OLEH
FILDZAH FITRIA
177019026
PENDAHULUAN
pemerintahan berikut gejolak sosial di dalam negeri pada awal tahun 2009.
Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak
perusahaan, baik pada skala nasional, regional maupun global. Sebagian dari
contoh kasus dari faktor eksternal ini yang menjadi kendala dalam berusaha
Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan Lippo Group yang berdiri pada
Berita terbaru banyaknya perusahaan Lippo Group menerbitkan dan ada pula
yang keluar dari suatu unit perusahaan. Megaproyek meikarta menjadi pertaruhan
besar bagi bisnis Lippo Group. Nasib megaproyek dengan investasi yang
bisnis Lippo Group. Saham Lippo group anjlok sejak kasus tersebut. Saham PT
Lippo cikarang Tbk yang membawahi proyek Meikarta anjlok 13,36 persen.
Bahkan,saham emiten berkod LPCK sepanjang tahun ini telah kehilangan nilainya
hingga 69 persen dari semula Rp 3.150 menjadi Rp 1.200. hal yang sama juga
dialami saham PT Lippo Karawaci Tbk yang pada tanggal 16/10 kemarin juga
terseret turun 5,52 persen dan sudah anjlok 61,9 persen sepanjang tahun ini. Maka
tak hanya perusahaan di sektor properti, saham anak usaha Lippo Group dibidang
lainnya juga ikut terimbas oleh kasus tersebut. Sepanjang tahun sahan PT Siloam
Prima Tbk (MPPA) merosot hinga 2,37 persen, saham PT Lippo Securities Tbk
(MLPT) anjlok hingga 31,6 persen kelevel Rp765 dari semula Rp 790. Namun
Kinerja keuangan Lippo Cikarang justru merosot. Pada akhir 2017, laba
bersih perusahaan turun 32,05 persen dari Rp540 miliar pada akhir 2016 menjadi
1,7 triliun. Dan berlanjut pada kuartal 2018, tercatat laba perseroan anjlok 66,71
sebelumnya Rp214,63 miliar. Ada potensi kerugian atas proyek meikarta bagi
Penurunan kinerja tak hanya dialami Lippo Cikarang , induk uahannya, Lippo
karawaci juga mengalami penurunan laba pada 2017 sebesar 30,39 persen dari
Rp882,41 miliar pada 2016 menjadi Rp614,17 persen. Penurunan laba juga
berlanjut pada kuartal I 2018 dari Rp226,3 miliar pada kuartal I 2017 menjadi
Rp180,6 miliar.
dengan total US$ 930 juta pada tanggal 12/3/2019. Rinciannya, LPKR akan
menerbitkan saham baru US$730 juta dan LPCK senilai US$200 juta. Aksi
balance sheet kedua perushaan. Sejak rights issue para pemegang saham lain ikut
untuk subscribed,karena hal ini sebuah peluang yang baik. Kalaupun tidak ikut
menyerap, Lippo Group siap menjadi pembeli siaga, stanby purchaser dan diluar
ada beberapa investor yang sudah di share dipress rilis yang akan siap menjadi
purchaser.
