Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Penelitian

Secara historis, LQ-45 merupakan salah satu indeks yang terdapat di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 saham dengan nilai pasar dan likuiditas yang

tinggi. Indeks ini pertama kali diluncurkan pada tanggal 13 Juli 1994. Tujuan

diluncurkannya indeks LQ-45 adalah untuk dapat menjadi pelengkap dari IHSG

dan indeks sektoral.

Untuk dapat masuk dalam pemilihan indeks LQ-45, suatu saham harus memenuhi

kriteria tertentu melewati seleksi utama, sebagai berikut:

1. Masuk dalam rangking enam puluh (60) terbesar dari total transaksi

saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama dua belas

(12) bulan terakhir).

2. Rangking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar

selama dua belas (12) bulan terakhir).

3. Telah tercatat di BEI minimum tiga bulan.

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya,

frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Selain itu untuk menentukan saham-saham sehingga bisa masuk kedalam LQ- 45

BEI, digunakan dua grup kriteria seleksi (Roy Sembel & Tedy Fardiansyah,

2002:33-34). Untuk seleksi pertama suatu emiten harus:


1. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham

di pasar reguler.

2. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar.

3. Tercatat di Bursa Efek Jakarta minimum 30 hari bursa. Setelah

melewati seleksi pertama, saham harus melewati proses seleksi

kedua dimana suatu emiten harus :

4. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam

klasifikasi industri BEI sesuai dengan kapitalisasi pasarnya.

5. Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor lain.

1. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

BEI terus memantau perkembangan komponen saham yang termasuk dalam

indeks LQ-45. Indeks LQ-45 ini akan ditinjau ulang setiap 3 bulan, dilakukan

review pergerakan ranking saham-saham yang akan digunakan dalam perhitungan

indeks LQ-45. Review pergantiannya sendiri akan dilakukan setiap 6 bulan, yaitu

setiap awal bulan Februari dan Agustus.

Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria lagi, maka saham tersebut

harus dikeluarkan dari LQ-45 dan digantikan dengan saham lainnya yang

memenuhi kriteria. Saham yang masuk kriteria dengan ranking 1 sampai dengan

35 langsung masuk dalam perhitungan indeks. Sedangkan saham yang masuk

kriteria dengan ranking 36 sampai dengan 45 belum tentu masuk dalam

perhitungan indeks.

Dalam penelitian ini populasi yang diambil merupakan perusahaan manufaktur

yang terdaftar di LQ 45 tahun 2013-2017. Perusahaan manufaktur dipilih karena


sektor ini memiliki banyak hubungan dengan stakeholder meliputi investor,

kreditur, pemerintah, dan masyarakat sebagai konsumen. Diharapkan dengan

jumlah stakeholder yang banyak, perusahaan manufaktur mengungkapkan

informasi yang luas juga sebagai wujud tanggung jawab perusahaan. Informasi

yang luas dapat mempermudah stakeholder dalam mengambil keputusan.

Sehingga corporate governance yang baik sangat diharapkan di perusahaan.

Penelitian ini hanya fokus pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri pada

sub sektor otomotif dan komponen, perusahaan manufaktur sektor industri dasar

dan kimia pada sub sektor pakan ternak, perusahaan manufaktur sektor industri

barang konsumsi pada sub sektor rokok, perusahaan manufaktur sektor industri

barang konsumsi pada sub sektor makanan & minuman, perusahaan manufaktur

sektor industri dasar dan kimia pada sub sektor semen, perusahaan manufaktur

sektor industri barang konsumsi pada sub sektor farmasi, dan perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi pada sub sektor kosmetik &

keperluan rumah tangga yang terdaftar di LQ 45 dalam kurun waktu 5 tahun.

Objek penelitian dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditemtukan penulis. Objek penelitian

dipilih untuk perusahaan yang mengeluarkan laporan tahunan (annual report) di

Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu yang ditentukan. Laporan tahunan

perusahaan dipilih sebagai penelitian karena memberikan banyak informasi secara

menyeluruh tentang perusahaan. Berdasarkan purposive sampling diperoleh

sampel sebanyak 9 perusahaan sebagai berikut :


1. PT Astra International Tbk

Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 dengan

nama PT Astra International Incorporated. Kantor pusat Astra berdomosili di Jl.

Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta 14330 – Indonesia.

