Anda di halaman 1dari 47

KEPUTUSN TATA

USAHA NEGARA
(KTUN) 3
TIM HAN
Pertemuan VI
Pasal 1 angka 3 UU PTUN 5/86 JO PS 1. 9 UU
51/2009 yang menyatakan sebagai berikut:

• KeputusanTata Usaha Negara adalah


suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan
per undang-undangan yang berlaku,
bersifat kongkret, individual, dan final yang
me nimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata;
KTUN

• Pasal 1 angka 7 UU 30/2014 mengatur


bahwa,” Keputusan Administrasi
Pemerintahan yang juga disebut Keputusan
Tata Usaha Negara atau Keputusan
Administrasi Negara yang selanjutnya disebut
Keputusan adalah ketetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan
INDIKATOR APAKAH SUATU KETETAPAN TATA USAHA
NEGARA DAPAT MENJADI OBYEK PTUN

• A. Penetapan tertulis
• B. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara
• C. Berisi tindakan Hukum Tata usaha Negara
yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
• D. Bersifat konkret,individual,final
• E. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata
PENETAPAN TERTULIS (1)

• Untuk kepentingan pembuktian, maka


KTUN selayaknya dalam bentuk tertulis
• Menitikberatkan sisi substansinya bukan
kepada bentuk formal keputusan tata
usaha negara
• Bentuk KTUN non formal bisa menjadi
obyek PTUN sepanjang memenuhi syarat-
syarat tertentu
PARAMETER/INDIKATOR UNTUK MENGUJI
APAKAH MEMO/NOTA DINAS DAPAT MENJADI
OBYEK GUGATAN DI PTUN

• Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluar


kannya;
• Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu

• Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang di


tetapkan di dalamnya jelas bersifat individual, konkret dan
final

• Serta menimbulkan suatu akibat hukum bagi sese


orang ataupun badan hukum perdata
PENETAPAN TERTULIS

• Keputusan TUN tidak tertulis yang bersifat


negatif dapat juga menjadi obyek PTUN,
apabila memenuhi syarat tertentu sebagai
mana diatur dalam Pasal 3 UU No 5
Tahun 1986 yo UU No 9 tahun 2004
Pasal 3 UU No 5 tahun 1986
Jo UU No 9 tahun 2004

a. Suatu badan yang tidak mengeluarkan keputusan yang


menjadi kewajibannya disamakan dengan telah
membuat keputusan ayat (2)
b. Apabila suatu badan tidak mengeluarkan keputusan
padahal jangka waktu yang ditentukan dalam per
undangan tentang permohonan itu sudah lewat, maka
dianggap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara itu
telah menolak untuk mengeluarkan keputusan yang
dimaksud
c. Setelah lewat waktu dari jangka waktu yang ditentu
kan atau empat bulan sejak permohonan diajukan dan
pejabat atau Badan Tata Usaha Negara tersebut tidak
mengeluarkan keputusan, maka kepadanya dianggap
telah mengeluarkan keputusan penolakan. Ayat (3)
Dikeluarkan oleh Badan atau pejabat Tata
Usaha Negara (2)

Pasal 1 angka 2 UU No 5 tahun 1986 :


Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
adalah Badan atau Pejabat yang me-
laksanakan urusan pemerintahan ber-
dasarkan peraturan perundang- undangan
yang berlaku
Indikator Pejabat TUN

a.Badan atau Pejabat tata usaha negara


yang melaksanakan urusan pemerintahan
b. Berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
2.Dikeluarkan Oleh Pemerintah

Pemerintah diartikan sama dengan


kekuasaan eksekutif  semua aktivitas
pemerintah, yg tidak termasuk sbg
pembuatan undang-undang dan peradilan.
Bukan organ kenegaraan.

