Anda di halaman 1dari 9

Identifikasi Masalah

1. Besarnya pelaporan laba yang tinggi pada perusahaan yang di jadikan sampel, mengindikasikan
adanya tindakan financial fraud.
2. Tindakan manajemen laba dengan motif menaikan laba pada pelaporan keuangan
mengindikasikan bahwa masih terdapat trade-off antara pelaporan keuangan dan pajak, artinya
perusahaan bersedia untuk membayar pajak lebih dengan melaporkan book income yang lebih
tinggi demi mendapatkan reputasi yang baik dari stakeholder.
3. Perusahaan tidak selalu menghadapi trade-off dalam melakukan pelaporan keuangan dan pajak.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin besarnya book-tax difference atau selisih antara laba di
laporan keuangan dengan pendapatan kena pajak
4. Besarnya book-tax difference mampu mengindikasikan terjadinya pajak agresif dan pelaporan
keuangan agresif secara bersamaan.

Latar Belakang Masalah

Bertindak sebagai rumah tangga produsen, perusahaan berperan sangat penting bagi suatu
negara. Bagaimana tidak? kontribusinya sangat besar terhadap kemajuan pembangunan nasional dan
perkembangan perekonomian suatu negara, terutama di negara Indonesia. Hal demikian dapat dilihat
dari besarnya penerimaan negara dari sektor perpajakan. Dikutip dari kemenkeu.go.id (25 November
2020) pada data APBN2019 menunjukan bahwa sebesar 1.786,4T adalah pendapatan negara yang
bersumber dari penerimaan pajak atau setara dengan 82,5% dan sebesar 378,7 T adalah pendapatan
negara yang bersumber dari Pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dan hibah atau setara dengan
17,5% dari total pendapatan negara Indonesia tahun 2019 sebesar 2.165,1 T. Informasi tersebut
memberikan kesimpulan bahwa sektor pajak merupakan penyumbang terbesar kas negara dan
penerimaan terbesar pajak di Indonesia adalah bersumber dari pajak penghasilan badan (PPh Badan).

Dalam perekonomian, perusahaan merupakan tempat terjadinya kegiatan produksi baik barang
dan atau jasa, serta merupakan tempat berkumpulnya faktor produksi seperti SDM (sumber daya
manusia) sebagai tenaga kerja dan SDA (sumber daya alam) sebagai bahan baku. Adanya pelaksanaan
kegiatan produksi serta penyerapan faktor produksi menjadikan masyarakat memiliki sumber
penghasilan dan mampu melakukan transaksi ekonomi untuk memenuhi baik kebutuhan primer,
sekunder maupun tersiernya. Oleh sebab itu, secara tidak langsung perusahaan telah mendongkrak
kelancaran siklus perekonomian suatu negara.

