-6- 2
2. Undang-undang Tidak Dapat Diganggu Gugat
-6- 3
Materi atau isi undang-undang tidak dapat diuji oleh
siapapun, kecuali oleh badan pembentuknya atau
badan yang berwenang. Jadi yang dapat menguji
dan mengadakan perubahan hanyalah badan
pembentuk undang-undang itu sendiri atau badan
yang berwenang.
Mengenai hak menguji perundang-undangan secara
materil berbeda dipelbagai negara. Di Indonesia hak
menguji UU secara materil adalah Mahkamah
Konstitusi, sedangkan di Amerika Serikat adalah
Mahkamah Agung. Mahkamah Agung di Indonesia
hanya mempunyai hak menguji secara materil
terhadap produk perundang-undangan yang
derajatnya lebih rendah dari Undang-undang.
-6- 4
3. UUYang Bersifat Khusus Menyampingkan UU Yang
Bersifat Umum (Lex Specialis Derogat Lex Generalis)
-6- 5
Contoh: Di Negara RI berlaku hukum pidana umum bagi
setiap warga negara yang terdapat dalam KUHP. Akan
tetapi bagi anggota militer karena kakikat tugasnya yang
khusus, maka tindakan pidana yang dilakukannya diatur
secara khusus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana Militer (KUHPM).
Jika terjadi tindak pidana pecurian di kesatuan militer,
maka hukumam yang dijatuhkan adalah pasal 140
KUHPM bukan pasal 362 KUHP. Jadi ketentuan dalam
KUHPM menyampingkan ketentuan KUHP.
-6- 6
4. Undang-Undang Tidak Berlaku Surut
Asas ini berkaitan dengan lingkungan kuasa
hukum. Lingkungan kuasa hukum meliputi:
-6- 8
Seperti diketahui bahwa UU dibuat dengan maksud untuk
keperluan masa depan semenjak UU itu diundangkan. Jadi
tidaklah layak apabila sesuatu yang ditentukan dalam UU
diberlakukan untuk masa silam sebelum UU itu dibuat. Bila
diberlkukan secara surut akan menimbulkan berbagai akibat
yang tidak baik.
Akan tetapi di dalam penggunaan UU ada pengecualian
berlakunya asas tersebut. Ada pengecualian untuk hal-hal yang
khusus dengan berdasarkan kepada ketentuan UU pula.
Contoh: Pasal 1 ayat 2 KUHP menyatakan bahwa
apabila ada perubahan perundang-undangan sesudah tindak
pidana dilakukan, maka digunakan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si tersangka atau si terdakwa.
Dalam ilmu hukum pidana ketentuan pasal 1 ayat 2
KUHP tersebut, disebut dengan istilah ketentuan yang
menguntungkan (gunstige bepaling).
-6- 9
5. UU Yang Baru Menyampingkan UU yang Lama
(Lex Posteriori Derogat Lex Priori)
Apabila terjadi perbedaan, baik mengenai maksud, makna dan
tujuan antara materi yang diatur dalam UU (lama) dengan UU (baru),
maka ketentuan UU baru yang berlaku.
Berdasarkan asas ini ada juga pengecualian dalam penggunaan
Undang-Undang. Contoh kembali kepada ketentuan pasal 1 ayat 2 KUHP
bahwa ketentuan tersebut memungkinkan pula masih tetapnya dapat
diberlakuan ketentuan Undang-Undang yang lama apabila memang
ketentuan itu yang paling menguntungkan si tersangka atau si terdakwa.
Jadi asas tersebut, tidak mutlak karena ada pengecualian tetapi
pengecualian itu harus tetap berdasarkan kepada ketentuan Undang-
Undang. Memang tidak ada hukum yang mutlak tetapi senantiasa ada
pengecualian.
-6- 10
Asas Perundang-undangan Dalam Praktek Seperti Yang
Diatur Dalam UU No.10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Adalah:
-6- 12
ASAS PERUNDANG-UNDANGAN YANG LAIN
LEGILITAS
OPPORTUNITAS
ADAPTASI
KONTINUITAS
PRIORITAS
-6- 13