Mengenai balance sheet, Lippo Karawaci sekarang total utang sekitar US$
900 juta, jadi tentunya dengan right issue US$ 1 miliar, balance sheet jadi sangat
kuat, menurunkan tingkat utang, dari US$ 1 miliar menjadi US$275 juta yang
perolehan dana hasil rights issue tersebut mengakibatkan tekanan likuiditas Lippo
Karawaci pada 12 bulan hingga 18 bulan kedepan berkurang tajam. S&P Global
Ratings pada tanggal 18/7/19, memutuskan untuk menaikan kredit jangka panjang
Lippo Karawaci dari CCC+ menjadi B-. S&P Global Ratings juga mengerek
peringkat jangka panjang untuk obligasi senior tanpa jaminan yang dijamin Lippo
Karawaci dari CCC+ menjadi B-. dan juga menghapus status creditwatch pada
issue. Dengan begitu dapat memenuhi kewajiban sewa dan pembayaran bunga
melakukan pengurangan sedikit utang. Akan tetapi meskipun metric kredit sedikit
ditingkat induk untuk membayar hutang terbilang tipis, sebab, Lippo Karawaci
memiliki arus kas operasi yang terbatas di tingkat induk. Untuk Lippo Cikarang
dan Siloam International Hospitals tidak akan memberi dividen kepada Lippo
mencapai puncak di posisi 2,4 kali pada 2019 sebelum akhirnya turun menjadi 1
modal bijak, adanya penyangga likuiditas yang baik, dan rasio EBITDA terhadap
bunga utang di atas 2 kali secara berkelanjutan. Selain itu, kenaikan peringkat
juga akan bergantung pada tidak adanya jatuh tempo utang dalam jumlah besar
terncana yang dibangun oleh PT Lippo Karawaci Tbk pada 17 agustus 2017 di
Cikarang, turut berimbas kepada Lippo Group serta anak perusahaan lainnya.
John Riady salah satu putra mahkota Lippo Group disipakan untuk membereskan
dan juga mengembangkan operasinya. Modal merupakan hak atau bagian yang
dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus
dan laba yang ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
modal yang digunakan perusahaan, apakah lebih berdasar pada pendanaan dari
laba, hutang, dan saham yang dimulai dari harga terendah sesuai Pecking
Order Theory, atau didasarkan pada cost dan benefitnya antara biaya modal
Nos12 \l 1033 ] .
Menurut Rodoni & Ali (2014), Struktur modal adalah proporsi atau
saham. Struktur modal pada penelitian ini diukur dengan rasio leverage yaitu
perimbangan antara total utang (jangka pendek plus jangka panjang) dengan total
yang didapat oleh kreditur perusahaan. Singkatnya, Semakin tinggi rasio hutang,
semakin rendah biaya modalnya, tetapi hal ini akan menyebabkan semakin
dari pendanaan eksternal yaitu hutang yang besar, maka akan meningkatkan
1033 ]) menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal adalah struktur yang
lebih lanjut bahwa struktur modal yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan
Rasio yang digunakan dalam struktur modal ini adalah Financial Leverage
atau leverage keuangan adalah tingkat dimana sekuritas dengan pendapatan tetap
(hutang dan saham preferen) digunakan oleh perusahaan dalam struktur modalnya
(Brigham dan Ehrhardt, 2005). leverage keuangan adalah seberapa besar tingkat
hutang atau saham preferen digunakan oleh perusahaan dalam mendanai kegiatan
merupakan beban tetap bagi perusahaan. Tingkat leverage ini seringkali dikaitkan
dengan risiko keuangan. Risiko keuangan adalah risiko tambahan yang harus
kewajiban untuk membayar pokok maupun bunga hutang nya. Penggunaan hutang
mengurangi laba sebelum pajak, karena beban bunga menjadi salah satu
pengurang dalam pendapatan meskipun pada akhirnya mengurangi beban pajak
return yang rendah kepada pemegang sahamnya, leverage yang lebih besar akan
hutangnya agar mendapatkan penghematan pajak. Selain itu, lender lebih bersedia
(2007) dan Sheikh dan Wang (2011) menunjukan bahwa ukuran perusahaan
maka semakin membuat pendanaan dengan hutang bukan lagi menjadi prioritas.
berpengaruh positif tidak signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Acaravci (2015), Guna dan Sampurno (2018), (Krisnanda dan
Wiksuana, 2015) dan Maryanti (2016). angibility dengan teori trade off
berwujud, yang mengisyaratkan bahwa aset ini dapat mendukung lebih banyak
positif dengan struktur keuangan. Sesuai dengan uraian tersebut, maka dapat
investasi (Acaravci, 2015). Menurut Dewi, Hadi, dan Nalurita (2019), Variabel
leverage. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryanti
Goyal, 2009). Hasil penelitian Eriotis et al. (2007) dan Sheikh dan Wang (2011)
penerbitan utang yang umumnya dalam bentuk utang jangka panjang (Mai, 2006).