Jika dilihat dari peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public Offering) di
BEI (Bursa Efek Indonesia) pada setiap tahunnya, pada era globalisasi ini perusahaan di Indonesia
mengalami perkembangan yang sangat pesat, utamanya di pasar modal. Kenapa demikian? dengan
adanya BEI, para perusahaan di Indonesia sangat terbantu dalam memperoleh bantuan modal. Sebagai
sumber kekuatan utama bagi setiap perusahaan, modal sangat diperlukan diantaranya untuk
meningkatkan produktivitas. Menghadapi kerasnya persaingan pasar global, J23 (20.. h ) menuturkan
perusahaan harus meningkatkan performanya tidak hanya pada kwalitas produk, akan tetapi harus
mampu mengelola keuangannya dengan tepat guna. Maka, keputusan-keputusan ekonomi yang dibuat
oleh manajemen perusahaan harus dapat menjamin keberlangsungan hidup perusahaan serta
memberikan kesejahteraan bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Menurut BEI, pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan
sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Itu artinya, pasar modal sebagai perantara bagi pihak yang
memiliki kelebihan dana baik masyarakat secara perorangan maupun suatu badan usaha dengan pihak
yang membutuhkan dana seperti perusahaan, dengan menjadi bagian dari pemegang saham. Dengan
memperoleh suntikan dana dari investor dan atau kreditor melalui penawaran ekuiti (saham) dan atau
surat utang (obligasi) atau instrumen derivatif lainnya, diharapkan dapat membantu memperbaiki
kondisi suatu perusahaan, sehingga pengelola perusahaan mampu mencapai performa yang maksimal
sesuai dengan target yang diharapkan. Dikutip dari idx.co.id (25 November 2020) bahwa sampai dengan
saat ini BEI telah mencatat anggota sebayak 712 perusahaan go public dan memiliki 35 Indeks Saham.
Indeks LQ45 adalah satu dari 35 Indeks Saham di BEI. Indeks LQ45 mulai aktif pada bulan Februari tahun
1997 dan melengkapi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setelah peluncuran Indeks Sektor (10
Sektor) pada bulan Januari tahun 1996. Menurut BEI, Indeks LQ45 adalah Indeks Saham yang terdiri dari
45 perusahaan yang memiliki transaksi saham paling likuid. Keunggulan dari Indeks LQ45 adalah saham-
saham dari 45 perusahaan ini ramai dan mudah diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia, karena
perusahaan yang terindeks LQ45 memiliki saham dengan likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar dan
didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Adapun kriteria likuiditas yang digunakan dalam
menyeleksi saham yang menjadi konstituen LQ45 yaitu: termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan
kapitalisasi pasar tertinggi dalam 12 bulan terakhir; termasuk dalam 60 perusahaan teratas dengan nilai
transaksi tertinggi di pasar reguler dalam 12 bulan terakhir; telah tercatat di Bursa Efek Indonesia
selama minimal 3 bulan; memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang
tinggi; serta mengalami penambahan bobot free float menjadi 100% yang sebelumnya hanya 60% dalam
porsi penilaian. Perlu dicatat, bahwa Indeks LQ45 dihitung atau dievaluasi setiap enam bulan oleh Divisi
Riset Bursa Efek Indonesia. Untuk melengkapi uraian di atas, peneliti merangkum nama-nama
perusahaan yang konsisten tercatat sebagai anggota Indeks LQ45 selama periode penelitian tahun 2015-
2019 sebagai berikut:

No Kode Saham Nama Emiten


1 ADRO PT Adaro Energy Tbk. [S] (Coal Mining)
2 AKRA PT AKR Corporindo Tbk. [S] (Wholesale (Durable & Non-Durable Goods)
3 ASII PT Astra International Tbk. [S] (Automotive And Components)
4 BBCA PT Bank Central Asia Tbk. (Bank)
5 BBNI PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (Bank)
6 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (Bank)
7 BBTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (Bank)
8 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (Bank)
9 BSDE PT Bumi Serpong Damai Tbk. [S] (Property And Real Estate)
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk. (Tobacco Manufacturer)
11 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (Food And Beverages)
12 INCO PT Vale Indonesia Tbk. (Metal And Mineral Mining)
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. [S] (Food And Beverages)
14 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [S] (Cement)
15 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk. [S] (Toll Road, Airport, Harbor And Allied Products)
16 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. [S] (Pharmaceuticals)
17 LPPF PT Matahari Department Store Tbk. [S] (Retail Trade)
18 MNCN PT Media Nusantara Citra Tbk. [S] (Advertising, Printing And Media)
19 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. [S] (Coal Mining)
20 PTPP PT PP (Persero) Tbk. [S] (Building Construction)
21 SCMA PT Surya Citra Media Tbk. [S] (Advertising, Printing And Media)
22 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. [S] (Cement)
23 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. [S] (ANTM)
24 UNTR PT United Tractors Tbk. [S] (Wholesale (Durable & Non-Durable Goods)
25 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. [S] (Cosmetics And Household)
26 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. [S] (Building Construction)
27 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (Building Construction)

