Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP PROSES

KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI


CICALENGKA DREAMLAND

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Program
Studi Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Disusun Oleh :

Aria Dimas Pramudya

170610190081

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2023
THE EFFECT OF BRAND IMAGE ON THE DECISION
PROCESS TO VISIT TOURIST IN CICALENGKA
DREAMLAND

MINI THESIS

Proposed to Fullfill One of the Requirements for a Bachelor’s Degree (S1)


In the Business Administration Study Program
Faculty of Social and Political Science University Padjadjaran

Arranged By :

Aria Dimas Pramudya

170610190081

BUSINESS ADMINISTRATION STUDY PROGRAM


FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
UNIVERSITY OF PADJADJARAN
SUMEDANG
2023
ABSTRAK

Meningkatnya potensi bisnis dalam industri pariwisata khususnya di provinsi


Jawa Barat dan Kabupaten Bandung, sehingga banyak perusahaan berlomba untuk
menjadi yang terbaik dalam peningkatan ini. PT. Tahfidz Land Group dengan
produknya yaitu Cicalengka Dreamland merupakan objek wisata yang
memperkenalkan nuansa alam dan islami hal ini dilakukan sebagai salah satu
strategi bisnis dalam industri pariwisata yang kian meningkat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap proses keputusan
berkunjung wisatawan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif verifikatif. Teknik sampling yang dilakukan menggunakan
probability sampling dengan simple random sampling. Penelitian ini menggunakan
analisis regresi linier sederhana, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis
untuk mengetahui adanya sebuah pengaruh. Populasi pada penelitian ini adalah
wisatawan yang pernah berkunjung ke Cicalengka Dreamland pada periode tahun
2022 yang berjumlah 100 responden. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa citra
merek memiliki pengaruh positif terhadap proses keputusan berkunjung. Sehingga,
semakin baik citra merek maka semakin wisatawan akan mengikuti pola proses
keputusan berkunjung. Saran yang dapat diberikan adalah dengan meningkatkan
pemasaran melalui media sosial, menyediakan pemesanan melalui online travel
agent, dan penyempurnaan fasilitas seperti menyediakan penyewaan alat teduh
karena Cicalengka Dreamland berada di area perbuktian.

IV
ABSTRAC

Increased business potential in the tourism industry, especially in the


provinces of West Java and Bandung Regency, so that many companies are
competing to be the best in this increase. PT. Tahfidz Land Group with its product
Cicalengka Dreamland is a tourist spot that introduces natural and Islamic
nuances. This is done as a business strategy in increasing the tourism industry. This
study aims to determine the effect of brand image on the decision process to visit
tourists. This study uses a quantitative method with a descriptive verification
approach. The sampling technique was carried out using probability sampling with
simple random sampling. This study uses simple linear regression analysis,
coefficient of determination and hypothesis testing to determine the effect. The
population in this study are tourists who have visited Cicalengka Dreamland in
2022, totaling 100 respondents. The results of the study reveal that brand image
has a positive influence on the visiting decision process. Thus, the better the brand
image, the tourists will follow the visiting decision process pattern. Suggestions
that can be given are increasing marketing through social media, providing
reservations through online travel agents, and improving facilities such as
providing shaded equipment rental because Cicalengka Dreamland is in a proving
area.

V
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang cukup besar dengan beberapa

kota dan kabupaten yang memiliki posisi yang menguntungkan bagi kegiatan

perekonomiannya, khususnya dalam industri pariwisata. Jawa Barat memiliki

potensi yang signifikan untuk industri pariwisata karena kedekatan letak

geografinya dengan DKI Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, yang berfungsi sebagai

pintu masuk utama Indonesia dan sumber pasar wisata internasional. Selain itu,

Jawa Barat merupakan Provinsi dengan tingkat daya tarik wisata yang tinggi.

Hampir semua bentuk rekreasi, baik wisata alam (gunung sampai pantai), wisata

budaya, wisata religi dan wisata buatan lainnya tersedia di Jawa Barat.

Dilansir dari (jabarprov.go.id, 2020) Provinsi Jawa Barat mendapatkan

penghargaan kategori “ Pariwisata dan Ekonomi Kreatif” dalam ajang Indonesia

Awards 2020. Berdasarkan fakta diatas membuktikan bahwa Provinsi Jawa Barat

sangat bisa mengelola bisnis terutama dalam sektor pariwisata yang menjadikan

Provinsi ini berpeluang bagi para pengusaha bisnis pariwisata.

Dilansir dari (jabar.bps.go.id, 2021) jumlah kunjungan wisatawan ke objek

wisata di Jawa Barat tahun 2018 dari 20.713.169 orang meningkat di 2019 menjadi

47.272.478 orang dan menurun di tahun 2021 menjadi 28.541.076 orang

dikarenakan COVID-19 dan kebijakan dari pemerintah , tetapi penurunan ini tidak

terjadi hanya di Jawa Barat tapi di seluruh Indonesia contohnya di Provinsi DKI

1
2

Jakarta yang hanya mendapatkan jumlah kunjungan wisatawan 4.792.342 orang

yang berarti Jawa Barat termasuk wilayah Provinsi yang memulihkan angka

wisatawan dengan cukup baik.

Salah satu kota di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bandung, sangat terkenal

dengan destinasi wisata dan pemandangan alam sekitarnya. Wisata alam, wisata

gastronomi, wisata budaya, bahkan wisata buatan merupakan bagian dari daya tarik

Kabupaten Bandung. Karena daya tarik yang dijelaskan di atas, Kabupaten

Bandung selalu dibanjiri wisatawan.

Dilansir dari (jabar.bps.go.id, 2021) pengunjung objek wisata untuk

Kabupaten Bandung pada tahun 2018 yaitu 161.000 dan meningkat di tahun 2019

menjadi 2.490.261 dan menurun di tahun 2021 menjadi 1.836.675 akibat COVID-

19 dan kebijakan pemerintah yang membatasi aktivitas pariwisata. Kabupaten

Bandung cukup unggul dalam mengatasi penurunan ini dibandingkan Bogor yang

pada tahun 2019 pengunjungnya mencapai 9.453.886 dan menurun hingga

1.800.393 di tahun 2021. Melihat pemulihan dan perkembangan yang cukup baik

dari Kabupaten Bandung maka hal itu akan berpotensi pada bisnis pariwisata itu

sendiri.

Dilansir dari (pikiran-rakyat.com, 2020) Desa Tanjungwangi merupakan

Desa Wisata yang terletak khususnya di Kecamatan Cicalengka, selain sebagai

Desa Wisata para pemandu wisata lokal di Desa Wisata Tanjungwangi juga

diberikan pelatihan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk bisa optimal

dalam memberikan informasi dan juga melakukan pelayanan kepada wisatawan.


3

Hal ini menunjukan bahwa potensi pariwisata cukup baik di Kecamatan Cicalengka

khusunya Cicalengka Dreamland karena terletak di Desa Tanjungwangi.

Melihat kunjungan pariwisata yang semakin pulih dan terkendali, semakin

ketatnya persaingan dalam industri pariwisata khususnya pariwisata buatan yang

menuntut masing-masing memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki produk yang

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat menjadi prioritas

konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.

Menurut (Peter & Olson, 2013:163) keputusan pembelian yaitu proses

integresi yang digunakan untuk mengkombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih satu di antaranya, yang

dimana disitu konsumen melibatkan merek pula untuk akhirnya mereka melakukan

pembelian.

Konsumen juga akan melakukan beberapa tahapan dalam proses

pengambilan keputusan sebelum membeli produk agar setelah membeli tidak ada

kekecewaan. Terdapat beberapa tahapan dalam proses keputusan pembelian

menurut (Kotler & Amstrong, 2007) antara lain pengenalan kebutuhan, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

Di dalam proses evaluasi alternatif, konsumen mendapatkan informasi yang akan

mereka gunakan untuk mengevaluasi beberapa merek (brand) sebelum mereka

sampai ke tahap keputusan pembelian, konsumen tidak hanya mempertimbangkan

tentang kualitas produk yang diberikan akan tetapi juga mempertimbangkan brand

pada produk yang mereka akan beli.


