Pemda dapat membentuk forum komunikasi antara Pemda dengan masyarakat
dan pemangku kepentingan terkait.
 Pemda dapat membentuk Badan Layanan Umum Daerah dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat.
 Maklumat Pelayanan Publik:
 Pemda wajib mengumumkan informasi pelayanan publik kepada masyarakat
melalui media dan tempat yang dapat diakses oleh masyarakat luas.
 Informasi pelayanan publik dimaksud dituangkan dalam bentuk maklumat
pelayanan publik Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
 Maklumat pelayanan publik dimaksud paling sedikit memuat:
 (a) jenis pelayanan yang disediakan;
 (b) syarat, prosedur, biaya dan waktu;
 (c) hak dan kewajiban Pemerintah Daerah dan warga masyarakat; dan
 (d) satuan kerja atau unit kerja penanggungjawab penyelenggaraan pelayanan.
 Maklumat pelayanan publik ditandatangani oleh kepala daerah dan dipublikasikan
secara luas kepada masyarakat.
 Maklumat pelayanan publik dimaksud menjadi dasar bagi Pemda dalam
menyelenggarakan pelayanan publik.
 Sanksi bila tidak ada Maklumat Pelayanan Publik:
 Kepala daerah yang tidak mengumumkan informasi tentang pelayanan publik,
dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri untuk gubernur
dan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk bupati/wali kota.

51
Lanjutan …..

 Dalam hal teguran tertulis telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut dan tetap
tidak dilaksanakan, kepala daerah diwajibkan mengikuti program pembinaan
khusus pendalaman bidang pemerintahan yang dilaksanakan oleh Kementerian
serta tugas dan kewenangannya dilaksanakan oleh wakil kepala daerah atau
pejabat yang ditunjuk
 Penyederhaan Jenis dan Prosedur Pelayanan Publik:
 Pemda wajib memberikan pelayanan publik berdasarkan standar pelayanan.
 Pemda dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan publik
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing Daerah.
 Penyederhanaan ditetapkan dengan Perda.
 Pemda dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
 Jenis Pelayanan Publik:
 Ada dua jenis pelayanan public, yakni: (1) Pelayanan perijinan; dan (2) Pelayanan
Non Perijinan.
 Pelayanan Perizinan:
 Kepala daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Dalam memberikan pelayanan perizinan, Pemda membentuk unit pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP).
 Pembentukan unit PTSP berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 KDH yang tidak memberikan pelayanan perizinan dikenai sanksi administratif.

52
Lanjutan …..

 Pelayanan Perizinan:
 Kepala daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Dalam memberikan pelayanan perizinan, Pemda membentuk unit pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP).
 Pembentukan unit PTSP berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 KDH yang tidak memberikan pelayanan perizinan dikenai sanksi administratif.
 Sanksi administratif berupa teguran tertulis kepada gubernur oleh Menteri dan
kepada bupati/walikota oleh gubernur untuk pelanggaran yang bersifat
administrasi.
 Dalam hal teguran tertulis telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut dan tetap
tidak dilaksanakan oleh kepala daerah, Menteri mengambil alih pemberian izin
yang menjadi kewenangan gubernur dan gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat mengambil alih pemberian izin yang menjadi kewenangan bupati/walikota.
 Pengaduan Masyarakat Atas Pelayanan Publik:
 Masyarakat berhak mengadukan penyelenggaraan pelayanan publik kepada
Pemerintah Daerah, Ombudsman, dan/atau DPRD.
 Pengaduan masyarakat dilakukan terhadap:
 penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau melanggar larangan
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pelayanan publik; dan
 pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
pelayanan publik.
53
Lanjutan …..

 Mekanisme dan tata cara penyampaian pengaduan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
 Kepala daerah wajib melaksanakan rekomendasi Ombudsman sebagai tindak lanjut
pengaduan masyarakat.
 KDH yang tidak melaksanakan rekomendasi Ombudsman diberikan sanksi
berupa: (1) pembinaan khusus pendalaman bidang pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Kemendagri; serta (2) tugas dan kewenangannya
dilaksanakan oleh wakil kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk.
 Evaluasi Kinerja Pelayanan Publik:
 Kewenangan Evaluasi:
 Mendagri melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
Pemda provinsi.
 Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan evaluasi kinerja pelayanan
publik yang dilaksanakan oleh Pemda kab/kota.
 Evaluasi dimaksud merupakan bagian dari evaluasi penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
 Hasil evaluasi digunakan oleh Pemerintah Pusat untuk memberikan insentif dan
disinsentif fiskal dan/atau non-fiskal kepada Daerah.
 Pemerintah Pusat dapat mengambil alih jenis pelayanan publik yang menjadi
kewenangan Pemda, bila terdapat pelanggaran terhadap standar pelayanan yang
menghambat rakyat dalam memperoleh pelayanan publik.

54
Lanjutan …..

 Standard Pelayanan Publik:


Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :
 (1) Prosedur Pelayanan: Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan
penerima pelayanan publik, termasuk prosedur pengaduan mayarakat. Prosedur
pelayanan harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal.
 (2) Waktu Penyelesaian: Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan
permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
 (3) Produk Pelayanan: Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga
membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.
 (4) Biaya Pelayanan: Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara
konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, yang dapat menimbulkan
ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan.
 (5) Sarana dan Prasarana: Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang
memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang
keberhasilan penyelenggaraan pelayanan.
 (6) Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan: Kompetensi petugas pemberi
pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan
lebih bermutu.

55
TERIMA KASIH

S U M AT E R A
K A L IM A N TA N

IR IA N J AYA

J AVA

56

Anda mungkin juga menyukai