Pemegang saham terbesar Astra International Tbk adalah Jardine Cycle &

Carriage Ltd (50,11%), perusahaan yang didirikan di Singapura. Jardine Cycle &

Carriage Ltd merupakan entitas anak dari Jardine Matheson Holdings Ltd,

perusahaan yang didirikan di Bermuda.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ASII bergerak di bidang perdagangan

umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan

dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama Astra bersama anak usahanya

meliputi perakitan dan penyaluran mobil (Toyota, Daihatsu, Izusu, UD Trucks,

Peugeot dan BMW), sepeda motor (Honda) berikut suku cadangnya, penjualan

dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan

perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.

Astra memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI),

antara lain: Astra Agro Lestari Tbk (AALI), Astra Graphia Tbk (ASGR), Astra

Otoparts Tbk (AUTO) dan United Tractors Tbk (UNTR). Selain itu, Astra juga

memiliki satu perusahaan asosiasi yang juga tercatat di BEI, yaitu Bank Permata

Tbk (BNLI).

Pada tahun 1990, ASII memperoleh Pernyataan efektif BAPEPAM-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ASII (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 30.000.000 saham dengan nominal Rp1.000,- per saham, dengan Harga
Penawaran Perdana Rp14.850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 April 1990.

2. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk

Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) didirikan 07 Januari 1972 dalam rangka

Penanaman Modal Asing (“PMA”) dan beroperasi secara komersial mulai tahun

1972. Kantor pusat CPIN terletak di Jl. Ancol VIII No. 1, Jakarta dengan kantor

cabang di Sidoarjo, Medan, Tangerang, Balaraja, Serang, Lampung, Denpasar,

Surabaya, Semarang, Makasar, Salahtiga dan Cirebon.

Induk usaha Pokphand adalah PT Central Agormina, sedangkan induk usaha

terakhir Pokphand adalah Grand Tribute Corporation. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Charoen Pokphand Indonesia Tbk, adalah PT

Central Agromina (55,53%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CPIN terutama

meliputi industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta

pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi

termasuk unit-unit cold storage, menjual makanan ternak, makanan, daging ayam

dan sapi, bahan-bahan asal hewan di wilayah Indonesia, maupun ke luar negeri.

Merek-merek yang dimiliki Pokphand, antara lain: pakan ternak (HI-Pro, HI-Pro-

Vite, Bintang, Bonavite, Royal Feed, Turbo Feed dan Tiji) dan produk pengolahan

daging ayam (Golden Fiesta, Fiesta, Champ dan Okay).

Pada tahun 1991, CPIN memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK

untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CPIN (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 2.500.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham


dengan harga penawaran Rp5.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 18 Maret 1991.

3. PT Gudang Garam Tbk

Gudang Garam Tbk (dahulu PT Perusahaan Rokok Tjap) (GGRM) didirikan

tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958.

Kantor pusat Gudang Garam beralamat di Jl. Semampir II / 1, Kediri, Jawa Timur,

serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura,

Karanganyar dan Sumenep. Selain itu, GGRM juga memiliki kantor perwakilan di

Jl. Jenderal A. Yani 79, Jakarta dan Jl. Pengenal 7 – 15, Surabaya – Jawa Timur.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Gudang Garam Tbk adalah

PT Suryaduta Investama (69,29%) dan PT Suryamitra Kusuma (6,26%). PT

Suryaduta Investama merupakan induk usaha dan induk usaha terakhir GGRM.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GGRM

bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Gudang

Garam memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk jenis rendah tar dan

nikotin (LTN) serta produk tradisional sigaret kretek tangan. Merek-merek rokok

GGRM, antara lain: Klobot, Sriwedari, Djaja, Gudang Garam, Gudang Garam

Merah, Gudang Garam Gold, Surya, Surya Pro Mild dan GG Mild.

Pada tanggal 17 Juli 1990, GGRM memperoleh izin Menteri Keuangan untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GGRM (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 57.807.800 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga

penawaran Rp10.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Agustus 1990.


4. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02 September 2009 dan

mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1 Oktober 2009. ICBP merupakan

hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi Instan dan Divisi Penyedap Indofood

Sukses Makmur Tbk (INDF), pemegang saham pengendali. Kantor pusat

Indofood CBP berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jl. Jend.

Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta 12910, Indonesia, sedangkan pabrik perusahaan

dan anak usaha berlokasi di pulau Jawa, Sumatera, Kalimatan, Sulawesi dan

Malaysia.

Induk usaha dari Indofood CBP Sukses Makmur Tbk adalah INDF, dimana INDF

memiliki 80,53% saham yang ditempatkan dan disetor penuh ICBP, sedangkan

induk usaha terakhir dari ICBP adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong

Kong.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ICBP terdiri

dari, antara lain, produksi mi dan bumbu penyedap, produk makanan kuliner,

biskuit, makanan ringan, nutrisi dan makanan khusus, kemasan, perdagangan,

transportasi, pergudangan dan pendinginan, jasa manajemen serta penelitian dan

pengembangan.