4

Cicalengka Dreamland merupakan kawasan atau objek wisata yang berada

dalam naungan PT. Tahfidz Land Group. Cicalengka Dreamland berdiri pada tahun

2020 dengan menyediakan kawasan wisata yang mencitrakan religi islam, dengan

niat ingin memperkenalkan islam secara asyik melalui pariwisata.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak manajemen dari

Cicalengka Dreamland mengatakan bahwa jumlah pengunjung di Cicalengka

Dreamland masih perlu ditingkatkan. Tabel yang diberikan oleh manajemen

Cicalengka Dreamland memiliki 4 kolom antara lain kolom bulan adalah periode

di bulan apa itu terjadi, kolom harapan merupakan target yang diharapkan

perusahaan, kolom realita adalah kenyataanya di lapangan dan kolom selisih adalah

untuk mengetahui jumlah selisih dari target yang ditetapkan dengan realita yang

terjadi. Berikut adalah data tingkat pengunjung Cicalengka Dreamland tahun

Tabel 1.1 Data Tingkat Pengunjung Cicalengka Dreamland 2022

Bulan Harapan Realita Selisih

Januari 60.00% 33.12% (26.88%)

Februari 54.93% 35.30% (19.63%)

Maret 65.00% 43.05% (21.95%)

April 67.80% 48.02% (19.78%)

Mei 69.05% 25.75% (43.30%)

Juni 73.45% 42.30% (31.15%)

Juli 75.00% 46.30% (28.70%)


5

Tabel 1.2 Data Tingkat Pengunjung Cicalengka Dreamland-Lanjutan

Bulan Harapan Realita Selisih

Agustus 70.80% 55.27% (15.53%)

September 70.75% 42.29% (28.46%)

Oktober 69.60% 40.81% (28.79%)

November 74.99% 53.81% (21.18%)

Desember 71.20% 49.79% (21.41%)

Sumber : Manajemen Cicalengka Dreamland (2022)

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengunjung dari

Cicalengka Dreamland pada bulan Januari hingga Desember 2022 belum mencapai

target dari yang manajemen tentukan. Semakin terkendalinya pengunjung pasca

COVID-19 dan semakin meningkatnya persaingan dalam bisnis pariwisata

terutama pada objek wisata, menyebabkan banyaknya objek wisata yang muncul

dengan brand yang sudah terbentuk dan lebih dikenal. Menurut (Kotler & Keller,

2012) brand adalah nama, istilah, tanda, simbol atau gabungan dari seluruh

komponen itu, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dan

mendeferensiasikannya dari pesaing. Hal-hal diatas menjadi satu kesatuan untuk

konsumen dalam hal pengambilan keputusan pembelian produk dikarenakan brand

juga adalah sebuah identitas perusahaan dimata konsumen, atau konsumen

menggambarkan suatu produk atau jasa dari suatu perusahaan. Maka dari itu,

perusahaan harus mengenalkan dengan baik dan teliti brand yang mereka miliki

kepada konsumen agar konsumen memiliki pengetahuan bahwa brand yang


6

dimiliki perusahaan berbeda dan mempunyai keunggulan dibanding brand pesaing.

Suatu perusahaan yang memiliki brand yang baik adalah sesuatu yang

menguntungkan karena di mata konsumen ketika mereka membeli produk dari

brand yang mempunyai citra yang baik mereka yakin bahwa mereka memilih

produk yang berkualitas. Maka dari itu perusahaan haruslah mempertahankan atau

membangun kualitas yang baik pada produk atau jasanya guna mempertahankan

atau meningkatkan citra merek atau disebut juga brand image perusahaan mereka.

Brand image is important because the image determines how easily

consumers can recall existing associations and responses and how easily they can

link additional associations and responses to the brand in memory. (Keller, 2013).

Berdasarkan dari pernyatan diatas citra merek adalah persepsi mengenai sebuah

merek yang digambarkan dengan brand association akan suatu merek tersebut

didalam benak konsumen.

Kekuatan citra merek suatu perusahaan mempengaruhi seberapa yakin

konsumen dalam membeli produknya. Citra merek memainkan pengaruh yang

signifikan dalam sikap kepercayaan pelanggan terhadap merek. Sebuah merek

dengan reputasi yang baik akan menguntungkan di kalangan konsumen karena

dapat menurunkan resiko pembelian. Karena itu, pelanggan mereferensikan citra

merek saat memutuskan apakah akan membeli suatu produk atau jasa.

Dalam upaya mewujudkan persepsi yang diinginkan perusahaan maka

manajemen haruslah membuat positioning. Tujuan dari positioning yang dilakukan

manajemen adalah “wisata bagi anak muda yang bernuansa alam dan religi islami”

dan kegiatan yang mereka lakukan adalah dengan promosi melalui media sosial
7

terutama tiktok dan instagram yang dimana isi iklan tersebut menunjukan image

perusahaan dan juga gratis tiket masuk bagi mereka para penghapal Al-Quran

(hafidz)

Cicalengka Dreamland pun menyediakan wahana bernuansa islam seperti

memanah, berkuda dan sajadah terbang, selain itu, manajemen pun menyediakan

spot foto yang bernuarnsa islam seperti tulisan i love Al-Quran, pintu Al-Quran, 7

tingkatan alam menurut islam, pengingat kematian, kubah dan juga memiliki

wahana flying fox terpanjang se-Indonesia dengan panjang 720 meter untuk

menarik wisatawan yang bukan beragama islam. Tidak lupa, karyawan di

Cicalengka Dreamland juga wajib memakai pakaian sesuai syariat islam dan musik

yang dimainkan di kawasan wisata adalah musik bernuansa islam. Jadi , secara garis

besar positioning yang dilakukan oleh Cicalengka Dreamland adalah menempatkan

dirinya sebagai objek wisata bernuansa religi islami dengan membuat wahana dan

photo booth yang menganut nilai-nilai islam. Cicalengka Dreamland memiliki

potensi perkembangan yang baik dalam bisnis pariwisata. Namun , dengan

persaingan yang semakin ketat dan juga banyak brand atau objek wisata yang lebih

dahulu dikenal membuat Cicalengka Dreamland haruslah memikirkan cara agar

bisnisnya lebih dikenal.

Dilansir dari (Disparbud.jabarprov.go.id, 2022) yang menyatakan bahwa ada

5 daya tarik wisata di Kabupaten Bandung yang dimana antara lain adalah Sunrise

Point Cukul, Riung Gunung, Ranca Upas, Kawah Putih dan Situ Patenggang.

Dilansir dari (Cnbcindonesia.com, 2022) menyatakan ada 8 tempat wisata di

Bandung Raya yang biasanya dikunjungi karena memiliki citra yang baik dan juga
8

pemandangan yang indah yaitu Lembang Park & Zoo, Taman Langit, The Great

Asia Africa, Kawah Putih Ciwidey, Kiara Artha Park, Jembatan Gantung

Rengganis, Lembang Wonderland.

Peneliti juga melakukan survey terbuka kepada 50 orang responden untuk

melihat objek wisata yang menjadi top of mind di Bandung Raya, kemudahan dalam

mendapatkan informasi dan juga keyakinan para wisatawan, berikut merupakan

hasil pra-research yang dilakukan oleh peneliti:

Tabel 1.3 Hasil Pra-Research

Nama Objek Wisata


No Pernyataan Cicalengka Kompetitor Kompetitor Kompetitor lainnya
Dreamland LW DDP TLM
1 Objek
Wisata di
Bandung
Raya yang
9 17 13 5 6
langsung
terpikirkan
oleh
responden
2 Kemudahan
dalam
mendapatka
14 20 5 10 1
n akses
informasi
objek wisata
3 Saya lebih
yakin untuk
10 13 7 18 2
mengunjungi
objek wisata

Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa hanya 9 orang (18%) atau urutan

ke 3 teratas yang terpikirkan nama Cicalengka Dreamland ketika akan berwisata ke

Bandung Raya, sedangkan ada 14 orang yang memilih bahwa Cicalengka

Dreamland memberikan kemudahan dalam akses informasi objek wisatanya dan

ada 10 orang (20%) yang memilih yakin untuk mengunjungi objek wisata tersebut,

Peneliti menyimpulkan bahwa Cicalengka Dreamland masih kurang menjadi top of


9

mind, dan masih kurang optimal dalam memberikan akses informasi dan juga masih

kurang membuat wisatawan yakin untuk mengunjungi objek wisatanya.

Berdasarkan fenomena diatas dan dari hasil pra-research. Dalam hal ini,

peneliti menduga bahwa persepsi wisatawan terhadap citra merek Cicalengka

Dreamland belum optimal, sehingga menyebabkan rendahnya keputusan

berkunjung di Cicalengka Dreamland.