Sumber: www.idx.go.id (Data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, informasi yang ingin disampaikan oleh peneliti adalah dari hasil
evaluasi setiap enam bulan sekali oleh divisi riset BEI, hanya terdapat 27 perusahaan yang mampu
konsisten menghuni indeks LQ45 selama periode penelitian yaitu tahun 2015-2019. Daftar nama-nama
perusahaan di atas terdiri dari kombinasi berbagai sektor industri seperti industri manufaktur,
telekomunikasi, perdagangan, pertambangan juga bidang konstruksi dan bangunan. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa 27 perusahaan yang terdiri dari berbagai industri tersebut di atas merupakan
perusahaan-perusahaan unggulan dipasar modal karena berhasil menunjukan kinerja yang sangat baik.
Pencapaian tersebut adalah bukti dari keberhasilan pihak pengelola perusahaan. Sebab, manajemen
yang baik adalah kinerjanya dapat membawa keberhasilan bagi perusahaan, sehingga perusahaan
mampu memenangkan persaingan dan menjadi lebih unggul. Keunggulan tersebut ialah perusahaan
memiliki nilai perusahaan yang tinggi, karena perusahaan-perusahaan terindeks LQ45 didukung oleh
faktor-faktor sebagaimana disampaikan oleh pihak BEI yakni, memiliki kondisi keuangan, prospek
pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi. Selain itu, kapitalisasi pasar yang besar membuktikan
bahwa perusahaan terindeks LQ45 merupakan primadona bagi para investor, karena perusahaan
memiliki fundamental yang sangat baik, sehingga para investor merasa lebih aman dan lebih tertarik
untuk menanamkan modalnya pada perusahaan-perusahaan tersebut (analisis.co.id, 26 november
2020).

(masuk ke konflik 1) paragraf ini berfokus pada kepentingan pemegang saham

Dalam mekanisme pasar modal, pihak-pihak yang memiliki kewenangan terhadap perusahaan
terpisah antara pengelola dan pemilik. Pemilik yaitu pemegang saham atau principal dan pengelola yaitu
manajemen atau agent. Principal mengangkat dan mempekerjakan agent untuk melakukan tugas sesuai
dengan kepentingan principal. Oleh sebab itu, pihak manajemen diberi wewenang untuk mengelola
kegiatan operasional serta memimpin pengambilan keputusan ekonomi perusahaan. Motif utama
pelaku usaha mendirikan suatu perusahaan adalah ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya dari kegiatan bisnisnya. Sama halnya dengan pelaku bisnis investasi, pemegang saham ingin
memperoleh keuntungan yang besar dari penanaman modalnya pada tingkat pengembalian saham atau
dividen serta peningkatan nilai pasar sahamnya ketika saham yang dimilikinya akan dijual kembali (Buku
creative Acc, 20..). J5 (2019) menyebutkan, manajemen perusahaan adalah pihak utama yang
bertanggungjawab atas kegiatan operasional perusahaan, maka kinerjanya dituntut agar dapat
menghasilkan laba yang maksimal bagi perusahaan. Buku Creative Accounting (20.. h ) juga
menambahkan bahwa secara moral tanggung jawab manajemen adalah meningkatkan kekayaan
pemegang saham sebagaimana dalam konsep teori keagenan yang dijelaskannya.

(mulai masuk konflik 2) paragraf ini berfokus pada kepentingan manajemen atas bonus)

Sebagai entitas publik, perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI wajib menyampaikan