dan Growth Opportunities. Jika rasio hutang yang sesungguhnya berada dibawah
akan meningkatkan harga saham tersebut. Karena itu, Penentuan struktur modal
seperti naik turunnya suku bunga serta perubahan tarif pajak. Apabila struktur
modal optimal, maka perusahaan dapat terhindar dari risiko kesulitan keuangan.
Struktur modal yang optimal pada suatu perusahaan akan menghasilkan efisiensi
terkait biaya modalnya. Rustam (2015) menyatakan, apabila pasar efisien, maka
hal ini akan diikuti dengan respon pasar yang positif yaitu harga sahamnya di
perusahaannya.
rasio hutang dijelaskan oleh deviasi dari tingkat target hutang yang ada saat itu
dikemukakan ciri khas dari model Partial adjustment model (PAM), di mana
koefisien adalah positif. Koefisien regresi dari lagged leverage (LEVt-1) sama
struktur modal menuju target leverage sebesar 0,403507 atau 40,3507% per tahun
yang berarti bahwa perusahaan pada sektor pertanian tidak optimal dalam melakukan
bahwa lagged leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage dan
penyesuaian struktur modal menuju struktur modal optimal sebesar 1,3686 atau
136,86% per tahun yang berarti perusahaan non finansial di BEI melakukan
penyesuaian lebih daripada tingkat yang dibutuhkan untuk mencapai leverage yang
optimal (over-adjustment).
penyesuaian 0,4078 atau 40,78% per tahun. Sedangkan dalam penelitian Fuady
target hutang tetapi masih underleverage dengan kecepatan sebesar 0,4261 atau
yang masih fluktuatif, hal ini kemudian menjadi fenomena gap. Dan beberapa
perusahaan. Saalah satunya saham yang anjlok, terjadi likuiditas, balance sheet
yang tidak sustainable dan sehat, dan masalah casfhlow. Penulis tertarik melihat
struktur modal perusahaan Lippo Group sebelum dan sesudah adanya megaproyek
modal terhadap target struktur modal optimal pada perusahaan Lippo Group
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Setelah studi yang dilakukan oleh Modigliani dan Miller (1958, 1963),
muncul jalur penelitian yang dikenal sebagai trade-off theory (TOT) . Menurut
trade-off theory, titik awal tinjauan keputusan struktur modal perusahaan adalah
(tax shield benefit of leverage) dengan cost financial distress dan agency problem.
atau tidak bila seandainya sebagian modal sendiri diganti dengan hutang atau
sebaliknya.
komposisi modal dan hutang yang sebaiknya digunakan dalam perusahaan agar
mendapatkan hasil yang optimal. Hasil yang optimal tersebut tidak hanya
dinikmati oleh perusahaan saja, tetapi para pemegang saham perusahaan juga akan
keuangan yang harus dibayar dan ditambahkan pada biaya tetap operasi tanpa
hutang akan lebih berisiko daripada perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
Pengertian modal kerja menurut Djarwanto (2011:87), Modal kerja adalah
kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut
modal kerja bersih. Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal
dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena
menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada
utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka
Adalah selisih antara harga beli dengan harga jual surat berharga
tersebut.
3. Penjualan saham
Adalah yang dijual yaitu aktiva tetap yang kurang produktif atau masih
menganggur.
5. Penjualan obligasi
pihak lainnya.