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP PROSES

KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI CICALENGKA

DREAMLAND”

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian ini diantaranya adalah:

1. Bagaimana kondisi citra merek di Cicalengka Dreamland

2. Bagaimana proses keputusan berkunjung di Cicalengka Dreamland

3. Bagaimana pengaruh citra merek terhadap proses keputusan berkunjung

wisatawan di Cicalengka Dreamland

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mempelajari dan mengetahui diantaranya sebagai

berikut:

1. Kondisi citra merek di Cicalengka Dreamland

2. Kondisi proses keputusan berkunjung di Cicalengka Dreamland


10

3. Pengaruh citra merek terhadap proses keputusan berkunjung wisatawan di

Cicalengka Dreamland

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Aspek Akademis

a. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pembaca sebagai referensi dalam

melakukan penelitian serupa

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan peneliti mengenai bidang pemasaran, khususnya mengenai

citra merek dan juga proses keputusan berkunjung

2. Aspek Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen

Cicalengka Dreamland terkait dengan citra merek perusahaanya dan juga

proses keputusan berkunjung wisatawan.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan pertimbangan yang

berguna bagi manajemen Cicalengka Dreamland kedepannya.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Cicalengka Dreamland. Penelitian ini merupakan

survei pada wisatawan Cicalengka Dreamland. Waktu penelitian dilakukan sejak

Maret 2022.
11

Tabel 1.4 Jadwal dan Kegiatan Penelitian

Bulan

Mar 2022

Mar 2023
Agu 2022
Apr 2022

Nov 2022

Apr 2023
Okt 2022
Mei 2022

Mei 2023
Jun 2022

Jun 2023
Feb 2023
Sep 2022

Jan 2023
Des 2022
Jul 2022

Jul 2023
No Kegiatan

1 Penjajakan
Awal
2 Pengajuan
Matriks
Skripsi
3 ACC Matriks
Skripsi
4 Penyusunan
Bab 1-3
5 Bimbingan
Bab 1-3
6 ACC Bab 1-3
7 Pengesahan
Bab 1-3
8 Pendaftaran
Seminar UP
9 Seminar UP
10 Clerance UP
11 Pengumpulan
Data
Kuesioner
12 Bimbingan
Bab 4-5
13 ACC Dosen
Pembimbing
dan
Pengesahan
14 Pengumpulan
dan
Pendaftaran
syarat sidang
15 Sidang Akhir
16 Clerance
Sidang Akhir

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Berikut peneliti akan menjelaskan singkat

kegunaan dari masing-masing bab:


12

BAB I PENDAHULUAN

Peneliti menguraikan latar belakang dan fenomena yang akan diteliti dalam

bab ini. Bab ini juga memberikan bantuan dalam menjelaskan masalah utama

penelitian serta tujuan dan kegunaan penelitian serta menjelaskan hasil dan tempat

serta waktu penelitian, yang menjelaskan di mana dan kapan penelitian dilakukan,

serta sistematikanya dari penulisan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

Pada bab ini, peneliti menguraikan teori dari variabel penelitian, bab ini juga

membahas terkait tinjauan pustaka yang berisikan teori-teori yang mendukung

variabel penelitian beserta teori penghubung. Terdapat penelitian terdahulu yang

digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang selanjutnya dari konsep tersebut

akan terbentuk kerangka pemikiran sebagai alur pemikiran peneliti dan juga

hipotesis bagi penelitian.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menjabarkan objek penelitian dan metode penelitian

yang digunakan seperti jenis penelitian, sumber data, populasi, sampel, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan operasionalisasi variabel penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan menjabarkan hasil penelitian dan secara garis besar

mencakup gambaran umum responden, hasil pengolah data, deskripsi penelitian,

pembahasan dan analisis terhadap teori dan hipotesis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


13

Pada bab ini, peneliti akan menjabarkan mengenai kesimpulan dari penelitian

berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya. Saran yang diberikan peneliti

didasarkan atas hasil penelitian yang dimana saran ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan atau rekomendasi perusahaan dalam membuat keputusan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Citra Merek

Mereek berfungsi sebagai identitas untuk membedakan bisnis dan orang satu

sama lain. Merek juga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap

nilai dalam pemasaran. Menurut (American Marketing Association, 2013) merek

adalah suatu nama, simbol, tanda dan desain atau bahkan kombinasi dari semuanya,

yang bertujuan untuk menjadi identitas pembeda antara satu penjual dengan penjual

lainnya. Maka menciptakan dan juga memelihara sebuah citra merek adalah hal

yang penting bagi perusahaan agar bisa bersaing.

Menurut (Sangadji & Sopiah, 2013) citra merek adalah sekumpulan asosiasi

yang mempunyai keunikan sendiri yang ingin dibentuk dan dipelihara oleh

pemasar. Selanjutnya, “ Brand image is important because the image determines

how easily consumers can recall existing associations and responses and how

easily they can link additional associations and responses to the brand in memory.”

(Keller, 2013)

Berdasarkan pemahaman di atas, dapat dikatakan bahwa citra merek adalah

persepsi merek yang ditandai dengan asosiasi merek di benak konsumen, dan

asosiasi ini mengungkapkan kebenaran tentang merek dan apa yang dijanjikan

bisnis kepada pelanggannya. Oleh karena itu, dalam hal ini diyakini bahwa citra

merek berdampak pada perilaku konsumen dalam hal tingkat kepercayan mereka

14
15

terhadap merek yang ingin mereka gunakan atau konsumsi. Selain itu, konsumen

dapat menggunakan citra merek sebagai alat penilaian untuk mengungkapkan

perasaan dan pemikiran mereka ketika mereka mendengar atau menggunakan

merek tersebut.

Secara umum, konsumen akan lebih senang dan percaya jika membeli suatu

produk atau jasa dari merek yang mereka sudah kenal atas dasar pertimbangan

kenyamanan, keamanan dan kepercayaan mereka guna menghindari resiko dari apa

yang mereka gunakan. Maka dari itu, penting untuk membuat kesan yang baik pada

suatu merek, kesan baik pada merek bisa berupa keunggulan yang unik, reputasi

yang baik, populer, dapat percaya, dan bersedia memberikan pelayan baik. Untuk

itu, dalam rangka pembuatan citra merek yang positif merupakan hal penting bagi

suatu organisasi bisnis.

2.1.1.1 Dimensi Citra Merek

Citra merek yang baik dapat menguntungkan perusahaan, karena konsumen

akan lebih percaya diri dalam menggunakan merek yang memiliki citra yang baik.

Menurut (Keller, 2013) mengemukakan bahwa terdapat 3 dimensi yang bisa

digunakan untuk mengukur citra merek, antara lain Strength of Brand Associations,

Favorability of Brand Associations, dan Uniqueness of Brand Associations.

1. Strength of Brand Associations (Kekuatan asosiasi merek)

Dalam dimensi ini, yaitu tentang kekuatan asosiasi sebuah merek yang ada

dalam ingatan konsumen. Dalam dimensi ini mengandung beberapa indikator

yang salah satunya adalah personal relevance (keterikatan) yang didefinisikan


16

sebagai informasi mengenai merek yang melekat pada benak konsumen seperti

identitas dari sebuah merek tersebut yaitu, nama, logo, warna dan juga desain

dan juga indikator consistency (konsisten/sesuai) yaitu merupakan komunikasi

yang dilakukan perusahaan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada

konsumen secara konsisten dan sesuai dengan kenyataan merek.

2. Favorability of Brand Associations (Keunggulan asosiasi merek)

Dimensi ini ditujukan dengan persepsi konsumen, dimana konsumen percaya

bahwa merek yang akan mereka gunakan dapat memberi manfaat bagi mereka.

Dimensi ini mengandung dua indikator, yang pertama ialah desirable

(diinginkan) yang artinya sejauh mana merek dari produk tersebut dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sasaran. Yang kedua adalah

deliverable (disampaikan) yaitu merupakan informasi seputar merek yang dapat

tersampaikan baik kepada konsumen.

3. Uniqueness of Brand Association (Keunikan asosiasi merek)

Dimensi ini merupakan keunikan dari suatu merek yang akan menjadi pembeda

dengan pesaing dan memperlihatkan asosiasi ini memiliki kelebihan dibanding

merek lain yang disebut juga point of difference (unsur pembeda)

2.1.1.2 Manfaat Citra Merek

Adapun beberapa manfaat dari membuat dan mempertahankan citra merek

yang positif, diantaranya adalah :


17

1. Menurut (Keller, 2013) Citra merek yang kuat mampu membangun kesetiaan

pelanggan dan meningkatkan kesadaran merek yang memperkuat posisi merek

di pasar.

