Anda di halaman 1dari 18

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

KEWENANGAN HAKIM PERADILAN TATA USAHA NEGARA


MENGGUNAKAN ASAS ULTRA PETITA BERDASARKAN
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No.5K/TUN/1992
(Studi Kasus Putusan No.32/G/2012/PTUN.SMG)

Elisabeth Putri Hapsari*,Lapon Tukan Leonard,Ayu Putriyanti


Program Studi S1 Ilmu Hukum,FakultasHukum, Universitas Diponegoro
E-mail: elisabethputrihapsari@gmail.com

ABSTRAK

Secara Das Sollen Hakim Peradilan Tata Usaha Negara tidak boleh menggunakan asas
ultra petita yaitu memutus hal yang melebihi atau hal yang tidak dituntut oleh penggugat.
Sedangkan secara Das Sein, tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa kasus hanya dapat diselesaikan
dengan menggunakan asas ultra petita. Penggunaan asas ultra petita merupakan konsekuensi dari
penerapan asas hakim aktif (domini litis principle). Penelitian Hukum ini akan membahas
mengenai pertimbangan Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang menggunakan asas ultra
petita dalam putusan dan dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan asas ultra petita. Penelitian
ini merupakan penelitian yuridis empiris dengan menggunakan pendekatan sosiologi hukum.

Kata kunci: Peradilan Tata Usaha Negara, Das Sollen,Das Sein, asas hakim aktif (domini litis
principle), asas ultra petita.

ABSTRACT

Based on Das Sollen ,the judges of state administrative courts can not use ultra petita
principle, ultra petita principle is more decider than demand or things have not demanded by
plaintiff. Whereas in Das Sein that some case just can finished using ultra petita principle. The use
of ultra petita principle is consequence of using domini litis principle. In that legal research will
discuss about the judges of semarang state administrative courts consideration to use ultra petita
principle in theirs decision. This research is empiric judicial research with legal sosiology
approach.

Keywords: State administrative court, Das Sollen, Das Sein, Domini litis principle, Ultra petita
principle

I. PENDAHULUAN Asas hakim aktif merupakan salah


satu asas penting dalam
Peradilan Tata Usaha Negara pemeriksaan di Peradilan Tata
merupakan salah satu pelaksana Usaha Negara. Asas Hakim aktif
kekuasaan kehakiman bagi rakyat merupakan hakim secara aktif
pencari keadilan terhadap sengketa menasehati penggugat untuk
Tata Usaha Negara. Dalam melengkapi surat gugatan, serta
menyelesaikan sengketa, hakim dalam proses pembuktian hakim
Peradilan Tata Usaha Negara secara aktif menemukan kebenaran
memiliki tugas pokok yaitu materiil dalam penyelesaian
memeriksa, mengadili dan sengketa tata usaha negara. Dalam
menyelesaikan perkara. Hakim perkembangan di masyarakat, asas
Peradilan Tata Usaha Negara harus hakim aktif perlu dipahami secara
berpedoman pada asas hakim aktif. luas untuk dapat memberi keadilan

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

substansial proporsional.1 Sedangkan bila gugatan penggugat


Konsekuensi dari penerapan asas diterima maka kewajiban tergugat
hakim aktif, dapat menimbulkan sebatas yang diatur dalam Pasal 97
asas ultra petita dalam putusan ayat (8) dan Pasal 97 ayat (9).
Peradilan Tata Usaha Negara. Pada Dalam perkembangannya,
prinsipnya hakim Peradilan Tata berdasarkan Putusan Mahkamah
Usaha Negara tidak boleh Agung No. 1001 K/Sip/1972 pada
menerapkan asas ultra petita yaitu 17 Januari 1973 menyatakan bahwa
mengabulkan sesuatu yang sama hakim dilarang untuk mengabulkan
sekali tidak diminta atau lebih atau tuntutan yang tidak
menunjukkan adanya pengabulan diminta oleh pemohon. Kemudian
sesuatu yang diminta akan tetapi pada Putusan Mahkamah Agung
nilai kadarnya melebihi dari yang No. 425 K/Sip/1975 pada 15 Juli
dimintakan semula. Peraturan 1975 menyatakan bahwa hakim
dalam Undang-Undang Peradilan diperbolehkan mengabulkan lebih
Tata Usaha Negara yaitu Undang- dari petitum namun sesuai dengan
Undang No. 5 Tahun 1986 jo posita. Posita artinya hakim
Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 mengabulkan hal yang sesuai
jo Undang-Undang No. 51 Tahun dengan sengketa.
2009 tidak menyebutkan secara Diperbolehkannya hakim untuk
jelas dan tegas mengenai ketentuan memutus lebih dari petitum ini
diperbolehkannya penggunaan asas akibat dari berlakunya asas hakim
ultra petita dalam putusan. Dari aktif. Kemudian pada 6 Februari
Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang 1993 dalam Putusan Mahkamah
No. 5 Tahun 1986 jo Undang- Agung No. 5K/TUN/1992, bahwa
Undang No. 9 Tahun 2004 jo Majelis Mahkamah Agung
Undang-Undang No. 51 Tahun menerapkan asas ultra petita dalam
2009, diketahui bahwa kewenangan putusan. Majelis Mahkamah Agung
hakim Peradilan Tata Usaha Negara mempertimbangkan dan mengadili
dibatasi untuk memilih antara semua keputusan atau penetapan-
menyatakan tidak sah atau batalnya penetapan yang bertentangan
objek sengketa tata usaha negara dengan tatanan yang ada, tidak
yang digugat atau menyatakan pada objek sengketa yang diajukan
keabsahan objek sengketa tersebut oleh para pihak karena kadang kala
dalam bentuk menolak gugatan. objek sengketa tersebut harus
dinilai dan dipertimbangkan dalam
kaitannya dengan bagian-bagian
1
Ayu Putriyanti,” Prinsip Hakim Aktif penetapan-penetapan atau
(Domini Litis Principle) Dalam Peradilan keputusan badan/pejabat tata usaha
Tata Usaha Negara”, Masalah-Masalah negara yang tidak dipersengketakan
Hukum Jilid 42 No.3 Tahun
antara kedua belah pihak.2 Pada
2013,halaman,1.
prinsipnya hakim Peradilan Tata

2
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia,(Jakarta:PT Pilar Yuris
Ultima,2009),halaman.1.