Merek-merek yang dimiliki Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, antara lain:

untuk produk Mi Instan (Indomei, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop Bihun

dan Mi Telur Cap 3 Ayam), Dairy (Indomilk, Enaak, Tiga Sapi, Kremer, Orchid

Butter, Indoeskrim dan Milkuat), penyedap makan (bumbu Racik, Freiss, Sambal

Indofood, Kecap Indofood, Maggi, Kecap Enak Piring Lombok, Bumbu Spesial
Indofood dan Indofood Magic Lezat), Makanan Ringan (Chitato, Chiki, JetZ,

Qtela, Cheetos dan Lays), nutrisi dan makanan khusus (Promina, Sun, Govit dan

Provita)

Pada tanggal 24 September 2010, ICBP memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ICBP

(IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.166.191.000 dengan nilai nominal Rp100,-

per saham saham dengan harga penawaran Rp5.395,- per saham. Saham-saham

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 07 Oktober

2010.

5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan

nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower,

Lantai 21, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia. Sedangkan

pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di

pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.

Induk usaha dari Indofood Sukses Makmur Tbk adalah CAB Holding Limited

(miliki 50,07% saham INDF), Seychelles, sedangkan induk usaha terakhir dari

Indofood Sukses Makmur Tbk adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong

Kong.

Saat ini, Perusahaan memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI), antara lain: Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan

Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).


Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara

lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan, bumbu

penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum

dan tekstil pembuatan karung terigu.

Indofood telah memiliki produk-produk dengan merek yang telah dikenal

masyarakat, antara lain mi instan (Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie,

Pop Bihun dan Mi Telur Cap 3 Ayam), dairy (Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi,

Indomilk Champ, Calci Skim, Orchid Butter dan Indoeskrim), makan ringan

(Chitato, Lays, Qtela, Cheetos dan JetZ), penyedap makan (Indofood, Piring

Lombok, Indofood Racik dan Maggi), nutrisi & makanan khusus (Promina, SUN,

Govit dan Provita), minuman (Ichi Ocha, Tekita, Caféla, Club, 7Up, Tropicana

Twister, Fruitamin, dan Indofood Freiss), tepung terigu & Pasta (Cakra Kembar,

Segitiga Biru, Kunci Biru, Lencana Merah, Chesa, La Fonte), minyak goreng dan

mentega (Bimoli dan Palmia)

Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INDF (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga

penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994.

6. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) didirikan tanggal 16 Januari 1985 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1985. Kantor pusat INTP

berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 70-71, Jakarta
12910 – Indonesia dan pabrik berlokasi di Citeureup – Jawa Barat, Palimanan –

Jawa Barat, dan Tarjun – Kalimantan Selatan.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk, yaitu: Brichwood Omnia Limited, Inggris (induk usaha) (51,00%).

Adapun induk usaha terakhir kelompok usaha Indocement adalah Heideberg

Cement AG.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INTP antara

lain pabrikasi semen dan bahan-bahan bangunan, pertambangan, konstruksi dan

perdagangan. Indocement dan anak usahanya bergerak dalam beberapa bidang

usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai usaha inti) dan beton

siap pakai, serta tambang agregat dan trass. Produk semen Indocement adalah

Portland Composite Cement, Ordinary Portland Cement (OPC Tipe I, II, dan V),

Oil Well Cement (OWC), Semen Putih dan TR-30 Acian Putih. Semen yang

dipasarkan Indocement dengan merek dagang "Tiga Roda" .

Pada tahun 1989, INTP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INTP (IPO) kepada masyarakat

sebanyak 89.832.150 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga

penawaran Rp10.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05 Desember 1989.

7. PT Kalbe Farma Tbk

Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai

kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat Kalbe berdomisili di

Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510,
sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl.

M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Kalbe Farma Tbk, antara

lain: PT Gira Sole Prima (10.17%), PT Santa Seha Sanadi (9.71%), PT Diptanala

Bahana (9.49%), PT Lucasta Murni Cemerlang (9.47%), PT Ladang Ira Panen

(9.21%) dan PT Bina Arta Charisma (8.61%). Semua pemegang saham ini

merupakan pemegang saham pengendali dan memiliki alamat yang sama yakni, di

Jl. Let.Jend. Suprapto Kav. 4, Jakarta 10510.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi,

antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini,

KLBF terutama bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan

perdagangan sediaan farmasi, produk obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan

dan minuman kesehatan hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan

primer.

