SKRIPSI
Oleh:
1953010035
JAKARTA
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tersebut dan berpengaruh terhadap daya tarik wisatawan baik domestik maupun
mancanegara. Dengan pesona wisata alam yang indah, wisata budaya di Indonesia
juga beragam, hal ini dibuktikan dengan banyaknya peninggalan sejarah dan budaya
masyarakat local. Indonesia dengan potensi yang dimilikinya begitu besar, maka
beberapa usaha penunjang lainnya seperti hotel, restoran, industri souvenir, dll.
pelanggan. Ketiga, ekspektasi konsumen yang berubah dari waktu ke waktu (Kaligis,
2014).
1
Pengelola destinasi wisata harus mempertimbangkan beberapa faktor untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan, yaitu pelayanan, tujuan wisata, dan atraksi dan
orang lain untuk mengunjungi tempat yang sama. Destinasi yang memiliki daya tarik
yang baik harus mampu menawarkan jasa pariwisata yang memuaskan kebutuhan
berkunjung.
Cilacap pada sebelah selatan & Kabupaten Brebes pada sebelah barat. Salah satu
loka wisata yg paling populer merupakan loka wisata Baturraden yg terletak pada
2
Tabel 1.2 Rekapitulasi Pengunjung Pariwisata Kabupaten Banyumas Tahun
2018
Objek Wisata
Soedirman Kemambang
5 2 4
(51,72% dari seluruh tempat wisata Kabupaten Banyumas) dari Baturraden dalam
satu tahun, dengan pengunjung lebih banyak pada bulan Juni. Pada bulan Juli
keindahan alam dan segarnya udara pegunungan dengan suhu 15-20 derajat
Celcius. Pada hari yang cerah, kota Purwokerto, Nusakabangan, dan Pantai Cilacap
terlihat jelas dari puncak Baturraden. Luas total tempat wisata di Baturadin adalah
16,5 hektar, dengan investasi seluas 4 hektar. Ground state adalah Pemerintah
Banyumas cukup besar, pemerintah harus lebih serius dalam merenovasi destinasi
wisata ini. Karena masih banyak yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam
3
situasi perjalanan ini. Yang perlu diperhatikan hanyalah bagaimana melakukan
ditentukan oleh angka kehadiran tahunan, hal ini juga mempengaruhi penonton
kualitas dan penambahan game baru. Hal ini mendorong peningkatan jumlah
Kabupaten Banyuma.
B. Rumusan Masalah
wisata Baturraden?
C. Tujuan Penelitian
4
2. Untuk mengetahui kepuasan wisatawan di objek wisata Baturraden.
D. Manfaat Penelitian
5
BAB II
LANDASAN TEORI
seseorang.
rangkaian kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung orang-ke-orang atau tetap
(2015:63):
“Jasa adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang tidak berwujud (tak
tersentuh) yang terjadi sebagai hasil interaksi antara konsumen dan karyawan atau hal-
hal lain yang diberikan penyedia layanan kepada penyedia layanan untuk memecahkan
masalah konsumen.”
Layanan terkait masyarakat. Sedikit banyak layanan ini lebih dikenal sebagai
layanan publik. Public berasal dari bahasa inggris umum seperti common people dan
6
state. Kata publik dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai masyarakat umum dan
dan cara tertentu yang ditujukan untuk mencapai kemaslahatan orang lain sesuai
dengan haknya”.
c. Disediakan lain, sesuai dengan kondisi dan kemungkinan penyedia jasa dan
e. Kesetaraan, yaitu tidak adanya perlakuan atas dasar ras, agama, golongan,
layanan.
7
UU Administrasi Publik No. 25 Tahun 2009, sehubungan dengan
dan hak-hak sipil setiap warga negara yang berkaitan dengan milik umum,
Negara (MEN.PAN) No. Desember 2004, Indeks Kepuasan Perkotaan memuat 14 komponen,
yaitu:
pelayanan.;
3. Transparansi penyedia layanan, Ini adalah. Keberadaan dan kepastian penyedia jasa
pelayanan, terutama dalam hal pemenuhan jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku;
5. Tanggung jawab Agen Layanan, termasuk namun tidak terbatas pada, kejelasan
wewenang dan tanggung jawab Agen Layanan atas pengelolaan dan pelaksanaan
Layanan;
8
7. Kecepatan layanan, target waktu dimana pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu
9. Kesopanan dan keramahan PNS adalah tingkah laku dan sikap PNS untuk melayani
masyarakat secara santun dan ramah di samping saling menghargai dan menghormati;
11. Memastikan tarif jasa yaitu kesesuaian antara tarif terbatas dengan tarif yang
ditentukan;
13. Fasilitas lingkungan, sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur
penyedia layanan atau tempat yang digunakan, sehingga masyarakat dapat yakin
bahwa mereka menggunakan layanan terhadap segala sesuatu yang timbul dari
pemberian layanan.
yaitu:
a. Reliability
b. Tangibles
c. Responsiviness
9
d. Jaminan
e. Emphathy
dalam banyak cara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu adalah standar
baik atau buruk. Padahal konsepnya menurut Arief Quality (2017:117) bahwa
kualitas adalah “keadaan dinamis dari produk, jasa, barang, proses, dan lingkungan
10
c. Desain produk menekankan kehandalan dan penerimaan yang luas dari produk
d. Kebijakan produksi dengan tenaga kerja yang menghargai peralatan yang terpelihara
dengan baik, pekerja yang terlatih dengan baik, dan inventaris yang cepat.
a. Dimensi produk, yang mengkaji kualitas barang dan jasa dari sudut pandang
kesesuaian terhadap spesifikasi, yaitu meneliti kualitas yang terlihat, terlihat dan
b. Dimensi ekologis antara produsen dan pengguna merupakan ciri lingkungan dimana
1. Feature
2. Performance
3. Competitiveness
4. Promptness
5. Courtesy
6. Process capability
11
Menurut Sinambela (2016), kualitas memiliki definisi tradisional dan strategis.
