Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN KEUANGAN STRATEGIK

UJIAN AKHIR SEMESTER 1

Disusun Oleh :

Arifian Tri Laksita S412202008

PROGRAM STUDI MAGISTER


MENAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS
MARET SURAKARTA
2022
1. Alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan merger, dan contoh kasus di Indonesia
- Strategi merger dan akuisisi dapat diterapkan pada perusahaan di antaranya untuk:

1) Mengembangkan produk dan pasar baru

Korporasi bisa melakukan pengembangan pasar dengan cepat, melalui akuisisi perusahaan
yang memiliki distribusi yang telah ada dan bagus, sehingga dengan cepat produk kita bisa
menjadi tersebar dengan cepat. Beberapa korporasi asing melakukan akuisisi terhadap
perbankan nasional, dimana mereka dengan cepat mendapatkan nasabah yang telah ada
dibandingkan dengan membangun sebuah baru, yang harus menginvestasikan pembukaan
cabang, sistem dan karyawan yang baru. Pengembangan produk dengan cepat dilakukan
dibandingkan harus melalui proses penelitian yang berkepanjangan, terutama untuk perusahaan
farmasi. Dengan demikian, terjadinya pencapaian economics of scope dan economics of scale
korporasi.

2) Mengembangkan bisnis yang baru


Pengembangan ke dalam bisnis baru yang belum pernah kita masuki, seperti Para Group
mengakuisisi terhadap Carrefour, dimana Para Group melakukan strategi diversifikasi terhadap
portofolio bisnisnya.

3) Melakukan divestasi / restrukturisasi perusahaan Banyak korporasi memiliki Strategi


Business Unit maupun Strategic Business Area, akan tetapi tidak semuanya menguntungkan
dan memiliki prospek. Boston Consulting Group dan GE Mc Kinsey Group memperkenalkan
sebuah matriks (Ansoff, 1990), dimana untuk SBA yang ada di pertumbuhan yang rendah dan
pangsa pasar yang rendah, harus diinvestasikan. Astra melakukan restrukturisasi dengan
divestasi terhadap Sumalindo, dan mengalokasikan pertumbuhan pada kelapa sawit dan
infrastruktur.

4) Meningkatkan nilai pemegang saham Melalui merger dan akuisisi, korporasi menjadi
lebih besar, lebih kompetitif, sehingga pertumbuhan menjadi lebih cepat, menghasilkan
keuntungan yang lebih baik dalam return on equity dan return on asset, sehingga memberikan
nilai lebih pada pemegang saham maupun para stakeholders lainnya.

- Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapannya


Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menerapkan strategi
pengembangan bisnis dan korporasi melalui merger dan akuisisi, di antaranya:

1) Perubahan lingkungan yang turbulensi


Pelaksanaan merger dan akuisisi harus dipilih waktu yang tepat. Sebagai contoh, Maybank
merencanakan akuisisi terhadap Bank Internasional Indonesia di tahun 2008, ternyata di
tengah-tengah pelaksanaan terjadi krisis global, akibatnya kondisi berubah total dan
ketidakstabilan perekonomian global. Akibatnya Maybank harus melakukan negosiasi ulang.
Selain itu, banyak pandangan yang melihat kondisi terbaik untuk akuisisi di masa krisis atau
masa booming. Kalau dilihat dari pengalaman Indonesia, krisis merupakan masa terbaik buat
perusahaan melakukan akuisisi, karena banyaknya perusahaan financial distress.

2) Kemampuan Strategik Manajemen perusahaan termasuk kemampuan integrasi dan


pertumbuhan
Kemampuan manajemen dalam melakukan integrasi menjadi sangat penting, proses merger
dan akuisisi diawali dengan ditandatanganinya perjanjian jual beli, bukan pada saat selesainya
perjanjian jual beli. Integrasi budaya, teknologi, orang, sistem dan lainnya dari dua pihak
menjadi satu pihak yang memberikan nilai tambah pada pemegang saham.
3) Sumber daya yang dimiliki
Sinergi antar sumber daya menjadi penting bagi para pihak dalam melakukan merger dan
akuisisi. Melakukan akuisisi terhadap perusahaan yang sejenis persis dengan kita, apakah akan
menambah nilai tambah atau mengakuisisi perusahaan yang berbeda, apakah akan menambah
resiko. Hal seperti ini, perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut.