laporan keuangannya untuk diketahui publik, khususnya masyarakat pemodal. Berdasarkan UU No. 8
Thn. 1995 Tentang Pasar Modal, mendefinisikan Prinsip Keterbukaan sebagai suatu pedoman umum
yang mewajibkan Emiten dan Perusahaan Publik atau Pihak lain yang disebutkan agar mengungkapkan
seluruh Informasi Material yang dapat berpengaruh pada keputusan pemodal atau investor terhadap
Efek dimaksud dan/atau harga dari Efek tersebut kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) maupun kepada
masyarakat dan merupakan unsur penting yang harus dilakukan agar tidak terdapat kesenjangan
informasi yang berpotensi merugikan investor. Pelaporan keuangan oleh emiten atau perusahaan publik
dilakukan secara berkala yaitu secara tahunan dan tengah tahunan, sebagaimana tercantum pada
Ketentuan Peraturan Nomor X.K.2 yang terlampir pada hasil Keputusan Ketua Bapepam No.
KEP-36/PM/2003 yang telah diganti dengan Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-346/BL/2011
Tentang Penyampaian Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, serta pelaporan keuangan
memuat komponen lengkap yang meliputi: laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Berdasarkan tujuannya, penerbitan laporan keuangan bermaksud untuk memberi informasi mengenai
kondisi ekonomi perusahaan serta pencapaian kinerja keuangannya. Fokus utama pelaporan keuangan
adalah informasi mengenai kinerja perusahaan yang diberikan oleh ukuran laba dan komponen-
komponennya (pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian) (Hery, 2015 h 34 dalam J1, 2019). J2
(2018) dalam penelitiannya berpendapat bahwa dalam dunia bisnis, laporan keuangan digunakan
sebagai alat komunikasi antara pihak internal dengan para pemangku kepentingan perusahaan yang
mengacu pada dua hal utama yaitu konsep pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Selain itu,
hutapea (2009) melengkapi penyataan tersebut yaitu penyusunan laporan keuangan oleh manajemen
adalah sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban atas kinerjanya di perusahaan tersebut kepada
stakeholder yang dimilikinya. Laba perusahaan merupakan komponen pada laporan keuangan yang
dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja perusahaan serta merupakan bagian yang
sangat diperhatikan oleh para pengguna laporan keuangan (Hutapea 2009 dalam J.AP-ALK 20.. h ).
Hubungan manajer dan pemegang saham diatur dalam kontrak bisnis dan pada dasarnya pemegang
saham yang memiliki hak atas perusahaan, hanya menginginkan peningkatan terhadap kekayaan yang
dimilikinya. Sebagai upaya untuk mewujudkan keinginannya, pemegang saham bersedia memberikan
sejumlah bonus atau insentif yang jumlahnya bersifat tetap dan rutin kepada manajer sebagai timbal
balik atas evaluasi kinerjanya dalam memimpin pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. selain itu,
pemegang saham juga menjanjikan jumlah bonus yang lebih besar kepada manajer apabila kinerjanya
mampu mencapai area pencapaian bonus yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Salah satu yang
dijadikan tolok ukur penilaiannya adalah pencapaian laba perusahaan (buku Cacc, 20..). J8 (2017) dan J5
(2019) juga memberikan pendapat yang sama bahwa salah satu kegunaan laba khususnya bagi
pemegang saham adalah digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pemberian bonus untuk
manajer. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan operasional perusahaan adalah
tanggungjawab utama pihak manajemen yang hasilnya dimuat dalam bentuk laporan keuangan dan
harus disampaikan secara berkala kepada Babepam, pemegang saham maupun untuk diketahui oleh
masyarakat umum, serta sesuai kontrak bisnis diantara agent dan principal, manajemen akan
memperoleh bonus atas evaluasi kinerjanya dan laba adalah sebagai dasar pengukurannya. Melihat
adanya peluang yang akan menguntungkan pihaknya, manajer akan bertindak oportunis memanfaatkan
segala celah yang dapat disesuaikan dengan inovasi bisnis untuk memaksimalkan kepentingannya.
Kondisi ini semakin diperkuat oleh posisi manajer sebagai pelaksana operasional perusahaan memiliki
informasi internal lebih banyak dibandingkan dengan pemegang saham. Maka pihak manajemen akan
lebih leluasa untuk melakukan intervensi terhadap penyusunan laporan keuangan perusahaan. Adanya
respon pasar yang lebih tertarik terhadap pelaporan laba yang besar serta kebijakan pemberian bonus
oleh pemegang saham, dapat mendorong perusahaan untuk melaporkan keuangan yang agresiv melalui
tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.

(masuk ke konflik 3) fleksibilitas akuntansi dimanfaatkan sebagai celah untuk mewujudkan


kepentingan manajemen dan perusahaan.

