Saham perusahaan yang masuk blue chip merupakan perusahaan yang diakui secara
nasional, mapan, dan sehat secara keuangan. Perusahaan masuk kategori blue chip biasanya
menjual produk dan layanan berkualitas tinggi yang diterima secara luas. Perusahaan tersebut
juga tahan terhadap penurunan dan beroperasi dengan menguntungkan meski hadapi kondisi
ekonomi yang buruk. Adapun istilah “blue chip” pertama kali digunakan untuk
Saat itu, seorang karyawan di Dow Jones, Oliver Gingold mengamati perdagangan saham
tertentu dengan harga USD 200 atau lebih per saham. Ia menggunakan frasa tersebut untuk
pertama kali ketika berdiri di samping ticker perusahaan yang akhirnya menjadi Merril Lynch.
Setelah mengamati beberapa saham yang diperdagangkan dengan harga USD 200-USD 250 per
saham dan lebih tinggi, ia melaporkan kepada Lucien Hooper dari Hutton and Company, dan
dia akan kembali ke kantor sehingga dapat menulis mengenai saham blue chip ini. Dari
Gingold, istilah saham blue chip menjadi terkenal hingga sekarang. Istilah blue chip tersebut
berasal dari arena permainan poker, seorang pemain poker bertaruh dengan warna biru, putih
dan merah. Kepingan biru memiliki nilai lebih dari pada kepingan merah dan putih.
Saat ini, saham blue chip tidak selalu mengacu pada saham dengan label harga tinggi
tetapi lebih berkualitas tinggi dan bertahan dalam ujian waktu. Di Amerika Serikat (AS),
saham blue chip umumnya merupakan komponen dari indeks saham acuan seperti indeks Dow
Jones Industrial Average, S&P 500, Nasdaq. Selain itu, masuk indeks saham TSX-60 di
Kanada, dan indeks FTSE di Inggris Raya. Biasanya perusahaan masuk blue chip termasuk
masuk saham blue chip berarti mencatat kinerja terbaik di sektornya. Kategori perusahaan
terbaik di sektornya tersebut, menurut Hans dilihat dari fundamental kinerja keuangan,
menguasai pangsa pasar, mencatatkan aset besar, dan kinerja perusahaan bertumbuh.
Hans mengatakan, saham blue chip ini berbeda dengan saham LQ45. Hans menuturkan,
saham LQ45 termasuk 45 saham yang dilihat dari likuiditasnya dalam enam bulan terakhir.
“Saham LQ45 likuiditas paling tinggi, ada 45 saham biasanya terbaik di sektornya.
Saham blue chip bisa masuk LQ45. Namun, saham LQ45 belum tentu masuk saham blue chip
karena tidak semua saham likuid itu berkinerja baik,” ujar dia. Ia menambahkan, pergerakan
saham blue chip juga lebih stabil dan menjadi pilihan institusi besar. Hal ini berbeda dengan
Hans mencontohkan kalau di Indonesia, saham yang termasuk saham blue chip antara
lain ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT
Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Unilever Indonesia Tbk
(UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Hans menambahkan, saham blue chip ini cocok bagi investor untuk jangka panjang
dengan rentang waktu lebih dari tiga tahun. Hal ini lantaran lebih aman karena mencerminkan
fundamental perusahaan.
Berikut ini paparan tentang saham blue chip 2020 hingga 2021, baik yang tergolong
Indonesia. Bank ini juga tergolong salah satu bank terbaik dengan jaringan paling luas serta
Perusahaan perbankan ini dikelola dengan efektif dan efisien sehingga memiliki ROA
atau Return on Asset yang paling tinggi bila dibandingkan dengan bank lain. Inilah yang
membuat saham BCA memiliki volume 11.378.100 lembar saham dengan harga terakhir Rp
31.950.
Di tahun 2020, Bank BCA membagikan dividen final pembukuan 2019 sebesar Rp 455
per lembar saham. Sebelumnya BEI telah membayar dividen interim sebesar Rp 100 per saham
pada Desember 2019. Jadi total dividen yang diberikan BCA sebanyak Rp 555 per saham.