Produk-produk unggulan yang dimiliki oleh Kalbe, diantaranya obat resep

(Brainact, Cefspan, Mycoral, Cernevit, Cravit, Neuralgin, Broadced, Neurotam,

Hemapo, dan CPG), produk kesehatan (Promag, Mixagrip, Extra Joss, Komix,

Woods, Entrostop, Procold, Fatigon, Hydro Coco, dan Original Love Juice),

produk nutrisi mulai dari bayi hingga usia senja, serta konsumen dengan

kebutuhan khusus (Morinaga Chil Kid, Morinaga Chil School, Morinaga Chil

Mil, Morinaga BMT, Prenagen, Milna, Diabetasol Zee, Fitbar, Entrasol, Nutrive

Benecol dan Diva).

Kalbe memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia,
yakni Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT). Pada tahun 1991, KLBF

memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran

Umum Perdana Saham (IPO) KLBF kepada masyarakat sebanyak 10.000.000

dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.800,- per

saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 30 Juli 1991.

8. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu bernama Semen Gresik (Persero) Tbk)

(SMGR) didirikan 25 Maret 1953 dengan nama “NV Pabrik Semen Gresik” dan

mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 07 Agustus 1957. Kantor pusat

SMGR berlokasi di Jl. Veteran, Gresik 61122, Jawa Timur dan kantor perwakilan

di Gedung The East, Lantai 18, Jl. DR Ide Anak Agung Gde Agung Kuningan,

Jakarta 12950 – Indonesia. Pabrik semen SMGR dan anak usaha berada di Jawa

Timur (Gresik dan Tuban), Indarung di Sumatera Barat, Pangkep di Sulawesi

Selatan an Quang Ninh di Vietnam. Pemegang saham pengendali Semen

Indonesia (Persero) Tbk adalah Pemerintah Republik Indonesia, dengan

persentase kepemilikan sebesar 51,01%.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SMGR meliputi

berbagai kegiatan industri. Jenis semen yang hasilkan oleh SMGR, antara lain:

Semen Portland (Tipe I, II, III dan V), Special Blended Cement, Portland

Pozzolan Cement, Portland Composite Cement, Super Masonry Cement dan Oil

Well Cement Class G HRC. Saat ini, kegiatan utama Perusahaan adalah bergerak

di industri semen. Hasil produksi Perusahaan dan anak usaha dipasarkan didalam
dan diluar negeri.

Pada tanggal 04 Juli 1991, SMGR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-

LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SMGR (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 40.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham

dengan harga penawaran Rp7.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan

pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 08 Juli 1991.

9. PT Unilever Indonesia Tbk

Unilever Indonesia Tbk (UNVR) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan

nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun

1933. Kantor pusat Unilever berlokasi di Grha Unilever, BSD Green Office Park

Kav. 3, Jln BSD Boulevard Barat, BSD City, Tangerang 15345, dan pabrik

berlokasi di Jl. Jababeka 9 Blok D, Jl. Jababeka Raya Blok O, Jl. Jababeka V Blok

V No. 14-16, Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, serta Jl.

Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.

Unilever Indonesia Tbk (UNVR) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan

nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun

1933. Kantor pusat Unilever berlokasi di Grha Unilever, BSD Green Office Park

Kav. 3, Jln BSD Boulevard Barat, BSD City, Tangerang 15345, dan pabrik

berlokasi di Jl. Jababeka 9 Blok D, Jl. Jababeka Raya Blok O, Jl. Jababeka V Blok

V No. 14-16, Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, serta Jl.

Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha UNVR

meliputi bidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang


meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, produk–produk

kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah.

Merek-merek yang dimiliki Unilever Indonesia, antara lain: Domestos, Molto,

Rinso, Cif, Unilever Pure, Surf, Sunlight, Vixal, Super Pell, Wipol, Lux, Rexona,

Lifebuoy, Sunsilk, Closeup, Fair&Lovely, Zwitsal, Pond’s, TRESemme, Dove,

Pepsodent, AXE, Clear, Vaseline, Citra, Citra Hazeline, SariWangi, Bango, Blue

Band, Royco, Buavita, Wall’s Buavita, Wall’s, Lipton, Magnum, Cornetto, Paddle

Pop, Feast, Populaire dan Viennetta.

Pada tanggal 16 Nopember 1982, UNVR memperoleh pernyataan efektif dari

BAPEPAM untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham UNVR (IPO)

kepada masyarakat sebanyak 9.200.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per

saham dengan harga penawaran Rp3.175,- per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Januari 1982.