Sebagaimana ditetapkan oleh DSAK IAI (Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia), penyusunan
laporan keuangan ialah berpedoman pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi keuangan), tujuan
utama yang ingin dicapai adalah agar informasi keuangan dapat difahami secara general oleh pengguna
laporan keuangan. J4 (2019) di dalam penelitiannya berpendapat bahwa PSAK memberikan keleluasaan
serta fleksibilitas kepada manajemen untuk memilih dan menentukan prinsip atau asumsi akuntansi. Hal
demikian yang menyebabkan adanya celah bagi manajemen untuk melakukan kebijakan akuntansi
tertentu yang dapat menaikkan atau menurunkan laba sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari
manajemen agar laporan keuangan terlihat menarik bagi para pengguna laporan keuangan. Perilaku
manajemen sebagaimana diuraikan di atas dikenal dengan istilah manajemen laba. hbb

Manajemen laba ialah istilah populer dari teknik akuntansi kreatif. Akuntansi kreatif ialah teknik
menyusun laporan keuangan yang memanfaatkan kebijakan akuntansi sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Praktik akuntansi kreatif berbeda dari praktik akuntansi yang biasa digunakan, karena
penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor kepentingan sehingga nilai yang tersaji
pada laporan keuangan tidak 100% objektif atau nilai laba merupakan subjektivitas “imajinasi” dari
penyusunnya (buku Cacc, 20..). Disamping itu, manajemen laba dapat didefinisikan dengan beberapa
sudut pandang, diantaranya: dilihat dari prosesnya, manajemen laba yaitu upaya untuk mengubah,
menyembunyikan, dan merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dan mempermainkan metode
dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan (Sulityanto, 2008 dalam J8 2018). Sedangkan jika
dilihat dari tujuannya, manajemen laba yaitu aktivitas badan usaha untuk memanfaatkan teknik dan
kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan (Sulistiawan, 2003 dalam buku Cacc, 20..).
Secara garis besar, tindakan manajemen laba dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi nilai laba
pada laporan keuangan dengan berbagai pola penyajian laba. Scott (1997) merangkum pola umum yang
banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, yaitu pola taking a bath, pola Income minimization,
pola income maximization, dan pola income smoothing.

Saat ini manajemen laba telah menjadi suatu fenomena umum yang terjadi di sejumlah
perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri

Dalam kaitannya dengan pasar modal, suatu perusahaan sering melakukan penyusunan laporan
keuangan yang agresiv. Seperti yang dikemukakan oleh Anjay (20.. h ) yaitu …………,. Dapat disimpulkan
bahwa penyusunan laporan keuangan yang agresiv adalah ditujukan untuk mementingkan kepentingan
sebelah pihak, bukan untuk kepentingan publik. Akibatnya, informasi yang dituangkan pada laporan
keuangan tersebut merupaka hasil imajinasi penyusunnya. Jika informasi tersebut digunakan, maka akan
berdampak pada pengambilan keputusan yang salah yang pada akhirnya dapat merugikan para
pengguna laporan keuangan. Ceu santi (20.. h ) dalam penelitiannya, mengemukakan agresivitas laporan
keuangan dapat dilakukan dengan earnings management. Melengkapi pernyataan tersebut, Mang sandi
(20.. h ) juga mengemukakan motif earnings management dapat dilakukan dengan empat cara yakni:
taking a bath, income minimization, income maximization serta income smoothing.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh mang ukon (20.. h ), tindakan earnings manajemen
dibuktikan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif, analisis kuantitatif ialah…….,. sedangkan analisis
kuantitatif merupakan proses mendeteksi tindakan earning management menggunakan salah satu
metode empiris pada laporan keuangan. Selain itu, kang jamal (20.. h ) dalam penelitiannya
mengemukakan deteksi earnings management dapat di buktikan secara langsung maupun tidak
langsung. Pembuktian langsung adalah dengan adanya corporate income restatement. Sedangkan
deteksi earnings management dengan bukti tidak langsung adalah menggunakan metode empiris pada
laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini deteksi management laba adalah
menggunakan metode empiris dan pembuktian secara tidak langsung berdasarkan yang dikemukakan
oleh mang mang ukon dan kang jamal.