Kualitas dalam definisi strategi adalah segala sesuatu yang mampu memuaskan keinginan
atau kebutuhan pelanggan, sedangkan dalam definisi kualitas tradisional lebih banyak
a. Kinerja,
b. Keandalan,
d. Estetika.
utama:
1. Kualitas terdiri dari beberapa atribut produk, keduanya merupakan karakteristik menarik
produk.
2. Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.
1. Reliability.
12
4. Access.
5. Kesopanan meliputi sikap sopan santun, respek, tenggang rasa dan keramahan antar
petugas.
6. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang mereka
pahami.
7. Credibility.
8. Security.
10. Tangibles.
Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori destabilisasi
ekspektasi. Teori ini dikembangkan oleh Richard L. Oliver pada tahun 1980. Expectation
Disconfirmation Theory atau EDT merupakan teori yang sering digunakan untuk
menjelaskan bagaimana kepuasan atau ketidakpuasan muncul. Teori EDT adalah model
teoritis yang menjelaskan bahwa membeli suatu produk menimbulkan perasaan puas
atau tidak puas, dan kemudian membandingkan ekspektasi dengan kinerja aktual
produk tersebut.
ketidakpastian ekspektasi. Ini merupakan kelanjutan dari teori sebelumnya yang dikenal
sebagai teori disonansi kognitif (CDT), yang pertama kali diperkenalkan oleh Leon
Festinger pada tahun 1957. Teori CDT adalah teori yang digunakan untuk
13
menyeimbangkan teori disonansi kognitif seseorang. harapan dari sesuatu yang dia
merupakan pengembangan pada teori CDT. Teori EDT ini digunakan untuk mengukur
pengalaman pelanggan dengan produk atau layanan. Menurut Elkhan dan Bakr (2015),
a. Hope, yaitu prediksi terhadap suatu layanan. Teori ini dapat mengidentifikasi
pikiran konsumen tertentu selama tahap jual beli. Pikiran konsumen dapat
diidentifikasi yang pertama bahwa berawal dari harapan mereka berdasarkan review
mereka dalam mengonsumsi beberapa jasa, ekspektasi konsumsi jenis akuisisi bisnis
tertentu akan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Selanjutnya, konsumen yang tidak
berpengalaman dengan kondisi jasa dan membeli dari jenis bisnis tertentu untuk
pertama kalinya, ekspektasi awal pelanggan ini termasuk feedback mereka dari
pelanggan lainnya.
mengonsumsi layanan bisa lebih baik atau bahkan lebih buruk dari ekspektasi
eksperimen langsung atau tidak langsung yang akan mengonsumsi layanan yang dibeli
c. Belum dikonfirmasi, ekspektasi awal pelanggan dan kinerja aktual yang diamati
terdapat perbedaan.
14
d. Satisfaction, harapan pelanggan akan berkurang apabila kualitas sebenarnya dari
menimbulkan pelanggan menjadi puas apabila layanan yang diberikan tidak sesuai
harapan. Selain itu, ekspektasi dan kinerja actual yang tidak ada perbedaan maka
kinerja aktual dianggap sama dengan yang diharapkan, maka terjadi asersi sederhana.
kebutuhan pelanggan maka dinilai sebagai konsumen yang tidak merasa puas atas
suatu layanan. Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan terhadap produk atau jasa
Rosyidah et al., (2017) menyatakan bahwa perbedaan fasilitas, atraksi, dan layanan
layanan.
Hanif dkk (2016) menilai kepuasan dengan tiga faktor, yang kesatu apakah
wisatawan puas terhadap keputusan mengunjungi suatu destinasi wisata atau tidak,
15
keputusan mengunjungi tempat wisata sesuatu yang harus dilakukan, dan yang ketiga
adalah tingkat kepuasan secara keseluruhan saat mengunjungi suatu tempat wisata.
Pelanggan (konsumen) yang merasa puas maka merupakan suatu keharusan bahwa
perusahaan berjuang terus menerus, karena itu adalah faktor utama kesuksesan
lainnya yang memberikan dasar yang baik untuk pembelian berulang dan untuk
memenangkan konsumen yang loyal. Pembelian kembali dan pelanggan yang loyal
perdagangan adalah cara untuk mencapai keuntungan yang lebih besar (Soegoto,
2017).
pemakaian suatu produk. Misal karena makan membuat perut kita kenyang.
bersifat tidak berwujud. Misal perasaan bangga karena mendapatkan pelayanan yang
Menurut Griffin (2019) perusahaan yang sukses dalam menciptakan konsumen yang
harapan dengan apa yang konsumen rasakan maka tingkat ketidakpuasan semakin
tinggi.
F. Hipotesis Penelitian
mengenai hubungan atau pengaruh, baik positif maupun negatif antara dua variabel
16
atau lebih merupakan suatu hipotesis (Noor, 2017:76). Hipotesis penelitian ini sebagai
berikut:
Wisata
G. Kerangka Pemikiran
17
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari satu atau lebih variabel
yang diteliti dan penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang didasarkan pada
18
Populasi penelitian ini berasal dari data sekunder Obyek Wisata Baturrade
berupa data wisata Obyek Wisata Baturrade, sehingga digunakan simple random
sampling dalam metode pengambilan sampel. Teknik simple random sampling adalah
teknik yang digunakan untuk memilih sampel secara acak tanpa mempertimbangkan
kelas populasi (Suliyanto, 2018). Populasi penelitian ini adalah 131 wisatawan dan
N
n= 2
N d +1
5. Variabel Penilitian
a. Kualitas Pelayanan
jika ingin bisnis Anda berhasil. Kualitas layanan diukur menggunakan metrik dari
b. Kepuasan Wisatawan
antara kinerja yang dirasakan dan diharapkan. Kepuasan wisatawan diukur pada
19
tahun 2015 menggunakan indikator penelitian Elkhani dan Bakri yang dihitung
1. Uji Validitas
(Suliyanto, 2011:16).
2. Uji Reliabilitas
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Penelitian ini menggunakan uji
Cronbach’s Alpha.