4.1.2 Deskripsi Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di

LQ 45 periode 2013-2017 sebanyak sebanyak 30 perusahaan sebagai populasi.

Perusahaan yang diambil sampel adalah perusahaan yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan dengan metode purposive sampling seperti yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya dan terdapat 9 perusahaan sampel dari perusahaan

manufaktur. Penelitian ini melihat pengaruh Current Ratio (CR), dan Debt to

Equity Ratio (DER) terhadap return saham. Data rasio keuangan perusahaan

manufaktur di LQ 45 sesuai periode pengamatan diperoleh dari situs resmi Bursa

Efek Indonesi yang menjadi objek penelitian. Adapun deskripsi variabel dan data
dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return saham pada

masing-masing perusahaan sampel di LQ 45 :

4.1.2.1 Deskripsi Variabel Current Ratio (X1)

Current Ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar

kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

secara keseluruhan. Dalam mengukur Current Ratio dalam penelitian ini

menggunakan rumus :

Current Ratio =

(Kasmir, 2017:119)

4.1.2.2 Deskripsi Variabel Debt to Equity Ratio (X2)

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan

ekuitas. Dalam mengukur Debt to Equity Ratio dalam penelitian ini menggunakan

rumus :

Debt to Equity Ratio =

(Kasmir, 2017:124)

4.1.2.3 Deskripsi Variabel Return Saham (Y)

Return saham dalam penelitian ini adalah tingkat pengembalian suatu investasi

yang merupakan persentase penghasilan total selama periode inventasi

dibandingkan harga beli investasi tersebut. Dalam menentukan return saham

dalam penelitian ini menggunakan rumus :


Dividend Yield =

(Mamduh M. Hanafi, 2017:43)

Pada tabel 4.1 merupakan data dari Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio

(DER) dan Return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di LQ 45

tahun 2013-2017.

Tabel 4.1
Data Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return Saham
(Dividend Yield) dari Perusahaan Sampel
No Kode Tahun Current Debt to Return
Perusahaan Ratio (CR) Equity Ratio Saham
(DER) (Dividend
Yield)
1 ASII 2013 124,20 1,02 3,18
2014 132,26 0,96 2,91
2015 137,93 0,94 2,95
2016 123,94 0,87 2,03
2017 122,86 0,89 0,66
2 CPIN 2013 379,23 0,58 1,36
2014 224,07 0,91 0,48
2015 210,62 0,97 1,12
2016 216,80 0,73 0,58
2017 231,65 0,56 0,96
3 GGRM 2013 172,21 0,73 1,90
2014 162,02 0,75 1,32
2015 177,04 0,67 4,73
2016 193,79 0,59 4,07
2017 194,06 0,57 3,10
4 ICBP 2013 241,06 0,60 1,86
2014 218,32 0,66 1,69
2015 232,60 0,62 1,90

Lanjutan tabel 4.1


No Kode Tahun Current Debt to Return
Perusahaan Ratio Equity Ratio Saham
(CR) (DER) (Dividend
Yield)
2016 240,68 0,56 1,80
2017 220,46 0,56 1,73
5 INDF 2013 166,73 1,04 2,15
2014 180,74 1,08 3,26
2015 170,53 1,13 3,25
2016 150,81 0,87 2,97
2017 146,78 0,92 3,08
6 INTP 2013 614,81 0,16 4,50
2014 493,37 0,17 5,40
2015 488,66 0,16 1,86
2016 452,50 0,15 6,03
2017 470,17 0,14 4,23
7 KLBF 2013 283,93 0,33 1,36
2014 340,36 0,27 1,04
2015 369,78 0,25 1,44
2016 413,11 0,22 1,45
2017 405,09 0,22 1,30
8 SMGR 2013 188,24 0,41 2,88
2014 220,90 0,37 2,32
2015 159,70 0,39 2,67
2016 127,25 0,45 3,32
2017 163,92 0,57 3,08
9 UNVR 2013 69,64 2,14 2,70
2014 71,49 2,11 1,04
2015 65,40 2,26 2,07
2016 60,56 2,56 2,15
2017 63,37 2,65 0,73
Sumber : Data diolah (2019)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisis data dari uji normalitas, uji non-multikolineritas, uji

heteroskedastisitas, uji non-autokorelasi, analisis regresi linier berganda, uji t

(parsial), uji f (simultan), uji R 2 (koefisien determinasi) yang diproses dengan

program SPSS versi 16.0 adalah sebagai berikut :


4.2.1 Uji Asumsi Klasik

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut (Ghozali, 2013:105) menyatakan bahwa :

