Anda di halaman 1dari 13

ASAS-ASAS PERUNDANG-UNDANGAN

1. Asas Tingkatan Hirarki


Menurut asas ini bahwa isi suatu perundang-
undangan tidak boleh bertentangan dengan isi perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Berdasarkan asas
ini dapat diperinci hal-hal, sbb:
a) Perundang-undangan yang rendah derajatnya tidak
dapat mengubah atau mengenyampingkan
ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang
lebih tinggi, tetapi yang sebaliknya dapat.
b) Perundang-undangan hanya dapat dicabut, diubah
atau ditambah oleh atau dengan perundang-
undangan yang derajatnya sama atau lebih tinggi
derajatnya.
-6- 1
c. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih
rendah tingkatannya tidak mempunyai kekuatan
hukum dan tidak mengikat apabila bertentangan
dengan perundang-undangan yang lebih tingggi
tingkatnnya. Tetapi peraturan yang lebih tinggi tetap
berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat, walaupun diubah, ditambah, diganti atau
dicabut oleh perundang-undangan yang lebih rendah.
d. Materi yang seharusnya diatur oleh perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatnnya tidak dapat
diatur oleh perundang-undangan yang lebih rendah.

-6- 2
2. Undang-undang Tidak Dapat Diganggu Gugat

Asas ini berkaitan dengan hak menguji perundang-


undangan, seperti diketahui bahwa hak menguji perundang-
undangan ada dua macam, yaitu:
1) Hak menguji secara materil, yaitu menguji materi
atau isi dari perundang-undangan, apakah
bertentangan dengan perundang-undangan yang
lebih tinggi tingkatnnya.
2) Hak menguji seara formal, yaitu menguji apakah
semua formlitas atau tata cara pembentukannya
sudah dipenuhi.

-6- 3
Materi atau isi undang-undang tidak dapat diuji oleh
siapapun, kecuali oleh badan pembentuknya atau
badan yang berwenang. Jadi yang dapat menguji
dan mengadakan perubahan hanyalah badan
pembentuk undang-undang itu sendiri atau badan
yang berwenang.
Mengenai hak menguji perundang-undangan secara
materil berbeda dipelbagai negara. Di Indonesia hak
menguji UU secara materil adalah Mahkamah
Konstitusi, sedangkan di Amerika Serikat adalah
Mahkamah Agung. Mahkamah Agung di Indonesia
hanya mempunyai hak menguji secara materil
terhadap produk perundang-undangan yang
derajatnya lebih rendah dari Undang-undang.

-6- 4
3. UUYang Bersifat Khusus Menyampingkan UU Yang
Bersifat Umum (Lex Specialis Derogat Lex Generalis)

Undang-undang yang bersifat umum adalah undang-


undang yang mengatur persoalan-persoalan pokok secara
umum dan berlaku secara umum pula. Sedangkan undang-
undang yang bersifat khusus adalah undang-undang yang
mengatur secara khusus terhadap suatu persoalan,
sehingga menyimpang dari ketentuan yang berlaku secara
umum.
Kekhususan itu karena sifat hakikat dari masalah atau
persoalannya sendiri. Atau karena kepentingan yang hendak
diatur mempunyai nilai yang khusus, sehingga perlu
pengaturan secara khusus.

-6- 5
Contoh: Di Negara RI berlaku hukum pidana umum bagi
setiap warga negara yang terdapat dalam KUHP. Akan
tetapi bagi anggota militer karena kakikat tugasnya yang
khusus, maka tindakan pidana yang dilakukannya diatur
secara khusus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana Militer (KUHPM).
Jika terjadi tindak pidana pecurian di kesatuan militer,
maka hukumam yang dijatuhkan adalah pasal 140
KUHPM bukan pasal 362 KUHP. Jadi ketentuan dalam
KUHPM menyampingkan ketentuan KUHP.