1. Statistik Deskriptif
tentang topik penelitian melalui data sampel yang ada tanpa menggambar analisis
20
dan kesimpulan. Data statistik deskriptif diperiksa dengan nilai maksimum,
variabel bebas (variabel X1) dan variabel terikat (variabel Y) yang berhubungan
bersama.
data dengan menggunakan garis regresi. Kisaran nilai R-kuadrat yang dapat disesuaikan
adalah 0-1. Nilai r kotak kecil dapat disesuaikan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
perbedaan variabel dependen. Sebaliknya, nilai yang besar atau mendekati artinya
variabel bebas dapat menyediakan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
KP = c + b1 KW + e
Keterangan :
KP : Kualitas Pelayanan
c : Konstanta
b1 : Koefisien regresi
21
KW : Variabel kepuasan wisatawan
e : Error
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Namun, pada zaman dahulu Kadipaten Kotaliman terletak sekitar 10 km sebelah bar
at kaki Gunung Slamet. Di sana, Adipati Cutaliman tinggal bersama istrinya, putrinya yang ca
ntik, para abdi dalem, dan seorang "bateur cantik" atau pembantu rumah tangga yang berta
nggung jawab menjaga kuda Adipati Cutaliman. Lovely Bator adalah seorang pemuda tampa
n, pekerja keras dan bertanggung jawab atas setiap pekerjaannya, hingga kuda milik Adipati
Cutaliman terpelihara dengan baik.
Suatu pagi seorang Bator yang cantik pergi mencari makanan untuk kuda Adipati Co
talima dengan menjaga tepi hutan karena rerumputan di sana tinggi dan lebat. Saat Bator Ja
mil sedang memotong rumput, terdengar teriakan minta tolong tak jauh dari tempatnya me
ncari rumput. Mendengar hal tersebut, Batur Jamal berlari menuju sumber suara. Dia mene
mukan seorang wanita yang jatuh dan ada murid ular besar di dekatnya yang tampak siap m
enyerang. Dengan bodohnya, Batur langsung melawan ketampanan ular itu dan memenggal
nya dengan kodi (semacam golok atau gaman). Setelah beberapa saat, Batur Gamil menyad
23
ari bahwa wanita itu adalah putri Adipati Cotalima dan putri tersebut berterima kasih kepad
a Batur Gamil karena telah menyelamatkan nyawanya.
Sejak pertemuan itu, Putri Adipati dan Batur Gamel bertemu berkali-kali dan sedikit
demi sedikit tumbuh benih cinta di antara mereka. Namun, karena status sosial mereka
yang berbeda, hubungan asmara mereka dirahasiakan. Memikirkan bahwa pada masa itu
perkawinan beda kasta adalah hal yang memalukan. Hari demi hari cinta mereka tumbuh
dan berkembang hingga mereka melintasi perbatasan dan kemudian putri Adipati Kutalima
mengandung.
Putri Adipati dan Batur Gamel itu akhirnya meninggalkan Kadipaten Kutalima,
mengikuti jalan ke utara yang tidak jelas dan tidak diketahui tujuannya. Semakin lama
perjalanan, semakin jauh mereka. Masuk dan keluar dari hutan dan naik turun gunung
bersama. Mereka menghabiskan siang dan malam bersama dan mulai melupakan
kadipaten.
Suatu hari mereka beristirahat di tepi sungai yang sangat jernih, saat sang putri
masih mengandung satu bulan. Tiba-tiba perut putrinya sakit dan segera lahirlah seorang
anak laki-laki yang sangat cantik. Kemudian sungai itu disebut Kali Putra.
Setelah bayi lahir, mereka menemukan tempat di mana mereka merasa aman, sejuk
dan segar untuk hidup. Batur Gamel pun bergegas membangun rumah kayu sederhana, agar
bisa menjadi tempat berlindung bagi keluarganya. Apa saja yang bisa dimakan dan
dimanfaatkan di hutan ia gunakan untuk memberi makan istri dan anaknya.
Sedangkan di Kadipaten Kutalima, sang patih dan istrinya sangat murung. Duke
selalu memikirkan putri kesayangannya dan menyesal mengirimnya pergi. Ia pun mengutus
para abdi dalemnya untuk mencari dan meyakinkan sang putri agar kembali ke Kadipaten
24
Kutalima. Setelah pencarian yang lama, punggawa kerajaan bertemu dengan sang putri di
hutan dan memberi tahu alasan kedatangannya dan penyesalan ayahnya karena mengusir
putranya dari Kadipaten Kutalima. Duke ingin putrinya kembali ke kadipaten. Namun,
setelah memikirkannya kembali, sang putri memutuskan untuk tidak kembali ke kadipaten,
karena merasa telah mencemarkan nama baik ayahnya. Dia merasa bahwa dia pantas
menerima hukuman seperti itu. Sang putri kemudian memerintahkan punggawa untuk
kembali ke kadipaten.
Baturaden terletak di kaki Gunung Slamet bagian selatan pada ketinggian ± 610-700
mdpl. Di daerah saya, wisatawan bisa menikmati pemandangan alam yang indah dengan ud
ara pegunungan yang sejuk dengan suhu antara 18 hingga 25 derajat Celcius. Baturraden ter
letak 14 km sebelah utara Purwokerto dan dihubungkan oleh jalan raya yang nyaman. Batur
aden merupakan salah satu tempat wisata unggulan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Obyek wisata di Baturaden ini terletak di ujung utara desa Kittinger dengan luas ± 16800
meter persegi dan terdiri dari:
- Terbangun : 7,5 Ha
- Perluasan : 4,5 Ha
- Perluasan : 4,8 Ha
Penataan lahan dilakukan secara bertahap sesuai master plan yang disusun oleh Panitia Pen
garah Perencanaan Teknis Tempat Wisata Baturadin, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab
25
upaten Banyumas pada tahun 2002. Hutan damar milik Perum Perhutani BKPH Banyumas Ti
mur dan Sungai Terunggulan. Dari Serayu Purba. Obyek wisata Baturadin merupakan kawas
an perbukitan, lembah dan sungai yang kemiringan tanahnya sebagian landai dan terjal atau
sangat terjal. Kawasan Wisata Baturaden ini memiliki luas yang terbatas pada:
Visi objek wisata Baturraden Visi Unit Pelaksana Teknis (UPT) objek wisata
Baturraden yaitu :
Tempat wisata Baturraden merupakan tempat wisata yang paling indah, sempurna dan
indah di Jawa Tengah. Baturaden kini termasuk UPT Misi destinasi wisata:
Responden penelitian ini adalah wisatawan tempat wisata Baturraden di Kota Purw
okerto. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan random sampling yaitu. H. siapa saja yang kebetula
n bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel jika orang tersebut dianggap cocok sebag
ai sumber informasi (Martono, 2010). Berdasarkan teknik pengambilan sampel, diperoleh sa
mpel sebanyak 99 orang. Kondisi responden ditentukan berdasarkan informasi yang diberika
n oleh 99 responden dengan menggunakan kuesioner jenis kelamin, usia dan pekerjaan. Klas
ifikasi ini dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui secara jelas dan akurat gambaran
26
responden sebagai objek dalam penelitian ini. Gambaran umum responden penelitian ini dij
elaskan sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Laki-laki 21 21,20
Perempuan 78 78,80
Total 99 100,00
Dari gambar diatas, menyatakan bahwa presentase wisatawan berdasarkan jenis kelamin
yang paling tinggi yakni wisatawan perempuan dengan persentase sebanyak 78,80%.