Uji Multikolinearitas berguna untuk mengetahui apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi kuat antar variabel independent. Untuk mendeteksi ada

atau tidaknya Multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari tolerance

dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama

dengan nilai VIF<10. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2
Tabel nilai hasil uji multikolinearitas
Variabel Keterangan Kesimpulan

Tolerance VIF

Current ratio .158 6.310 Tidak terjadi multikolinearitas

Debt to .158 6.310 Tidak terjadi multikolinearitas


equity ratio

Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa nilai VIF yang ditemukan

adalah sebesar 6.310. Oleh karena tersebut kurang dari 10 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

‘Uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan varians error untuk setiap nilai X,

metode uji glejser dengan cara meregresikan antara variabel independent dengan

nilai absolut residualnya’ (Priyatno, 2014:115). Hasil pengujian dilihat pada tabel

dibawah ini :
Tabel 4.3
Tabel nilai hasil Heteroskedastisitas
Variabel Keterangan Kesimpulan
F Sig.
Current ratio 3.635 .035a Tidak terjadi
Debt to equity heteroskedastisitas
ratio
Absolut residu
Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas menujukkan bahwa nilai F yang

ditemukan sebesar 3.635 dengan sig. 0.035. Oleh karena nilai sig tersebut lebih

besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.2.4 Uji Normalitas

‘Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai

residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusikan secara normal atau tidak’

(Priyatno, 2014: 90).

Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusikan

secara normal, yaitu dapat menggunakan uji One Sample Kolmogorov – Smirnov.

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov– Sig. Keterangan
Smirnov Z
Current ratio .841 .480 Normal
Debt to equity ratio .936 .345 Normal
Dividen yield .825 .503 Normal

Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan hasil analisis diatas diperoleh untuk variabel current ratio nilai Z K-

S sebesar 0.841 dengan asymp sig. 0.480. Oleh karena nilai asymp sig tersebut
lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data variabel current ratio

berdistribusi normal.

Berdasarkan analisis diatas diperoleh untuk variabel debt to equity ratio nilai Z K-

S sebesar 0.936 dengan asymp sig. 0.345. Oleh karena nilai asymp sig tersebut

lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data variabel current ratio

berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil analisis diatas diperoleh untuk variabel dividend yield nilai Z

K-S sebesar 0.825 dengan asymp sig. 0.503. Oleh karena nilai asymp sig tersebut

lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data variabel current ratio

berdistribusi normal.

1.2.5 Uji Autokolerasi

Menurut Ghozali (2012:110), “Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t-

1 (sebelumnya)”. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu, berkaitan

antara satu dengan lainya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari

autokorelasi, (Ghozali, 2012:110). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi, dilakukan dengan uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan

mengenai ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :

1. Bila nilai D-W terletak antara angka -2 sampai +2, maka koefisien

pada regresi tidak terdapat autokorelasi.

2. Bila D-W lebih rendah atau dibawah angka -2, maka koefisien pada

regresi mengalami autokorelasi positif.


3. Bila nilai D-W lebih besar atau di atas angka +2, maka koefisien

pada regresi mengalami autokorelasi negatif.

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5
Hasil uji autokorelasi
Variabel Durbin-Watson

Current ratio 1.190


Debt to equity ratio
Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan hasil analisis diatas diperoleh untuk variabel current ratio nilai

Durbin-Watson sebesar 1.190. Oleh karena nilai angka D-W diantara -2 sampai

dengan +2 berarti tidak ada autokorelasi.

4.2.6 Uji regresi linier berganda

‘Analisa regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan keadaan (naik

turunnnya) variabel dependen, bila dua atau variabel independen sebagai faktor

prediksi dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)’ (Sugiyono, 2010:277).

Analisis regresi linier berganda juga untuk mengetahui sejauh mana tingkat

keeratan pengaruh current ratio dan debt to equity ratio terhadap return saham

perusahaan yang terdaftar di LQ 45 tahun 2013-2017, maka pengujian pengaruh

variabel X1 dan X2 terhadap Y dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda. Dengan menggunakan software SPSS 16 diperoleh nilai korelasi antara

current ratio dan debt to equity ratio terhadap return saham sebagi berikut:

Tabel 4.6
Tabel nilai hasil regresi linier berganda
Variabel Unstandardized
Coefficients (B).
Constant 33.062
Current ratio -4.758
Debt to Equity Ratio -22.127
Sumber : Data diolah (2019)

Bagian tabel diatas menampilkan persamaan garis regresi dan pengujiannya.