4) Struktur pasar
Regulator akan meninjau setiap merger dan akuisisi yang akan dilakukan, untuk mengukur
implikasinya kepada konsumen. Sebagai contoh GE mengakuisisi Honeywell di tahun 2001-
2002, transaksi tersebut tidak diperbolehkan oleh European Union,karena GE akan memiliki
kemampuan untuk monopoli dan menekan konsumennya, dengan menguasai industri
pembuatan mesin pesawat, interior pesawat dan leasing pesawat.

5) Struktur pemegang saham


Manajemen wajib memperhatikan akan komposisi dan reaksi pemegang saham terhadap
merger dan akuisisi, banyak kejadian dimana manajemen melakukan merger dan akusisi, tetapi
diberikan reaksi negatif oleh pemegang saham sehingga saham menjadi negatif. Akuisisi
Eastman Kodak terhadap Sterling Drugs Companies, sehingga saham jatuh drastis dalam 1
hari.

- Contoh-Contoh Kasus Merger Di Indonesia


1) Bank CIMB Niaga
Terbentuknya salah satu perusahaan merger di bidang lembaga keuangan atau bank CIMB
Niaga adalah hasil dari merger bank Niaga dan bank Lippo pada tahun 2008. Ini merupakan
penyatuan dimana adanya sebuah bank yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan bank
lainnya. Kedua bank tersebut, bank Niaga dan bank Lippo melakukan merger dengan tujuan
utama agar bisa memperkuat keberadaan mereka di dalam persaingan global. Karena bank
Lippo lah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan bank Niaga, jadi bank Lippo Merelakan
sahamnya dan menanam di bank Niaga, dengan adanya perjanjian bagi hasil dengan
kesepakatan tertentu yang telah sebelumnya disetujui oleh kedua belah pihak bank tersebut.
Dan pada akhirnya memutuskan untuk mengubah namanya menjadi bank CIMB Niaga.

2) Bank Mandiri
Sebelum akhirnya menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia, bank Mandiri merupakan
sebuah perusahaan merger yang terbentuk dari bank Exim, bank BBD atau bank Bumi Daya,
bank Bapindo dan bank Dagang Negara. Keempat bank tersebut mengalami kesulitan dan krisis
hingga melakukan keputusan untuk melakukan proses merger dan membentuk suatu
konsolidasi.Penggabungan keempat bank tersebut menjadi sebuah bank yang saat ini menjadi
salah satu bank yang terbesar dan terpercaya yaitu bank Mandiri.

3) LPKR atau Lippo Karawaci Tbk


LPKR sebenarnya adalah salah satu perusahaan merger yang terbentuk oleh banyak
perusahaan- perusahaan lainnya yaitu : Aryaduta hotel, Siloam health care, kartika abadi
sejahtera, LPL atau Lippo land development, metropolitan tata nugraha, sumber waluyo dan
Ananggadipa berkat mulia yang bergabung dengan LPKR atau Lippo Karawaci Tbk, yang
sekarang telah berkembang di ruang lingkup real estate, perkantoran, pengusahaan gedung dan
penggalian tanah.

4) PT Indofood Sukses Makmur Tbk


Adanya penggabungan PT. Ciputra Property dan PT Ciputra Surya Tbk atau merger
perusahaan dengan Perusahaan besar yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk. PT. Indofood
melakukan penggabungan dan merger dengan berbagai cabang yang akan memperluas dan
memperbesar bursa jaringan perluasan kawasan mereka.

5) CTRA atau PT Ciputra Development Tbk


CTRA melakukan penggabungan atau merger dengan anak atau cabang dari CTRS atau PT
Ciputra Surya Tbk dan CTRP atau PT Ciputra Property Tbk dengan cara pertukaran saham
yang sebenarnya telah melalui persetujuan dari para pemegang saham luar biasa di dalam rapat
umum pada tanggal 27 Desember 2016 lalu.