Selanjutnya sebanyak 21,20% merupakan wisatawan laki-laki. Secara umum kegiatan
pariwisata didominasi oleh perempuan, dan hal ini berkaitan erat dengan penelitian
Hudiono (2022) yang menyatakan bahwa perempuan baik muda maupun tua dengan status
sosial lajang, menikah, atau janda terbukti lebih memilih kunjungan wisatawan.
dibandingkan dengan lebih introvert daripada laki-laki. , banyak laki-laki. Mereka
mengetahui detail perjalanan, merekomendasikan destinasi favorit kepada kerabat, dan
senang melakukan penelitian tentang kegiatan wisata.Wanita lebih suka merencanakan
kegiatan perjalanan dengan pacarnya tanpa harus merasa ada laki-laki dalam rombongan.
Dijelaskan lebih lanjut oleh kelompok riset Yesawich, Pepperdien, Brown & Russell, telah
dilaporkan bahwa 87% wanita melakukan kunjungan wisata untuk melihat pemandangan
yang indah.
2. Usia
Frequency Percent
27
Valid 16 tahun – 25 tahun 75 75,80
Dari gambar diatas, menyatakan bahwa presentase wisatawan berdasarkan usia, kategori
usia 16-25 tahun menjadi kategori usia wisatawan tertinggi yakni sebanyak 75,80%. Disusul
sebanyak 10,10% merupakan wisatawan dengan kategori usia 26 – 35 taahun. Kemudian
kategori wisatawan dengan usia 46-55 tahun menjadi yang terkecil yakni sebanyak 9,10%.
Wisatawan dengan kategori usia 16 – 25 tahun lebih mendominasi hal karena semakin
dewasa usia mencerminkan kemampuan dalam memilih tempat wisata yang bermanfaat
dan memiliki keuntungan untuk orang – orang disekitarnya. Wisatawan dengan kategori
usia 16 – 25 tahun juga cenderung lebih mempercayai ulasan mengenai tempat wisata
tersebut terutama ulasan yang ada di media sosial (Hudiono, 2022).
3. Pekerjaan
Frequency Percent
Valid Belum bekerja 14 14,10
Pelajar/Mahasiswa 45 45,50
Wiraswasta 10 10,10
Pegawai Swasta 13 13,10
Pegawai Negeri 14 14,10
Lainnya 3 3,00
Total 99 100,00
28
wisatawan dengan pekerjan pegawai negeri. Adapun sebesar 13,10% merupakan wisatawan
dengan pekerjaan pegawai swasta. Mahasiswa atau pelajar menjadi wisatawan yang paling
mendominasi hal ini karena beberapa faktor motivasi yang mendorong mereka untuk
melakukan kunjungan wisata, yaitu seperti kegiatan untuk bersantai dan bersenang –
senang, kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan menelusuri objek wisata, dan juga
adanya iklan promosi wisata di berbagai media sosial (Suryasih, 2019).
Masalah pengukuran dalam penelitian kuantitatif merupakan faktor yang penting untuk
diperhatikan. Dalam penelitian kuantitatif, pengukuran mengacu pada bagaimana mengukur
secara akurat variabel yang diuji. Masalah pengukuran terkait erat dengan akurasi dan
keandalan informasi. Hasil uji validitas dan reliabilitas penelitian ini diuraikan di bawah ini:
1. Uji Validitas
Validitas mengacu pada sejauh mana definisi yang digunakan mengukur apa yang diukur.
Untuk perhitungan validitas menggunakan IBM SPSS Statistics Version 24. Validitas dapat
ditentukan dengan melihat nilai signifikansi dengan kriteria, jika nilai signifikansi < 0>0,05
maka data dinyatakan tidak valid. Eksperimen perangkat untuk mengetahui validitas alat ini
dilakukan terhadap 99 responden yang memiliki embedded system, artinya alat tersebut
diuji dan dikumpulkan datanya. Selain itu, nilai validitas dan reliabilitas instrumen dihitung
dari data yang diperoleh. Variabel kualitas pelayanan terdiri dari 15 pertanyaan yang dibagi
menjadi lima indikator. Hasil uji validitas ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
29
5. P5 0,000 Valid
6. P6 0,000 Valid
7. P7 0,000 Valid
8. P8 0,000 Valid
9. P9 0,000 Valid
10. P10 0,000 Valid
11. P11 0,000 Valid
12. P12 0,000 Valid
13. P13 0,000 Valid
14. P14 0,000 Valid
15. P15 0,000 Valid
30
10. P25 0,000 Valid
11. P26 0,000 Valid
12. P27 0,000 Valid
2. Uji Reliabilitas
Program SPSS dengan uji statistik Cronbach’s Alpha (α) digunakan dalam penelitian ini untuk
menguji reliabilitas. Menurut Ghozali dan Windi (2011) nilai Cronbach’s Alpha (α) >0,60
merupakan kriteria pengujian uji reliabilitas yang berarti konstruk atau variabel dinyatakan
reliabel; dan konstruk atau variabel dinyatakan tidak realiabel apabila Cronbach’s Alpha (α)
<0,60. Hasil uji realiabilitas variabel penelitian ada pada tabel:
Berdasarkan tabel tersebut pada kedua variabel bahwa variabel kualitas pelayanan dan
kepuasan wisatawan bernilai Cronbach’s Alpha (α) > 0,60. Artinya reliabilitasnya baik pada
data pada instrumen tersebut. Data kualitas pelayanan dan kepuasan wisatawan pada
responden bernilai baik.