Terdapat beberapa metode empiris yang digunakan sebagai proksi earning management, salah
satunya adalah Modified jones model oleh khatari (2005) dalam mang sukri. MJM dianggap sebagai
proksi lebih tepat oleh peneliti, karena agresivitas pelaporan keuangan menggunakan earnings
management memanfaatkan celah akuntansi yang menggunakan basis akrual. Sehingga besar total
discretionary accruals setelah dikurangi dengan non discretionary accruals dapat merepleksikan tingkat
besarnya tindakan earning management oleh pihak manager perusahaan. Berikut ini adalah data
mengenai DA pada perusahaan yang dijadikan sebagai sampel penelitian:

Tabel 1.1

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian
memiliki angka DA yang besar, menurut ceu titin (20.. h ), angka DA yang besar menunjukan probabilitas
perusahaan melakukan ML. pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian ceu cicih (20.. h )
yakni ………,.

Pada penelitian yang dilakukan oleh J.PA-LKA (20.. h ), salah satu upaya yang dilakukan dalam
manajemen laba teruma motif peningkatan laba adalah pengendalian beban perusahaan, dimana salah
satunya adalah pajak. pajak merupakan komponen biaya yang materialitas bagi perusahaan, sehingga
pajak dianggap dapat mengurangi laba yang akan diperoleh perusahaan. menurut UU perpajakan
besarnya tarif pajak penghasilan badan (PPh Badan) ialah laba dikali tarif pajak efektif. Selain itu, ceu
cicih (20.. h) juga menjelaskan bahwa pajak merupakan pemindahan kekayaan perusahaan kepada
negara maka secara tidak langsung besarnya pajak yang dibayar kepada negara, secara tidak langsung
akan mengurangi tingkat pengembalian yang akan diterima oleh pemegang saham. Selain demikian,
target laba akan sukar untuk dicapai karena terganggu dengan pemabayaran pajak kepada negara.
Aspek-aspek demikian akan mendorong timbulnya pelaporan pajak yang agresiv.
Sebagai seorang wajib pajak badan yang diatur oleh undang-undang berkewajiban membayar
beban pajak atas penghasilannya Uup/xxx/2131. Dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, negara
memberikan wewenang kepada Wajib pajak badan untuk melakukan sendiri penghitungan dan
pelaporan perpajakannyakepada negara, hal ini sesuai dengan isi yang terkandung dalam Prinsip self
Assesment sistem pada UUPajak KUP. Wewenang untuk memenuhi perpajakannya sendiri kepada
negara dapat dgunakan oleh wajib pajak badan untuk melakukan manajemen pajak dengan baik.
Manajemen pajak atau perencanaan pajak adalah mengatur pajak untuk meminimalkan beban pajak
yang harus dibayar perusahaan kepada negara. Menurut perspektif kepatuhan, perencanaan pajak
dilakukan adalah dengan tujuan agar wajib pajak dapat melakukan kewajiban pajaknya dengan efisien
serta untuk menghindari sanksi perpajakan. Dengan wewenang sebagai mana dalam self assesment
system, perusahaan dapat merencanakan pajaknya yang pada intinya untuk menghindari kerugian yg
lebih besar atas pembayaran pajak, dengan tetap memperhatikan UU perpajakan yg berlaku di
Indonesia.

Selain dari pada menyusun laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban publik, perusahaan
juga diharuskan untuk menyusun laporan pajak sebagai pertanggungjawaban kewajiban perpajakannya.
Dalam UU Pajak, Pajak merupakan iuran wajib kepada negara bersifat memaksa. Dasar perhitungan
pajak adalah laba kena pajak.

Berdasarkan prinsip self assesment didalam UU KUP, memperbolehkan manajemen menyususn sendiri
laporan pajak untuk kewajiban perpajakannya.

Pada umumnya laporan keuangan komersial atau untuk keperluan bisnis menggunakan basis akrual,
dimana pendapatan dicatat pada saat terjadi penjualan meskipun kas belum diterima, sedangkan biaya
dicatat pada saat biaya tersebut dipakai atau digunakan, meskipun belum mengeluarkan kas. Hal ini
dianggap lebih mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Sebab, pencatatan
dilakukan saat terjadinya transaksi, bukan saat kas diterima atau dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai