Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur yaitu perusahaan yang kegiatanya mengelola

bahan, baik bahan mentah ataupun setengah mentah untuk menjadi produk jadi

yang dapat dikonsumsi oleh konsumen nantinya. Dalam pengoperasional

perusahaan manufaktur mempunyai standar operasional yang bertujuan untuk

mengurangi jumlah dari kerusakan pada permbuattan produk nantinya.

Industri manufaktur juga terus mengalami perkembangan. Nilai

Manufacturing Value Added pada industri manufaktur di Indonesiaa berada pada

posisi paling tinggi diantara negara ASEAN dengan pencapaiannya sebesar 4,5%.

Sedangkan secara global atau seluruh dunia, industri manufaktur Indonesia berada

pada peringkat ke 9 dari seluruh negara di dunia. Menurut Airlangga, salah satu

alasan kenapa bisa industri manufaktur diindonesia menjadi yang terbesar dan

tertinggi di ASEAN hal itu karena sistem perekonomian di Indonesesia termasuk

didalam kelompok one trillion dollar club yang jelas berbeda dengan negara

ASEAN lainnya (Badan Koordinasi Penanaman Modal, diakses pada 3 Agustus

2020)

Menteri Perindustrian yaitu Agus Gumiwang Kartasasmita sangat optimis

bahwa Indonesia bisa meningkatkan kinerja perusahaan manufaktur pada angka

42
43

4,80% hingga 5,30%. Dengan target tersebut, pemerintah juga ikut mendorong

dan menjamin ketersediaan bahan baku supaya aktivitas produksi perusahaaan

manufaktur terus berlanjutt serta dapat menciptakan iklim usaha yang terus

kondisuf.

Sektor industri manufaktur di Indonesia juga dikembangkan di negara

ASEAN lainnya. Hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional dan

meningkatkan daya saing secara domestik, regional dan global. Selain itu,

kekuatan pada pasar dalam negeri mencapai persentase sebesar 80% dan sisanya

adalah pasar ekspor yang mendukung majunya sektor ini.

Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa omnibus law mampu

menyederhanakan kendala regulasi yang sangat berbelit-belit dan berkepanjangan.

Dengan adanya peraturan ini nanti, pemerintah meyakini bahwa ekosistem

investasi dan daya saing Indonesia bisa memperkuat perekonomian secara

nasional, khususnya dalam bidang manufaktur. Ade Sudrajat juga menyatakan

jikla free trade agreement dengan Uni Eropa akan segera rampung dan menjadi

target positif bagi peningkatan ekspor manufaktur secara nasional.

(www.talenta.com, diakses pada 17 Juli 2020).

4.1.1 Indeks LQ 45

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah bursa hasil dari penggabungan antara

Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas

operasional dan transaksi, sehingga pemerintah memutuskan untuk

menggabungkan Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai pasar saham dan Bursa Efek
44

Surabaya (BES) sebagai pasar obligasi dan derivatif. Penggabungan bursa ini

mulai beroperasi sejak 1 desember 2007.

Dalam berinvestasii ada dua faktor yang penting untuk diperimbangkan

oleh investor diantaranya tingkat risk atau resiko dan return atau pengembalian.

Dua faktor ini merupakan hal yang sangat berlawanan, karena investor tentunya

menyukai return yang tinggi tetapi tidak begitu menyukai resiko yang tinggi.

Untuk meminimalisir resiko dan memaksimumkan return, maka perlu untuk

mempelajari dan menentukan kombinasi saham yang paling efisien terhadap

sekumpulan saham untuk mengoptimalkan keuntungan yang diharapkan akan

berkaitan dengan pencapaian tujuan investasi sehingga perlunya dibentuk

portofolio.

Bursa Efek Indonesia membentuk portofolio dengan tujuan untuk

meminimalisir resiko juga untuk meminimumkann saham, karena tujuan dari

pembentukannya portofolio adalah untuk mengurangi resiko dengan cara

sejumlah dana ditempatkan pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi

negatif agar dana dapat menghasilkan pengembalian yang maksimalm dengan

tingkat resiko tertentu.

Dalam pembuatan portofolia faktor yang menjadi pertimbangan adalah

memilih saham-saham yang memiliki pengaruh besar pada Indeks Harga Sama

Gabungan (IHSG) yaitu saham yang aktif diperdagangan dan banyak diburu

investor. Saham tersebut yaitu saham yang masuk dalam indeks LQ 45.

Saham yang terdaftar di Indeks LQ 45 adalah saham-saham yang

cenderung memiliki kestabilan karena saham-saham tersebut termasuk saham


45

yang liquid yang berarti mudah untuk diperjualbelikan. Sehingga portofolio yang

dihasilkan dapat menunjukkan hasil trade off yang optimal antara return dan

resiko.

Indeks LQ 45 dikenalkan pada tanggal 13 juli 1994 dengan nilai dasar 100.

LQ 45 merupakan kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling liquid dan juga

memiliki nilai kapitalisasi yang besar. Indeks LQ 45 memiliki 45 saham yang

dipilih atas dasar likuiditas perdagangan sahamnya dan juga disesuaikan setiap

enam bulan sekali (setiap awal februari dan agustus). Yang membuat saham yang

terdaftar di indeks LQ 45 selalu mengalami berubah apabila saham yang ada

sudah tidak masuk kedalam kriteria maka akan digantikan dengan saham lain

yang memenuhi klasifikasih. Berikut kriteria-kriteria yang menjadi penentu suatu

emiten dapat dimasukkan kedalam perhitungan indeks LQ 45: (Tjiptono, 2001:

95-96).

a. Kriteria pertama

1) Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan berdasarkan nilai transaksi

saham dipasar reguler.

2) Berada di top 90% dari rata-rata tahunan keptalisasi pasar.

b. Kriteria kedua

1) Masuk kedalam urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi

industri BEJ sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.

2) Masuk kedalam urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang dipilih berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan
46

kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi

kriteria dan melewati seleksi utama, sebagai berikut:

a. Masuk dalam peringkat 60 besar dari total transaksi sahamnya dipasar reguler

(rata-rata menggunakan nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)

b. Peringkat berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12

bulan terakhir)

c. Tercatata di BEI paling lambat 3 bulannan

d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan, frekuensi dan

jumlah hari perdagangan transaksinya di pasar reguler.

Adapun faktor-faktor yang berperan dalam pergerakan indeks LQ 45,

adalah sebagai berikut:

a. Tingkat suku bunga pada SBI menjadi patokan pertofolio investasi di pasar

uang Indonesia

b. Tingkat toleransi investor terhada resiko

c. Saham penggerak indeks yang notabenenya adalah saham berkapitalisasi di

BEJ.
47

4.2 Perusahaan Yang Dijadikan Sampel

Adapun daftar nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel,

sebagai berikut:

Tabel 4.1
Jumlah Sampel Perusahaan

NO Kode Perusahaan
1 ASII Astra International Tbk.
2 GGRM Gudang Garam Tbk.
3 HMSP HM Sampoerna Tbk.
4 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
5 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
6 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
7 KLBF Kalbe Farma Tbk.
8 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.
9 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk.
10 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2020

4.2.1 Astra International Tbk

Astra International Tbk yang nama awalnya adalah Astra International Inc

berdiri sejak tahun 1957. Sampai saat ini Astra Internationel Tbk sudah memiliki

212 anak perusahaan dan terdiversifikasi pada 7 segmen usaha yaitu otomotif, jasa

keuangan, agribisnis, alat berat dan pertambangan, teknologi informasi serta

infrastruktur dan logistik.

Dalam bidang otomotif produknya adalah Toyota, Daihatsu, Isuzi, UD

Trucks, Peugeot, BMY, Honda, AstraWolrd, dan PT. Astra Otoparts Tbk. Dalam

bidang jasa keuangan produknya adalah PT.Astra Sedaya Finance, PT Toyota

Astra Financial Services, PT Federal International Finance, PT Surya Artha

Nusantara Finance, PT Komatsu Astra Finance, PT Asuransi Astra Buana, PT

Astra Aviva Life, Pt Bank Permata tbk dan PT Astra Welab Digital Arta. Dalam
48

bidang alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi produknya adalah PT

United Tractors Tbk, PT Traktor Nusantara, PT Pamapersada Nusantara, PT Tuah

Turangga Agung, PT Agincourt Resources, PT Acset Indonusa Tbk dan PT

Bhumi Jati Power. Dalam bidang agrabisnis produknya adalahnya PT Astra Agro

Lestari Tbk, PT Tanjung Sarana Lestari, PT Kreasjaya Adhikarya, PT Tanjung

Bina Lestarai, Astra-KLK Pte. Ltd dan PT Agro Menara Rachmat. Dalam bidang

infrastruktur dan logistik produknya adalah PT Astra Tol Nusantara, PT Astra

Nusa Perdana, PT Serasi Autoraya, PT Marga Mandalasakti, PT Marga Trans

Nusantara, PT Marga Harjaya Infrastruktur, PT Trans Marga Janteng, PT Trans

Bumi Serbaraja, PT Lintas Marga Sedaya dan PT Pelabuhan Penajam Banua

Taka. Dalam bidang teknologi informasi produknya adalah PT Astra Graphia

Tbk, PT Astragraphia Xprints Indonesia, dan PT Astra Graphia Informatika

Technology. Dalam bidang property produknya adalah PT Menara Astra, PT

Brahmayasa Bahtera, PT Samadista Karya, PT Astra Land Indonesia, dan PT

Astra Modern Land.

Berikut adalah susunan pengurus dan informasi PT Astra International

Tbk:

Presiden komisaris : Budi Setiadharma

Presiden direktur : Prijono Sugiarto

Bidang usaha utama : Perdagangan umum

Alamat kantor : Menara Astra, Jl Jendral Sudirman kav 5-6, Jakarta

Website : www.astra.co.id
49

4.2.2 Gudang Garam Tbk

Gudang Garam merupakan produsen rokok kretek terkemuka yang identik

dengan Indonesia, dimana perusahaan ini merupakan salah satu sentra utama

perdagangan rempah di dunia. Perusahaan ini didirikan sejak tahun 1958 di

Kediri, Jawa Timur oleh Surya Wonowidjojo.

Adapun produk-produk dari Gudang Garam Tbk meliputi klobot,

sriwedari, djaja, gudang garam serles, gudang garam signature mild, merah serles,

surya serles, GG move, surya pro mild dan GG mild. Berikut adalah susunan

pengurus dan informasi Gudang Garam Tbk Tbk:

Presiden komisaris : Juni Setiawati Wonowidjojo

Presiden direktur : Suliso Wonomidjojo

Bidang usaha utama : Industri rokok

Alamat kantor : Jl Jend. A Yani No. 75-79, Jakarta

Website : www.gudanggaramtbk.com

4.2.3 HM Sampoerna Tbk

HM Sampoerna Tbk didirikan sejak tahun 1913 yang merupakan

perusahaan tembakau terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini merupakan anak

perusahaan dari PT Philip Morris Indonesia (PMID) dan afiliasi dari Philip Morris

International Inc.(PMI) yang merupakan perusahaan internesional yang terkemuka

di dunia.

Adapun produk-produk dari HM Sampoerna Tbk meliputi Dji Sam Soe,

sampoerna kretek, sampoerna A, Sampoerna U dan marlboro. Berikut adalah

susunan pengurus dan informasi HM Sampoerna Tbk:


50

Presiden komisaris : John Gledhill

Presiden direktur : Mindaugas Trumpaitis

Bidang usaha utama : Industri rokok

Alamat kantor : One Pacific, Sudirman Central Business Distric (SCBD)

lantai 18, Jl Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta

Website : www.sampoerna.com

4.2.4 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk berdiri sejak tahun 1982. Perusahaan

ini merupakan salah satu perusahaan terkemuka di sektor produk bermerek

konsumen. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk bergerak dalam berbagai kategori

bisnis mulai dari mie instan, susu, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi

dan makanan khusus, dan minuman. Selain itu, perusahaan ini juga

mengoperasikan bisnis pengemasan, memproduksi kemasan yang fleksibel dan

bergelombang untuk mendukung bisnis utamanya. Operasi produksi perusahaan

ini didukung lebih dari 60 pabrik yang berlokasi di area utama di seluruh

Indonesia, serta hadir di lebih dari 60 negara di dunia.