31
Analisis data secara umum menggunakan deskripsi analisis data yang didasari dari 5 faktor;
bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati. Berikut ringkasan hasil analisis
data masing-masing ke lima indikator kualitas pelayanan, antara lain:
1.1 Tangibles
Tangibles adalah sumber daya manusia dan sumber daya lainnya tersedia secara memadai.
Frequency Percent
Valid Rendah 18 18,2
Sedang 51 51,5
Tinggi 30 30,3
Total 99 100
Berdasarkan tabel ditunjukkan pada indikator tangible, rata-rata pada kategori menengah
dengan nilai 51,50%. Artinya, aspek tangibles pada lokasi wisata Baturraden sudah cukup
baik. Aspek tangibles ini termasuk fasilitas fisik yang lengkap, sarana dan prasarana
pendukung, serta keindahan panorama pariwisata yang disajikan (Poerwarini, 2019). Objek
Wisata Baturraden dinilai sudah cukup baik dalam menyediakan fasilitas dan sarana
penunjang kegiatan pariwisata seperti, area parkir luas, toilet dan kamar mandi yang
tersebar di beberapa titik, pusat layanan informasi, musholla, waterpark, wahanan
permainan seru, berbagai spot foto menarik, gazebo, warung penyedia makanan dan
minuman, pusat souvenir, serta adanya hotel dan penginapan. Diwangkara (2020) bukti fisik
yaitu faktor penarik paling penting di kawasan wisata. Pada objek wisata Baturaden daya
tarik tidak hanya berupa rekresi yang ditawarkan tetapi juga panorama yang indah dan
hawa yang sejuk karena letaknya di kaki Gunung Slamet. Selain itu, objek wisata Baturraden
juga menyediakan sarana wisata yang mempunyai karakter yang tidak sama, walaupun pada
dasarnya adalah wisata alamiah, yaitu seperti wisata air/curug, wisata taman bunga, dan
wisata hutan pinus.
32
1.2 Reliability (keandalan)
Frequency Percent
Valid Rendah 12 12,10
Sedang 53 53,50
Tinggi 34 34,30
Total 99 100,00
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada indikator reliability, sebagian besar di
kategori sedang yang bernilai 53,50%. Artinya, aspek reliability pada lokasi wisata
Baturraden tergolong baik dengan dibuktikan perilaku karyawan terhadap pengunjung saat
mengalami kesulitan, karyawan mampu memberikan solusi kepada pengunjung ketika
mengalami kesulitan, pelayanan karyawan pada objek wisata Baturraden juga berdasarkan
apa yang dijanjikan, serta service yang diberikan sudah tepat waktu dengan jadwal layanan.
1.3 Responsiveness
Frequency Percent
Valid Rendah 15 15,20
Sedang 53 53,50
Tinggi 31 31,30
Total 99 100,00
33
Tabel ini memperlihatkan indikator responsiveness, kebanyakan di kategori sedang bernilai
53,50%. Artinya, aspek responsiveness pada lokasi wisata Baturraden sudah cukup baik .
Indikator dalam aspek responsiveness antara lain seperti pelayanan sangat cepat ketika ada
masalah muncul, pengunjung diberi layanan secara tepat dan cepat, serta karyawanan
always be ready serta akan memberikan bantuan jika ada pengunjung yang kesulitan
(Poerwarini, 2019). Pegawai di objek wisata Baturraden dinilai sudah cukup baik dalam
memberikan pelayanan terhadap pengunjung serta mampu memberikan solusi ketika
pengunjung mengalami kesulitan.
Jaminan merupakan seberapa besar etika dan moral pelayan terhadap pelanggan.
Frequency Percent
Valid Rendah 8 8,10
Sedang 57 57,60
Tinggi 34 34,30
Jumlah 99 100,00
Assurance pada tabel menunjukkan pada tingkat sedang dengan skor 57,60%. Artinya, aspek
assurance pada lokasi wisata Baturraden sudah cukup baik. Aspek assurance meliputi
karyawan yang ahli dalam dalam bidang wisata yang dikelolanya, pelayan yang
menyuguhkan rasa aman dan nyaman kepada pengunjung, sertaq karyawan yang sabar
dalam memberikan layanan kepada penguinjung (Poerwarini, 2019). Rasa aman dan
nyaman yang dirasakan pengunjung objek wisata Baturraden dibuktikan dengan adanya
jaminan dan asuransi yang melindungi para pengunjung ketika berkunjung ke objek wisata
Baturraden, karena harga tiket masuk objek wisata Baturraden sudah termasuk biaya
asuransi pengunjung. Dengan adanya jaminan dan asuransi menjadikan wisatawan aman
dan nyaman ketika berpariwisata.
34
1.5 Emphaty (empati)
Empati merupakan mengetahui keinginan dan kebutuhan bersama dinilai dari tingkat
kemauan.
Frequency Percent
Valid Rendah 18 18,20
Sedang 55 55,60
Tinggi 26 26,30
Total 99 100,00
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada indeks simpati mayoritas berada pada
kategori sedang yaitu sebesar 55,60%. Artinya aspek simpati terhadap tempat wisata
Batoradine sangat baik. Pada aspek empati terdapat banyak indikator penting antara lain
staf memberikan perhatian individu kepada pengunjung, jam berkunjung sesuai dengan
kebutuhan konsumen, dan staf memahami kebutuhan dan harapan pengunjung. Di kawasan
wisata Baturadin, staff disana sangat baik dalam memberikan pelayanan kepada
pengunjung, hal ini terlihat dari sikap staff dalam memberikan pelayanan kepada
pengunjung.