Fundamental yang baik dan kokoh, membuat saham BCA termasuk dalam daftar saham
Saham blue chip lain yang diminati oleh banyak investor adalah saham Bank BRI atau
BBRI. Saham BBRI memiliki performa yang baik serta tergolong aktif dalam perdagangan bursa
efek.
Saham ini memiliki kapitalisasi pasar yang fantastis sebesar Rp 372,35 triliun per 31
Maret 2020. Bahkan jumlah saham BRI yang beredar di market mencapai 123.345.810.000.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja saham BRI adalah adanya komitmen yang
kuat untuk terus memberikan kredit pada usaha kecil seperti UMKM. BRI juga sering melakukan
stock split yang bertujuan untuk menarik minat masyarakat terhadap saham ini.
Kinerja saham blue chip BRI yang bersemangat dan hebat berasal dari komitmen yang
baik untuk terus memberikan pinjaman kredit kepada UMKM. Fundamental saham BRI sangat
baik dan konsisten sehingga layak masuk dalam jajaran saham blue chip.
Unilever – UNVR
sudah dikenal dan digunakan oleh masyarakat. Unilever memiliki ROE 100 persen sejak 2014
dan mencapai 14 persen pada tahun 2018. Profit dari Unilever sendiri mencapai Rp 9 triliun pada
tahun 2018 lalu. Dengan tingginya ROE tersebut membuktikan bahwa Unilever mampu
menghasilkan laba secara rutin yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham.
Saham Unilever sendiri tidak memiliki hutang bank karena telah memiliki pendapatan
yang sangat besar dibandingkan dengan aset perusahaan. Kondisi ini menunjukkan efisiensi
perusahaan dalam menjalankan bisnis. Itulah sebabnya mengapa saham Unilever tergolong
saham blue chip yang memiliki fundamental baik dan cocok untuk dijadikan investasi jangka
panjang.
konsistensi tinggi dalam memperoleh laba bersih dari tahun ke tahun. Meskipun kondisi ekonomi
sedang tak pasti, kondisi saham Telkom cenderung stabil dan tidak anjlok.
ROE Telkom terus bertumbuh sebesar 22,03 persen serta rutin membagikan dividen
kepada pemegang saham setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, dividen
heran jika saham Telkom cenderung diburu oleh investor lantaran memiliki nilai yang tidak
Saham perusahaan produsen mie instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tergolong
Pertumbuhan penghasilan perusahaan terus tumbuh secara konsisten dari tahun ke tahun.
Perusahaan ini mampu menghasilkan laba dengan ROE hingga 21 persen dan ROA sebesar 13,7
persen. Angka ini tergolong sangat jauh diatas rata-rata saham perusahaan produsen makanan di
bursa.
Saham ICBP tergolong saham blue chip yang aman untuk diinvestasikan karena memiliki
pertumbuhan baik serta memiliki nama atau brand yang terbukti berkualitas. Saham ini juga
Bank Mandiri cenderung stabil karena mampu menyeimbangkan pertumbuhan kredit dan
laba bersih. Selain itu, Bank Mandiri juga memiliki performa jangka panjang yang return-nya
stabil sehingga cocok diinvestasikan dalam jangka panjang. Hal ini juga sejalan dengan posisi
Perusahaan Gas Negara merupakan perusahaan BUMN milik Indonesia yang bergerak di
bidang transportasi dan distribusi gas bumi. Perusahaan ini berperan dalam pemenuhan gas bumi
domestik.
Saham Perusahaan Gas Negara atau PGAS termasuk saham blue chip yang layak
dikoleksi karena memiliki peluang yang bagus. Performa PGAS secara keseluruhan sangat prima
Harga per lembar saham PGAS saat ini mencapai Rp 1.215 yang artinya naik drastis dari
harga di tahun 2019 lalu yang masih dibanderol dengan Rp 605 per lembar sahamnya. Hal ini
menunjukkan bahwa saham PGAS merupakan saham blue chip yang cocok dijadikan investasi.