Adapun produk-produk dari Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dalam

kategori mie instan meliputi indomie, supermi, sarimi, pop mie, sakura dan mi

telur cap 3 ayam. Pada kategori susu meliputi indomilk, cap enak, tiga sapi,

kremer, mentega anggrek, indoeskrim, milkuat dan good to go indomilk. Pada

kategori makanan ringan meliputi chitato, qtela, terletak, doritos, chiki, cheetos,

jetz, trenz, wonderland dan dueto. Pada kategori penyedap makanan meliputi

sambal indofood, bumbu spesial indofood, bumbu racik, indofood freiss dan
51

kecap indofood. Pada kategori nutri dan makanan khusus meliputi promina, sun,

govit sagon cereal dan gowell. Pada kategori minuman meliputi ichi ocha, club,

fruitamin cocobit, dan indofood freiss.

Berikut adalah susunan pengurus dan informasi Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk:

Presiden komisaris : Franciscus Welirang

Presiden direktur : Anthoni Salim

Bidang usaha utama : Industri produk makanan bermerek

Alamat kantor : Sudirman Plaza, Menara Indofood Lt 23, Jl Jend

Sudirman Kav 76-78, Jakarta

Website : www.indofoodcbp.com

4.2.5 Indofood Sukses Makmur Tbk

Indofood Sukses Makmur Tbk berdiri sejak tahun 1990 dengan nama PT

Panganjaya Intikusuma yang membetuk perusahaan patungan dengan Seven-Up

Netherlands B.V yang merupakan perusahaan afiliasi PepsiCo Inc. untuk

memasuki industri makanan ringan. Pada tahun 1994 perusahaan ini berganti

nama menjadi Indofood Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk

memiliki lima kelompok usaha yang saling melengkapi satu sama lain yaitu

produk konsumen bermerek (CBP), bongasari, agribisnis, distribusi, budidaya dan

pengolahan sayuran.

Adapun produk-produk Indofood Sukses Makmur Tbk pada kategori mie

meliputi indomie, supermie, sarimi, sakura, mie pop, dan mie telur cap 3 ayam.

Pada kategori susu meliputi indomilk, cap enak, tiga sapi, kremer, mentega
52

anggrek, indoeskrim, milkuat, dan good to go indomilk. Pada kategori makanan

ringan meliputi chitato, qtela, jetz, cheetos, chiki, lays, doritos, trenz, dueto, dan

wonderland. Pada kategori penyedap makanan meliputi sambal indofood, sambal

rumahan, kecap manis indofood, bumbu spesial indofood, dan indofood bumbu

racik. Pada kategori nutrisi dan makanan khusus meliputi promina, sun, govit

sagon cereai, dan gowell. Pada kategori minuman meliputi ichi ocha, club,

fruitamin cocobit, dan indofood freiss. Pada kategori tepung meliputi cakra

kembar, segitiga biru, kunci biru, lencana merah, dan taj mahal. Pada kategori

pasta meliputila fonte. Pada kategori minyak dan lemak yang dapat dimakan

meliputi bimoli, bimoli spesial, delima, happy soya iol, palmia multiguna

margarin, palmia butter margarine, palmia cooking margarine, dan amanda.

Berikut adalah susunan pengurus dan informasi Indofood Sukses Makmur

Tbk:

Presiden komisaris : Manuel V. Pangilinan

Presiden direktur : Anthoni Welirang

Bidang usaha utama : Industri food and beverages

Alamat kantor : Sudirman Plaza, Indofood Tower lt. 27, Jl Jend. Sudirman

Kav 76-78, Jakarta

Website : www.indofood.com

4.2.6 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berdiri sejak agustus 1975. Perusahaan

ini didirikan melalui penggabungan 6 perusahaan semen yang pada sata itu

memiliki delapan pabrik. Kegiatan usaha utama Indocement Tunggal Prakarsa


53

Tbk meliputi manufaktur semen dan bahan bangunan, penambangan, konstruksi

dan perdagangan.

Adapun produk-produk dari Indocement Tunggal Prakarsa Tbk meliputi

semen komposit portland (PCC) tiga roda, semen portland biasa (OP) tiga roda,

semen sumur minyak (OWC) tiga roda, semen putih tiga roda, acian putih TR-30

tiga roda, beton siap-pakai, dan agregat. Berikut adalah susunan pengurus

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk:

Presiden komisaris : Kevin Gluskie

Presiden direktur : Chistian Kartawijaya

Bidang usaha utama : Produsen semen

Alamat kantor : Wisma Indocement Lantai 13, Jl Jend. Sudirman Kav 70-

71, Jakarta

Website : www.indocement.co.id

4.2.7 Kalbe Farma Tbk

Kalbe Farma Tbk didirikan sejak tahun 1966. Perusahaan ini telah

berkembang dari operasi yang awalnya sederhana yang dimulai dari garasi

kemudian menjadi perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia. Kalbe Farma Tbk

telah memperluas kepentingan bisnisnya menjadi penyedia solusi perawatan

kesehatan yang terintegrasi melalui empat devisi bisnis yaitu devisi obat, devisi

kesehatan konsumen, devisi nutrisi dan devisi distribusi dan logistik. Di pasar

Internasional, Kalbe Farma Tbk telah menetapkan jejaknya di beberapa negara

yang ada di ASEAN seperti Nigeria dan Afrika Selatan.


54

Adapun produk-produk dari Kalbe Farma Tbk pada devisi nutrisi meliputi

fitchips, blackmores, extra joss shake, hydro coco dan zee. Pada devisi produk

kesehatan meliputi komix herbal. Pada devisi obat meliputi generic drugs, hemapo

dan herzemab. Berikut adalah susunan pengurus Kalbe Farma Tbk:

Presiden komisaris : Bernadette Ruth Irawati Setaidy

Presiden direktur : Vidjongtius

Bidang usaha utama : Farmasi

Alamat kantor : Gedung Kalbe Let. Jend Suprato Kav 4, Jakarta

Website : www.kalbe.co.id

4.2.8 Semen Indonesia (Persero) Tbk

Semen Indonesia (Persero) Tbk didirikan sejak tanggal 7 agustus 1957.

Semen Indonesia (Persero) Tbk sebelumnya bernama PT. Semen Gresik (Persero)

Tbk yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen. Pada

tanggal 8 juli 1991 saham semen Gresik tercatata di Bursa Efek Jakarta dan Bursa

Efek Surabaya (yang kini menjadi Bursa Efek Indonesia) serta merupakan BUMN

pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat.