Persamaan garis regresi dapat diperoleh dari kolom Unstandardized Coefficients

(B). Dengan demikian persamaan garis regresinya adalah :

Y = 33.062-4.758 X1-22.127 X2

Berdasarkan persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Konstanta (a) sebesar 33.062 dapat diartikan bahwa Return saham akan bernilai

sebesar 33.062% apabila Current Ratio dan Debt to Equity ratio nilainya tetap

(konstan) atau tidak berubah.

2. Koefisien regresi variabel Current Ratio yang menunjukkan nilai -4.758

artinya setiap kenaikan Current Ratio sebesar 1% maka Return saham akan

mengalami penurunan sebesar -4.758% dengan asumsi variabel lainnya tetap

(konstan) atau tidak berubah.

3. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio yang menunjukkan nilai

-22.127 artinya setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebesar 1% maka Return

saham akan mengalami penurunan sebesar -22.127% dengan asumsi variabel

lainnya tetap (konstan) atau tidak berubah.

4.2.7 Uji Determinasi

Menurut (Ghozali, 2011:97) menyatakan bahwa :


Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independent dalam menjelaskan variabel-variabel dependent
sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independet
memberikan hampir semua variabel yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependent.

Tabel 4.7
Tabel nilai hasil determinasi
Variabel R R Square
Current Ratio (CR) .384a .148
Debt to Equity Ratio (DER)
Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan nilai hasil determinasi pada tabel 4.7 tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. R = 0.384 artinya koefisien korelasinya sebesar 0.384. Angka

menunjukkan derajat korelasi antara variabel Current Ratio dengan

(CR), Debt to Equity Ratio (DER) dengan return saham.

2. R Square = 0.148 menunjukkan angka koefisien determinasinya

(R2). Artinya variasi dalam return saham dapat dijelaskan oleh

Current Ratio (CR) melalui model sebesar 14,8%, sisanya (85,2%)

berasal dari variabel lain. Atau dengan bahasa sederhana besarnya

kontribusi/sumbangan. Debt to Equity Ratio (DER) dan Current

Ratio (CR) adalah sebesar 14,8%, sisanya (85,2%) berasal dari

variabel lain

4.2.8 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Menurut (Ghozali, 2009:88) menyatakan bahwa :


Uji Statistik t menunjukkan apakah seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas
atau independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependent
dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independent secara individual terhadap variabel dependent yang di uji
pada tingkat signifikan 0.05.

Tabel 4.8
Tabel nilai hasil uji t
Variabel t Sig.
Current Ratio (CR) -1.426 .161
Debt to Equity Ratio -2.219 .032
(DER)
Sumber : Data diolah (2019)

Berdasarkan nilai hasil uji t pada tabel 4.8 diatas, untuk menguji koefisien

garisnya dapat dilihat pada kolom t dan sig. Pengujian koefisien garis regresi

dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk variabel Current Ratio (CR) (X1) ditemukan nilai b1 = -4.758 dengan

t = -1.426 dan sig. = 0,161. Oleh karena nilai sig. > 0,05 maka H 0 (β1 = 0 )

diterima yang artinya variabel Current Ratio (CR) tidak berpengaruh

terhadap return saham.

2. Untuk variabel Debt to Equity Ratio (DER) ditemukan nilai b2 = -22.127

dengan t = -2.219 dan sig. = 0,032. Oleh karena nilai sig. < 0,05 maka Ho

(β2 = 0) di tolak yang artinya variabel Debt to Equity Ratio (DER)

berpengaruh terhadap return saham.

4.2.9 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

‘Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independent yang

dimasukkan dalam model regresi linier berganda mempunyai pengaruh secara

bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependent yang diuji secara signifikan

dengan nilai 0.05’ (Ghozali, 2011:88).


Tabel 4.9
Tabel nilai hasil Uji F
Variabel Keterangan
F Sig
Current Ratio (CR) 3.635 .035a
Debt to Equity Ratio (DER)
Sumber : Data diolah (2019)

Bagian tabel diatas menampilkan hasil pengujian koefisien determinasi. Hasil

pengujian tersebut ditemukan F hitung sebesar 3.635 dengan sig. = 0,035. Oleh

karena nilai sig. < 0,05 maka H 0 ( p = 0 ) ditolak yang artinya Current Ratio (CR)

dan Debt to Equity Ratio (DER) secara simultan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap return saham.

