Anda di halaman 1dari 13

STRUKTUR, SIFAT, DAN JENIS KAIDAH

A. STRUKTUR KAIDAH
Aturan hukum sebagai pedoman perilaku yang dibuat oleh para
pengemban kewenangan hukum memiliki struktur dasar, yang
terdiri atas:
1. subjek kaidah, menunjuk pada subjek hukum yang termasuk
ke dalam sasaran penerapan sebuah pengaturan;
2. objek kaidah, menunjuk pada peristiwa-2 atau perilaku apa
saja yang hendak diatur dalam aturan hukum tersebut;
3. operator kaidah, menunjuk pada cara bagaimana objek kaidah
diatur, misalnya menetapkan keharusan atau larangan atas
perilaku tertentu, memberikan suatu hak atau membebankan
kewajiban tertentu;
4. kondisi kaidah, menunjuk pada kondisi atau keadaan apa yang
harus dipenuhi agar aturan tersebut dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya.

CONTOH:
Setiap orang dapat memiliki atau menguasai benda cagar budaya
tertentu dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya.
 subjek kaidah: setiap orang
 objek kaidah: memiliki atau menguasai
 operator kaidah: dapat/boleh
 kondisi kaidah: dengan tetap …
Latihan Identifikasi Struktur Kaidah
a. Barang siapa meniru, memalsukan uang kertas
dan/atau dengan sengaja menyimpan serta meng-
edarkan uang kertas tiruan atau uang kertas palsu
diancam dengan hukuman penjara serendah-ren-
dahnya 5 tahun atau setinggi-tingginya 15 tahun.
b. Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa,
Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undang-undang.