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Usaha Negara tidak boleh memutus 1. Pasal 24 ayat (2) Undang-


dengan asas ultra petita tetapi bila Undang Dasar Negara
terdapat kasus yang dapat Kesatuan Republik
diselesaikan dengan asas ultra Indonesia Tahun 1945
petita maka hakim Peradilan Tata 2. Pasal 18 Undang-Undang
Usaha Negara dapat menggunakan No. 48 Tahun 2009 tentang
asas ultra petita dalam putusannya. Kekuasaan Kehakiman
Adanya Putusan Mahkamah Agung sebagai wujud pelaksanaan
ini, hakim Peradilan Tata Usaha Pasal 24 ayat (2) Undang-
Negara boleh menerapkan asas Undang Dasar Negara
ultra petita meskipun dalam Kesatuan Republik
penerapannya dapat menimbulkan Indonesia Tahun 1945.
reformatio in peius, yaitu hakim 3. Undang-Undang No. 5
Peradilan Tata Usaha Negara justru Tahun 1986 yang diubah
memberi putusan yang merugikan pertama dengan Undang-
atau mengurangi kedudukan atau Undang No. 9 Tahun 2004
kepentingan hukum penggugat. dan diubah kedua kalinya
dengan Undang-Undang
RUMUSAN MASALAH No. 51 Tahun 2009
mengenai Peradilan Tata
Rumusan masalah yang terdapat Usaha Negara.
dalam penelitian hukum ini Peradilan Tata Usaha
meliputi: Negara di Indonesia meliputi
1 Bagaimana pertimbangan Pengadilan Tata Usaha Negara
hakim PTUN Semarang sebagai pengadilan tingkat I,
menerapkan asas ultra Pengadilan Tinggi Tata Usaha
petita dalam Putusan No. Negara sebagai pengadilan tingkat
32/G/2012/PTUN II dan Mahkamah Agung sebagai
SMG? pengadilan tertinggi.
2. Apa dampak yang muncul
bagi Penggugat dan B. Asas-Asas Dalam Hukum
Tergugat akibat penggunaan Acara Peradilan Tata Usaha
asas ultra petita dalam Negara
Putusan No.
32/G/2012/PTUN Asas-Asas hukum acara
SMG? Peradilan Tata Usaha Negara
tersebut yaitu,3
KERANGKA TEORI 1. Asas praduga
keabsahan/rechtmatig
A. Peradilan Tata Usaha Negara (vermoeden van
di Indonesia
3
W.Riawan Tjandra,Peradilan Tata Usaha
Keberadaan Peradilan Tata Negara: Mendorong Terwujudnya
Usaha Negara di Indonesia ditandai Pemerintahan yang Bersih dan
dengan adanya beberapa aturan Berwibawa,(Yogyakarta:Universitas Atma
yaitu; Jaya Yogyakarta,2009),halaman.71.

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

rechtmatigheid= praesumptio Pasal 67 ayat (4) huruf a Undang-


iustae causa) Undang No. 5 Tahun 1986 jo
Undang-Undang No. 9 Tahun 2004
Asas ini mengandung makna jo Undang-Undang No. 51 Tahun
bahwa setiap tindakan penguasa 2009 tentang Peradilan Tata Usaha
selalu harus dianggap Negara.
sah/rechtmatig sampai ada
pembatalannya. Asas ini secara 2. Asas pembuktian bebas yang
eksplisit tertuang di dalam rumusan terbatas
Pasal 67 ayat (1) Undang -Undang
No. 5 Tahun 1986 jo Undang- Asas pembuktian bebas yang
Undang No. 9 Tahun 2004 jo terbatas memberikan kewenangan
Undang-Undang No. 51 Tahun kepada hakim untuk menentukan
2009 tentang Peradilan Tata Usaha pihak dalam sengketa yang
Negara dibebani kewajiban untuk
Berdasarkan asas ini suatu mengajukan bukti-bukti guna
Keputusan Tata Usaha Negara menemukan kebenaran materiil
(KTUN) yang digugat di Peradilan dalam persidangan di Peradilan
Tata Usaha Negara tetap dapat Tata Usaha Negara. Hakim
dilaksanakan dan memiliki diberikan kewenangan yang luas
kekuatan mengikat untuk dalam hal pembuktian sebagaimana
ditegakkan secara hukum. dimaksud dalam Pasal 107 Undang-
Berkaitan dengan pelaksanaan asas Undang No. 5 Tahun 1986 jo
praduga keabsahan, Penggugat Undang-Undang No. 9 Tahun 2004
dapat mengajukan permohonan jo Undang-Undang No. 51 Tahun
agar pelaksanaan Keputusan Tata 2009 tentang Peradilan Tata Usaha
Usaha Negara (KTUN) ditunda Negara yang menyatakan hakim
selama pemeriksaan sengketa Tata menentukan apa yang harus
Usaha Negara sedang berjalan, dibuktikan, beban pembuktian
sampai ada putusan pengadilan beserta penilaian pembuktian.
yang memperoleh kekuatan hukum Meskipun hakim Tata Usaha
tetap. Hal ini diatur dalam Pasal 67 Negara dapat melakukan
ayat (2) Undang-Undang No. 5 pembuktian dengan bebas namun
Tahun 1986 jo Undang-Undang pembuktian ini dibatasi. Terbatas
No. 9 Tahun 2004 jo Undang- dimaksudkan hakim menggunakan
Undang No. 51 Tahun 2009 tentang alat bukti di dalam proses
Peradilan Tata Usaha Negara. pembuktian, terbatas pada alat
Permohonan penundaan bukti yang ditentukan oleh Undang-
pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Undang.4 Hal ini diatur dalam Pasal
Negara (KTUN) dikabulkan jika 100 Undang-Undang No. 5 Tahun
ada kepentingan penggugat yang 1986 jo Undang-Undang No. 9
sangat mendesak dan kepentingan Tahun 2004 jo Undang-Undang
penggugat sangat dirugikan bila
Keputusan Tata Usaha Negara 4
Paulus Effendi Lotulung,Hukum Tata
(KTUN) yang digugat tetap Usaha Negara dan
dilaksanakan. Hal ini diatur dalam Kekuasaan,(Jakarta:Salemba
Humanika,2013),halaman.88.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