2. Menurut (Aaker, 1991) Citra merek yang kuat dapat meningkatkan citra

perusahaan secara keseluruhan dan meningkatkan nilai merek.

3. Menurut (Yoo & Donthu, 2001) Merek yang memiliki citra positif akan

memiliki dampak positif pada keputusan pembelian konsumen, serta

meningkatkan kepuasan konsumen dan loyalitas merek.

2.1.2 Proses Keputusan Berkunjung

Menurut (Mathieson & Wall dalam Pitana dan Gayatri, 2005) keputusan

berkunjung adalah sebuah proses psikologis yang kompleks yang terdiri dari tahap-

tahap seleksi, persetujuan, persiapan dan perjalanan yang dipengaruhi oleh faktor-

faktor internal dan eksternal yang mungkin berubah seiring waktu dan situasi.

Sedangkan menurut (Pitana & Gayatri, 2005) keputusan untuk melakukan

berkunjung atau perjalanan wisata pada galibnya adalah keputusan “pembelian”

yaitu mengeluarkan uang untuk mendapatkan kepuasan.

Menurut (Kotler et al., 2014) konsumen secara rasional melakukan pemilihan

terhadap alternatif yang paling memaksimalkan utulitas atau kepuasan dari

pengeluaran yang dilakukan, termasuk dalam hal keputusan untuk melakukan

perjalanan dan berkunjung ke suatu tempat.


18

Berdasarkan konsep di atas, keputusan berkunjung wisatawan merupakan

keputusan yang diambil oleh individu atau kelompok yang melakukan perjalanan

ke lokasi tertentu untuk bersantai, mengembangkan diri atau mempelajari keunikan

tempat wisata yang dikunjunginya sementara untuk memenuhi kebutuhannya.

Keputusan pembelian ini jika dilihat dalam konteks pariwisata bisa juga disebut

sebagai keputusan berkunjung yang secara bersamaan memungkinkan teori

keputusan pembelian diterapkan pada keputusan berkunjung

Seorang konsumen akan memilih produk atau layanan yang mereka yakini

memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka selama proses pengambilan keputusan

pembelian. Menurut (Tjiptono, 2014) pelanggan akan mengenali merek dan menilai

seberapa alternatif ini dapat mengatasi masalah mereka sebelum membuat

keputusan pembelian. Berdasarkan pemahaman sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa pelangga membuat penilaian mereka dan akhirnya membeli barang atau jasa

setelah berhasil mengevaluasi kebutuhan dan keinginan mereka.

Namun pembelian dalam konteks pariwisata ini mempunyai beberapa

keleluasaan, paling tidak seperti yang dijelaskan oleh (Mathieson & Wall dalam

Pitana dan Gayatri, 2005)

1. Produk yang dibeli merupakan produk intangible (pengalaman), meskipun ada

bagian dari produk yang tangible seperti cinderamata namun preparasinya sangat

kecil terhadap nilai pembelian.

2. Nilai pembeliannya umumnya berskala jauh lebih besar dibandingkan

pembelian produk.
19

3. Pembeliannya tidak bersifat spontan karena perjalanan wisata membutuhkan

perencanaan, seperti perencanaan finansial, akomodasi, transportasi dan lain-

lain.

4. Untuk menikmati produk pariwisata, wisatawan harus secara langsung datang

ke destinasi yang dituju, berbeda dengan produk lain yang dapat dikirim kepada

pembeli. Produk dari pariwisata tidak dapat dinikmati pada waktu yang berbeda.

5. Bagi sebagian wisatawan menganggap perjalanan panjangpun sebagai bagian

penting berwisata

2.1.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Berkunjung

Dalam menentukan proses keputusan berkunjung, biasanya akan dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik secara internal maupun internal. (Kotler & Keller, 2012)

mengemukakan ada empat bagian yang mempengaruhi seseorang melakukan

keputusan pembelian, antara lain :

1. Faktor Budaya

a. Budaya

Sebuah penentu dasar keinginan dan perilaku seseorang dalam

menentukan keputusan pembelian. Pemasar harus memperhatikan nilai-

nilai budaya disetiap negara atau bahkan disetiap wilayah untuk

memahami bagaiaman cara terbaiknya dalam memasarkan produk atau

jasanya.

b. Sub budaya
20

Setiap budaya tentunya memiliki budaya yang kecil dan spesifik yang

memberikan identifikasi dan sosiologis yang berbeda. Sub budaya ini

terfokus pada keyakinan yang dimiliki tiap-tiap sub kelompok seperti ras.

2. Faktor Sosial

a. Keluarga

Keluarga juga memiliki pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian

karena setiap anggota keluarga akan memiliki preferensi dan kebutuhan

yang berbeda.

b. Kelompok Referensi

Setiap manusia akan mempunyai kelompok kecil yang akan dijadikan

rujukan bagaimana seseorang harus bersikap dan berprilaku yang

termasuk juga dalam keputusan pembeliannya terhadap suatu produk dan

jasa.

c. Status dan peran

Seseorang akan selalu berpartisipasi dalam banyak kelompok, contohnya

seperti keluarga atau organisasi dengan peran dan statusnya masing-

masing. Seseorang akan memilih produk atau jasa yang dirasa cocok

dengan status dan peran mereka di masyarakat.

3. Faktor Psikologi

Dalam faktor psikologi seseorang akan memilih atau memutuskan untuk

membeli biasanya didasarkan oleh motivasi, persepsi, pembelajaran dan pada

akhirnya memperoleh keyakinan dan sikap yang dimana keyakinan dan sikap

ini bisa berpengaruh kepada keputusan pembelian


21

4. Faktor Pribadi

a. Usia

Manusia akan terus bertambah usia, dengan begitu kebutuhan dan

keinginannya akan berbeda beda, maka usia ini menjadi faktor dalam

konsumen membuat keputusan pembelian

b. Pekerjaan

Pekerjaan tentu akan mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan

pembelian, pekerjaan setiap orang berbeda dengan upah yang berbeda

pula, maka dari itu daya beli dari setiap orang akan berbeda hal itulah yang

akan berdampak langsung kepada keputusan pembelian seseorang.

c. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang dapat digambarkan sebagai pola yang

mencerminkan aktivitas, minat dan preferensi mereka. Ini pasti akan

diperhitungkan oleh seseorang ketika memilih produk atau layanan apa

yang akan dibeli.

d. Kepribadian

Setiap manusia tentu akan memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang

akan berpengaruh terhadap keputusannya dalam membeli suatu produk,

yang dimaksudkan kepribadian yaitu karakteristik psikologi yang


22

menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tetap terhadap

lingkungannya (termasuk kepada keputusan pembelian)

Adapun penjelasan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi proses

pengambilan keputusan berkunjung wisatanya, (Mathieson & Wall dalam Pitana

dan Gayatri, 2005) menjelaskan, antara lain:

1. Karakteristik wisatawan, baik karakteristik sosial, ekonomi maupun

karakteristik perilaku.

2. Kesadaran akan manfaat perjalanan, pengetahuan terhadap destinasi yang akan

dikunjungi, citra dari merek atau destinasinya.

3. Gambaran perjalanan yang meliputi jarak, durasi, kendala, biaya, resiko dan

tingkat kepercayaan terhadap biro perjalanan wisata.

4. Keunggulan daerah atau tujuan wisata yang meliputi jenis, sifat atraksi yang

ditawarkan, kualitas layanan, lngkungan fisik dan sosial, situasi politik,

aksestibilitas dan perilaku masyarakat sekitar terhadap wisatawan. Dan juga

yang sangat penting adalah citra (image) yang dimiliki.

2.1.2.2 Proses Pengambilan Keputusan Berkunjung

Proses pengambilan keputusan berkunjung merupakan urutan dari rangkaian

psikologis calon wisatawan sebelum akhirnya menentukan untuk berkunjung ke

suatu tempat.

“ When making a purchase, the buyer goes through a decision process

consisting of need recognition, information search, evaluation of alternatives,

purchase decision, and postpurchase behavior” (Kotler & Amstrong, 2007)


23

Berdasarkan pemahaman diatas terdapat lima tahap dalam proses pengambilan

keputusan, diantaranya adalah:

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses ini diawali dengan konsumen merasakan dan mengenali apa yang jadi

kebutuhan dan keinginan mereka. Pada proses ini pemasar dan perusahaan harus

memperhatikan apa yang menjadi kesukaan, keinginan sekaligus kebutuhan dari

konsumen.