Banyak indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan di fasilitas wisata
Batoradin, diantaranya indikator berwujud, handal, tanggap, jaminan dan empati.
Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif SPSS, diperoleh rata-rata 60,71 dan standar
deviasi 9,57. Kemudian menilai tingkat kualitas pelayanan yang diperoleh dari jawaban
responden. Inilah hasilnya:
35
No. Interval Frekuensi Persentase Kategori
1. X < 51,15 16 16,20 Rendah
2. 51,15 < X < 70,26 60 60,60 Sedang
3. 70,26 < X 23 23,20 Tinggi
Jumlah 99 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai kualitas
pelayanan destinasi wisata Baturaden rata-rata sebesar 60,60%. Responden yang
menyatakan kualitas layanan Objek Wisata Baturraden pada kategori rendah sebanyak
16,20%, dan untuk responden yang menyatakan kualitas layanan pada Objek Wisata
Baturraden pada kategori tinggi sebesar 23,20%. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa kualitas layanan pada Objek
Wisata Baturraden pada kategori sedang. Artinya, kualitas layanan tersebut perlu
ditingkatkan lagi mengingat pentingnya kenyamanan dan keamanan yang dirasakan
pengunjung objek wisata Baturraden. Rasa aman dan nyaman yang dirasakan pengunjung
objek wisata Baturraden dapat menjadi boomerang untuk pengunjung itu sendiri, ketika
pengunjung merasa nyaman dan aman saat berkunjung ke objek wisata Baturraden, hal ini
dapat menjadikan pengunjung akan mengunjungi objek wisata Baturraden kembali di lain
waktu, bahkan dapat merekomendasikan objek wisata Baturraden ke banyak orang.
Sebaliknya, ketika pengunjung merasa tidak nyaman dan tidak aman saat mengunjungi
objek wisata Baturraden, maka pengunjung tidak akan mau kembali lagi mengunjungi objek
wisata Baturraden.
Gambaran analisis data yang disajikan merupakan analisis data umum yang mencakup
frekuensi kepuasan wisatawan berdasarkan empat indikator, yaitu indikator harapan,
kinerja yang dirasakan, penolakan dan kepuasan. Berikut ringkasan hasil analisis data
masing-masing ke empat indikator kepuasan wisatawan, antara lain sebagai berikut:
2.1 Harapan
36
Harapan didefinisikan sebagai harapan pelanggan untuk kinerja produk dan layanan. Teori
EDT ini mampu mendefinisikan perilaku pelanggan tertentu dalam proses pembelian.
Pertama, pelanggan memiliki harapan awal berdasarkan pengalaman masa lalu mereka
dalam menggunakan produk atau layanan tertentu, dan pelanggan jenis ini yang membeli
dari perusahaan tertentu memiliki harapan yang mendekati kenyataan. Kedua, pelanggan
baru yang baru mengenal cara kerja produk atau layanan dan merupakan pembeli pertama
kali dari perusahaan tertentu, harapan awal pelanggan ini terdiri dari umpan balik dari
pelanggan lain, iklan, dan media.
Frequency Percent
Valid Rendah 14 14,10
Sedang 56 56,60
Tinggi 29 29,30
Total 99 100,00
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa indeks harapan mayoritas berada pada kategori
sedang yaitu sebesar 56,60%. Tidak ada harapan wisatawan Obyek Wisata Baturraden sudah
cukup bagus. Artinya, sebagian besar pengunjung wisata Baturraden merasa objek wisata
Baturraden sangat sesuai dengan apa yang disuguhkan, baik dari segi amenitas, fasilitas
yang tersedia, maupun infrastruktur. Diwangkara (2020), Kabupaten Wisata Baturaden
menyediakan berbagai konten wisata, mulai dari wisata edukasi, taman bunga, wisata air,
wisata desa adat, akuarium dan area outdoor. Banyaknya konten wisata yang ditawarkan
objek wisata Baturraden membuat pengunjung merasakan bahwa berwisata di Baturraden
sudah cukup memenuhi harapan berwisata.
37
pelanggan yang memiliki pengalaman langsung atau tidak langsung akan menggunakan
produk atau layanan yang dibeli yang disediakan untuk jangka waktu tertentu dan dapat
merasakan kualitas sebenarnya dari produk atau layanan yang diberikan.
Frequency Percent
Valid Rendah 19 19,20
Sedang 49 49,50
Tinggi 31 31,30
Total 99 100,00
2.3. Diskonfirmasi
Merupakan perbedaan antara harapan awal pelanggan dan kinereja aktual yang diamati.
Frequency Percent
Valid Rendah 12 12,10
Sedang 57 57,60
Tinggi 30 30,30
Total 99 100,00
38
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk indikator penolakan, mayoritas dengan pangsa
57,60% tergolong kelas menengah. Artinya, sebagaian besar pengunjung objek wisata
Baturraden memiliki rasa ingin mengunjungi kembali objek wisata Baturraden di lain hari,
dan akan merekomendasikan objek wisata Bturraden kepada orang lain.
2.4. Kepuasan
Kepuasan terjadi ketika kinerja aktual suatu produk atau layanan tidak memenuhi harapan
pelanggan, penolakan negatif terjadi dan menyebabkan ketidakpuasan pelanggan. Di sisi
lain, umpan balik positif mengarah pada kepuasan pelanggan jika kinerja produk atau
layanan dapat memenuhi harapan pelanggan. Jika tidak ada perbedaan antara ekspektasi
dan kinerja aktual, artinya kinerja aktual yang diamati sesuai dengan ekspektasi, maka
terjadi klaim sederhana.
Frequency Percent
Valid Rendah 14 14,10
Sedang 58 58,60
Tinggi 27 27,30
Total 99 100,00
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa berdasarkan indeks kepuasan mayoritas berada
pada kategori sedang yaitu sebesar 58,60%. Artinya, sebagian besar pengunjung objek
wisata Baturraden merasa puas terhadap produk yang telah diberikan objkek wisata
Baturraden, baik dari segi pelayanan, fasilitas, dan sarana prasarana penunjang.