Adapun produk-produk dari Semen Indonesia (Persero) Tbk meliputi

semen portland tipe I, semen portland tipe II, semen portland tipe V, special

blended cement (SBC), dan portland slag cement. Berikut adalah susunan

pengurus Semen Indonesia (Persero) Tbk:

Presiden komisaris : Rudiantara

Presiden direktur : Hendi Prio Santoso

Bidang usaha utama : Produsen Semen


55

Alamat kantor : Menara South Quarter A, Lt 19-20, Jl R.A Kartini Kav 8,

Jakarta Selatan

Website : www.sig.did

4.2.9 Sri Rejeki Isman Tbk

Sri Rejeki Isman Tbk berdiri sejak tahun 1966 yang didirikan oleh H.M

Lukminto sebagai perusahaan tradisional yang berada di pasar Klewer, Solo. Pada

tahun 1968 Sri Rejeki Isman Tbk berhasil membuka pabrik cetak pertamanya

yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo. Saat ini Sri Rejeki Isman

Tbk merupakan produsen tekstil-garmen yang terintegrasi dengan 18 ribu

karyawan yang mengkonsentrasikan sebagian besar operasinya berada dilahan

seluas 79 hektar di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sri Rejeki Isman Tbk memiliki

empat lini produksi mulai dari pemintalan, penenunan, pencetakan, pencelupan

dan garmen.

Adapun produk-produk dari Sri Rejeki Isman Tbk meliputi benang, kain

mentah, kain jadi dan pakaian jadi. Berikut adalah susunan pengurus Sri Rejeki

Isman Tbk:

Presiden komisaris : Hajah Susyana Lukminto

Presiden direktur : Iwan Setiawan Lukminto

Bidang usaha utama : Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Terpadu

Alamat kantor : Jl K.H Samanhudi 88 Jetis, Sukoharjo, Jawa Tengah

Website : www.sritex.co.id
56

4.2.10 Unilever Indonesia Tbk

Unilever Indonesia Tbk berdiri sejak tanggal 5 desember 1933 dengan

nama awal Lever’s Zeepfabrieken N.V yang berlokasi di daerah Angke, Jakarta

Utara. Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan fast moving

costumer goods (FMCG) yang terkemuka di Indonesia. Unilever Indonesia Tbk

mulai go public pada tahun 1982 dan sampai sekarang sahamnya masih terus aktif

diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Unilever Indonesia Tbk

mencakup produk bidang foods & refreshment, home care dan personal care.

Adapun produk-produk dari Unilever Indonesia Tbk pada bidang foods &

refreshment meliputi bango, buavita, cornetto, feast, jawar, lipton, magnum,

paddlepop, royco, seru, sariwangi, wall’s taste joy dan hellman’s. Pada bidang

home care meliputi cif, domestos, molto, rinso, sunlight, super pel, vixal dan

wipol. Pada bidang personal care meliputi axe, citra, clear, closeup, dove, fair and

lovely, hijabfresh, koreaglow, lakme, lifeboy, lux, nameera, pepsodent, pond’s,

rexona, sunsilk, tresemme, vaseline, zwitsal dan love beauty and planet.

Berikut adalah susunan pengurus Unilever Indonesia Tbk:

Presiden komisaris : Maurits DR Lalisang

Presiden direktur : Hermant Bakshi

Bidang usaha utama : Barang konsumen yang bergerak cepat

Alamat kantor : Graha Unilever BSG Green Office Park Kav 3, jl BSD

Boulevard Barat, BSD City Tangerang

Website : www.unilever.com
57

4.3 Variabel Penelitian


4.3.1 Kepemilikan Manajerial

Tabel 4.2
Rata-Rata Kepemilikan Manajerial Di Perusahaan Yang Dijadikan
Sampel

Rata-
Tahun
No Kode Perusahaan Rata
2014 2015 2016 2017 2018
Astra
0,0049 0,0049 0,0049
1 ASII International 0,00491 0,00496 0,00492
1 1 1
Tbk.
GGR Gudang 0,0672 0,0672 0,0672
2 0,06728 0,06728 0,06728
M Garam Tbk. 8 8 8
HM
3 HMSP Sampoerna  0 0 0 0 0 0
Tbk.
Indofood
CBP Sukses
4 ICBP  0 0 0 0 0 0
Makmur
Tbk.
Indofood
Sukses 0,0001 0,0001 0,0001
5 INDF 0,00016 0,00016 0,00016
Makmur 6 6 6
Tbk.
Indocement
Tunggal
6 INTP 0 0 0 0 0 0
Prakarsa
Tbk.
Kalbe Farma 0,0008 0,0008 0,0008
7 KLBF 0,00080 0,00080 0,00080
Tbk. 0 0 0
Semen
Indonesia 5,9006 5,9006 5,9691
8 SMGR 5,90068 5,90068 5,91437
(Persero) 8 8 4
Tbk.
Sri Rejeki
9 SRIL 0 0 0 0 0 0
Isman Tbk.
Unilever
10 UNVR Indonesia 0 0 0 0 0 0
Tbk.
Sumber: Data Yang Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 menjelaskan bahwa dari 10 perusahaan manufaktur

periode 2014-2018 yang dijadikan sampel rata-rata kepemilikan saham


58

manajerialnya masih kurang dengan rata-rata nilai 0 hal itu menunjukan bahwa

kepemilikan yang ada diperusahan-perusahan diatas lebih banyak dimiliki oleh

kepemilikan diluar manajerial seperti kepemilikan institusi, kepemilikan asing dan

kepemilikan publik. Dan perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan saham

manajerial yang paling tinggi berada pada perusahaan Semen Indonesia (Persero)

Tbk dengan rata-rata nilai 5,9.