No. 51 Tahun 2009 tentang digunakan merupakan pendekatan


Peradilan Tata Usaha Negara. sosiologi hukum yaitu pendekatan
3. Asas keaktifan hakim yang menganalisis tentang
(dominus litis) bagaimana reaksi dan interaksi
yang terjadi ketika sistem norma
Keaktifan hakim dimaksudkan itu bekerja di dalam masyarakat.6
untuk menyeimbangkan kedudukan Melalui pendekatan sosiologi
para pihak, karena tergugat adalah hukum, peneliti akan meneliti dan
pejabat tata usaha negara menganalisis penerapan asas ultra
sedangkan penggugat adalah orang petita dalam menyelesaikan
atau badan hukum perdata. sengketa Tata Usaha Negara
berdasarkan Putusan Mahkamah
4. Asas putusan pengadilan Agung No. 5K/TUN/1992.
mempunyai kekuatan
mengikat “erga omnes” Spesifikasi Penelitian hukum
ini menggunakan spesifikasi
Sengketa Tata Usaha penelitian deskriptif analitis.
Negara merupakan sengketa hukum Deskriptif analitis artinya peneliti
publik. Putusan Peradilan Tata dalam menganalisis berkeinginan
Usaha Negara berlaku bagi siapa untuk memberikan gambaran atau
saja, tidak hanya bagi para pihak pemaparan atas subjek dan objek
yang bersengketa. Putusan penelitian sebagaimana hasil
Peradilan Tata Usaha Negara ini penelitian yang dilakukan.7
disebut erga omnes , artinya daya Pemaparan hasil penelitian yang
berlaku putusan tersebut mengikat diberikan tidak menggunakan
secara publik, di samping mengikat angka-angka melainkan suatu
para pihak yang bersengketa (inter bentuk tulisan dari deskripsi.
pares), juga mengikat bagi
siapapun di luar pihak-pihak yang Jenis data yang digunakan
bersengketa. dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data
II. METODE PENELITIAN primer merupakan data yang
berasal dari data lapangan.
Penelitian hukum ini Sedangkan data sekunder
merupakan penelitian yuridis merupakan data yang diperoleh dari
empiris. Soerjono Soekanto dan Sri bahan kepustakaan
Mamuji mengartikan penelitian
hukum sosiologis atau empiris
adalah penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti 6
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad,
data primer.5 Pendekatan yang Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Hukum Empiris,(Yogyakarta:Pustaka
5
Pelajar,2010),halaman.47.
Soerjono Soekanto dan Sri
Mamuji,Penelitian Hukum Normatif Suatu 7
Mukti Fajar ND dan Yulianto
Tinjauan Singkat,(Jakarta: Raja Grafindo Achmad,Op.cit.halaman 183.
Persada,2010),halaman. 20.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Metode pengumpulan data III. HASIL PENELITIAN DAN


dalam penelitian hukum ini adalah PEMBAHASAN
wawancara Hakim Pengadilan Tata
Usaha Negara Semarang dan A. Hasil Penelitian Perkara No.
akademisi ,selain itu juga 32/G/2012/PTUN.SMG
memperoleh data studi kepustakaan a. Penggugat :
yang bersumber dari peraturan Kholik Hidayat
perundang-undangan, buku-buku, b. Tergugat :
dokumen resmi, publikasi dan hasil Kepala Desa Tipar Kecamatan
penelitian. Rawalo, Kabupaten Banyumas

Metode Analisis data dalam c. Objek Sengketa :


penelitian ini merupakan kegiatan Keputusan Kepala Desa Tipar
dalam penelitian yang berupa Nomor 141.32/09/IV/2012
melakukan kajian atau telaah pada 17 April 2012 tentang
terhadap hasil pengolahan data Pengesahan dan Pelantikan
yang dibantu dengan teori-teori Perangkat Desa Tipar,
yang telah didapatkan sebelumnya.8 Kecamatan Rawalo, Kabupaten
Metode analisis data yang Banyumas Saudara Edi Yanto
digunakan dalam penelitian hukum sebagai Kadus III Desa Tipar,
ini adalah analisis data kualitatif Kecamatan Rawalo, Kabupaten
dari data primer dan data sekunder Banyumas.
yang diperoleh. Analisis data d. Duduk Perkara :
kualitatif ini merupakan analisis 1. Bahwa pada bulan Maret 2012
data yang tidak menggunakan di Desa Tipar, Kecamatan
angka-angka tetapi memberikan Rawalo, Kabupaten Banyumas
penjelasan dengan kata-kata, diadakan penjaringan dan
kalimat atas temuan-temuan dalam penyaringan calon perangkat
penelitian dan penulis menentukan desa antara lain penjaringan dan
isi atau makna aturan hukum yang penyaringan kadus III Desa
dijadikan rujukan dalam Tipar yang dilaksanakan oleh
menyelesaikan permasalahan Panitia Penjaringan dan
hukum yang menjadi objek kajian.9 Penyaringan Perangkat Desa
Sehingga penulis menganalisis (P.3.D) Desa Tipar, Kecamatan
sekaligus menjelaskan secara Rawalo, Kabupaten Banyumas.
mendalam mengenai objek 2. Bahwa dalam penjaringan dan
penelitian yang telah dipilih. penyaringan perangkat Desa
Tipar diikuti 3 orang yaitu
1. Edi Yanto,
8
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto 2. Kholik Hidayat (Penggugat)
Achmad,Dualisme Penelitian Hukum dan,
Normatif dan 3. Mukholil
Empiris,(Yogyakarta:Pustaka 3. Bahwa berdasarkan hasil
Pelajar,2013),halaman.183. pengumuman yang dikeluarkan
9
oleh Panitia Penjaringan dan
Ibid,halaman 107. Penyaringan Perangkat Desa

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Tipar, pada tanggal 28 Maret Tahun 2006 nomor 7 seri E


2012 Penggugat ditetapkan Pasal 9 ayat 1 yaitu
sebagai calon terpilih/ lulus Dalam waktu paling lama 7
dengan hasil nilai tertinggi( (tujuh) hari kerja setelah
ranking 1) yaitu 110, sedangkan menerima persetujuan tertulis
saudara Edi Yanto dengan nilai sebagaimana dimaksud dalam
95 dan saudara Mukholil dengan Pasal 8 Kepala Desa sudah harus
nilai 55. Kemudian pada tanggal menerbitkan keputusan tentang
2 April 2012 Penggugat akan penetapan pengangkatan
dilantik sebagai Kadus III Desa perangkat desa”;
Tipar, namun ditunda hingga
tanggal 5 April 2012 karena Pasal 9 ayat 2 yaitu
adanya pengaduan dari saudara Dalam jangka waktu paling
Edi Yanto dengan surat melalui lama 15 (lima belas) hari sejak
kuasanya. Tergugat yaitu Kepala ditetapkannya keputusan tentang
Desa Tipar tidak melakukan pengangkatan perangkat desa,
kewajiban untuk melantik Kepala Desa harus sudah
Kholik Hidayat (Penggugat) melantik perangkat desa yang
selaku calon Kadus III Desa bersangkutan”
Tipar terpilih.
4. Bahwa Penggugat menyatakan Peraturan Bupati Banyumas
bahwa tanpa persetujuan tertulis Nomor 22 Tahun 2008 Pasal 14
dari Badan Permusyawaratan ayat (2) yaitu
Desa (BPD) Desa Tipar, Dalam jangka waktu paling
Kecamatan Rawalo, Kabupaten lama 15 (lima belas) hari kerja
Banyumas ternyata pada tanggal sejak ditetapkannya keputusan
18 April 2012, Kepala Desa tentang pengangkatan perangkat
Tipar (Tergugat) melantik desa, Kepala Desa harus sudah
saudara Edi Yanto sebagai melantik perangkat desa yang
Kadus III Desa Tipar bersangkutan”.
berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Desa Tipar Nomor: B. Pembahasan
141.32/09/IV/2012 tanggal 17 1. Asas Ultra Petita dalam
April 2012. Sebelumnya Putusan No.
Tergugat telah diperingatkan 32/G/2012/PTUN.SMG
oleh Camat Rawalo, Bupati
Banyumas selaku pimpinan agar Bila kita melihat tuntutan
tidak melakukan pelantikan Penggugat dengan putusan Majelis
saudara Edi Yanto sebagai Hakim terdapat hal yang berbeda
Kadus III Desa Tipar, yaitu hakim memerintahkan kepada
Kecamatan Rawalo, Kabupaten Tergugat untuk melakukan seleksi
Banyumas, tetapi Tergugat tidak ulang penjaringan dan penyaringan
mengindahkan sehingga perangkat desa tahun 2012,
perbuatan Tergugat bertentangan khususnya untuk pengisian formasi
dengan Peraturan Daerah jabatan Kadus III Desa Tipar.
Kabupaten Banyumas No. 15