6) Bank Danamon
Bank danamon adalah bank yang awalnya bernama bank kopra indonesia yang berdiri pada
tahun 1956. Namun pada tahun 1976 bank ini kemudian berubah nama menjadi bank
Danamon.Bank ini sempat menjadi sebuah bank devisa negara, namun pada akhirnya bank ini
menjadi bank take over. Hingga pada akhirnya bank danamon melakukan merger dengan
beberapa bank take over lainnya yaitu bank pos nusantara, bank risjad salim internasional, bank
tiara, bank jayabank international, bank nusa nasional dan bank duta dan melebur dan
membentuk kembali kejayaan bank Danamon.

2. Kinerja Keuangan PT Bukalapak.com pada Q1 2022

Gambar 2.1 Laporan Laba (Rugi) Usaha PT Bukalapak.com

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada kuartal 1 tahun 2022, PT
Bukalapak.com meraih laba hingga Rp 14,421 Triliun. Capaian ini berbalik dari rugi Rp328
miliar pada kuartal I/2021. Diketahui juga bahwa terdapat kenaikan pendapatan sebesar 87%
menjadi Rp 788 Miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Gambar 2.2 Laporan Pendapatan Mitra BukaLapak

Mitra Bukalapak merupakan penggerak utama pertumbuhan Perseroan. Pertumbuhan


Mitra ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh
Bukalapak kepada para Mitra. Pada akhir bulan Maret 2022, jumlah Mitra yang telah terdaftar
mencapai 13,1 juta, meningkat dari 11,8 juta pada akhir Desember 2021.Berdasarkan gambar
2.2, dapat dilihat bahwa pada Q1 2022 pendapatan dari mitra Bukalapak meningkat Rp 471,8
Miliar atau hampir 47% dibandingkan Q4 2021. Kontribusi mitra Bukalapak terhadapa BUKA
pada Q1 2022 meningkat 60% dibandingkan Q1 2021.

Investasi pada entitas asosiasi sebesar Rp775 miliar, meningkat sebesar 100%
dibandingkan pada tanggal 31 Desember 2021. Peningkatan seluruhnya berasal dari investasi
Perseroan pada PT Allo Fresh Indonesia. Kas dan setara kas sebesar Rp20 triliun, menurun
sebesar Rp4,7 triliun atau 19% dibandingkan pada tanggal 31 Desember 2021 sebesar Rp24,7
triliun. Penurunan terutama disebabkan untuk investasi, pembayaran atas beban operasional
dan hutang jangka pendek.

Pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 0 pada 31 Maret 2022, menurun sebesar Rp2
triliun atau 100% dibandingkan pada 31 Desember 2021 sebesar Rp2 triliun. Penurunan
disebabkan oleh pelunasan atas fasilitas pinjaman jangka pendek di PT Bank DBS Indonesia
tersebut. Liabilitas atas pembayaran berbasis saham jangka pendek sebesar Rp589 miliar pada
31 Maret 2022, meningkat sebesar Rp580 miliar atau 6.383% dibandingkan pada 31 Desember
2021 sebesar Rp9 miliar.

Berdasarkan penjelasan diatas, saya berpendapat bahwa peningkatan total aset


Perseroan pada tanggal 31 Maret 2022 tersebut menunjukan semakin membaiknya kinerja
Perseroan dalam mengelolah aset yang dimiliki. Hal ini menunjukan bahwa pada Q1 2022
kinerja keuangan PT Bukalapak.com membaik dikarenakna hal-hal diatas. Di samping itu
peningkatan efisiensi yang diiringi dengan pertumbuhan yang kuat, Bukalapak juga memiliki
permodalan yang kuat dengan posisi kas Perseroan sebesar Rp 20,0 triliun pada akhir bulan
Maret 2022.
3. Penggunaan Business Life Cycle dan Financial Strategy dalam menganalisa kondisi
perusahaan.