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan wisatawan pada obyek
wisata Baturraden, meliputi indikator harapan, kinerja yang dirasakan, diskonfirmasi, dan
kepuasan. Berdasarkan perhitungan statistic deskriptif SPSS diperoleh mean sebesar 48,80
39
dan standar deviasi sebesar 7,60. Kemudian dilakukan kategorisasi tingkat kualitas
pelayanan yang didapat dari jawaban responden. Berikut hasilnya:
40
Berdasarkan hasil persilangan variabel kualitas pelayanan dan kepuasan wisatawan terlihat
bahwa dengan tingkat kualitas pelayanan yang rendah maka persepsi kepuasan wisatawan
juga rendah dengan persentase (81,30%). Dengan kualitas pelayanan sedang, kepuasan
wisatawan juga meningkat sebesar satu persen (86,70%), sedangkan dengan kualitas
pelayanan yang tinggi, kepuasan wisatawan juga meningkat sebesar satu persen (82,60%).
Berdasarkan hasil tersebut, berarti persepsi kualitas pelayanan yang baik berpengaruh
terhadap pertumbuhan kepuasan wisatawan di daerah tujuan wisata Burraden.
F. Uji Variabel
Uji korelasi Rank Spearman digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
kualitas pelayanan terhadap kepuasan wisatawan. Untuk mengukur variabel dependen dan
independen digunakan beberapa pernyataan untuk masing-masing variabel dengan
penilaian menggunakan skala Likert. Untuk menguji hipotesis penelitian apakah Ho diterima
atau ditolak dapat menggunakan tabel Rho Spearman, atau dengan membandingkan sig. (2-
ekor) dengan α (0,05). Jika nilai probabilitas > α (0,05) maka Ho akan diterima dan jika nilai
probabilitas < α (0,05) maka Ho akan ditolak. Uji analisis korelasi peringkat Spearman
dihitung menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 25 dengan hasil sebagai berikut:
Kualitas Kepuasan
Pelayanan Wisatawan
41
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan SPSS versi 27, terlihat
koefisien korelasi variabel kualitas pelayanan dengan kepuasan wisatawan sebesar 0,806
yang terletak pada koefisien interval 0,800 - 1,000 pada tabel interpretasi koefisien korelasi.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pengaruh variabel kualitas pelayanan (X) terhadap
kepuasan wisatawan (Y) tergolong sangat kuat. Hubungan tersebut bersifat positif, artinya
semakin tinggi kualitas pelayanan maka kepuasan wisatawan akan semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah kualitas pelayanan maka semakin rendah pula kepuasan
wisatawan. Selain itu, berdasarkan nilai signifikansi yang dihasilkan pada tabel diatas adalah
sebesar 0,000. Artinya, pengaruh kedua variabel adalah signifikan.
Pengujian terhadap variabel penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier
sederhana. Keluaran hasil analisis dengan menggunakan software SPSS 27. Analisis regresi
sederhana ini akan diukur dari koefisien determinasi dan nilai statistik t. Berdasarkan hasil
pengujian diperoleh hasil sebagai berikut:
Koefisien
Variabel thitung Sig.
Regresi
R 0,95
R Square 0,85
Y= 1,24 + 0,78X + e.
Keterangan :
42
Y = Kualitas Pelayanan
X = Kepuasan Wisatawan
e = Kesalahan Residual
KD = rs2 x 100%
KD = (0,806)2 x 100%
KD = 0,6496 x 100%
KD = 64,96%
Dari hasil analisis kepastian di atas diketahui bahwa kualitas pelayanan (X) berpengaruh
terhadap kepuasan wisatawan (Y) sebesar 64,96%, dan sisanya sebesar 35,04% ditentukan
F.4. Uji t
Hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi 0,00 dan nilai thitung 28,59 yang berarti thitung
(3,51) > ttabel (1,98) dan nilai signifikansi 0,00 < 0,05, berdasarkan hasil analisis regresi
terhadap kepuasan wisatawan di kawasan wisata Baturaden Kabupaten Banyumas, hal ini
43
G. Pembahasan
1. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan diukur dengan lima indikator
yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Indikator pertama yaitu
tangibles pada lokawisata Baturaden memiliki persentase sebesar 51,50% (kategori sedang)
yang berarti kemampuan lokawisata Baturaden dalam memberikan layanan terbaik bagi
pengunjung cukup baik. Indikator kedua yaitu reliability pada lokawisata Baturaden
memiliki persentase sebesar 53,50%
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan Spearman Rank didapatkan hasil bahwa ada pengaruh signifikan antara
kualitas pelayanan terhadap kepuasan wisatawan, yang ditunjukkan dengan nilai sig.(2-
tailed) adalah 0,000 masih lebih kecil daripada batas kritis α = 0,05. Selain itu, nilai korelasi
yang dihasilkan 0.806 termasuk dalam interval 0,80 – 1,00 dan tergolong kategori sangat
kuat. Karena nilai bertanda positif, artinya menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas
pelayanan maka akan semakin tinggi pula kepuasan wisatawan. Sehingga semua item
pertanyaan untuk variabel Kualitas pelayanan dikatakan valid. dari uji koefisien determinasi
yaitu terlihat dari tabel R Square 64,96% yang artinya kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh
kualitas pelayanan. sedangkan sisanya 35,04% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Kemudian berdasarkan uji t disimpulkan bahwa kualitas
pelayanan berpengaruh terhadap kepuasaan wisatawan.
Hal ini dapat diketahui karena pada dasarnya kualitas pelayanan sangatlah
dibutuhkan untuk menjaga kepuasan pelanggannya, terlebih pada masa sekarang semakin
banyaknya persaingan yang ketat membuat suatu obyek wisata khususnya harus
menciptakan pelayanan yang benar-benar berkualitas sehingga tidak kalah dengan pesaing
lainnya. Kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta
ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan wisatawan (Sunarto, 2006).
44
Pelanggan tentunya memiliki harapan yang besar terhadap kualitas layanan yang diberikan,
jika layanan yang diberikan dapat melebihi harapan maka dapat dikatakan kualitas
pelayanan tersebut baik, dan jika pelayanan yang diberikan tidak dapat melebihi harapan
maka dapat dikatakan kualitas pelayanan tersebut buruk.