2. Pencarian Informasi

Didalam proses ini, konsumen telah menyadari dan mulai tertarik pada suatu

produk atau jasa dan mulai mencari-cari informasi terkait produk atau jasa tersebut.

Konsumen akan mencari informasi dari berbagai sumber bisa melalui sumber

pribadi seperti keluarga, teman atau lainnya, bisa juga melalui sumber komersial

seperti iklan atau situs web, bisa juga melalui sumber pengalaman dan juga sumber

publik seperti media massa.

3. Evaluasi Alternatif

Dalam proses ini, konsumen telah berhasil mendapatkan informasi dari segala

sumber yang ada. Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi merek-merek

alternatif yang telah konsumen kumpulkan dan memberi tingkatan pada setiap

merek yang mereka temukan berdasarkan apa yang menurut mereka baik.

4. Keputusan Pembelian

Dalam proses ini, konsumen akan melakukan pembelian dan konsumen akan

memiliki kecenderungan untuk membeli dan mengarah pada merek yang mereka

sukai dan darimana merek itu berasal.


24

5. Perilaku Pasca Pembelian

Dalam proses ini, konsumen akan menilai dan mengalami kepuasan atau

ketidakpuasannya terhadap produk yang ia beli , konsumen akan menilai apakah

sesuai dengan yang ia harapkan atau tidak.

Menurut (Bowie & Buttle, 2004) keputusan berkunjung adalah hasil dari

proses kognitif dan emosional yang melibatkan evaluasi alternatif tujuan dan

aktivitas, dan ditentukan oleh tingkat kesenangan relatif yang diharapkan faktor-

faktor pembatas yang muncul dalam situasi.

Menurut (Bowie & Buttle, 2004) Menjelaskan juga bahwa proses keputusan

konsumen dalam produk pariwisata ialah proses pengambilan keputusan konsumen

untuk produk pariwisata yang kompleks terdiri dari:

1. Perception of need, yaitu persepsi calon wisatawan akan kebutuhannya untuk

berwisata

2. Information search, adalah tahap dimana calon wisatawan akan mencari-cari

informasi tentang wisata yang akan dia kunjungi

3. Evalution of alternatives, adalah tahap dimana calon wisatawan akan

mengevaluasi, menilai dan membandingkan informasi yang telah ia dapat.

4. Purchase, adalah kegiatan membeli suatu produk atau jasa layanan yang

melibatkan metode pembayaran, harga, dan lain-lain.

5. Post-purchase evaluation, adalah tahap evaluasi dari calon wisatawan yang

sudah menjadi wisatawan, disini wisatawan akan menilai untuk perjalanan

wisata masa depannya dan juga akan mendorong mereka memberikan ulasan

negatif atau positif.


25

Dalam konteks pariwisata, terdapat juga proses pembelian atau berkunjung

wisatawan. Menurut (Mathieson & Wall dalam Pitana dan Gayatri, 2005) proses

pengambilan keputusan berkunjung wisatawan bisa dikategorikan menjadi lima

fase, yaitu:

1. Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan.

2. Pencarian dan penilaian informasi.

3. Keputusan melakukan perjalanan wisata.

4. Persiapan perjalanan dan pengalaman wisata.

5. Evaluasi kepuasan perjalanan wisata.

2.1.2.3 Dimensi Proses Keputusan Berkunjung

Keputusan berkunjung atau keputusan pembelian merupakan salah satu

proses seseorang dalam menentukan pembelian sebuah produk pada sebuah

organisasi bisnis, pada proses ini proses ini konsumen benar-benar sudah membeli

produk tersebut. Menurut (Mathieson & Wall dalam Pitana dan Gayatri, 2005)

menjelaskan beberapa dimensi seorang wisatawan dan melakukan proses

berkunjung, yaitu :

1. Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan.

Tujuan dari perjalanan dirasakan oleh calon wisatawan yang selanjutnya

ditimbang-timbang apakah perjalanan tersebut memang harus dilakukan atau

tidak

2. Pencarian dan penilaian informasi.


26

Hal ini biasanya dilakukan dengan menghubungi agen-agen perjalanan,

mempelajari promosi atau mendiskusikan dengan mereka yang telah

berpengalaman terlebih dahulu, disini juga mereka mencari informasi seperti

citra dari merek/destinasinya.

3. Keputusan melakukan perjalanan wisata

Keputusan ini meliputi daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, jenis

akomodasi, cara berpergian dan aktivitas yang akan dilakukan di daerah tujuan

wisata

4. Persiapan perjalanan dan pengalaman wisata

Wisatawan melakukan booking, dengan segala persiapan pribadi dan akhirnya

melakukan perjalanan wisata

5. Evaluasi kepuasan perjalanan wisata

Disini wisatawan telah selesai melakukan perjalanan wisata, maka disini

wisatawan melakukan evaluasi terhadap wisata yang telah dilakukannya.

2.1.3 Teori Penghubung

Berdasarkan pemahaman dari teori-tori diatas, maka peneliti menemukan

adanya hubungan antara citra merek dengan proses keputusan berkunjung yang

terletak pada pandangan konsumen tentang nilai suatu merek.

Citra merek adalah kumpulan ingatan, baik atau buruk, yang dimiliki orang

tentang merek tertentu. Saat melakukan pembelian, konsumen atau wisatawan

mengumpulkan berbagai pilihan merek utnuk dievaluasi. Selama tahap ini, mereka

dapat memutuskan apakah mereka menyukai citranya atau tidak, dan jika mereka
27

menyukainya, mereka akan melanjutkan ke langkah berikutnya dalam proses

pengambilan keputusan pembelian atau keputusan berkunjung. Untuk menghindari

risiko yang tidak diinginkan, pembeli akan mempertimbangkan reputasi merek

suatu produk atau layanan saat membuat keputusan pembelian atau keputusan

berkunjung

Menurut (Kotler & Amstrong, 2012) seorang pemasar tertarik kepada

kepercayaan konsumen saat mempelajari suatu produk atau layanan, karena

kepercayaan tersebut dapat membentuk citra merek dari produk tersebut, yang pada

gilirannya dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Menurut (Elaine & Aqilah, 2014) Karena wisatawan itu pemilih, sangat

penting untuk membangun citra merek yang positif sehingga jelas bahwa citra itu

terkait dengan keputusan untuk berkunjung. Selain itu, pariwisata itu rentan

terhadap risiko dan ancaman seperti kejahatan, ketidakstabilan sosial-politik,

bencana alam, penyakit, pandemik, dan kerentanan itu dapat merusak citra

destinawi wisata.

Menurut (Pitana & Gayatri, 2005) salah satu faktor yang mempengaruhi

proses pengambilan keputusan berkunjung salah satunya adalah kesadaran akan

manfaat perjalanan, pengetahuan terhadap destinasi yang akan dikunjungi dan citra

merek atau citra destinasi.

Artinya citra merek dapat mempengaruhi konsumen dalam membuat proses

keputusan berkunjung berdasarkan keyakinan konsumen dalam menganalisa

produk atau jasa.


28

2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti melakukan studi kepustakaan pada penelitian terdahulu. Penelitian

terdahulu diambil dari beberapa jurnal yang sudah dipublikasi. Pertama, penelitian

ini dilakukan oleh (Indrianty et al., 2019) yang berjudul Pengaruh Citra Terhadap

Keputusan Berkunjung Di Museum Geologi Bandung. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah citra mempengaruhi keputusan berkunjung dari

wisatawan ke Museum Geologi Bandung. Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan survey dilakukan kepada 100 orang

responden dan hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Citra berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Keputusan Berkunjung.

Kedua, penelitian ini dilakukan oleh (Rafika & Nugroho, 2021) yang

berujudul Pengaruh Atribut Produk Wisata dan Citra Destinasi Terhadap

Keputusan Berkunjung Pada Destinasi Wisata Taman Sri Baduga Kabupaten

Purwakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil dari penelitian

ini menunjukan Terdapat pengaruh partial atribut produk wisata terhadap keputusan

berkunjung secara signifikan sebesar 55,3% dan pengaruh partial citra destinasi

terhadap keputusan berkunjung sebesar 28%. Kemudian terdapat pengaruh

simultan atribut produk wisata dan citra destinasi terhadap keputusan berkunjung

pada Taman Sri Baduga Purwakarta sebesar 83,3% dan sisanya 16,7% dipengaruhi

faktor lain.