HAN
Kesimpulan tentang definisi pejabat
menurut PTUN

• Berdasar pada bunyi Pasal 1 angka 2 UU


PTUN,dapatlah disimpulkan bahwa
dalam PTUN yang dipentingkan dalam
penentu an apakah masuk dalam
klasifikasi pe jabat atau badan tata usaha
negara ada lah terletak dari apa yang
diperbuat oleh pejabat atau badan tata
usaha negara tersebut, dan tidak
mendasarkan kepada jenis kekuasaan
apa yang diembannya
pejabat yang berwenang

(sumber kewenangan dalam han)

• Sumber kewenangan Pejabat yang


menandatangani Keputusan TUN
yang digugat tersebut:
• Sumber kewenangan terdiri
a. Atribusi
b. Delegasi
c. Mandat
ATRIBUSI

• PEMBERIAN/PENCIPTAAN
KEWENANGAN OLEH UNDANG-
UNDANG
• Polisi dalam KUHAP mendapatkan atribusi
kewenangan di bidang penyidikan
DELEGASI

• PELIMPAHAN WEWENANG
• BERLAKU SELAMANYA
• PEMBERI DELEGASI TIDAK MEN-
CAMPURI PELAKSANAAN TUGAS PE-
NERIMA DELEGASI
• TANGGUNG JAWAB PADA PENERIMA
DELEGASI
MANDAT

• BUKAN PELIMPAHAN WEWENANG


• BERLAKU SEMENTARA
• PEMBERI MANDAT DAPAT MEN-
CAMPURI PELAKSANAAN TUGAS
OLEH PENERIMA MANDAT/ MANDAT
ARIS.
• TANGGUNGJAWAB PADA PEMBERI
MANDAT (biasanya ditandatangani
dengan tanda An )
Berisi Tindakan Hukum Tata Usaha
Negara (3)

Tidak semua tindakan tata usaha negara dapat dijadikan


obyek gugatan dalam PTUN. Ada beberapa pembatasan
yang diatur dalam PTUN, tentang tindakan tata usaha
apa saja yang tidak termasuk ke dalam wewenang PTUN.
Pembatasan yang dilakukan PTUN, terhadap tindak an
tata usaha negara yang tak dapat diajukan gugat di PTUN
adalah:
a. Termasuk keputusan tata usaha negara yang
diperkecualikan dalam Pasal 2 UU No 5 tahun 1986
b. Termasuk keputusan yang dibuat dalam kondisi
sesuai yang diatur dalam Pasal 49 UU No 5 tahun 1986
Lihat dalam UU PTUN

• Perluasan obyek sengketa PTUN


• Fiktif negatif UU No 51 tahun 2009
• Fiktif Positif UU No 30 Tahun 2014
Perluasan obyek peratun
UU 30 tahun 2014 tentang AP

• Pasal 52 (1) tentang syarat sahnya keputusan :


• ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
• dibuat sesuai prosedur
• substansi yang sesuai dengan obyek keputusan
• (2) sahnya keputusan (1) di dasarkan pada
ketentuan per uu an dan AUPB
• ,
Pasal 77 dan 78 UU No 30Tahun 2014 ttg AP

• Berlaku keputusan fiktif positif :


• Dalam hal Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak menyelesaikan keberatan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), keberatan dianggap dikabulkan.
• Dalam hal Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak menyelesaikan banding
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), keberatan dianggap dikabulkan.
 
KTUN Elektronis
• Pasal 38 
• Pejabat dan/atau Badan Pemerintahan dapat membuat Keputusan
Berbentuk Elektronis.  
• Keputusan Berbentuk Elektronis wajib dibuat atau disampaikan apabila
Keputusan tidak dibuat atau tidak disampaikan secara tertulis.  
• Keputusan Berbentuk Elektronis berkekuatan hukum sama dengan
Keputusan yang tertulis dan berlaku sejak diterimanya Keputusan
tersebut oleh pihak yang bersangkutan.  
• Jika Keputusan dalam bentuk tertulis tidak disampaikan, maka yang
berlaku adalah Keputusan dalam bentuk elektronis.
• Dalam hal terdapat perbedaan antara Keputusan dalam bentuk
elektronis dan Keputusan dalam bentuk tertulis, yang berlaku adalah
Keputusan dalam bentuk tertulis.  
• Keputusan yang mengakibatkan pembebanan keuangan negara wajib
dibuat dalam bentuk tertulis
Bersifat Konkret, Individual dan
Final
• Penjelasan Pasal 1 ayat 3 UU No 5
Tahun 1986 diartikan sebagai berikut:
• Bersifat konkret, artinya obyek yang di
putuskan dalam Keputusan Tata Usaha
Negara itu tidak abstrak tetapi berwujud,
tertentu atau dapat ditentukan, umpama
nya keputusan mengenai rumah si A,izin
usaha bagi si B, pemberhentian si A se
bagai pegawai negeri.
Bersifat Individual