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Putusan ini lah yang mengandung Tipar melalui Keputusan Panitia


asas ultra petita. Penjaringan dan Penyaringan
Perangkat Desa Tipar (P.3.D)
2. Pertimbangan Hakim PTUN No.01/Pan.P3D/III/2012.
Semarang Menerapkan Asas  Menimbang bahwa setelah
Ultra Petita dalam Putusan dilakukannya seleksi, pada
No. 32/G/2012/PTUN.SMG tanggal 28 Maret 2012
diumumkan bahwa Kholik
Pertimbangan Majelis Hakim Hidayat (Penggugat) menempati
Menerapkan Asas Ultra Petita peringkat pertama , Edi Yanto
meliputi: menempati peringkat kedua dan
 Menimbang bahwa tata cara Mukholil menempati peringkat
pencalonan, pengangkatan dan ketiga.
pemberhentian perangkat desa di  Menimbang bahwa berdasarkan
dasarkan pada Peraturan Daerah ketentuan peraturan perundang-
Kabupaten Banyumas No. 15 undangan di bawah ini:
Tahun 2006 jo Peraturan Daerah 1. Pasal 9 ayat (1) Peraturan
Banyumas No. 25 Tahun 2011 Daerah Kabupaten Banyumas
tentang Tata Cara Pencalonan, No. 15 Tahun 2006 yaitu
Pengangkatan dan Dalam waktu paling lama 7
Pemberhentian Perangkat Desa. (tujuh) hari kerja setelah
Sedangkan untuk pedoman menerima persetujuan tertulis
pelaksanaan penjaringan dan sebagaimana dimaksud dalam
penyaringan perangkat desa di Pasal 8 Kepala Desa sudah
Kabupaten Banyumas mengacu harus menerbitkan keputusan
pada Peraturan Bupati tentang penetapan
Banyumas No. 22 Tahun 2008 pengangkatan perangkat desa.
tentang Pedoman Pelaksanaan
Penjaringan dan Penyaringan Pasal 9 ayat (2) yaitu
Perangkat Desa di Kabupaten Dalam jangka waktu paling
Banyumas. lama 15 (lima belas) hari
 Menimbang bahwa untuk kerja sejak ditetapkannya
melaksanakan ketentuan Pasal 3 keputusan tentang
ayat (1) Peraturan Bupati pengangkatan perangkat desa,
Banyumas No. 22 Tahun 2008, Kepala Desa harus sudah
Kepala Desa Tipar membentuk melantik perangkat desa yang
Panitia Penjaringan dan bersangkutan. Tentang tata
Penyaringan Perangkat Desa cara pencalonan,
Tipar (P.3.D) dengan Surat pengangkatan dan
Keputusan No. pemberhentian perangkat
141.3/05/III/2012 pada 5 Maret desa.
2012. Panitia Penjaringan dan
Penyaringan Perangkat Desa 2. Pasal 14 ayat (2) Peraturan
Tipar (P.3.D) menetapkan tata Bupati Banyumas No. 22
tertib penjaringan dan Tahun 2008 yaitu
penyaringan perangkat Desa

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Dalam jangka waktu paling yaitu melakukan hubungan


lama 15 (lima belas) hari diluar nikah dengan saksi Febri
kerja sejak ditetapkannya Setiyani dan juga tidak
keputusan tentang memberikan nafkah untuk anak
pengangkatan perangkat desa, hasil hubungannya di luar nikah.
Kepala Desa harus sudah  Menimbang bahwa berdasarkan
melantik perangkat desa yang fakta hukum, mekanisme
bersangkutan. perekrutan calon perangkat desa
 Menimbang bahwa sesuai yang dilaksanakan Panitia
dengan uraian fakta dan Penjaringan dan Penyaringan
ketentuan diatas, maka secara Perangkat Desa Tipar (P.3.D)
normatif sudah seharusnya terlalu bersifat legalistik formal.
Tergugat melantik saudara Penilaian terhadap persyaratan
Kholik Hidayat (Penggugat) perbuatan tercela para calon
sebagai Kadus III Desa Tipar. hanya didasarkan pada Surat
Namun, apabila hal tersebut Keterangan Catatan Kepolisian
dikaitkan dengan kasus konkret (SKCK) tanpa adanya visitasi
dalam sengketa tata usaha dan verifikasi faktual di
Negara ini, Pengadilan masyarakat.
menafsirkan bahwa ketentuan  Menimbang bahwa Panitia
Pasal 9 ayat (1) dan (2) Penjaringan dan Penyaringan
Peraturan Daerah Kabupaten Perangkat Desa (P.3.D) Desa
Banyumas No. 15 Tahun 2006 Tipar membuat tata tertib untuk
jo Pasal 14 ayat (2) Peraturan menjaga kelancaran dan
Bupati Banyumas No. 22 Tahun ketertiban dalam proses seleksi
2008 dapat diterapkan bila Kadus III Desa Tipar.
proses perekrutan dapat berjalan Berdasarkan Pasal 13 ayat (4)
dengan normal artinya proses Keputusan Panita Penjaringan
penjaringan dan penyaringan dan Penyaringan Perangkat Desa
perangkat desa mengedepankan (P.3.D) Desa Tipar No.
keterbukaan dalam penyusunan 01/Pan.P3D/III/2012 tentang
mekanisme perekrutan dengan Tata Tertib Penjaringan dan
menekankan kejujuran dalam Penyaringan Perangkat Desa
penilaian terhadap prestasi, Tipar, Kecamatan Rawalo,
dedikasi, dan sikap tidak tercela Kabupaten Banyumas mengatur
para calon perangkat desa. bahwa
Sehingga keputusan hasil seleksi Dalam hal calon jadi
calon yang dilakukan dapat sebagaimana dimaksud dalam
diterima oleh akal sehat ayat (1) mengalami musibah
masyarakat secara luas. yang mengakibatkan meninggal
 Menimbang bahwa sesuai fakta dunia atau cacat tetap sehingga
hukum lainnya bahwa Kholik yang bersangkutan tidak dapat
Hidayat (Penggugat) memiliki diangkat menjadi perangkat
integritas yang kurang baik dan desa, maka rangking 2 (dua)
tidak bertanggung jawab dengan yang diusulkan untuk dilantik
melakukan perbuatan tercela menjadi perangkat desa.