4.3.2 Kepemilikan Institusional

Tabel 4.3
Rata-Rata Kepemilikan Institusi Di Perusahaan Yang Dijadikan Sampel

Tahun Rata-
No Kode Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2018 Rata
Astra International 9,99 9,99 9,99
1 ASII 9,999 9,999 9,999
Tbk. 9 9 9
Gudang Garam 7,55 7,55 7,55
2 GGRM 7,554 7,554 7,554
Tbk. 4 4 4
HM Sampoerna 0,92 0,92 0,92
3 HMSP 0,925 0,925 0,925
Tbk. 5 5 5
Indofood CBP
0,80 0,80 0,80
4 ICBP Sukses Makmur 0,805 0,805 0,805
5 5 5
Tbk.
Indofood Sukses 0,50 0,50 0,50
5 INDF 0,500 0,500 0,500
Makmur Tbk. 0 0 0
Indocement
0,51 0,51 0,51
6 INTP Tunggal Prakarsa 0,510 0,510 0,510
0 0 0
Tbk.
0,56 0,56 0,56
7 KLBF Kalbe Farma Tbk. 0,569 0,569 0,569
9 9 9
Semen Indonesia 0,51 0,51 0,51
8 SMGR 0,510 0,510 0,511
(Persero) Tbk. 0 0 5
Sri Rejeki Isman 0,66 0,66 0,60
9 SRIL 0,660 0,603 0,637
Tbk. 0 0 0
Unilever Indonesia 9,88 9,88 9,88
10 UNVR 9,885 9,885 9,885
Tbk. 5 5 5
Sumber: Data Yang Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 menjelaskan bahwa dari 10 perusahaan manufaktur

periode 2014-2018 yang dijadikan sampel rata-rata kepemilikan institusionalnya


59

cukup diperhitungkan. Rata-rata kepemilikan saham institusional paling tinggi

berada pada perusahaan Astra International Tbk dengan nilai rata-rata 9,999 hal

itu menunjukan bahwa perusahaan Astra International Tbk kepemilikan saham

terbanyak dimiliki institusi lebih utamanya institusi asing yang memiliki hampir

semua saham pada perusahaan tersebut. Sedangkan rata-rata kepemilikan saham

institusional paling rendah berada pada perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk

dengan nilai rata-rata 0,500 hal itu menunjukan cukup rendahnya saham yang

dimiliki oleh perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk diantara perusahaan

lainnya dikarenakan sahamnya lebih banyak dimiliki oleh pihak publik.

4.3.3 Nilai Perusahaan

Tabel 4.4
Rata-Rata Nilai Perusahaan Di Perusahaan Yang Dijadikan Sampel

Tahun Rata-
No Kode Perusahaan
2014 2015 2016 2017 2018 Rata
Astra International
1 ASII 2,60 1,92 2,54 2,15 1,79 2,20
Tbk.
Gudang Garam
2 GGRM 3,66 2,78 3,27 4,04 3,28 3,41
Tbk.
HM Sampoerna 27,3 13,6 14,5 16,1
3 HMSP 16,11 17,55
Tbk. 5 6 1 3
Indofood CBP
4 ICBP Sukses Makmur 5,26 4,79 5,61 5,11 4,93 5,14
Tbk.
Indofood Sukses
5 INDF 1,45 1,05 1,55 1,43 1,18 1,33
Makmur Tbk.
Indocement
6 INTP Tunggal Prakarsa 3,96 3,44 2,23 3,29 2,33 3,05
Tbk.
7 KLBF Kalbe Farma Tbk. 9,30 5,66 6,01 5,97 4,34 6,26
Semen Indonesia
8 SMGR 4,09 2,46 1,91 1,93 1,47 2,37
(Persero) Tbk.
Sri Rejeki Isman
9 SRIL 1,19 1,89 1,07 1,30 1,00 1,29
Tbk.
Unilever Indonesia 45,0 58,4 46,6 82,4
10 UNVR 65,64 59,69
Tbk. 3 8 7 4
Sumber: Data Yang Diolah, 2020
60

Berdasarkan tabel 4.4 menjelaskan bahwa dari 10 perusahaan manufaktur

periode 2014-2018 yang dijadikan sampel rata-rata nilai perusahaan paling tinggi

berada pada perusahaan Unilever Indonesia Tbk dengan nilai rata-rata 59,69 hal

itu menunjukan bahwa harga saham dan jumlah saham yang beredar pada

perusahaan unilever Indonesia Tbk terbilang tinggi dan banyak yang terus

meningkat dibanding perusahaan lain. Sedangkan rata-rata nilai perusahaan paling

rendah berada pada perusahaan Sri Rejeki Isman Tbk dengan nilai rata-rata 1,29

hal itu dikarenakan harga saham pada perusahaan sri rejeki isman tbk rendah dan

jumlah saham yang beredar sedikit.

4.4 Analisis Statistik Deskriptif


Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui informasi tentang

karakteristik sampel yang digunakan dalam sebuah penelitian agar lebih mudah

dipahami (Muchson, 2017: 7). Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini

menggunakan nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi pada variabel

dependent yaitu nilai perusahaan dan variabel independent yaitu kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional. Adapun hasil pengujian statistik

deskriptif, sebagai berikut:

Tabel 4.5
Hasil Uji Statistik Deskriptif

Sumber: Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2020


61

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.5 dari 10 perusahaan yang

menjadi sampel dalam penelitian ini pada periode 2014-2018 menujukkan bahwa:

a. Nilai perusahaan (NP)

Nilai minimum pada variabel nilai perusahaan sebesar 1,00, nilai maximum

sebesar 82,44, nilai rata-rata (maen) sebesar 10,2290, dengan standar deviasi

(std.deviation) sebesar 17,90814.

b. Kepemilikan manajerial (KM)

Nilai minimum pada variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,00, nilai

maximum sebesar 10,00, nilai rata-rata (maen) sebesar 3,1388, dengan

standar deviasi (std.deviation) sebesar 4,02812.

c. Kepemilikan institusional (KI)

Nilai minimum pada variabel kepemilikan institusional sebesar 0,00, nilai

maximum sebesar 0,07, nilai rata-rata (maen) sebesar 0,0073, dengan standar

deviasi (std.deviation) sebesar 0,02025.

4.5 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi klasik adalah analisis yang dilakukan untuk menilai apakah di

dalam sebuah model regresi linear Ordinary Least Square (OLS) terdapat

masalah-masalah asumsi klasik. Asumsi klasik juga merupakan syarat-syarat yang

harus dipenuhi pada model regresi linear Ordinary Least Square (OLS) agar

model tersebut menjadi valid sebagai alat penduga. Regresi Ordinary Least

Square (OLS) meliputi regresi linear sederhana dan regresi linear berganda. Uji

asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji

autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji multikolinieritas.