• keputusan TUN memiliki sifat individual ,


dimaksudkan keputusan tersebut mem
punyai adressat hukum tertentu atau
khusus. Persona atau badan hukum yang
dituju dalam keputusan tersebut , harus
benar-benar jelas identitasnya.
Final

• Keputusan tata usaha negara yang ber


sifat final, artinya Keputusan tata usaha
negara tersebut , sudah tidak memerlu
kan persetujuan lagi. Sehingga sudah
dapat dilaksanakan , oleh pejabat yang
menerbitkannya.
Menimbulkan akibat hukum Bagi
Seseorang atau Badan Hukum Perdata

a.Keputusan tata usaha negara yang ber-


sifat positip dan keputusan yang bersifat
negatif.
b.Ketetapan deklaratoir
c.Ketetapan kilat
Menimbulkan akibat hukum

• menimbulkan akibat hukum bagi


seseorang atau badan hukum perdata •
menimbulkan suatu hak atau kewajiban
pada pihak yang bersangkutan. •
MERUBAH
• MENGHILANGKAN
• KERUGIAN
• Mempunyai HAK GUGAT
contoh bentuk-bentuk ketetapan yang mempunyai
sifat negatif

a.Suatu pernyataan tidak berwenang


(onbevoegdheid)
b.Pernyataan tidak diterima (Niet
ontvangkelijk verklaring)
c. Suatu penolakan
4. Bersifat Konkret, Individual dan Final

Pasal 1 Angka 3 UU No. 5 Tahun 1986


• Konkret artinya objek yg diputuskan dlm KTUN itu tidak abstrak tetapi berwujud, tertentu
atau dapat ditentukan, ex. Izin usaha bagi B, pemberhentian si A sbg PNS.
• Individual artinya KTUN itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat
maupun hal yg dituju. Bgmna jika yg dituju lebih dari 1 orang?
• Final, artinya sudah definitif dan karenanya dpt menimbulkan akibat hukum, sdh tidak
memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain. Ex. Pengangkatan seorang PNS

HAN
INDIKATOR APAKAH SUATU KETETAPAN TATA USAHA
NEGARA DAPAT MENJADI OBYEK PTUN

• menganalisa
• Pengaturan dalam UU PTUN
• UU Administrasi Pemerintahan
KTUN UU N0 30/2014

• Pasal 1 butir 7 berbunyi Keputusan


administrasi pemerintahan yang juga
disebut Keputusan Tata Usaha Negara
atau Keputusan Administrasi Negara yang
selanjutnya disebut Keputusan adalah
ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan dan/atau pejabat pemerintahan
dalam penyelenggaraan pemerintahan
KTUN termasuk yang dikeluarkan
• di lingkungan legislatif,
• yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya
• Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur
yang melaksanakan Fungsi pemerintahan, baik di
lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara
lainnya
• Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam
melaksanakan Administrasi Pemerintahan yang meliputi
fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan,
pemberdayaan, dan pelindungan.
Unsur unsur KTUN UU 30 tahun 2014
1. penetapan tertulis yang juga mencakup
tindakan factual
2. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha
Negara di lingkungan eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya
3. berdasarkan ketentuan perundang-undangan
dan AUPB
4. bersifat final dalam arti lebih luas;
5. Keputusan yang berpotensi menimbulkan
akibat hukum; dan/atau
6. Keputusan yang berlaku bagi Warga
Masyarakat.
• UU AP ini mengatur hubungan hukum antara badan atau
pejabat administrasi pemerintahan dengan masyarakat
dalam wilayah hukum publik. UU ini menetapkan batasan dan
aturan yang memuat kewajiban dan hak kedua belah pihak
tersebut (badan atau pejabat administrasi pemerintahan
dengan masyarakat)
• . Gugatan terhadap pelanggaran ketentuan undang-undang
ini dapat diajukan kepada Badan Peradilan Tata Usaha
Negara dengan hukum acara berdasarkan UU Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan TUN jo. UU Nomor 9 Tahun
2004 tentang Perubahan atas UU Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan TUN jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan TUN.
PERLUASAN PENGERTIAN KTUN
• Perubahan signifikan mengenai konstruksi definisi KTUN dalam
UU AP akan memperluas makna KTUN tersebut. Definisi sebuah
KTUN hanya menggunakan kriteria berupa ketetapan tertulis,
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan dan ketetapan
tersebut dikeluarkan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan.
• Dibanding definisi KTUN yang diatur dalam UU PTUN memberikan
kriteria yang lebih sempit. Sebuah KTUN harus memenuhi unsur
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
• Dengan adanya definisi yang lebih luas dalam UU AP, kriteria
KTUN dalam UU PTUN menjadi tidak relevan lagi. Namun dalam
pasal 87 UU AP menunjukkan kriteria KTUN yang diatur dalam UU
PTUN masih diakui eksistensinya sepanjang diberikan pemaknaan
yang lebih luas terhadap makna sebuah KTUN.
KTUN UU N0 30 TAHUN 2014
• Konsepsi tentang Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) dalam UU
PERATUN berbunyi, keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis
yang dikeluarakan oleh Badan atau Pejabat yang berisi tindakan
hukum TUN yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang bersifat konkret, individual, yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
• UU AP, konsepsi KTUN ini diatur lebih detail dan menyeluruh,
sehingga menimbulkan konstruksi baru tentang elemen-elemen yang
terkandung dalam KTUN yang akan menjadi obyek gugatan di
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
• Pasal 1 butir 7 berbunyi Keputusan administrasi pemerintahan
yang juga disebut Keputusan TUN atau Keputusan Administrasi
Negara yang selanjutnya disebut Keputusan adalah ketetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau pejabat pemerintahan
dalam penyelenggaraan pemerintahan
TINDAKAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

• Tindakan Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya disebut


Tindakan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak
melakukan perbuatan konkret dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan.
• Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan
dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi
persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan
pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang
memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak
jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.
• Keputusan Berbentuk Elektronis adalah Keputusan yang dibuat
atau disampaikan dengan menggunakan atau memanfaatkan
media elektronik.  
konsep
• Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan
keputusan dan/atau tindakan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan.
•   Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan
Fungsi Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun
penyelenggara negara lainnya.
• Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
• Kewenangan Pemerintahan yang selanjutnya disebut Kewenangan adalah
kekuasaan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara
negara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum publik.
• Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata
Usaha Negara atau Keputusan Administrasi Negara yang selanjutnya
disebut Keputusan adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan.  
 
5. Menimbulkan Akibat Hukum

Tindakan hukum adalah tindakan yg dimaksudkan


untuk menciptakan hak dan kewajiban.
Tindakan Hukum Pemerintahan adalah tindakan
hukum yg dilakukan oleh organ pemerintahan
untuk menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu
khususnya di bidang pemerintahan atau
administrasi negara.
Akibat hukum juga dimaksudkan untuk
melenyapkan hak dan kewajiban bagi subjek
hukum tertentu setelah keluarnya suatu
keputusan.

HAN
6. Seseorang atau Badan Hukum Perdata

Subjek Hukum adalah pendukung hak dan


kewajiban. Terdiri dari manusia dan badan
hukum
Keputusan sbg wujud dari tindakan hukum
publik sepihak dari organ pemerintahan
ditujukan pd subjek hukum yg berupa
seorang atau badan hukum perdata yg
memiliki kecakapan utk melakukan tindakan
hukum.