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

 Menimbang bahwa berdasarkan Yanto sebagai Kadus III Desa


ketentuan diatas dapat dipahami Tipar.
bahwa kemungkinan bagi calon  Menimbang bahwa terhadap
peringkat kedua untuk diangkat permasalahan tersebut,
dan diusulkan sebagai Perangkat Pengadilan dapat memahami
Desa dapat dilakukan sepanjang tindakan yang dilakukan oleh
calon peringkat pertama Kepala Desa Tipar (Tergugat)
meninggal dunia atau cacat dalam berkoordinasi dengan
tetap. Panitia P3D Desa Tipar dan
 Menimbang bahwa terkait Badan Permusyawaratan Desa
dengan penundaan pelantikan (BPD) Desa Tipar guna untuk
saudara Kholik Hidayat sebagai mengisi kekosongan penjabat
Kadus III Desa Tipar oleh sebab Kadus III Desa Tipar, oleh
adanya surat aduan dari saudara karena tidak adanya dasar
Edi Yanto melalui kuasa hukum, baik dalam Peraturan
hukumnya dan surat aduan dari Daerah Kabupaten Banyumas
warga masyarakat dan hal No.15 Tahun 2006 jo Peraturan
tersebut dilakukan setelah Daerah Kabupaten Banyumas
berakhirnya proses seleksi atau No. 25 Tahun 2011, maupun
setelah pengumuman hasil, atas Peraturan Bupati Banyumas No.
dasar hal demikian, Tergugat 22 Tahun 2008 jo Tata Tertib
kemudian melakukan koordinasi Penjaringan dan Penyaringan
dengan Panitia P3D Desa Tipar. Perangkat Desa, Desa Tipar,
 Menimbang bahwa selanjutnya Kecamatan Rawalo, Kabupaten
dengan mendasarkan pada: Banyumas, yang mengatur
1. Berita Acara Panitia P3D persoalan konkret in casu dalam
Desa Tipar tanggal 16 April sengketa tata usaha Negara ini.
2012 yang pada intinya Namun demikian, Pengadilan
menyerahkan sepenuhnya tidak dapat membenarkan
persoalan Kholik Hidayat tindakan Tergugat dalam
(Penggugat) kepada Kepala mengeluarkan keputusan
Desa Tipar untuk Pengesahan dan Pelantikan Edi
menyelesaikannya dan, Yanto sebagai Kadus III Desa
2. Permohonan persetujuan Tipar, mengingat yang menjadi
kepada Badan pokok persoalan dalam sengketa
Permusyawaratan Desa tata usaha Negara ini adalah
(BPD) Desa Tipar pada persoalan moral calon perangkat
tanggal 17 April 2012, desa, bukan persoalan musibah
Tergugat tidak mengangkat yang mengakibatkan meninggal
dan melantik ranking pertama dunia atau cacat tetap yang
calon perangkat desa Kholik dialami calon perangkat desa,
Hidayat (Penggugat) sebagai sehingga calon tersebut tidak
Kadus III Desa Tipar, namun dapat diangkat menjadi
kemudian mengangkat dan perangkat desa.
melantik ranking kedua calon  Menimbang bahwa hal demikian
perangkat desa, yakni Edi terbukti di dalam konsideran

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

faktual maupun konsideran perangkat desa yang menang


yuridis keputusan objek secara legalitas, namun minim
sengketa, Tergugat tidak dapat dukungan atau tidak
menguraikan atau mendapatkan legitimasi
mencantumkan secara rinci: masyarakat desa secara luas. Hal
1. Motivasi atau alasan-alasan ini tentunya akan berdampak
yang mendasari penerbitan sistemik terhadap proses
keputusan a quo, penyelenggaraan pelayanan
2. Dasar-dasar hukum publik di tingkat pemerintahan
penerbitan keputusan a quo desa, yang pada akhirnya akan
Keputusan Kepala Desa Tipar merugikan kepentingan
yang dimaksud, jelas tidak masyarakat Desa Tipar itu
memenuhi syarat material sendiri.
sebuah Keputusan Tata Usaha  Menimbang bahwa selanjutnya
Negara yang baik. Oleh guna menghindari kekosongan
karenanya tindakan yang hukum dalam pengisian penjabat
seharusnya dilakukan Kepala Kadus III Desa Tipar, atas dasar
Desa Tipar (Tergugat) adalah kewibawaan yang formal (De
mengulang kembali seluruh Formele Gezagsverhouding)
proses seleksi penjaringan dan dari Pengadilan Tata Usaha
penyaringan perangkat desa Negara yang bersumber dari
tahun 2012 khususnya untuk Pasal 47 Undang-Undang No. 5
pengisian formasi jabatan Kadus Tahun 1986 bahwa dalam
III Desa Tipar. rangka menyelesaikan sengketa
 Menimbang bahwa berdasarkan tata usaha Negara ini,
keseluruhan rangkaian Pengadilan memerintahkan
pertimbangan hukum di atas, kepada Kepala Desa Tipar
Pengadilan berpendapat, bahwa (Tergugat) untuk melakukan
kelemahan sistem perekrutan seleksi ulang penjaringan dan
yang dilaksanakan oleh Panitia penyaringan perangkat desa
P3D Desa Tipar dalam tahun 2012, khususnya untuk
melakukan penilaian terhadap pengisian formasi jabatan Kadus
persyaratan perbuatan tidak III Desa Tipar.
tercela para calon perangkat  Menimbang bahwa karena dalil
desa, adalah penyebab awal Penggugat tidak terbukti dan
sengketa tata usaha Negara ini. tidak beralasan menurut hukum
Kelemahan tersebut dimulai dan objek sengketa yang
sejak pendaftaran menyangkut dikeluarkan Tergugat tidak
persyaratan calon perangkat didasarkan pada peraturan
desa, di mana dalam pendaftaran perundang-undangan yang
tersebut terlalu menekankan berlaku, maka sangat beralasan
pada aspek legalistik formal hukum Pengadilan menyatakan
tanpa disertai upaya visitasi dan menolak gugatan Kholik
verifikasi faktual ke tengah Hidayat (Penggugat) untuk
masyarakat. Tindakan demikian seluruhnya dan membatalkan
hanya akan menghasilkan calon objek sengketa, serta