62

4.5.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-

Smirnov. Adapun hasil yang telah diolah oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6
Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

Sumber: Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.6 pada pengujian normalitas menggunakan uji

kolmogorov-Smirnov hasil statistik non-parametrik menunjukkan nilai Asymp.

Sig (2-tailed) sebesar 0,171 > 0,05 yang berarti data dalam penelitian ini

terdistribusi normal.

4.5.2 Uji Autokorelasi

Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat autokorelasi.

Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson

(DW). Adapun hasil yang telah diolah oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7
Hasil Uji Durbin Watson (DW)

Sumber: Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2020


63

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,701 dengan

tingkat signifikansi 0,05. Jumlah sampel (n) = 50, jumlah variabel independen (k

= 2), nilai dL (batas bawah) = 1,5035, nilai dU (batas atas) = 1,5849. Oleh karena

itu, nilai dU < DW < 4-dU atau 1,5849 < 1,701 < 2,4151. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

4.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan grafik

scatterplot. Adapun hasil yang telah diolah oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Gambar 4.8
Hasil Uji Scatterplot

Sumber: Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan gambar 4.8 menunjukkan bahwa data yang tersebar diatas

dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak terdapat adanya pola yang jelas

pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas

pada model regresi.


64

4.5.4. Uji Multikolinieritas

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10.

Adapun hasil yang telah diolah oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber: Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai tolerance dari kedua

variabel > 0,10 dan VIF dari kedua variabel < 10. Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada kedua variabel bebas dalam penelitian

ini. Berdasarkan syarat uji asumsi klasik regresi linear, bahwa model regresi linear

yang baik adalah yang terbebas dari adanya multikolinieritas. Dengan demikian,

berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka model dalam penelitian

ini terbebas dari adanya multikolinieritas.

4.6 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mencari nilai pengaruh

variabel independen yaitu kepemilikan manajerial (X1) dan Kepemilikan

Institusional (X2) terhadap variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan (Y) dengan

tingkat kepercayaan 95% atau signifikan 5% (alpha:0,05). Adapun hasil yang

telah diolah oleh peneliti adalah sebagai berikut:


65

Tabel 4.10

Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

memiliki nilai koefisien regresi sebesar (-0,411) bernilai negatif yang artinya

variabel kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan.

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

institusional memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,655 bernilai positif yang

artinya variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

4.7 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh atau kekuatan dari variabel independen yaitu kepemilikan manajerial

(X1) dan Kepemilikan Institusional (X2) terhadap variabel dependen yaitu Nilai

Perusahaan (Y). Adapun hasil yang telah diolah oleh peneliti adalah sebagai

berikut:
66

Tabel 4.11
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Sumber: Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dianalisis bahwa nilai R hitung sebesar 0,614

dan nilai koefisien determinasi atau R Square adalah sebesar 0,377 atau sama

dengan 37,7 %. Artinya, pengaruh variabel kepemilikan manajerial (X1) dan

variabel kepemilikan institusional (X2) terhadap nilai perusahaan (Y) sebesar

0,377 atau 37,7 %. Sedangkan sisanya (100% - 37,7% = 62,3 %) dipengaruhi oleh

variabel lain diluar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.

4.8 Uji Hipotesis

Diketahui hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:

1: Diduga Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan

Secara Parsial.

2: Diduga Kepemilikan Institusional Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan

Secara Parsial.

3: Diduga Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan institusional Berpengaruh

Terhadap Nilai Perusahaan Secara Simultan.

Untuk menjawab hipotesis dalam peneletian ini maka dilakukan uji parsial dan

uji simultan
67

4.8.1. Uji Hipotesis Secara Parsial

Uji parsial digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual (parsial) dalam menjelaskan variabel dependen. Uji

parsial dilakukan dengan menggunakan tabel coefficients sebagai berikut:

Tabel 4.12
Coefficients

Sumber: Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

memiliki nilai koefisien regresi sebesar (-0,411) bernilai negatif dan memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 yang artinya variabel kepemilikan

manajerial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hal tersebut berarti menerima hipotesis pertama :

Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan Secara

Parsial.

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

institusional memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,655 bernilai positif dan

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang artinya variabel kepemilikan

institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal

tersebut berarti menerima hipotesi kedua:

Kepemilikan Institusional Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan Secara

Parsial.
68

4.8.2. Uji Hipotesis Secara Simultan

Uji hipotesis secara simultan dapat dilakukan dengan menggunakan tabel

anova sebagai berikut :

Tabel 4.13
Anova

Sumber: Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2020

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai Sig hitung sebesar 0,000.

Karena nilai sig hitung lebih kecil dari 0,05 atau 0,000 < 0,05 maka model regresi

dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan atau dapat dikatakan kedua

variabel bebas yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional secara

bersama-sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut berarti

menerima hipotesis ketiga:

Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Berpengaruh

Terhadap Nilai Perusahaan Secara Simultan.

4.9 Pembahasan
4.9.1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis secara parsial (uji t), diperoleh

nilai signifikansi variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,002 yang artinya nilai

tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0,05.

Dengan nilai koefisien regresi bernilai negatif sebesar (-0,411). Dapat


69

disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahaan, sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anandhayu Mahatma

(2014) menyatakan Kepemilikan Manajerial menunjukkan pengaruh negatif

terhadap nilai perusahaan yang terdapat pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yang kemungkinan

besar sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan struktur kepemilikan manajerial

dan nilai perusahaan adalah hubungan non-monotonik. Hubungan non monotonik

antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan disebabkan oleh insentif yang

dimiliki oleh manajer sehingga mereka cenderung mencoba melakukan

paralelisasi kepentingan dengan pemilik luar dengan cara-cara meningkatkan

kepemilikan saham mereka ketika nilai perusahaan berasal dari peningkatan

investasi. Hasil pengujian hipotesis ini secara keseluruhan menunjukkan masih

adanya masalah keagenan di perusahaan manufaktur di Indonesia sejauh ini. Salah

satu penyebab masalah keagenan dapat terjadi jika proporsi kepemilikan saham

oleh manajemen kurang dari seratus persen. Dalam keadaan ini, manajer

cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri dan tidak

memaksimalkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan

(Jensen dan Meckling, 1976). Hasil pengujian menunjukkan adanya pengaruh

negatif dan tidak signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan menunjukkan masalah keagenan sehingga kepemilikan manajerial

terhadap mekanisme corporate governance mampu menjadi dalam upaya


70

meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, level independen dan profesionalisme

komisaris independen tidak cukup baik.