6. Memperoleh pinjaman
8. Sumber lainnya
1. Perusahaan dengan risiko usaha yang lebih rendah dapat meminjam lebih
lebih besar.
dan goodwill. Hal ini disebabkan karena intangible assets lebih mudah
assets.
membayar pajak pada tingkat yang lebih rendah karena bunga yang
cost of debt, biaya kebangkrutan, non debt tax shield, profitabilitas, ukuran
2.1.1.1 Profitabilitas
oleh perusahaan lebih kecil dari hutangnya, maka akan meningkatkan risiko
terhadap perusahaan yang lebih besar. Disamping itu, size juga akan
oleh pasar sebagai hasil kerja manajemen yang buruk. Chen dan Jiang
klaim kontraktualnya ketika jatuh tempo. Oleh karena itu, teori keuangan
(Acar, 2018).
Aset yang bersifat tangible lebih mudah dinilai daripada aset yang
aset yang bersifat intangible akan dengan cepat hilang. Jaminan hutang
perusahaan yang mempunyai nilai aset lebih besar. Jika hutang dapat
proyek yang telah ditentukan. Jika tidak ada jaminan yang dapat digunakan,
maka kreditur akan meminta syarat yang lebih banyak dan ketat, sehingga
hutang. Perusahaan yang memiliki aset tetap yang dapat dijadikan sebagai
tertentu dimana tangible assets nya dapat menjamin pembayaran pokok dan
bunga hutang agar mereka mendapatkan manfaat pajak dari bunga dan
meminimalkan risiko kebangkrutan ketika gagal bayar.
dan mempunyai financial distress costs yang lebih tinggi. Selain itu,
dalam Frank dan Goyal, 2009), oleh karena itu, perusahaan yang
Akhir-akhir ini, berbagai studi tentang model linier dinamis telah banyak
lambat.
dihasilkannya output.
tabungan jangka panjang, tiga atau tujuh tahun, tidak dapat segera ditarik,
Berkaitan dengan hal ini maka biasanya peneliti membentuk dan menaksir
atau fenomena yang ada dalam perekonomian, namun juga tidak terlalu kompleks
Oleh karena itu, dalam rangka menurunkan model linier dinamis di negara
distributed lag dan fungsi biaya kuadrat (quadratic cost function). Secara umum
melalui pendekatan ini dapat diturunkan model dinamik seperti misalnya Model
Penyesuaian Parsial (Partial/Adjustment Model - PAM) dan Model Koreksi
Variabel tak bebas yang diharapkan tergantung dari tingkat nilai sekarang dari
Model ini berasumsi bahwa variabel tak bebas Y yang diharapkan dalam
periode t ditulis (Yt *) tidak dapat diobservasi secara langsung. ariabel Y t* akan
sebagai berikut:
Y t∗¿ α 0+ α 1 x t +e t (2.1)
dimana:
variabel Y t∗¿ tidak teramati karena masih merupakan target sehingga variabel ini
harus diganti dengan menaksir modelnya. Jika Y t∗¿ adalah struktur modal
optimal pada periode t dan Yt adalah nilai actual struktur modal maka model
dalam suatu periode waktu tertentu t merupakan pecahan δ dari perubahan nilai
yang diharapkan untuk periode tersebut. Jika nilai δ = 1, berarti nilai Y aktual
sama dengan nilai Y yang diharapkan. Hal ini berarti nilai aktual Y menyesuaikan
terhadap nilai Y yang diharapkan dengan segera dalam periode yang sama. Akan
tetapi, kalau nilai δ = 0, berarti nilai Y yang sebenarnya pada saat t sama seperti
yang diamati pada tahun sebelumnya (tidak ada perubahan). Nilai δakan terletak
keseimbangan tidaklah sempurna. Oleh karena itu model penyesuaian ini disebut
periode t akan direspon hanya secara parsial oleh perbedaan (selisih) nilai Y yang
earning volatibility dan non debt tax shield terhadap financial leverage pada
opportunity, earning volatility dan non debt taxes shield tidak mempengaruhi
financial leverage.
the pecking order theory is more powerful in explaining the capital structure than
thetrade-off theory.