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

memerintahkan kepada Kepala potensi untuk bertentangan.10


Desa Tipar (Tergugat) untuk Masing-Masing nilai memiliki
melakukan seleksi ulang peran masing-masing. Bila kita
penjaringan dan penyaringan melihat di masyarakat, dari ketiga
perangkat desa tahun 2012, nilai ini yang paling terpenting
khususnya untuk pengisian adalah nilai keadilan. Nilai keadilan
formasi jabatan Kadus III Desa terkandung dalam norma, nilai,
Tipar. moral dan etika dalam masyarakat.
Berikutnya nilai kepastian hukum
yang ada dalam hukum yang
3. Analisa Pertimbangan tertulis dan hukum positif. Terakhir
Majelis Hakim Memutus nilai kemanfaatan, nilai
dengan Asas Ultra Petita kemanfaatan dengan menggunakan
ilmu sosiologi untuk memotret
Berdasarkan hasil wawancara fenomena sosial di masyarakat.
dengan hakim Pengadilan Tata Meskipun pada prinsipnya hakim
Usaha Negara Semarang yaitu Peradilan Tata Usaha Negara tidak
Sarjoko,S.H,M.H bahwa secara boleh menggunakan asas ultra
Das Sollen hakim Peradilan Tata petita, untuk mencapai keadilan,
Usaha Negara tidak boleh memutus kepastian hukum dan kemanfaatan
dengan asas ultra petita sedangkan bagi masyarakat maka hakim
secara Das Sein hakim Peradilan Peradilan Tata Usaha Negara
Tata Usaha Negara memutus dibenarkan untuk memutus dengan
dengan menggunakan asas ultra asas ultra petita. Penggunaan asas
petita karena kondisi kasus yang ultra petita harus diwujudkan
hanya dapat diselesaikan dengan dalam putusan bukan hanya sekadar
menggunakan asas ultra petita. dalam pertimbangan hakim saja.
Adanya tolak belakang antara Das Bila sekadar dalam pertimbangan
Sollen dengan Das Sein karena hakim maka suatu putusan bukan
hakim Peradilan Tata Usaha Negara dikatakan sebagai putusan ultra
harus dapat berpedoman pada 3 petita. Menurut Sarjoko,S.H, M.H,
(tiga) nilai mendasar yaitu nilai hakim Peradilan Tata Usaha Negara
keadilan, nilai kepastian hukum dan yang memutus dengan asas ultra
nilai kemanfaatan. Menurut petita dikatakan melakukan
Radbruch, nilai-nilai dasar dari penemuan hukum. Beliau
hukum yaitu nilai keadilan, nilai menyatakan putusan ultra petita
kegunaan, dan nilai kepastian sebagai penemuan hukum karena di
hukum saling berkaitan satu sama dalam Undang-Undang Peradilan
lain. Namun diantara ketiga nilai Tata Usaha Negara tidak mengatur
tersebut terdapat secara khusus dan jelas terkait
Spannungsverhaltnis yaitu suatu penggunaan asas ultra petita. Maka
ketegangan satu sama lain.
Hubungan atau keadaan yang
10
demikian disebabkan karena ketiga Satjipto Rahardjo,Ilmu
nilai berisi tuntutan yang berlainan Hukum,(Bandung:Citra Aditya
dan satu sama lain mengandung Bakti,2012),halaman.19.

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

meskipun hakim Peradilan Tata Ultra Petita dalam Putusan


Usaha Negara secara Das Sollen No. 32/G/2012/PTUN.SMG
tidak diperbolehkan untuk
melakukan asas ultra petita dalam Bila melihat dalam Putusan
putusannya, bila hakim dihadapkan No. 32/G/2012/PTUN.SMG,
dengan peristiwa konkrit yang Kholik Hidayat (Penggugat) tidak
hanya dapat diselesaikan dengan mengalami reformatio in peius.
menggunakan asas ultra petita Gugatan yang diajukan oleh Kholik
maka ia telah melakukan penemuan Hidayat (Penggugat) ditolak oleh
hukum. Seperti halnya pendapat majelis hakim, Kholik Hidayat
hakim Pengadilan Tata Usaha (Penggugat) tidak dilantik menjadi
Negara Semarang yaitu Kadus III Desa Tipar karena
Sarjoko,S.H,M.H bahwa penemuan terbukti telah melakukan perbuatan
hukum yang dilakukan termasuk tercela. Maka tidak dilantiknya
penemuan hukum argumentum a Kholik Hidayat (Penggugat) adalah
contrario. Argumentum a contrario akibat dari perbuatannya sendiri
merupakan salah satu metode yang yang tidak memenuhi persyaratan
digunakan hakim untuk melakukan penjaringan dan penyaringan kadus
penemuan hukumnya. Metode ini III Desa Tipar. Kholik Hidayat
digunakan bila tidak adanya aturan (Penggugat) tidak dibawa ke situasi
hukum yang disediakan untuk yang lebih merugikan dari keadaan
menyelesaikan peristiwa namun sebelumnya. Meskipun Kholik
yang ada adalah peraturan yang Hidayat (Penggugat) merupakan
khusus disediakan untuk peristiwa pemenang dari hasil penjaringan
lain yang memiliki kemiripan dan penyaringan perangkat desa
dengan peristiwa yang hendak Tipar, jika ia melakukan perbuatan
dicari hukumnya. Pada tercela maka secara moral tidak
argumentum a contrario, patut dan pantas menjadi seorang
pemberlakuan aturan hukum yang pemimpin. Maka saat diadakan
mirip dengan peristiwa yang proses seleksi ulang Kadus III Desa
hendak dicarikan hukumnya ini Tipar, Kholik Hidayat (Penggugat)
diberlakukan secara kebalikan.11 tidak boleh mencalonkan diri
Seperti halnya larangan hakim kembali karena sejak awal ia tidak
Peradilan Tata Usaha Negara memenuhi syarat sebagai calon
menggunakan asas ultra petita , Kadus III. Sedangkan dampak yang
jika sengketa hanya dapat dirasakan oleh Kepala Desa Tipar
diselesaikan dengan asas ultra dengan adanya proses seleksi ulang
petita maka asas ultra petita penjaringan dan penyaringan Kadus
digunakan dalam putusan. III Desa Tipar adalah
dibutuhkannya tenaga,waktu, dan
4. Dampak yang Muncul bagi biaya untuk mengulang kembali
Penggugat dan Tergugat proses seleksi ulang penjaringan
Akibat Penggunaan Asas dan penyaringan Kadus III Desa
Tipar. Tentunya dengan
11
terungkapnya Kholik Hidayat
Ibid,halaman.70. (Penggugat) yang tidak memenuhi