Wahyu Budianto dan Payamta (2014), dimana hasil penelitiannya

menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan, hal itu menunjukan pasar bereaksi secara negatif atas kepemilikan

manajerial yang besar dalam perusahaan.. Begitupun dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dwi Sukirni (2012), dimana hasil penelitiannya menyatakan

bahwa Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif secara signifikan terhadap

nilai perusahaan,.

Yuniati, Raharjo, Oemar (2016) menyatakan bahwa struktur kepemilikan

saham adalah proporsi kepemilikan manajemen, institusional, dan kepemilikan

publik, dan struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi

konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Hubungan struktur

kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan merupakan hubungan non-

monotonik. Hubungan non-monotonik timbul karena adanya insentif yang dimiliki

manajer dan mereka berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan

pemegang saham dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai

perusahaan terus meningkat (Iturriaga dan Sanz, 2001:199). Downes dan

Goddman (2000:16) menyatakan bahwa dengan adanya kepemilikan manajerial

berarti dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dan pemilik manajer

secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang

bersangkutan. Hal itu membuat kepemilikan manajerial tidak direspon oleh

investor sebagai sinyal positif dalam meningkatkan nilai perusahaan. Pemegang


71

saham mayoritas berusaha mengawasi dan mempengaruhi pengambilan keputusan

manajemen. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti

kepemilikan manajerial yang tinggi akan menurunkan nilai perusahaan, Penelitian

ini bertentangan dengan teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) yang

menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin

meningkatkan nilai perusahaan.

4.9.2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis secara parsial (uji t), diperoleh

nilai signifikansi variabel kepemilikan institusional sebesar 0,000 yang artinya

nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan sebesar

0,05. Dengan nilai koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,655. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel

kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan, sehingga hipotesis kedua

dalam penelitian ini diterima.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh A Rachmawati

(2007), dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Begitupun dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ni Putu Wida dan I Wayan Suartana (2014), dimana hasil

penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan.

Menurut teori keagenan, konflik antara principal dan agent dapat

dikurangi dengan melakukan pensejajaran kepentingan antara principal dan agent


72

(Sulistyanto, 2008: 119). Keberadaan kepemilikan institusional memiliki peranan

penting dalam mengatasi konflik keagenan yang terjadi antara pihak manajer dan

pemegang saham. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiarto (2011:54) yang

menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peran sebagai monitoring

agent yang melakukan pengawasan optimal terhadap perilaku manajemen di

dalam menjalankan perannya mengelola perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme

dalam memonitoring secara efektif dalam pengambilan setiap keputusan yang

dilakukan oleh manajer. Karena dengan adanya kepemilikan institusional akan

mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja

manajemen. Menurut khafid (2004: 148) kemampuan monitoring yang dilakukan

oleh investor institusional diperoleh dari jumlah suara yang signifikan sebagai

representasi dari pemiliknya. Permanasari (2010:16) menjelaskan bahwa

kepemilikan institusional memiliki dua peran yaitu pertama memiliki

profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan

informasi dan yang kedua memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan

pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perushaan. Adanya

penekanan monitoring yang dimiliki oleh para investor institusional sehingga

manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, disamping itu

monitoring ini juga akan menjamin kemakmuran bagi para pemegang saham.

Pengawasan oleh pihak investor institusional akan meminimalisir tingkat

penyelewengan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang akan berdampak pada

penurunan nilai perusahaan.


73

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia

khususnya perusahaan manufaktur percaya dengan tingkat kepemilikan

institusional mampu mempengaruhi nilai perusahaan, hal ini dibuktikan dengan

tingkat kepemilikan institusional dibeberapa perusahaan manufaktur berada dalam

kategori tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat

kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan, maka semakin kuat tingkat

pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap

perusahaan, sehingga agency cost yang terjadi didalam perusahaan dapat di

minimalisir dan nilai perusahaan pun akan ikut meningkat.

4.9.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap

Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis secara simultan yaitu dilakukan

dengan uji f diketahui bahwa nilai f-hitung 14,201 > f-tabel 4,05, dengan nilai

probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat

dikatakan kedua variabel bebas yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional secara bersama-sama (simultan ) berpengaruh terhadap nilai

perusahaan dengan besarnya pengaruh yang didapat pada analisis regresi linear

berganda yaitu pada R Square adalah sebesar 0,377 atau sama dengan 37,7%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional secara bersama-sama (simultan) dapat mempengaruhi

nilai perusahaan, sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Defy Kurnia Julianti

(2015), dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial


74

dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Begitupun

dengan penelitian yang dilakukan oleh Tutut Suhartanti (2014), dimana hasil

penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayarkan oleh calon

pembeli (investor) jika suatu saat perusahaan tersebut akan dijual. Perusahaan

yang menerbitkan sahamnya di pasar modal, harga yang diperjual belikan di bursa

merupakan indikator nilai perusahaan karena harga tersebut bisa memberikan

gambaran mengenai nilai kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham

secara maksimal jika harga saham perusahaan meningkat (Maurice, 2001: 34).

Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi keuntungan pemegang saham

sehingga keadaan ini akan sangat diminati oleh investor karena dengan

permintaan saham yang meningkat, menandakan perusahaan tersebut memiliki

nilai yang meningkat. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai pasar wajar

perusahaan ditentukan berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran di

bursa yang tercermin dalam listing price. Ada banyak faktor yang dapat

mempengaruhi penilaian terhadap perusahaan salah satunya adalah kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional. Struktur kepemilikan saham dalam

perusahaan umumnya meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

serta kepemilikan saham oleh individual atau publik.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan

yang telah diuraikan pada bab IV mengenai pengaruh kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

saham yang dimiliki oleh pihak manajer atau manajemen dalam perusahaan

memiliki pengaruh yang kurang begitu baik karena investor akan cenderung

berpikir negatif terhadap perusahaan tersebut sehingga dapat berdampak pada

menurunnya nilai perusahaan

b. Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

saham yang dimiliki oleh pihak institusi berdampak baik dikarenakan

Semakin besar saham yang dimiliki oleh pihak institusi maka akan semakin

kuat control yang dimiliki terhadap perusahaan sehingga pemilik perusahaan

biasa mengendalikan perilaku manajemen agar bertindak sesuai dengan

tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

c. Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah dilakukan menunjukkan

kepemilikan saham oleh manajer dan kepemilikan saham oleh institusi secara

bersama-sama dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan walaupun

pengaruh yang dihasilkan bukan cuma pengaruh yang baik.