Saham dari PT Astra International Tbk juga tergolong saham blue chip. Perusahaan ini
tercatat memiliki 6 lini bisnis seperti otomotif, jasa keuangan, teknologi informasi, alat berat,
infrastruktur, dan juga logistik. Dengan dukungan beberapa anak perusahaan Astra yang
bergerak di bidang perakitan dan distribusi mobil, penjualan alat berat, pertambangan,
perkebunan dan teknologi informasi, perusahaan ini tergolong mapan dan berkuasa di Indonesia.
Itulah sebabnya saham dari Astra layak untuk dikoleksi karena memiliki potensi capital
gain yang tinggi, Terlebih di masa pandemi seperti ini, saat harga saham jatuh, saham Astra bisa
dibeli dengan harga yang murah. Nantinya dalam jangka waktu panjang, saham blue chip ini
Saham blue chip lain yang layak untuk dimiliki adalah saham dari PT Bank BNI atau
BBNI. PT Bank BNI merupakan salah satu perbankan milik BUMN yang telah memiliki nama di
Indonesia. PT Bank BNI didirikan pada tahun 1946 yang pada saat itu fokus pada korporasi,
ritel, dan konsumen. Perusahaan ini juga memiliki anak perusahaan yang bergerak di bidang
BEI mencatatakan bahwa saham BBNI memimpin daftar saham teraktif yang paling
diincar oleh investor asing. Total pembelian saham oleh investor asing atas BBNI mencapai 8,25
Masa pandemi COVID-19 membuat beberapa saham blue chip mengalami koreksi harga
yang signifikan dari harga normal. Namun para pakar mengatakan bahwa masa sekarang
merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi karena jika kondisi sudah normal, harga saham
BBNI akan mengalami pemulihan. Untuk itulah saham BBNI cocok untuk diinvestasikan dalam
jangka panjang.
United Tractors Tbk – UNTR
United Tractors merupakan perusahaan distributor alat berat ternama dan terbesar di
Indonesia. Perusahaan ini bergerak di berbagai bidang usaha seperti mesin konstruksi, kontraktor
pertambangan, pertambangan emas dan batu bara, konstruksi sipil, dan industri.
Berbagai produk ternama seperti Komatsu, Tadano, Bomag, dan UD Trucks merupakan
produk yang didistribusikan oleh United Tractors. Hingga saat ini United Tractors memiliki 183
tutuk layanan di seluruh Indonesia yang meliputi 20 kantor cabang, 35 site support, serta 25
kantor perwakilan.
Laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan ini mencapai Rp 7,2 triliun dengan
pendapatan Rp 75,1 triliun pada akhir Juni 2020 lalu. Dengan kondisi tersebut, saham UNTR
Aneka Tambang atau Antam merupakan perusahaan milik BUMN Indonesia yang aktif
bergerak di bidang eksplorasi, penambangan. pengolahan dan juga pemasaran sumber daya
mineral. Antam memiliki komoditas utama yang diperdagangkan seperti biji nikel, feronikel,
emas, perak, serta bauksit. Perusahaan ini juga memiliki jasa utama yaitu pengolahan serta
Saham Antam merupakan saham blue chip yang telah diperdagangkan hingga 202,97 juta
lembar saham. Nilai transaksinya mencapai Rp 172,30 miliar. Meskipun harga saham ini sempat
naik turun dan bergejolak karena kondisi ekonomi yang kurang stabil, namun pergerakan saham
Saham perusahaan lain yang tergolong saham blue chip adalah saham dari PT Gudang
Garam Tbk. PT Gudang Garam Tbk merupakan perusahaan rokok ternama di Indonesia yang
sudah berdiri sejak tahun 1958. Produk rokok dari Gudang Garam sudah sangat terkenal baik di
Kinerja saham dari Gudang Garam diprediksi akan meningkat tahun depan dan tahun-
tahun berikutnya. Hal ini sejalan dengan penjualan rokok pada kuartal II di tahun 2020 tetap
Pendapatan Gudang Garam hanya turun 0,6 persen saja, mengalahkan HM Sampoerna
yang turun 21,8 persen secara year on year. Dari segi valuasi, Gudang Garam juga cukup atraktif
Mirae Asset Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk saham emiten rokok GGRM.