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

syarat sebagai Kadus III, Panita 32/G/2012/PTUN.SMG, Hakim


Penjaringan dan Penyaringan menggunakan asas ultra petita
Perangkat Desa (P.3.D) Desa Tipar dengan pertimbangan bahwa
akan lebih berhati-hati dan terjadi kelemahan sistem
memperketat proses seleksi ulang. perekrutan Penjaringan dan
Panita Penjaringan dan Penyaringan Perangkat Desa
Penyaringan Perangkat Desa (P.3.D) Desa Tipar, Kecamatan
(P.3.D) Desa Tipar harus Rawalo, Kabupaten Banyumas
memperbaiki sistem penilaian agar terhadap persyaratan perbuatan
nantinya mendapatkan calon Kadus tidak tercela calon Kadus III
III Desa Tipar yang sesuai dengan Desa Tipar yang hanya
harapan masyarakat. Adanya proses didasarkan pada Surat
seleksi ulang dimungkinkan adanya Keterangan Catatan Kepolisian
calon baru yang mencalonkan diri (SKCK) tanpa adanya verifikasi
sebagai calon Kadus III selain Edi faktual di masyarakat menjadi
Yanto dan Mukholil. Meskipun penyebab awal terjadinya
nantinya terdapat calon baru, Edi sengketa. Majelis hakim
Yanto dan Mukholil memiliki menemukan fakta hukum bahwa
kembali peluang untuk menjadi Kholik Hidayat (Penggugat)
Kadus III Desa Tipar. memiliki integritas yang kurang
baik dan tidak bertanggung
IV. KESIMPULAN jawab dengan melakukan
perbuatan tercela yaitu
1. Hasil wawancara dengan hakim melakukan hubungan diluar
Pengadilan Tata Usaha Negara nikah dengan saksi Febri
Semarang yaitu Setiyani dan juga tidak
Sarjoko,S.H,M.H bahwa secara memberikan nafkah untuk anak
Das Sollen hakim Peradilan Tata hasil hubungannya di luar nikah.
Usaha Negara tidak boleh Meskipun Penggugat merupakan
memutus dengan asas ultra pemenang pertama dalam
petita sedangkan secara Das seleksi, bila Penggugat sudah
Sein hakim Peradilan Tata terbukti melakukan perbuatan
Usaha Negara memutus dengan tercela maka tidak pantas dan
menggunakan asas ultra petita patut menjadi Kadus III.
karena kondisi kasus yang hanya Sedangkan terhadap Keputusan
dapat diselesaikan dengan yang dikeluarkan oleh Kepala
menggunakan asas ultra petita. Desa Tipar, Majelis hakim
Adanya tolak belakang antara berpendapat bahwa tidak dapat
Das Sollen dengan Das Sein dibenarkan tindakan Kepala
karena hakim Peradilan Tata Desa Tipar (Tergugat)
Usaha Negara harus dapat mengeluarkan Keputusan
berpedoman pada 3 (tiga) nilai Pengesahan dan Pelantikan Edi
mendasar yaitu nilai keadilan, Yanto sebagai Kadus III Desa
nilai kepastian hukum dan nilai Tipar, karena yang menjadi
kemanfaatan. Berdasarkan pokok permasalahan dalam
Putusan No. kasus ini adalah persoalan moral

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

calon perangkat desa bukan bahwa Majelis hakim


persoalan mengalami musibah menggunakan asas ultra petita
yang menyebabkan meninggal sebagai bentuk penemuan
atau mengalami cacat tetap pada hukum. Penemuan hukum yang
calon perangkat desa yang dilakukan, termasuk penemuan
menduduki peringkat pertama. hukum argumentum a contrario
Sehingga Edi Yanto tidak bisa yaitu metode yang digunakan
dilantik menjadi Kadus III Desa bila tidak adanya aturan hukum
Tipar karena Kholik Hidayat yang disediakan untuk
(Penggugat) tidak meninggal menyelesaikan peristiwa namun
dunia atau pun mengalami cacat yang ada adalah peraturan yang
tetap. Berdasar pada ketentuan khusus disediakan untuk
Pasal 47 Undang-Undang No. 5 peristiwa lain yang memiliki
Tahun 1986, sebagai upaya kemiripan dengan peristiwa
menyelesaikan sengketa Tata yang hendak dicari hukumnya.
Usaha Negara, Majelis Hakim Sehingga Majelis Hakim yang
menggunakan asas ultra petita memutus dalam Putusan No.
dalam putusannya dengan 32/G/2012/PTUN.SMG telah
memerintahkan kepada Kepala melakukan penemuan hukum
Desa Tipar (Tergugat) dengan menggunakan asas ultra
melakukan proses seleksi ulang petita untuk menyelesaikan
penjaringan dan penyaringan sengketa.
perangkat desa tahun 2012
khususnya untuk pengisian 2. Putusan No.
formasi jabatan Kadus III Desa 32/G/2012/PTUN.SMG tidak
Tipar. Proses seleksi ulang ini menimbulkan reformatio in
tidak diatur dalam ketentuan peius bagi Kholik Hidayat
Peraturan Daerah Kabupaten (Penggugat). Kholik Hidayat
Banyumas No. 15 Tahun 2006 (Penggugat) tidak dibawa ke
jo Peraturan Daerah Kabupaten situasi yang lebih merugikan
Banyumas No. 25 Tahun 2011 dari keadaan sebelumnya. Tidak
tentang Tata Cara Pencalonan, dilantiknya Kholik Hidayat
Pengangkatan dan (Penggugat) adalah akibat dari
Pemberhentian Perangkat Desa perbuatannya sendiri yang tidak
maupun dalam Peraturan Bupati memenuhi persyaratan
Banyumas No. 22 Tahun 2008 penjaringan dan penyaringan
tentang Pedoman Pelaksanaan kadus III Desa Tipar dengan
Penjaringan dan Penyaringan terbukti melakukan perbuatan
Perangkat Desa di Kabupaten tercela. Sehingga saat
Banyumas sehingga Majelis dilaksanakan seleksi ulang,
hakim menggunakan asas ultra Kholik Hidayat (Penggugat)
petita dalam putusan ini untuk tidak boleh mencalonkan diri
menghindari kekosongan hukum kembali. Sedangkan dampak
dalam pengisian penjabat Kadus yang dirasakan oleh Kepala
III Desa Tipar. Hakim Desa Tipar dengan adanya
Sarjoko,S.H,M.H berpendapat proses seleksi ulang penjaringan