75
76

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya maka

saran peneliti terhadap:

a. Manajer yang memiliki saham diperusahaan hendaknya tidak hanya

memaksimalkan kepuasan atau keuntungan sendiri sehingga tidak merugikan

pemegang saham lainnya dan tidak dianggap negatif oleh investor. Dan fokus

menaikan nilai perusahaan agar semakin banyak investor yang tertarik

berinvestasi dan menanamkan saham diperusahaan-perusahaan manufaktur,

maupun perusahaan lainnya.

b. Investor institusional yang merupakan pemilik saham mayoritas agar

hendaknya selalu memperhatikan dan fokus untuk menaikan nilai perusahaan.

c. Kepemilikan saham oleh manajerial dan kepemilikan saham oleh institusional,

sebaiknya terus berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan.


77

DAFTAR PUSTAKA

Bernandhi. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,


Kebijakan Deviden, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Christiawan, Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial : Kebijakan Hutang, Kinerja
dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Diyah, Emas. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap nilai perusahaan :
Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening (Jurnal Perbanas).
Downes, Goddman. (2000). Kamus Istilah Keuangan dan Investasi. Salemba
Empat, Jakarta.
Endraswati. 2012. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Hutang Sebagai Variabel
Moderating pada Perusahaan di BEI”.
Fama. 1980. Agency Problems and The Theory of The Firm. Journal of Political
Economy.
Harmono (2009). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard
(Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis). Bumi Aksara. Jakarta.
Haruman. (2008).“Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan dan Nilai
Perusahaan”. Finance and Banking Journal.
Hidayati, Eva Eko, (2010). Analisis Pengaruh DER, DPR, ROE dan Size
Terhadap PBV Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI Periode 2005-
2007. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Horne (2007). Fundamentals of Financial Management, Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Husnan, Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Imanata, Satwiko. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepemilikan
Managerial. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
Ismiyanti, Mamduh (2004), “Struktur Kepemilikan, Risiko, dan Kebijakan
Keuangan: Analisis Persamaan Simultan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia.
Jahera, Auburn . 1996. An Empirical Assessment of Factors Affecting Corporate
Debt Levels. Journal of Managerial Finance.
78

Jensen, Meckling. 1976. “Theory of the firm: Managerial Behavior, Agency Costs
and Ownership structure”.
Jensen, Michael C. and Meckling, William H. 1976. “Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of
Financial Economics 3: 308 – 313.

Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.


Julianti, Defy Kurnia. 2015. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar DI Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2013. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

Khafid, Muhammad. 2014. Profil Corporate Governance Perusahaan Go Publik


Di Indonesia. Jurnal Cakrawala Akutansi 6 (2). h.135-150.

Laila, Noor. 2011. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap


Nilai Perusahaan. Diponogoro Journal of Accounting Vol.3 No.2.
Machmud, Djakman. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan
Tahunan Perusahaan: Studi EmpirisPada Perusahaan Publik Yang Tercatat
Di Bursa Efek Indonesia Tahun2006”.
Martono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder.
Maurice, D Levi. 2001. Keuangan Internasional. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Morck. 1988. Management Ownership and Market Valuation: an Empirical


Analysis. Journal of Financial Economics.
Muchson. 2017. Statistik Deskriptif. Indonesia: Guepedia.

Noerirawan (2012). “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan


Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi.
Rachmawati, A. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Laba Dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X. h.1-26.

Ratri, Anandhayu Mahatma, Sukoharsono, Eko Ganis, Handayani, Siti Ragil.


2014. “The Influence of Corporate Governance on Financial Performance
79

and Firm Value of The National Banks (Studies in Banking Companies


Listed in Indonesia Stock Exchange)”. Profit: Jurnal Administrasi Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.

Riduwan, Sari. 2013. Pengaruh corporate governance, kepemilikan institusional,


kepemilikan manajerial dan komite audit terhadap nilai perusahaan. Jurnal
Ilmu Riset dan Akuntansi.
Sartono. 2010. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”.
Sugiarto (2009).Struktur Modal ,Struktur Kepemilikan Perusahaan,
Permasalahan Keagenan dan Informasi Asimetri, GrahaI Lmu Yogyakarta.
Sugiarto (2011). Analisa Pengaruh BETA, Size Perusahaan, DER dan PBV Ratio
terhadap Return Saham. Jurnal Dhinamika Akuntansi.
Suhartanti, Tutut. 2015. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Moderating.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi 4 (b). h.1-12.

Sujoko, Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,


Faktor Interen dan Faktor Eksteren terhadap Nilai Perusahan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan.
Sujono dan Soebiantoro, U. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor ntern dan Faktor ekstern terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahan. Vol. 9. No 1. Maret: 41-48.
Sukirni (2012). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,Kebijakan
Dividen dan Kebijakan Hutang Analisis Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Analisis Akutansi.
Sulistiyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris). Jakarta:
Grasindo.

Suranta, Machfoedz, 2003, “Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan,


Investasi, dan Ukuran Dewan Direksi”, Simposium Nasional Akuntansi.
Vani, Elrika. 2016. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2014. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Wahidahwati. 2002.“Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan


Institusional Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif
Theory Agency ”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Wahyudi, Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening.
80

Walsh. 2004. Key Management Ratios Edisi ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Wardani, Hermuningsih . (2011). Pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan kinerja keuangan dan kebijakan hutang sebagai
variabel intervening.
Wening, Kartikawati. 2009. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan.
Wida, Ni Pu., dan I Wayan Suartana. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial
Dan Kepemilikan Institusional Pada Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi 9
(3). h.575-590.

Yuniati, Raharjo, Oemar. 2016. Pengaruh kebijakan Deviden, kebijakan hutang,


pofitabilitas dan struktur kepemilikan terhadan nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2009-20014. Jurnal akuntansi.
Universitas Pandanaran Semarang.

Anda mungkin juga menyukai