4.3 Interpretasi

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR) dan

Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return saham pada perusahaan yang

terdaftar di LQ 45 tahun 2013-2017. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda, untuk memperoleh

gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Terdapat 3 hipotesis yang diuji dalam penelitian ini :

4.3.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Return Saham

Berdasarkan hasil dari uji statistik t yang ditampilkan pada tabel 4.8, maka

diketahui bahwa nilai t sebesar -1.426 dengan signifikansi 0,161 > 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap Return

saham perusahaan yang terdaftar di LQ 45 tahun 2013-2017.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Elia W.

Hadiningrat, Maryam Mangatar, dan Jessy J Pondaag (2017) bahwa Current


Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap Return saham. Current Ratio (CR) yang

tidak berpengaruh signifikan memiliki makna bahwa Current Ratio (CR) bukan

merupakan pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi / menanamkan

modalnya, karena tingginya nilai Current Ratio (CR) menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mengelola aktiva lancar yang kurang baik, sehingga

mengakibatkan banyak aktiva lancar yang menganggur dan tidak dioptimalkan

oleh perusahaan yang berakibat pada menurunnya minat investor dalam

menanamkan modalnya. Minat investor yang menurun ini berimbas pada turunnya

harga saham perusahaan sehingga mengakibatkan Return saham perusahaan juga

ikut menurun. Nilai negatif memberikan makna bahwa menurunnya Current

Ratio (CR) akan menurunkan Return saham. Tidak adanya pengaruh yang

signifikan dari Current Ratio (CR) terhadap return saham mengandung arti bahwa

Current Ratio (CR) yang besar pada perusahaan diinterpretasikan secara

bervariasi oleh investor.

Current Ratio (CR) yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan dalam kondisi

yang likuid yang berarti bahwa perusahaan dalam keadaan memiliki kemampuan

yang baik dalam mendanai perusahaan dalam jangka pendeknya. Namun Current

Ratio (CR) yang tinggi justru mencerminkan kemampuan perusahaan untuk

mengoptimalkan aktiva lancar dalam kondisi yang kurang baik. Karena dengan

nilai Current Ratio (CR) yang tinggi ini ternyata return saham yang dihasilkan

perusahaan hanya kecil. Current Ratio (CR) yang semakin tinggi maka laba bersih

yang dihasilkan perusahaan semakin sedikit, karena rasio lancar yang tinggi
menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang tidak baik terhadap

profitabilitas perusahaan karena aktiva lancarnya menghasilkan return yang lebih

rendah dibandingkan dengan aktiva tetap.

4.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)Terhadap Return Saham

Dari hasil uji t pada tabel 4.8 terdapat nilai t yang diperoleh yaitu -2.219 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,032 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Debt to

Equity Ratio (DER) berpengaruh secara signifikan terhadap return saham

perusahaan yang terdaftar di LQ 45 tahun 2013-2017.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adriana

Kundiman dan Lukmanul Hakim (2016) bahwa Debt to Equity Ratio (DER)

secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah hubungan negatif terhadap

return saham. Debt to Equity Ratio (DER) yang berpengaruh terhadap return

saham (Dividen Yield) menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) yang

kecil tidak akan menjadi beban bagi perusahaan karena adanya kewajiban dari

perusahaan untuk membayar hutang dan adanya resiko kebangkrutan yang akan

ditanggung oleh investor. Di sisi lain hutang sangat dibutuhkan oleh perusahaan

untuk operasional perusahaan. Hutang diperlukan oleh perusahaan untuk

menambah modal perusahaan karena dengan memiliki hutang yang besar dapat

digunakan untuk meningkatkan modal perusahaaan sehingga perusahaan dapat

mengembangkan usahanya dan dengan melakukan pengembangan usaha maka

investor lebih tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga

saham perusahaan tersebut akan naik dan return saham juga akan naik.
4.3.3 Pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER)Terhadap

Return Saham

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan didapat F hitung sebesar 3.635 dan

nilai sig. 0,035. Karena nilai signifikan jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat

diketahui bahwa variabel Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER)

secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryanti,

Mawardi, dan Selvi Andesta (2016). Hasil uji koefisien determinasi pada tabel

4.7, menggunakan nilai R2 (R Square) sebesar 0.148 dan menyatakan bahwa

variabel return perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel Current Ratio (CR) dan

Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 14,8% dan 85,2% dijelaskan oleh faktor-

faktor lain.

Dari hasil uji simultan dan uji koefisien determinasi menggunakan nilai R2 dapat
disimpulkan bahwa Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh signifikan terhadap return saham secara simultan (bersama-sama)
pada perusahaan yang terdaftar di LQ 45 tahun 2013-2017. Terbuktinya hasil uji
hipotesis ini berarti Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara
bersama-sama merupakan faktor yang diperlukan

Anda mungkin juga menyukai