-6- 6
4. Undang-Undang Tidak Berlaku Surut
Asas ini berkaitan dengan lingkungan kuasa
hukum. Lingkungan kuasa hukum meliputi:

a) Lingkungan kuasa tempat (territorial sphere), yaitu yang


menunjukkan tempat berlakunya hukum atau
perundang-undangan. Apakah suatu ketentuan hukum
atau perundang-undangan berlaku untuk seluruh
wilayah negara ataukah hanya sebagian saja.
b) Lingkungan kuasa persoalan (material sphere), yaitu
menyangkut masalah atau persoalan yang diatur,
misalnya apakah mengatur persoalan perdata, pidana,
publik, pajak, atau kewarganegaraan, dan lain-lain.
-6- 7
 Lingkungan kuasa orang (personal sphere), yaitu
menyangkut orang yang diatur, apakah berlaku untuk
setiap penduduk ataukah hanya untuk pegawai negeri
saja, ataukah hanya untuk kalangan militer saja, dan
lain-lain.
 Lingkungan kuasa waktu (Temporal sphere), yaitu
menunjukkan sejak kapan dan sampai kapan
berlakunya sesuatu ketentuan hukum atau
perundang-undangan.
Berdasarkan lingkungan kuasa hukum
tersebut, maka nampak bahwa asas undang-undang
tidak berlaku surut berkaitan dengan lingkungan
kuasa waktu (temporal sphere).88

-6- 8
Seperti diketahui bahwa UU dibuat dengan maksud untuk
keperluan masa depan semenjak UU itu diundangkan. Jadi
tidaklah layak apabila sesuatu yang ditentukan dalam UU
diberlakukan untuk masa silam sebelum UU itu dibuat. Bila
diberlkukan secara surut akan menimbulkan berbagai akibat
yang tidak baik.
Akan tetapi di dalam penggunaan UU ada pengecualian
berlakunya asas tersebut. Ada pengecualian untuk hal-hal yang
khusus dengan berdasarkan kepada ketentuan UU pula.
Contoh: Pasal 1 ayat 2 KUHP menyatakan bahwa
apabila ada perubahan perundang-undangan sesudah tindak
pidana dilakukan, maka digunakan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si tersangka atau si terdakwa.
Dalam ilmu hukum pidana ketentuan pasal 1 ayat 2
KUHP tersebut, disebut dengan istilah ketentuan yang
menguntungkan (gunstige bepaling).

-6- 9
5. UU Yang Baru Menyampingkan UU yang Lama
(Lex Posteriori Derogat Lex Priori)
Apabila terjadi perbedaan, baik mengenai maksud, makna dan
tujuan antara materi yang diatur dalam UU (lama) dengan UU (baru),
maka ketentuan UU baru yang berlaku.
Berdasarkan asas ini ada juga pengecualian dalam penggunaan
Undang-Undang. Contoh kembali kepada ketentuan pasal 1 ayat 2 KUHP
bahwa ketentuan tersebut memungkinkan pula masih tetapnya dapat
diberlakuan ketentuan Undang-Undang yang lama apabila memang
ketentuan itu yang paling menguntungkan si tersangka atau si terdakwa.
Jadi asas tersebut, tidak mutlak karena ada pengecualian tetapi
pengecualian itu harus tetap berdasarkan kepada ketentuan Undang-
Undang. Memang tidak ada hukum yang mutlak tetapi senantiasa ada
pengecualian.

-6- 10
Asas Perundang-undangan Dalam Praktek Seperti Yang
Diatur Dalam UU No.10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Adalah:

1) Asas kejelasan tujuan, yaitu setiap pembentukan peraturan


perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas
yang hendak dicapai.
2) Asas kelembagaan, yaitu pembentukan peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
pembentuk peraturan perundang-undangan yang
berwenang.
3) Asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan, yaitu
bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan harus benar-benar memperhatikan materi
muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-
undangannya.
-6- 11
4) Asas dapat dilaksanakan, yaitu bahwa pembentukan peraturan
perundang-undangaan harus memperhitungkan efektivitas
dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis, dan
sosiologis.
5) Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu setiap peraturan
perundang-undangan dibuat karena dibutuhkan dan
bermanfaat dalam kehidupan bernegara.
6) Asas kejelasan rumusan, yaitu pembentukan perundang-
undangan harus memenuhi persyaratan teknis, sistimatika dan
pilihan kata mudah dimengerti.
7) Asas keterbukaan, yaitu bahwa dalam proses pembentukan
peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan,
persiapan, penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan
dan terbuka.

-6- 12
ASAS PERUNDANG-UNDANGAN YANG LAIN

 LEGILITAS
 OPPORTUNITAS
 ADAPTASI
 KONTINUITAS
 PRIORITAS

-6- 13

Anda mungkin juga menyukai