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dan penyaringan Kadus III Desa (HAPLA).Jakarta: Rajawali


Tipar adalah dibutuhkannya Pers.
tenaga, waktu, dan biaya untuk
mengulang kembali proses Bello, Petrus C.K.L.2013. Ideologi
seleksi ulang penjaringan dan Hukum Refleksi Filsafat
penyaringan Kadus III Desa Atas Ideologi di Balik
Tipar. Tentunya dengan Hukum.Bogor:Insan
terungkapnya Kholik Hidayat Merdeka.
(Penggugat) yang tidak
memenuhi syarat sebagai Kadus Dewata, Mukti Fajar Nur dan
III, Panita Penjaringan dan Yulianto
Penyaringan Perangkat Desa Achmad.2013.Dualisme
(P.3.D) Desa Tipar akan lebih Penelitian Hukum Normatif
berhati-hati dan memperketat dan
proses seleksi ulang Panita Empiris.Yogyakarta:Pustaka
Penjaringan dan Penyaringan Pelajar.
Perangkat Desa (P.3.D) Desa
Tipar harus memperbaiki sistem Hadjon, Philipus M dkk. 1995.
penilaian agar nantinya Pengantar Hukum
mendapatkan calon Kadus III Administrasi
Desa Tipar yang sesuai dengan Indonesia.Yogyakarta:Gaja
harapan masyarakat. Adanya h Mada University Press.
proses seleksi ulang
dimungkinkan adanya calon Lotulung, Paulus
baru yang mencalonkan diri Effendi.2013.Hukum Tata
sebagai calon Kadus III selain Usaha Negara dan
Edi Yanto dan Mukholil. Kekuasaan.Jakarta:Salemba
Meskipun nantinya terdapat Humanika.
calon baru, Edi Yanto dan
Mukholil memiliki kembali Marzuki, Peter
peluang untuk menjadi Kadus III Mahmud.2009.Penelitian
Desa Tipar. Hukum.Jakarta:Kencana.

DAFTAR PUSTAKA Mertokusumo,


Sudikno.2000.Penemuan
Buku Hukum Sebuah
Anonim.2009.Yurisprudensi Pengantar.Yogyakarta:Libe
Mahkamah Agung Republik rty.
Indonesia.Jakarta:PT Pilar .2010.Mengenal
Yuris Ultima. Hukum;Suatu
Pengantar.Yogyakarta:Cah
Basah, Sjachran.1989. Hukum aya Atma Pustaka
Acara Pengadilan dalam
Lingkungan Peradilan Muhammad,
Administrasi Abdulkadir.2004.Hukum
dan Penelitian

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Hukum.Bandung: Citra Hukum Normatif Suatu


Aditya Bakti. Tinjauan Singkat.Jakarta:
Mukti Fajar ND dan Yulianto Raja Grafindo Persada.
Achmad.2010. Dualisme
Penelitian Hukum Normatif Tanya, Bernard L.2011.Penegakan
dan Hukum Hukum Dalam Terang
Empiris.Yogyakarta:Pustaka Etika.Yogyakarta:Genta
Pelajar. Publishing.
Narbuko, Cholid dan Abu Tjandra, W.Riawan
Achmadi.2002.Metodologi .2009.Peradilan Tata Usaha
Penelitian.Jakarta: Bumi Negara: Mendorong
Aksara. Terwujudnya Pemerintahan
yang Bersih dan
Neno,Victor Yaved .2006.Implikasi Berwibawa.Yogyakarta:Uni
Pembatasan Kompetensi versitas Atma Jaya
Absolut Peradilan Tata Yogyakarta.
Usaha
Negara.Bandung:Citra Triwulan ,Titik dan Ismu Gunadi
Aditya Bakti Widodo.2014. Hukum Tata
Usaha Negara dan Hukum
Susanti, Dyah Ochtorina dan A’an Acara Peradilan Tata
Effendi.2015. Penelitian Usaha Negara
Hukum (Legal Indonesia.Jakarta:Kencana.
Research).Jakarta: Sinar
Grafika. Waluyo, Bambang.2002. Penelitian
Hukum dalam
Permana, Tri Cahya Indra Praktek.Jakarta:Sinar
.2010.Bunga Rampai Grafika.
Permasalahan Hukum Tata
Usaha Wiyono,R.2014.Hukum Acara
Negara.Semarang:UPT Peradilan Tata Usaha
Percetakan dan Penerbitan Negara.Jakarta:Grafika.
UNNES Press.

Rahardjo, Satjipto .2012.Ilmu Jurnal


Hukum.Bandung:Citra
Aditya Bakti. H.A.Mukhsin Asyrof,”Asas-Asas
Penemuan Hukum dan
Situmorang, Victor dan Penciptaan Hukum Oleh
Soedibyo.1987.Pokok- Hakim Dalam Proses
Pokok Peradilan Tata Peradilan”,Majalah Varia
Usaha Negara.Jakarta: Bina Peradilan,November 2006.
Aksara.
Martitah,” Anotasi Putusan Ultra
Soekanto, Soerjono dan Sri Petita dalam Lingkup
Mamuji.2010.Penelitian Peradilan Administrasi di

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Indonesia”, Masalah-Masalah
Hukum Jilid 43 No.1 Januari
Tahun 2014.

Pratiwi.”Eksistensi Ultra Petita


Dalam Pelaksanaan Fungsi
Peradilan Tata Usaha
Negara di Pengadilan Tata
Usaha Negara
Yogyakarta”,(e-
journal.uajy.ac.id,2014)

Putrijanti, Aju” Prinsip Hakim


Aktif (Domini Litis
Principle) Dalam Peradilan
Tata Usaha Negara”,
Masalah-Masalah Hukum
Jilid 42 No.3 Tahun 2013.

Peraturan Perundang –Undangan


 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
 Undang-Undang No. 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
 Undang-Undang No. 5 Tahun
1986 jo Undang-Undang No. 9
Tahun 2004 jo Undang-Undang
No.51 Tahun 2009 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.
 Undang-Undang No. 30 Tahun
2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
 Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas No. 15 Tahun 2006
jo Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas No. 25 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pencalonan,
Pengangkatan dan
Pemberhentian Perangkat Desa.
 Peraturan Bupati Banyumas No.
22 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Penjaringan dan
Penyaringan Perangkat Desa di
Kabupaten Banyumas.

18

Anda mungkin juga menyukai