Ketiga, penelitian ini dilakukan oleh (Susanto et al., n.d.) dengan judul

Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Nusantara Ke

Sari Ater Hotel & Resort, Kabupaten Subang – Jawa Barat. Jenis penelitian ini
29

adalah deskriptif verifikatif dan melakukan survey kepada 100 wisatawan. Hasil

penelitian menunjukan bahwa brand image berpengaruh signifikan terhadap

keputusan berkunjung dan faktor yang paling mempengaruhi keputusan berkunjung

adalah kekuatan asosiasi merek.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Perbedaan Penelitian
Judul, Nama
Peneliti & Hasil Penelitian
Tahun, Jurnal Penelitian
Penelitian Penulis
Terdahulu

The Effect On
Image Towards
Visiting Penelitian ini
Decision In menggunakan metode
Geology kuantitatif dengan
Museum pendekatan deskriptif dan
Objek penelitian
Bandung survey dilakukan kepada
Objek penelitian lebih merupakan
100 orang responden dan
ke tempat wisata wisatawan
Indriyanti S & hasil penelitian ini
sejarah dan edukasi cicalengka
Rahma A. Vol. menunjukan bahwa
dreamland
5 No.1 (2019) variabel Citra berpengaruh
Tourism positif dan signifikan
Scientific terhadap Keputusan
Journal Berkunjung.
STIEPAR
Yapari
Pengaruh Atribut
Produk Wisata Hasil dari penelitian ini
Dan Citra menunjukan Terdapat
Destinasi pengaruh partial atribut
Terhadap produk wisata terhadap
Keputusan keputusan berkunjung
Berkunjung Pada secara signifikan sebesar
Destinasi Wisata 55,3% dan pengaruh partial
Taman Sri Baduga Penelitian dilakukan Penelitian dilakukan
citra destinasi terhadap
Kabupaten mengetahui atribut untuk mengetahui
keputusan berkunjung
Purwakarta produk wisata, citra pengaruh citra merek
sebesar 28%. Kemudian
destinasi terhadap terhadap keputusan
Rafika A & terdapat pengaruh simultan
keputusan berkunjung berkunjung
Nugroho E.S. Vol atribut produk wisata dan
4 No 2 (2021) citra destinasi terhadap
COSTING: keputusan berkunjung pada
Journal of Taman Sri Baduga
Economic, Purwakarta sebesar 83,3%
Business and dan sisanya 16,7%
Accounting
dipengaruhi faktor lain.
IPM2KPE
30

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu-Lanjutan

Perbedaan Penelitian
Judul, Nama
Peneliti & Hasil Penelitian
Tahun, Jurnal Penelitian
Penelitian Penulis
Terdahulu

Pengaruh Brand
Image Terhadap
Keputusan
Berkunjung
Wisatawan
Nusantara Ke
Sari Ater Hotel Jenis penelitian ini adalah
& Resort, deskriptif verifikatif dan
Kabupaten melakukan survey kepada
Subang - Jawa 100 wisatawan. Hasil
Barat penelitian menunjukan Penelitian ini Penelitian ini
bahwa brand image menggunakan teori menggunakan teori
Susanto A, berpengaruh signifikan keputusan keputusan berkunjung
Laksana P.A & terhadap keputusan berkunjung dari dari Mathieson dan
Prianka G.W. berkunjung dan faktor yang kotler dan keller 2012 Wall. 2005
Vol. 3 No.2 paling mempengaruhi
(2019) Jurnal keputusan berkunjung
Kepariwisataan: adalah kekuatan asosiasi
Destinasi. merek.
Hospitalis dan
Perjalanan.
Sekolah Tinggi
Pariwisata
Bandung

2.3 Kerangka Pemikiran

Melihat terkendalinya jumlah kunjungan wisata di jawa barat khususnya

kabupaten bandung, menyebabkan perusahaan dalam bidang pariwisata ini

bersaing dengan ketat. Perusahaan saling berlomba untuk menjadi yang terdepan.

Melalui positioning, perusahaan berharap bisa mewujudkan citra merek yang baik

di benak konsumen.
31

Definisi citra merek menurut (Sangadji & Sopiah, 2013) citra merek adalah

sekumpulan asosiasi yang mempunyai keunikan sendiri yang ingin dibentuk dan

dipelihara oleh perusahaan atau pemasar. Sedangkan menurut (Keller, 2013)

terdapat tiga tahapan dalam mengukur citra merek perusahaan yaitu strength of

brand associations, favorability of brand associations, uniqueness of brand

association. Hal ini sejalan dengan positoning yang manajemen Cicalengka

Dreamland lakukan tentang bagaimana mereka mempromosikan, membuat wahana

dan spot foto yang bernuansa islami dan lain-lain untuk menimbulkan citra yang

diinginkan perusahaan dalam benak konsumen.

Definisi keputusan pembelian menurut (Peter & Olson, 2013) keputusan

pembelian yaitu proses integresi yang digunakan untuk mengkombinasikan

pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih

satu di antaranya, yang dimana disitu konsumen melibatkan suatu citra dari merek

kemudian akhirnya mereka melakukan pembelian. Konsumen cenderung lebih

memilih produk dari merek yang terkenal untuk menghindari resiko pembelian.

Sedangkan (Mathieson & Wall dalam Pitana dan Gayatri, 2005) menjelaskan

bahwa keputusan berkunjung terdapat lima fase terpenting antara lain adalah

kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan wisata, pencarian dan

penilaian informasi, keputusan melakukan perjalanan wisata, persiapan perjalanan

dan pengalaman wisata, evaluasi kepuasan perjalanan wisata.

Berdasarkan dari teori-teori diatas maka peneliti akan menggunakan

kerangka pemikiran dibawah sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian, berikut kerangka pemikiran :


32

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Dapat dilihat bahwa adanya hubungan antara citra merek dengan keputusan

pembelian, yang akan diuji apakah citra merek tersebut akan berpengaruh terhadap

proses keputusan berkunjung

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori para ahli mengenai adanya keterkaitan antara citra merek

dengan keputusan pembelian atau proses keputusan berkunjung, maka hipotesis

pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara Citra Merek terhadap Proses

Keputusan Berkunjung wisatawan di Cicalengka Dreamland.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah citra merek yang mempunyai dimensi

strength of brand associations, favorabillity of brand associations, uniqueness of

brand associations sebagai variabel independent dan proses keputusan berkunjung

yang mempunyai dimensi kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan

wisata, pencarian dan penilaian informasi, keputusan melakukan perjalanan wisata,

persiapan perjalanan wisata dan pengalaman wisata, evaluasi kepuasan perjalanan

wisata sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan pada konsumen atau

wisatawan yang pernah berkunjung ke Cicalengka Dreamland pada periode tahun

2022.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian

Metode Penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.

Menurut (Sugiyono, 2013) penelitian kuantitatif adalah metode yang berdasarkan

filosofis positivis yang melibatkan pemeriksaan populasi dan sampel, pengumpulan

data menggunakan instrument penelitian, setelah data terkumpul maka selanjutya

dilakukan analisis menggunakan statistik untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan pada penelitian ini serta mengambil kesimpulan hasil penelitian.

33
34

3.2.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian survey. Menurut Sugiyono

(2013) metode survey ini digunakan untuk mendapatkan data dari tempat yang yang

sebenarnya, bukan buatan, tetapi peneliti juga melakukan perlakuan terhadap data

yang diperolehnya seperti survey,tes,wawancara terstruktur dan metode lainnya.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan verifikatif. Menurut (Ahyar et al., 2020) penelitian deskriptif bertujuan

untuk memberikan gejala, fakta, atau kejadian tentang ciri-ciri suatu kelompok atau

tempat tertentu secara sistematis dan akurat. Menurut (Ahyar et al., 2020) penelitian

verifikatif adalah studi yang berusaha untuk menentukan apakah suatu fenomena

atau teori itu nyata.

3.3 Sumber Data

1. Data Primer

Menurut (Ahyar et al., 2020) data primer adalah data yang peneliti peroleh

langsung dari sumbernya misalkan dengan melakukan pengukuran,

menghitung sendiri dalam bentuk angket, observasi, wawancara dan

sebagainya. Pada penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data

dengan teknik penyebaran kuesioner kepada responden yaitu konsumen

atau wisatawan dari Cicalengka Dreamland.