structure: an empiris study of firms in iran. The results of the study suggest that
liquidity, growth, risk and state ownership affect all measures of capital structure
financing source for corporations in Iran. The results of the present research are
consistent with some capital structure theories.
indicate that conventional commercial banks are more levered than Islamic
profitable and have relatively safe earnings than Islamic commercial banks. In
contrast, Islamic commercial banks have relatively more fixed operating assets
negatively, whereas bank size and earnings volatility are positively, related to
book leverage of conventional commercial banks. On the other hand, only three
variables, namely, profitability, bank size and tangibility, have material effects on
are negatively while bank size is positively related to book leverage of the Islamic
banks. In sum, results of the study indicate that Islamic and conventional
commercial banks have their own way to choose the capital structure than the
yang memiliki pengaruh signifikan di dalam taraf signifikansi 0,05. Tiga variabel
tersebut adalah profitabilitas, free cash flow, dan assets tangibility. Besarnya
koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,254 untuk perusahaan
PMA dan 0,257 untuk perusahaan PMDN. Uji chow yang digunakan dalam
penelitian ini menampilkan nilai sebesar 6,613 yang lebih besar dari nilai F tabel
shows that the actual debt adjustment to the target debt at a rate of 42.61% per
year. This suggests that public companies in Indonesia shows the debt optimizing
behavior by adjusting the actual debt to the target optimal debt in accordance
with the concept of dynamic capital structure based on the trade-off theory.
off theory tetapi masih underleveraged dan memerlukan waktu 2,45 tahun untuk
optimal agar mendapatkan manfaat dari penyesuaian struktur modal dengan tidak
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO Peneliti, Judul & Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian
Tahun
1 Dewi, Hadi, dan Variabel Dependen: Analisi Model Hasil penelitian
Financial Leverage Regresi Data ini menunjukkan
Nalurita Panel bahwa likuiditas
Variabel independen: berpengaruh
Pengaruh liquidity, profitability, ukuran signifikan
profitability, perusahaan , asset terhadap financial
ukuran perusahaan tangibility, growth leverage,
, asset tangibility, opportunity, earning sementara itu
growth volatibility dan non profitabilitas,
opportunity, debt tax shield ukuran
earning volatibility perusahaan,
dan non debt tax tangibility, growth
shield terhadap opportunity,
financial leverage earning volatility
pada perusahaan dan non debt
building taxes shield tidak
contruction di mempengaruhi
bursa efek financial leverage.
Indonesia (2019)
2 Oka warmana dan Variabel Dependen: Partial Lagged leverage,
I Wayan Struktur Modal adjustment profitabilitas,
Widnyana model peluang
Variabel independen: pertumbuhan dan
Determinan dan profitability, peluang likuiditas
kecepatan pertumbuhan, ukuran signifikan
penyesuaian perusahaan , asset mempengaruhi
struktur modal tangibility, Likuiditas struktur
perusahaan pada modal.Perusahaan
sektor pertanian di memiliki target
bursa efek struktur modal
Indonesia (2016) dan menyesuaikan
struktur modal
saat ini ke arah
target tersebut.
Pecking order
theory lebih kuat
menjelaskan
pilihaan struktur
modal daripada
trade-off theory.
pada masing- masing perusahaan di Lippo Group. fenomena gap serta research
internal daripada utang dan penerbitan ekuitas baru, sehingga menurut teori ini
perusahaan yang lebih profitabel akan menggunakan leverage yang lebih rendah
(Frank dan Goyal, 2009). Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan Return
hutang yang relatif kecil. Hal ini disebabkan dana yang dihasilkan secara internal
semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan semakin kecil tingkat hutang.
Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari total aset. Ukuran
lebih mudah diakses oleh pihak luar, sehingga perusahaan cenderung mendanai
keuangannya dari sumber yang sensitif terhadap informasi internal, yaitu dengan
ekuitas melalui pasar modal(Frank dan Goyal, 2009).Temuan Eriotis et al. (2007)
dan Sheikh dan Wang (2011) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
cenderung gagal dalam memenuhi klaim kontraktualnya ketika jatuh tempo. Oleh
positif antara leverage dan tangibility. Aset berwujud biasanya relatif memberikan
jaminan tinggi terhadap aset tidak berwujud, yang mengisyaratkan bahwa aset ini
pembiayaan ekuitas, karena lebih tinggi perusahaan dengan leverage lebih besar
memiliki daya ungkit yang lebih rendah karena mereka memiliki kekuatan yang
lebih besar insentif untuk menghindari kurangnya investasi dan penggantian aset
yang dapat timbul dari pemegang saham- pemegang obligasi konflik keagenan.
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
Struktur Modal
Earning Volatility
Assets Tangibility
Growth
Opportunities
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis
dan disajikan pada gambar 2.1, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi
dibandingkan dengan diskriptif dan komparatif karena dengan penelitian ini dapat
dibangun suatu teori yang dapat berfungsi unguk menjelaskan, meramalkan dan
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Maka jenis penelitian ini
tahun 2019 dengan mengambil data 3 tahun perusahaan Lippo Group pada 2016-
2018.
ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Alasan peneliti
tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian dan peneliti lebih fokus
sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) bagian,
antara lain:
3. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan dari perusahaan
akibat, karena adanya variabel bebas [ CITATION Sug12 \l 1033 ]. Variabel terikat
(Y) pada penelitian ini adalah struktur modal. Untuk mengukur struktur modal
perusahaan, peneliti menggunakan rasio leverage yang dikenal pula dengan istilah
1033 ]. Menurut Syahyunan (2015), debt ratio adalah mengukur jumlah aset
perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. Pada
penelitian Fuady (2014) digunakan rasio total utang terhadap total aset (LEV) sebagai
informasi mengenai apa yang tersisa bagi pemegang saham ketika perusahaan
dilikuidasi.
Total Utang
L EV =
Total Aset
3.4.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
1. Profitabilitas
internal daripada utang dan penerbitan ekuitas baru, sehingga menurut teori
ini perusahaan yang lebih profitabel akan menggunakan leverage yang lebih
rendah (Frank dan Goyal, 2009). Dalam penelitian ini profitabilitas diukur
leverage.
ROA
Profitabilitas=
Total Aset
perusahaan yang ditunjukan dari total aktiva, jumlah penjualan, rata- rata
penjualan, dan rata-rata total aktiva. Semakin besar total aktiva yang dimiliki
3. Earning Volatility
EBIT dalam membayar bunga, yakni rasio antara standar deviasi EBIT
yang dapat dijadikan jaminan dan memiliki wujud fisik. Dalam penelitian ini,
aset berwujud diukur dengan rasio aset tetap dengan aset total, variabel ini
5. Growth Opportunity
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
N Variabel Defenisi Indikator Skala
o Operasional Ukur
Struktur
Modal
(Leverage)
adalah
mengukur
jumlah aset Total Utang
Struktur Modal
1 perusahaan Rasio
(Y) Total Aset
yang dibiayai
oleh utang
atau modal
yang berasal
dari kreditur.
Profitabilitas
adalah
Kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
Profitabilitas laba setelah EBIT
2 Rasio
(X1) terjadi Total Aset
pengurangan
antara
pendapatan
dengan biaya-
biaya
perusahaan.
Semakin besar
total aktiva
yang dimiliki
perusahaan,
semakin besar
ukuran
perusahaan,
sehingga
Ukuran SIZE = Ln (Total Assets)
semakin besar
3 Perusahaan Rasio
kesempatan
(X2)
perusahaan
atau
kemampuan
perusahaan
memperoleh
sumber-
sumber dana
eksternal.
Earning
Volatility
mengukur
keragaman
Earning standard deviasi ebit
kemampuan vola=
4 Volatility Rasio
perusahaan biaya bunga
(X3)
pada EBIT
dalam
membayar
bunga
Aset berwujud
menunjukkan
seberapa besar
aset yang
dimiliki Aset Tetap
Aset Berwujud
5 perusahaan Rasio
(X4) Total Aset
yang dapat
dijadikan
jaminan dan
memiliki
wujud fisik.