Kualitas pelayanan memiliki nilai yang besar dalam membawa wisatawan menuju
ketingkat kepuasan, sehingga kepuasan tersebut akan memberikan dampak yang positif
bagi objek wisata Baturraden kabupaten Banyumas. Kualitas pelayanan ini memiliki banyak
dimensi, diantaranya adalah bukti fisik, kehandalan, pelayanan, kesigapan pelayanan,
kemudahan, komunikasi, kesopan santunan dan pemahaman kebutuhan. Berdasarkan hasil
data didapatkan bahwa pada indikator bukti fisik (tangible) pada objek wisata Baturraden
berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 51,50%. Artinya, semakin tinggi
kemampuan pengelola objek wisata dalam menunjukkan eksistensinya kepada wisatawan,
maka semakin tinggi pula kepuasan wisatawan saat berwisata di kawasan wisata
Baturraden. Sebaliknya, semakin rendah dimensi tangibility (yang meliputi fasilitas fisik),
maka semakin rendah kepuasan wisatawan. Pada indikator kehandalan (reliability)
mayoritas berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar 53,50%. Artinya,
kehandalan pegawai dalam memberikan pelayanan terhadap wisatawan sudah cukup baik.
Pegawai memiliki ketrampilan dalam membantu wisatawan yang mengalami permasalahan.
Pemberian solusi yang tepat dan bersifat personal akan mampu memberikan kesan
bermakna pada diri pengunjung dan akan berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan
wisatawan.
45
Keterampilan yang diperlukan termasuk keterampilan komunikasi, keterampilan layanan
pengunjung, sikap profesional dan pemahaman yang mendalam tentang pekerjaan. Berkat
tenaga kerja yang mumpuni, destinasi wisata Baturraden mampu bersaing dengan destinasi
wisata lainnya. Indikator terakhir yaitu indikator empati juga berada pada taraf rata-rata
dengan pangsa sebesar 55,60% yaitu. indikator empati cukup bagus. Semakin tinggi
kemampuan pengelola destinasi wisata dalam mempertanggungjawabkan wisatawan maka
semakin senang wisatawan berwisata ke destinasi wisata Baturraden. Sebaliknya, semakin
rendah empati karyawan, semakin rendah pula kepuasan wisatawan. Beberapa hal yang
terkait dengan empati wisatawan antara lain menjaga staf yang ramah dan hangat saat
berkomunikasi dengan wisatawan, mempertimbangkan keluhan wisatawan dan memahami
kebutuhan dan harapan wisatawan.
Uji validasi menunjukkan bahwa semua item pertanyaan tentang kualitas layanan
dan kepuasan pelanggan memiliki nilai Sig (dua sisi) sebesar 0,000, sehingga semua item
pertanyaan pada variabel kualitas layanan dianggap valid karena nilai yang dihasilkan
<0>0,60. Selain itu, hasil R-squared berdasarkan uji kepastian adalah 64,96% yang berarti
kepuasan wisatawan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan. sedangkan sisanya sebesar
35,04% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
46
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan objek wisata Baturaden dinilai cukup baik yang dapat
dilihat dari lima indikator kualitas pelayanan yaitu Reliability, Responsiveness, Certainty,
Empathy . dan Hal-Hal Konkrit. Kelima indikator tersebut menunjukkan grade cukup baik
yang artinya kualitas pelayanan di destinasi wisata Baturaden harus ditingkatkan untuk
mencapai grade sangat baik. Selain itu kepuasan wisatawan dalam melakukan aktivitas
wisata di daerah tujuan wisata Baturaden dinilai cukup baik yang dapat dilihat dari empat
indikator kepuasan wisatawan yaitu ekspektasi, persepsi kinerja, penolakan dan kepuasan.
Keempat indikator kepuasan wisatawan menunjukkan derajat yang cukup baik, artinya
tempat wisata Baturraden sudah cukup memberikan rasa puas kepada pengunjung dengan
berbagai fasilitas, pelayanan penunjang dan infrastruktur yang disediakan oleh tempat
wisata Baturaden. Walaupun disamping itu, tetap harus diadakannya pengembangan objek
wisata Baturraden untuk membuat pengunjung merasa sangat puas ketika melakukan
kegiatan wisata di objek wisata Baturraden.
47
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka dibuat rekomendasi dari segi kualitas pelayanan dan
kepuasan wisatawan di destinasi wisata Baturaden sebagai berikut:
48
(halaman “DAFTAR PUSTAKA” harus berada di halaman ganjil, tercetak di sisi kanan.
Apabila bab 5 berakhir di halaman ganjil, maka halaman genap berikutnya dikosongkan)
49
DAFTAR PUSTAKA
Apriliyanti, E. (2020). Pengaruh daya tarik wisata, citra destinasi dan sarana wisata terhadap
kepuasan wisatawan citra niaga sebagai pusat cerminan budaya khas kota
samarinda. JURNAL MANAJEMEN, 12(1).
Diwangkara, N. K., Sari, S. R., & Rukayah, R. S. (2020). Pengembangan Pariwisata Baturraden.
Jurnal Arsitektur: ARCADE, 4(2).
dkk, L. P. (2010). Reformasi Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan, dan Implementasi). Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Semarang:
Badan Penerbit : Badan Penerbit .
Hudiono, R. (2022). Pengaruh Jenis Kelamin dan Usia terhadap Kecenderungan Berwisata
Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Manajemen Perhotelan dan Pariwisata, 5(2), 126.
Martono, N. (2010). Metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis data sekunder.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Martono, N. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder.
Jakarta: Rajawali Pers.
50
Saputra, E. (2020). Pengaruh Gaya Kognitif Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis
Melalui Analisis Koefisien Determinasi dan Uji Regresi. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, 4(2).
Suliyanto. (2018). Metode Penelitian Bisnis untuk Skripsi,Tesis dan Disertasi. Yogyakarta:
Andi Ofset ( Anggota IKAPI ).
Suryasih, I. A. (2019). Wisatawan Paruh Waktu : Identifikasi Perilaku dan Motivasi Berwisata
Mahasiswa Asing yang Menempuh Semester Pendek di Universitas Udayana. Jurnal
JUMPA, 6(1).
51