Strategi bisnis dapat dikaitkan dengan business life cycle, dimana disini perlu dipahami
bahwa mungkin saja dapat sama atau dapat juga berbeda. Life cycle dibagi menjadi empat tahap
penting, yaitu introduction (awal), Growth (pertumbuhan), Mature (matang) dan Decline
(menurun), adapun karakteristik dari tahapan ini dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan masing-
masing tahapan, dimana tahap awal dan tahap pertumbuhan ditandai dengan tingkat
pertumbuhan industri yang mulai bergerak naik dan terus tumbuh cepat, sedangkan tahap
mature (matang), dimana pertumbuhan sudah mulai melambat, pertumbuhan ini akan negatif
jika sudah sampai pada tahap decline. Posisi perusahaan berada dalam tahap life cycle yang
mana, dapat menentukan tingkat kekrusialan dan komplek dalam mengambil keputusan bisnis
yang berhubungan dengan aspek keuangan. Kegagalan dalam menganalisis posisi perusahaan
maka dapat berakibat fatal, tanpa dukungan keuangan yang memadahi, maka bisnis tidak dapat
berjalan lancar, sampai pada kenyataan bahwa perusahaan didirikan untuk memperoleh laba
dalam jangka pendek sehingga mampu membayar gaji karyawan dan pengeluaran lainnya, dan
dalam jangka panjang perusahaan harus mampu meningkatkan kesejahteraan pemegang saham
dan nilai perusahaan.

Perencanaan keuangan strategis berbeda-beda sesuai dengan tahapan siklus bisnis yang
terdiri dari empat tahap. Pada saat perusahaan memutuskan untuk tumbuh secara agresif, atau
bahkan tumbuh lebih besar dari rata-rata industri , berarti akan ada perusahaan sejenis yang
terpukul karena market sharenya telah terambil, jika keputusan telah diambil untuk
pertumbuhan agresif, maka kegiatan investasi dan pendanaan harsu menyesuaikan degan
strategi bisnis agresif tersebut. Disiplin dalam menjalankan Strategi keuangan menjadi tugas
utama seorang direktur keuangan. Tujuan utama strategi keuangan perusahaan adalah
meningkatkan nilai perusahaan melalui investasi yang dilakukan serta didukung oleh
pendanaan yang memadahi dan efisien.

Seperti contoh pada PT Bank BRI Tbk yang saat ini sudah dalam posisi mature dalam
business life cycle. Namun pada posisi inilah akan terjadi persaingan yang intens, terlebih lagi
saat ini sudah banyak bermunculan perusahaan rintisan atau startup fintech yang menawarkan
segudang manfaat untuk customernya. Kendala yang dihadapi PT Bank BRI Tbk dalam
menghadapi fintech adalah dari segi adaptasi dan sosialisasi terhadap sebuah perubahan, karena
PT Bank BRI Tbk merupakan bank yang sudah cukup tua dengan jumlah nasabah yang sangat
banyak yangg tersebar diperkotaan hingga pelosok desa. Fintech terhadap perbankan
menjelaskan fenomena dimana sebuah inovasi mengubah pasar atau sektor yang ada dengan
memperkenalkan kesederhanaan, kenyamanan, aksesibilitas, dan keterjangkauan (simplicity,
convenience, accessibility, and affordability) di mana komplikasi (keruwetan) dan biaya tinggi
di posisi status quo. Awalnya, inovasi yang mengganggu terbentuk di (niche market) pasar
terbatas yang tampak tidak menarik atau tidak penting (inconsequential) bagi industri yang
sudah eksis (industry incumbents), namun akhirnya produk atau ide baru sepenuhnya me
redifinisi industry. PT Bank BRI Tbk dalam menghadapi fintech sudah berada pada tahap
stabil, hal ini terjadi karena PT Bank BRI Tbk sudah mampu melakukan kolaborasi atau
kerjasama dengan perusahaan fintech untuk mengembangkan dan melakukan optimalisasi
bisnis dan sumber daya melalui konsep digital banking.

Anda mungkin juga menyukai