2. Data Sekunder

Menurut (Ahyar et al., 2020) data sekunder dalam penelitian adalah data

yang diperoleh secara tidak langsung dari orang lain, melainkan dari
35

laporan, profil, buku pedoman atau pustaka. Data sekunder yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah melalui buku, jurnal, artikel dan situs

web yang terpercaya yang berhubungan langsung dengan topik pada

penelitian ini.

3.4 Operasionalisasi Variabel

Pada penelitian ini operasionalisasi variabel digunakan untuk mempermudah

pemahaman tentang variabel apa saja yang diteliti. Menurut (Sugiyono, 2013)

operasional variabel adalah atribut atau sifat dari suatu objek penelitian yang

memiliki sebuah keragaman tertentu.

Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel penelitian, antara lain variabel

independen yaitu variabel bebas (X) yang mempengaruhi timbulnya variabel

dependen atau variabel terikat (Y). Variabel dependen yaitu variabel terikat yang

menjadi akibat atau dipengaruhi oleh variabel bebas atau independen.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel sebagai objek penelitian. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah citra merek dan variabel terikat pada penelitian

ini adalah proses keputusan berkunjung.


36

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel dan Konsep No.


Dimensi Indikator Skala
Variabel Item

a. Personal
Strenght of brand
“ Brand image is important Relevance 1-5
associations
because the image b. Consistency
determine how easily
consumers can recall
existing associations and Favorabillity of brand a. Desirable
Ordinal 6-15
responses and how easily associations b. Deliverable
they can link additional
associations and responses
to the brand in memory.”
Uniqueness of brand
(Keller, 2013) a. Point of difference 16-20
Associations

Kebutuhan atau
a. Kebutuhan
keinginan untuk
terhadap perjalanan 21-23
melakukan perjalanan
wisata
wisata
a. Perolehan
Pencarian dan informasi untuk
24-29
penilaian informasi memenuhi
Keputusan berkunjung kebutuhan wisata
adalah sebuah proses a. Motivasi untuk
psikologis yang kompleks melakukan
Keputusan melakukan
yang terdiri dari tahap-tahap perjalanan wisata 30-32
perjalanan wisata
seleksi, persetujuan, b. Aktivitas yang
persiapan dan perjalanan dilakukan
Ordinal
yang dipengaruhi oleh a. Mempersiapkan
faktor-faktor internal dan segala kebutuhan
eksternal yang mungkin Persiapan perjalanan
untuk berwisata
berubah seiring waktu dan dan pengalaman 33-37
b. Mendapatkan
situasi wisata
pengalaman saat
(Mathieson dan Wall, 2005) berkunjung
a. Kepuasan
wisatawan setelah
berkunjung
Evaluasi kepuasan b. Melakukan
38-40
perjalanan wisata kunjungan kembali
c.
Merekomendasikan
kepada orang lain
37

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Menurut (Sugiyono, 2013) populasi adalah suatu kategori luas dari hal-hal

atau orang-orang yang telah dipilih oleh peneliti untuk diselidiki guna menarik

generalisasi dari temuan-temuan mereka. Pada penelitian ini yang menjadi populasi

adalah wisatawan yang pernah mengunjungi Cicalengka Dreamland pada periode

tahun 2022 yaitu sebanyak 3207 wisatawan.

3.5.2 Sampel

3.5.2.1 Ukuran Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih melalui prosedur

pengambilan sampel, dan harus secara akurat mewakili keadaan populasi agar

kesimpulan dapat dicapai tentang populasi secara keseluruhan.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil jumlah populasi berdasarkan pada

data yang diberikan pihak manajemen yaitu jumlah konsumen atau wisatawan

Cicalengka Dreamland adalah 3207, sehingga populasi yang digunakan peneliti

sebanyak 3207 populasi dan kemudian ditarik mejadi sampel. Sehingga dapat

ditentukan sampel dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁. 𝑒

3207
𝑛=
1 + 3207 (10%)

𝑛 = 96,9
38

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = nilai kritis (catatan: pada umumnya 10%)

Berdasarkan hasil dari rumus diatas, diketahui bahwa jumlah minimum

sampel dari penelitian ini sebanyak 96,9 dibulatkan menjadi 97 sampel.

3.5.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Menurut (Sugiyono, 2013) pada umumnya penelitian kuantitatif ini lebih

menekankan pada keleluasaan informasi (bukan kedalaman) sehingga metode

probability sampling cocok digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel

yang terbatas.

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah probability sampling dengan

teknik simple random sampling. Menurut (Sugiyono, 2013) probability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

setiap bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel. Menurut

(Ahyar et al., 2020) simple random sampling adalah pengambilan sampel dari

populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi, ciri utamanya adalah setiap unsur dari keseluruhan populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk dipilih. Pada penelitian ini cara peneliti untuk

memilih sampel adalah dengan meggunakan cara undian/lotre menggunakan

website rakoo tools kemudian setelah mendapatkan angka dari lotre tersebut,

peneliti menghubungi sampel melalui sosial media atau Whatsapp.


39

Setelah menyebarkan kuesioner peneliti mendapatkan 100 responden dengan

berbagai kriteria yang mencakup demografi wisatawan seperti jenis kelamin, usia,

asal domisili dan juga pekerjaan. Berikut adalah karakteristik responden dari hasil

penelitian yang telah diolah.

Tabel 3.2 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Pria 39 39%
Wanita 61 61%
Total 100 100%

Dengan demikian, responden terbanyak adalah wanita. Menurut (Hudiono,

2022) wanita cenderung lebih sering melakukan kunjungan wisata dibandingkan

pria, karena hobby pria tidaklah berwisata dan lebih cenderung untuk bekerja.

Tabel 3. 3 Usia Responden

Usia Frekuensi Persentase


< 20 Tahun 4 4%
20 - 30 Tahun 49 49%
31 - 40 Tahun 13 13%
> 40 Tahun 34 34%
Total 100 100%

Dengan demikian, responden terbanyak berusia 20 – 30 tahun. Hal ini tentu

sesuai dengan target pasar yang ditargetkan oleh Cicalengka Dreamland yaitu

menyasar anak muda.


40

Tabel 3.4 Asal responden

Asal Frekuensi Persentase


Kota Bandung 15 15%
Kabupaten Bandung 64 64%
Kabupaten Bandung Barat 7 7%
Diluar Bandung 14 14%
Total 100 100%

Dengan demikian, responden terbanyak berasal dari Kabupaten Bandung.

Hal ini juga menunjukan bahwa wilayah terutama Kabupaten Bandung menjadi

wilayah yang sedang berkembang dalam segi industri pariwisata

Tabel 3.5 Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase


Pelajar 3 3%
Mahasiswa 36 36%
Karyawan 15 15%
Ibu Rumah Tangga 30 30%
Lainnya 16 16%
Total 100 100%

Dengan demikian, responden terbanyak adalah mahasiswa dan kemudian

diikuti dengan ibu rumah tangga. Hal ini sudah sesuai dengan target wisatawan

yang ditargetkan oleh manajemen yaitu kepada anak muda, data diatas

menunjukan bahwa yang tertinggi adalah dari kalangan mahasiswa

3.6 Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada


41

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013) Jenis kuesioner yang

digunakan peneliti adalah kuesioner tertutup yang telah ditentukan pilihan

jawabannya. Kuesioner akan disebarkan kepada responden dalam bentuk

kuesioner online melalui platform google form yang berisikan identitas diri

responden dan pertanyaan berdasarkan indikator variabel penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

topik tertentu (Sugiyono, 2013) Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

wawancara bersama pihak manajemen dari Cicalengka Dreamland untuk

memperkuat data terkait dengan informasi pada penelitian.

3. Observasi

Menurut (Ahyar et al., 2020) observasi adalah suatu metodologi atau

pendekatan untuk mengumpulkan data secara metodis tentang pokok-pokok

kajian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Disini peneliti

menggunakan metode obsercasi non-partisipasi yang dimna peneliti tidak

terlibat secara langsung dan hanya berperan sebagai pengamat dari luar.

4. Dokumenter

Metode pengumpulan data dokumenter merupakan pengumpulan data

dengan menggunakan dokumentasi yang dimiliki oleh sumber data. Peneliti

melakukan pengumpulan data berupa berkas atau dokumen dari pihak

manajemen Cicalengka Dreamland, selain data dari manajemen, peneliti

juga mengumpulkan melalui buku, jurnal dan artikel.