HAN
Berlakunya Keputusan

• Keputusan berlaku pada tanggal


ditetapkan, kecuali ditentukan lain dalam
Keputusan atau ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar
Keputusan.(pasal 57)
• Keputusan tidak dapat berlaku surut,
kecuali untuk menghindari kerugian yang
lebih besar dan/atau terabaikannya hak
Warga Masyarakat. (pasal 58)
•  
Pasal 59
• Keputusan yang memberikan hak atau keuntungan
bagi Warga Masyarakat dapat memuat syarat-syarat
yang tidak bertentangan dengan hukum.
• Syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa ketentuan mulai dan berakhirnya:  
– Keputusan dengan batas waktu;
– Keputusan atas kejadian pada masa yang akan datang;  
– Keputusan dengan penarikan;  
– Keputusan dengan tugas; dan/atau  
– Keputusan yang bersifat susulan akibat adanya perubahan
fakta dan kondisi hukum.
•  
Pasal 60
• Mengikatnya keputusan
• Keputusan memiliki daya mengikat sejak diumumkan atau
diterimanya Keputusan oleh pihak yang tersebut dalam
Keputusan.
• Dalam hal terdapat perbedaan waktu pengumuman oleh
penerima Keputusan, daya mengikat Keputusan sejak
diterimanya.  
• Dalam hal terdapat perbedaan bukti waktu penerimaan
antara pengirim dan penerima Keputusan, mengikatnya
Keputusan didasarkan pada bukti penerimaan yang dimiliki
oleh penerima Keputusan, kecuali dapat dibuktikan lain
oleh pengirim.
Penyampaian keputusa pasal 61 dan 62
• Keputusan dapat disampaikan melalui pos tercatat, kurir, atau sarana
elektronis.  
• Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
disampaikan kepada yang bersangkutan atau paling lama 5 (lima)
hari kerja sejak ditetapkan.  
• Keputusan yang ditujukan bagi orang banyak atau bersifat massal
disampaikan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak ditetapkan.  
• Keputusan yang diumumkan melalui media cetak, media elektronik,
dan/atau media lainnya mulai berlaku paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja terhitung sejak ditetapkan.  
• Dalam hal terjadi permasalahan dalam pengiriman sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
bersangkutan harus memberikan bukti tanggal pengiriman dan
penerimaan.
•  
sifat KTUN Ridwan 163
 MENGUNTUNGKAN DAN MEMBERI BEBAN
 BERLANGSUNG LAMA DAN SEGERA
BERAKHIR/sepintas lalu/kilat(Eenmalig
 BEBAS/gebonden bevoegheid dan TERIKAT
 PRIBADI DAN KEBENDAAN
 Ketetapan positif ketetapan yang menimbulkan
hak dan kewajiban dan negatif, ketetapan yang
tidak menimbulkan perubahan keadaan
Bentuk KTUN
• Tertulis dan tidak tertulis
• Keputusan Berbentuk Elektronis  (Pasal 38)
• Pejabat dan/atau Badan Pemerintahan dapat membuat Keputusan Berbentuk
Elektronis.  
• Keputusan Berbentuk Elektronis wajib dibuat atau disampaikan apabila
Keputusan tidak dibuat atau tidak disampaikan secara tertulis.  
• Keputusan Berbentuk Elektronis berkekuatan hukum sama dengan Keputusan
yang tertulis dan berlaku sejak diterimanya Keputusan tersebut oleh pihak yang
bersangkutan.
• Jika Keputusan dalam bentuk tertulis tidak disampaikan, maka yang berlaku
adalah Keputusan dalam bentuk elektronis.  
• Dalam hal terdapat perbedaan antara Keputusan dalam bentuk elektronis dan
Keputusan dalam bentuk tertulis, yang berlaku adalah Keputusan dalam bentuk
tertulis.  
• Keputusan yang mengakibatkan pembebanan keuangan negara wajib dibuat
dalam bentuk tertulis.
 
PERIZINZN INSTRUMEN YURIDIS 4

• PERTEMUAN MINGGU DEPAN

Anda mungkin juga menyukai