Growth
Opportunity
adalah
perusahaan (lembar saham beredar x harga saham)
Growth
yang memiliki Growth= total Ekuitas
6 Opportunity Rasio
peluang untuk
(X5)
mencapai
tingkat
pertumbuhan
yang tinggi.
3.5.1 Populasi
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-
seluruh perusahaan Lippo Group yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2016- 2018. Seluruhnya berjumlah 12 perusahaan.
3.5.2 Sampel
sampling yang cukup sering digunakan. kriteria sampel yang diinginkan peneliti
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Daftar Sampel Penelitian Pada Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate
No Kode Nama Perusahaan
1 LPCK LIPPO CIKARANG TBK
2 LPGI LIPPO GENERAL INSURANCE TBK
3 LPKR LIPPO KARAWACI TBK
4 LPPF MATAHARI DEPARTEMENT STORE TBK
5 LPPS LIPPO SECURITIES TBK
6 MLPL MULTIPOLAR TBK
7 MLPT MULTIPOLAR TECHNOLOGY TBK
8 MPPA MATAHRI PUTRA PRIMA TBK
9 NOBU BANK NATIONAL TBK
10 SILO SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK
11 LPLI STAR PACIFIC TBK
12 GMTD GOWA MAKASSAR TOURISM
DEVELOPMENT TBK
Sumber : www.idx.co.id (data diolah,2019)
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diambil dari situs www.idx.co.id. Data yang
diperoleh adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka atau
bilangan[ CITATION San10 \l 1033 ]. Sifat data ini adalah pooling data atau
combined model, yaitu gabungan antara data time-series dan data cross section.
Menurut Sangadji (2010), data time-series adalah data yang dikumpulkan dari
perkembangan dan data cross section yaitu data yang dikumpulkan pada satu
Pola penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan
melalui studi pustaka yaitu mencari jurnal, penelitian terdahulu serta buku–buku
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tahap kedua yaitu dengan studi
Lippo Group yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016
regresi data panel dengan pendekatan partial adjustment model, dan uji asumsi
diperoleh gambaran yang jelas mengenai topik ataupun masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini model alat analisis yang digunakan adalah model
pendekatan PAM (Partial Adjusment Model) dimana model pendekatan PAM ini
memunculkan variabel lag yaitu Y(t-1) sebagai variabel yang bersifat stokastik
oleh Nerlove dalam modal penyesuaian stok atau penyesuaian parsial. Model
penyesuaian ini mengacu pada model percepatan fleksibel dari teori ekonomi
jangka panjang yang diperlukan untuk memproduksi hasil (output) tertentu dalam
peneliti sebelumnya yakni Jalilvand dan Harris (1984), Shyam-Sunder dan Myers
(1999), Fama dan French (2002), Flannery dan Rangan (2006) yang
menyertakan bahwa perubahan rasio hutang dijelaskan oleh deviasi dari tingkat
target hutang yang ada saat itu [CITATION Fua14 \l 1033 ]. Struktur modal pada
penelitian ini akan diwakili oleh rasio utang atau biasa disebut sebagai leverage
sebagai berikut:
Tingkat model yang diinginkan tidak bias diamati secara langsung, nerlove
perusahaan tidak dapat secara penuh menyesuaikan struktur modalnya dari periode
(3.2)
Dimana :
LEV ¿i ,t adalah leverage yang optimal pada perusahaan i dan pada periode t
modal optimal hanya dapat diamati pada akhir tahun (akhir periode), yaitu
LEV i ,t =δ β 0 +δβ 1 PROFT i ,t + δ β 2 ¿ ¿ i ,t +δβ 3 VOLA i , t +δβ 4 TANGi , t +δβ 5 GROWTH i ,t +δε i, t + ( 1−δ ) LEV
3.4)
karena :
α 0=¿δ β α
0 1=¿δ β1 α 2=¿ δ β ¿ ¿
α ¿
2 3=¿ δ β α ¿
3 4=¿ δ β α ¿
4 5=¿ δ β α ¿
5 6=¿ (1−δ )¿
α 0 = Intercept
α 1 = Koefisien regresi variabel profitabilitas (PROFT),
ε = Error Term
t = Waktu
i = Perusahaan
Model persamaan PAM (partial Adjustment Model) dalam jangka panjang, yaitu:
karena struktur modal aktual tidak akan selalu sama dengan dengan
Data panel adalah kombinasi antara data silang tempat (cross section)
dengan data runtut waktu (time series) (Kuncoro, 2011). Widarjono (2009)
model regresi dengan data panel, yaitu pooling least square (Common Effect),
pendekatan efek tetap (Fixed Effect), pendekatan efek random (Random Effect).