Analis Sinarmas Sekuritas Andrianto Saputra dalam studinya pada 3 Agustus 2020
memproduksi dan mendistribusikan rokok kretek yang sudah diterima dan dikenal baik oleh
masyarakat. Produk andalannya yang sangat legendaris adalah Dji Sam Soe.
perusahaan rokok internasional terkemuka dengan produk andalan Marlboro. Karena tergolong
mapan, saham dari Sampoerna tergolong saham blue chip yang memiliki capital gain ketika
dijadikan investasi jangka panjang.
ini. Banyak investor yang juga percaya bahwa nilai saham ini akan kembali pulih bahkan
PT Mayora Indah atau biasa dikenal dengan Mayora merupakan perusahaan makanan dan
minuman atau consumer goods yang didirikan pada tahun 1977. Perusahaan ini sudah diakui
sebagai produsen produk makanan dan minuman ringan terkenal yang produknya dapat diterima
pasar. Mayora telah diakui keberadaannya dengan munculnya produk-produk terkenal di dunia,
Saham dari PT Mayora memang sempat jatuh bangun di tahun ini, meskipun demikian
kemapanan perusahaan membuat saham Mayora termasuk dalam kelompok saham blue chip.
Meskipun demikian, di tahun 2021 mendatang saham Mayora digadang-gadang akan mengalami
Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih bergerak di dalam rentang
konsolidasinya pada perdagangan hari Senin (5/7/2021). Pada pekan lalu, IHSG ditutup pada
level 6.023,008, naik 0,01 persen dari 6.022,399 pada pekan sebelumnya. Kenaikan ini terjadi di
tengah pemberlakuan PPKM Darurat. Adapun pada perdagangan Jumat (2/7/2021), IHSG
ditutup naik 17,05 poin atau 0,28 persen menjadi 6.023,01. Sepanjang sesi, indeks bergerak di
rentang 6.014,87-6.043,43. Jelang PPKM Darurat CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William
menggeser rentang konsolidasinya ke arah yang lebih baik. Namun, William mengatakan
investor jangka pendek, menengah maupun panjang. William memperkirakan IHSG akan
bergerak dalam kisaran 5.913-6.123 hari ini. 13:35 WIB Awal Sesi II, IHSG melemah 0,48
persen Indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 0,48 persen atau 29 poin ke level
5.994,01 pada awal sesi II. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 5.988,47-
6.036,98. 11:33 WIB Akhir sesi I, IHSG melemah 0,52 persen Indeks harga saham gabungan
(IHSG) melemah 0,52 persen atau 31,37 poin ke level 5.991,64 pada akhir sesi I. Sebanyak 197
saham menguat, 281 saham melemah, dan 156 saham lainnya stagnan. 11:13 WIB IHSG
melemah 0,44 persen Indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 0,44 persen atau 26,49
poin ke level 5.996,52 pada puku. 11.13 WIB. Sebanyak 197 saham menguat, 270 saham
melemah, dan 167 saham lainnya stagnan. 10:12 WIB IHSG berbalik melemah Indeks harga
saham gabungan (IHSG) terpantau berbalik melemah 0,1 persen atau 6,24 poin ke level
6.016,77. Sebanyak 226 saham menguat, 218 saham melemah, dan 175 saham lainnya stagnan.
08:58 WIB IHSG dibuka menguat tipis Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka menguat
tipis 0,02 persen atau 1,16 poin ke level 6.024,17. Sebanyak 23 saham menguat, 4 saham
Indeks bursa Wall Street mencapai level tertinggi baru pada Jumat (2/7), dengan indeks
S&P ditutup menguat 7 hari berturut-turut, setelah data pekerjaan Amerika Serikat di bulan Juni
Tiga indeks utama Wall Street yakni S&P, Dow dan Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi.
Rekor tersebut merupakan rekor penutupan terpanjang berturut-turut sejak Juni 1997.
Jumat (2/7), indeks Dow Jones Industrial Average naik 152,82 poin atau 0,44% menjadi
34.786,35, indeks S&P 500 menguat 32,4 poin atau 0,75% ke 4.352,34. Sementara, indeks