B. SIFAT KAIDAH
1. Aturan umum-abstrak
Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha
wajib memelihara kelestarian dan kemampuan
lingkungan hidup.
2. Aturan umum-konkret
Semua kegiatan usaha yang diperkirakan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan RKL dan RPL oleh instansi yang
berwenang.
3. Aturan individual-abstrak
PT. Kiani Kertas wajib menaati baku mutu limbah
cair sebagaimana yang ditentukan di dalam izin
pembuangan limbah yang ditetapkan baginya.
4. Aturan individual-konkret
PT. Kiani Kertas hanya dapat membuang limbah
cair sesuai baku mutu limbah cair sebagai berikut:
BOD 150 mg/L, COD 350 mg/L, Padatan
Tersuspensi Total 150 mg/L, dan pH 6 – 9.
C. JENIS KAIDAH
Sebuah aturan yang dituangkan ke dalam pasal
dapat dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya. Jika
mencermati pasal-pasal dalam peraturan perundang-
undangan, dapat ditemukan 5 jenis kaidah, yaitu:
1. kaidah perilaku, yang terdiri atas:
a. kaidah perintah; perintah adalah kewajiban untuk
melakukan sesuatu; pada umumnya rumusan
kaidah perintah menggunakan kata wajib atau
harus atau terikat untuk atau berkewajiban
untuk;
Contoh
(1) Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja
yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dalam waktu tidak
lebih dari 2 kali 24 jam.
(2) Untuk dapat melangsungkan perkawinan, maka
seorang laki-laki atau perempuan harus sudah
mencapai usia 18 tahun.
(3) Pemberi kerja berkewajiban untuk membayar
upah kepada pekerja pada waktu yang telah
ditentukan.
b. kaidah larangan; larangan adalah kewajiban umum
untuk tidak melakukan sesuatu; rumusan yang
digunakan: dilarang atau tidak boleh atau tidak
dapat;
Contoh
(1) Partai politik dan organisasi kemasyarakatan
dilarang menganut, mengembangkan, dan
menyebarluaskan paham atau ajaran komunisme
dalam segala bentuk dan perwujudannya.
(2) Setiap orang di bawah umur tidak boleh
melangsungkan perkawinan tanpa persetujuan
dari orang tua yang mempunyai hubungan
hukum kekeluargaan dengannya.
(3) Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri tidak
dapat dipindahtangankan kepada pihak lain
tanpa persetujuan Menteri Kehutanan.
c. kaidah dispensasi; adalah pembolehan khusus
untuk tidak melakukan sesuatu yang secara umum
diwajibkan/diharuskan; perumusannya:
dibebaskan dari kewajiban atau dikecualikan
dari kewajiban atau tidak berkewajiban;
Contoh
(1) Mahasiswa yang telah lulus Penataran P4
dibebaskan dari kewajiban untuk menempuh
Mata Kuliah Pancasila.
(2) Dikecualikan dari kewajiban memiliki visa
adalah bagi kapten, nakhoda, dan awak yang
bertugas pada alat angkut yang berlabuh di
pelabuhan atau mendarat di bandar udara di
wilayah Indonesia.
(3) Tersangka tidak berkewajiban menjawab
pertanyaan dalam pemeriksaan perkara.
d. kaidah izin; merupakan pembolehan khusus untuk
melakukan sesuatu yang secara umum dilarang
atau tidak boleh dilakukan; kata yang digunakan:
boleh atau berhak untuk atau dapat atau
mempunyai hak untuk;
Contoh
(1) Badan hukum swasta boleh menyelenggara-kan
usaha jasa telekomunikasi apabila telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
(2) Setiap orang berhak untuk mengetahui rencana
tata ruang dan memperoleh penggantian yang
layak atas kondisi yang dialaminya sebagai
akibat pelaksanaan pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang.
(3) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan pada
Direktur Jenderal Pajak atas Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang serta Surat
Ketetapan Pajak.
Keempat bentuk kaidah perilaku di atas memiliki
hubungan logikal dan implikasi tertentu, yaitu:
 hubungan kontraris, berlaku untuk kaidah perintah
dan kaidah larangan, dhi saling mengecualikan
satu sama lain, artinya perilaku yang diperintahkan
tidak mungkin sekaligus dinyatakan sebagai
perilaku yang dilarang, demikian pula sebaliknya;
 hubungan sub-alternasi, untuk kaidah perintah
dan izin, larangan dan dispensasi terdapat
hubungan yang bersifat implikatif, artinya jika
subjek hukum mengemban kewajiban maka pasti
memiliki izin untuk melakukannya, demikian pula
jika suatu perilaku tertentu dilarang maka subjek
hukum tersebut harus dibebaskan dari kewajiban
untuk tidak melakukannya;
 hubungan kontradiksi, dhi untuk perintah dan
dispensasi, untuk larangan dan izin tidak dapat
berlaku bersama-sama, artinya setiap orang tidak
dapat mempunyai kewajiban untuk melakukan sst
sdk pada saat yang sama ia juga dibebaskan untuk
tidak melakukan kewajiban tersebut, demikian pula
setiap orang tidak dapat dilarang, sementara pada
saat yang sama ia juga dibolehkan untuk
melakukan hal tersebut;
 hubungan sub-kontraris, berlaku untuk dispensasi
dan izin, artinya setiap orang dapat mempunyai izin
untuk melakukan sesuatu dan pada saat yang
sama ia boleh (diizinkan) untuk tidak melakukan
hal tersebut;
2. kaidah kewenangan
menetapkan siapa yang berwenang untuk
menciptakan dan memberlakukan suatu kaidah
perilaku ttt. Fungsi: menetapkan siapa yang
berwenang untuk mengatur perilaku setiap orang,
menentukan dengan prosedur bagaimana kaidah
perilaku ditetapkan, dan sekaligus menentukan
bagaimana suatu kaidah harus diterapkan jika dalam
suatu kejadian tertentu terdapat ketidakjelasan.
Sebagaimana halnya dalam kaidah perilaku, dalam
kaidah kewenangan ditemukan hubungan logikal
pula, artinya terhadap suatu kewenangan
(competence) pada subjek hukum tertentu akan
muncul implikasi dalam bentuk kewajiban dari subjek
hukum lainnya untuk menundukkan diri, sebaliknya,
ketidakberwenang-an (disability) mengakibatkan
imunitas atau tidak ada kewajiban dari subjek hukum
lain untuk menundukkan diri.
Dua bagian kaidah kewenangan: kaidah
kewenangan publik (di bidang legislatif, eksekutif,
dan yudikatif) serta kaidah kewenangan perdata.
Contoh
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang
mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar.
b. Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.
c. Mahkamah Agung berwenang mengadili pada
tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
3. kaidah kualifikasi
Menetapkan persyaratan-2 ttt yang harus dipenuhi
oleh subjek hukum untuk dapat melakukan perbuatan
hukum ttt atau sebaliknya dibebaskan dari kewajiban
untuk melakukan suatu perbuatan hukum ttt. Di
samping itu, dapat digunakan untuk menentukan
suatu jenis peristiwa atau keadaan ttt dikaitkan dg
akibat hukum ttt.
Contoh
a. Untuk dapat diterima sebagai siswa sekolah dasar
setiap anak berusia sekurang-kurangnya 7 tahun.
b. Untuk dapat membentuk koperasi dibutuhkan
sekurang-kurangnya 20 orang.

4. kaidah sanksi
pada hakikatnya memuat reaksi yuridis atau akibat-
akibat hukum tertentu jika terjadi pelanggaran atau
ketidakpatuhan terhadap kaidah tertentu. Ada 3
kelompok, yaitu: kaidah sanksi administratif, perdata,
dan pidana.

5. kaidah peralihan
Sebagai sarana untuk mempertemukan aturan hukum
ttt sebagai akibat kehadiran peraturan perundang-
undangan dengan keadaan sebelum peraturan
perundang-undangan itu berlaku. Berfungsi untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan
hukum atau kekosongan peraturan perundang-
undangan, juga menjamin kepastian dan memberi
jaminan perlindungan kepada subjek hukum yang
terkena aturan yang dimaksud.
Contoh
a. Segala badan negara dan peraturan yang ada
masih tetap langsung berlaku, selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang
Dasar ini.
b. Segala izin yang telah diberikan menurut aturan
yang lama tetap berlaku untuk jangka waktu
paling lama tiga tahun sejak berlakunya undang-
undang ini.
c. dsb.

Anda mungkin juga menyukai