42

3.7 Uji Instrument Penelitian

Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, peneliti melakukan

beberapa tahapan untuk menguji kuesioner:

1. Uji Validitas

Menurut (Ahyar et al., 2020) Uji validitas merupakan derajat ketapatan antara

data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Jadi secara garis besar uji validitas ini

dilakukan untuk mengetahui keabsahan/ketepatan suatu item pertanyaan dalam

menguku variabel yang diteliti. Menurut (Hidayat, 2021) uji validitas menurut

pendapat ahli dapat dihitung menggunakan rumus pearson product moment.

Pearson Product Moment:

𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑟
[𝑛 ∑ 𝑋 − (∑ 𝑋) ][𝑛 ∑ 𝑌 − (∑ 𝑌) ]

Keterangan:

r = Koefisien validitas yang dicari

X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item

Y = Skor total

∑ X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑ Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑ X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑ Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

n = Banyaknya responden

Kriteria valid menuurut (Ghozali, 2011) adalah rhitung > rtabel


43

2. Uji Reliabilitas

Menurut (Ahyar et al., 2020) Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui

kehandalan suatu item pertanyaan dalam mengukur variabel yang diteliti, suatu

item dikatakan handal/reliabel, jika menghasilkan hasil yang sama ketika

pengukuran dilakukan berulang serta dilakukan dalam kondisi konstan (sama).

Mengukur reabilitas bisa menggunakan rumus Alpha-Cronbach (α)

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑘 ∑𝑠
𝑎= 1−
𝑘−1 𝑠

α = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑ 𝑠 = Jumlah varian butir

𝑠 = Varian total

Menurut (Ghozali, 2011) suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan

nilai Alpha-Cronbach (α) > 0,60

Dalam penelitian ini, peneliti sudah melakukan uji validitas dan reliabilitas

terhadap 30 responden terlebih dahulu sebelum menyebarkan kuesioner, dan sudah

didapati dengan hasil Valid dan Reliabel.


44

3.8 Teknik Pengolahan Data

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing adalah langkah awal yang bertujuan untuk memeriksa atau mengecek

data yang telah terkumpul yang kemudian akan diteliti kelengkapannya agar

bisa dilakukan tahap pengolahan selanjutnya.

2. Coding (pengkodean)

Coding adalah proses pemberian tanda dengan menggunakan angka atau

simbol terhadap jawaban yang ada didalam instrument.

3. Tabulating (tabulasi)

Tabulating adalah mengelompokan data kedalam berbagai tabel tertentu

dengan membentuk tabel yang berisi data yang akan dihitung secara

analisis.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran data dengan skala ordinal

yang diperoleh dari kuesioner dan kemudian dihitung menggunakan skala likert.

Menurut (Sugiyono, 2017) Skala likert ini digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Menurut (Ahyar et al., 2020) Skala likert biasanya teridri dari 5 poin dari skala

Agree dan Disagree yang biasanya setiap item merupakan pernyataan tentang

produk, acara, atau sikap tertentu. Untuk mempermudah dalam memilih jawaban

kuesioner dan menghindari adanya Error of Central Tendency dimana responden


45

cenderung untuk melakukan penilaian yang sifatnya netral atau ragu-ragu sehingga

sulit untuk dilakukan analisis, maka jawaban akan dibuatkan dengan 4 skala.

Menurut (Sugiyono, 2017) untuk setiap instrument yang menggunakan skala likert

mempunyai beberapa gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat

berupa kata-kata antara lain, sangat positif, positif, negatif, dan sangat negatif.

Berikut pembobotan dalam penelitian ini menggunakan skala likert 4 tingkatan:

Tabel 3.6 Pembobotan Jawaban Kuesioner

Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono, 2017

3.9.2 Transformasi Data

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, hipotesis

penelitian yang diajukan akan diuji melalui analisis korelasi pearson. Asumsi yang

harus dipenuhi pada saat melakukan analisis korelasi pearson yaitu data

pengamatan minimal memiliki skala pengukuran interval. Data yang dimiliki oleh

peneliti adalah data skala pengukuran ordinal, oleh karena itu agar dapat dianalisis

melalui uji korelasi pearson harus melalui proses transformasi data dari skala

pengukuran ordinal ke skala pengukuran interval melalui suatu metode yang

dikenal sebagai method of successive interval (MSI).


46

Menurut (Hair et al., 2014) data ordinal perlu dirubah menjadi data interval

ketika akan melakukan perhitungan analisis regresi linear sederhana karena analisis

regresi linear sederhana membutuhkan data interval yang dapat menghasilkan nilai

yang berkelanjutan dan dapat dihitung secara matematika, sedangkan data ordinal

hanya menunjukan urutan atau tingkatan namun tidak menunjukan jarak antara

masing-masing nilai. Oleh karena itu data ordinal perlu dirubah menjadi data

interval untuk menghasilkan nilai yang dapat dihitung secara matematis. Langkah

selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dengan alat bantu komputerisasi

Microsoft Office Excel 2019 dan add-ins Successive Interval.

3.9.3 Uji Normalitas dan Uji Linieritas

1. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak (Siregar &

Syofian, 2017) Normalitas data adalah syarat yang harus dipenuhi dalam

analisis parametrik. Data yang normal juga dianggap dapat mewakili populasi

2. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel terikat dan variabel

bebas memiliki hubungan linear atau tidak. Uji linieritas digunakan untuk

syarat dalam analis regresi liniear


47

3.9.4 Korelasi

Penelitian ini menggunakan ukuran korelasi dari korelasi pearson. Teknik

analisis korelasi pearson termasuk teknik statistik parametrik yang menggunakan

data interval dan ratio dengan persyaratan tertentu (Ridwan et al., 2012) Korelasi

pearson juga dapat diintrepretasikan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

antara variabel X dan variabel Y dan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan

variabel satu terhadap variabel lain.

3.9.5 Analisis Regresi Linier Sederhana

Regresi adalah suatu proses untuk memperkirakan secara sistematis tentang

apa yang paling mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi

masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahan dapat diperkecil. Penggunaan

analisis regresi linier sederhana dalam penelitian ini bertujuan untuk membangun

model sistematis dari pengaruh citra merek terhadap proses keputusan berkunjung

wisatawan.

Model probabilistik untuk regresi linier sederhana adalah:

𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝑿

Keterangan:

X = Variabel independen

Y = Variabel dependen

a = Nilai konstanta regresi

b = Nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukan nilai peningkatan

(+) atau nilai penurunan (-) variabel Y


48

3.9.6 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh citra merek terhadap proses pengambilan keputusan

berkunjung. Besar atau kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat

ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:

𝐾𝐷 = 𝑟 × 100%

Keterangan:

KD = Nilai koefisien determinasi

𝑟 = Nilai koefisien korelasi

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai 𝑟 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel indepen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen sangat terbatas. Kisaran nilai 𝑟 adalah dari 0-100 atau dari 0%-100%.

Jika nilai 𝑟 adalah 1 (satu) berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika

bernilai 0 (nol) berarti tidak ada hubungan antar variabel terikat dengan variabel

bebas yang menjelaskan.

3.9.7 Uji Hipotesis (Uji t)

Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan secara statistika apakah

terdapat pengaruh yang signifikan atau tidak diantara variabel X dan variabel Y.

Dalam penelitian ini yaitu dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh atau
49

tidak antara variabel citra merek terhadap variabel proses keputusan berkunjung.

Dalam melakukan uji hipotesis menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:

𝑏
𝑡 =
𝑆𝑏

Keterangan:

𝑡 = Nilai t

b = Koefesien regresi

Sb = Standar error koefisien regresi

Pengambilan keputusan pengujian hipotesis ini dilakukan dengan cara

membandingkan antara 𝑡 dengan 𝑡 dimana α = 0,05 dan df = n – 2.

Kriteria uji hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Jika 𝑡 >𝑡 maka 𝐻 ditolak

2. Jika 𝑡 ≤𝑡 maka 𝐻 diterima

Kemudian akan diketahui dengan melakukan suatu uji hipotesis melalui

asumsi sebagai berikut :

H : β = 0 : maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara citra merek

terhadap proses pengambilan keputusan berkunjung wisatawan di Cicalengka

Dreamland

H : 𝛽 ≠ 0 : maka terdapat pengaruh yang signifikan antara citra merek terhadap

proses pengambilan keputusan berkunjung wisatawan di Cicalengka Dreamland

Anda mungkin juga menyukai