rentang waktu beberapa tahun dan juga banyak perusahaan. Pertama penggunaan
data time series dimaksudkan karena dalam penelitian ini menggunakan rentang
waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2016-2018. Kemudian penggunakan cross
section itu sendiri karena penelitian ini mengambil data dari banyak perusahaan
(pooled) yang terdiri dari sepuluh perusahaan Group Lippo dijadikan sampel
penelitian.
series dan menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel
dibandingkan dengan kedua model lainnya. Model ini tidak dapat membedakan
varians antara silang tempat dan titik waktu karena memiliki intercept yang tetap,
Random effect disebabkan variasi dalam nilai dan arah hubungan antar
(Kuncoro, 2012). Model ini mengestimasi data panel yang variabel residual
diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar subjek. Menurut Widarjono
(2009) model random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan model fixed
effect yang menggunakan variabel dummy. Metode analisis data panel dengan
model random effect harus memenuhi persyaratan yaitu jumlah cross section
untuk setiap subjek (cross section), tetapi slope setiap subjek tidak berubah seiring
berbeda setiap subjek sedangkan slope tetap sama antar subjek. Dalam
(Kuncoro, 2012). Model ini sering disebut dengan model Least Square Dummy
Variables (LSDV)
Untuk menentukan model terbaik antara common effect, fixed effect, dan
random effect menggunakan dua teknik estimasi model. Dua teknik ini digunakan
dalam regresi data panel untuk memperoleh model yang tepat dalam
mengestimasi regresi data panel. Dua uji yang digunakan, pertama Chow test
digunakan untuk memilih antara model common effect atau fixed effect. Kedua,
Hausman test digunakan untuk memilih antara model fixed effect atau random
1. Chow Test
dengan fixed effect (Widarjono, 2009). Chow test dalam penelitian ini
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya, H 0 diterima jika P-
value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang digunakan sebesar 5%.
2. Hausman Test
Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan random effect dalam
menentukan model yang terbaik untuk digunakan sebagai model regresi data
dengan Chow test yaitu program Eviews. . Hipotesis yang dibentuk dalam
H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya, H 0 diterima jika P-
value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang digunakan sebesar 5%.
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).
1. Uji Normalitas
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual
yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-
masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang
jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.
Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai
Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya
metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh
dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan
akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva
2. Uji Multikolinearitas
dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance
mengukur variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya. Jadi multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance < 0.10 atau
nilai VIF > 10. Menurut Ghozali (2013) terdapat beberapa cara untuk
b. Memiliki nilai VIF lebih dari 10 (lebih besar 10) dan nilai tolerance
kurang dari 0,10 (lebih kecil 0,10), maka model terjadi problem
3. Uji Autokorelasi
periode berikutnya. Masalah autokorelasi sering terjadi pada data time series
(runtut waktu). Deteksi autokorelasi pada data panel dapat melalui uji Durbin-
4. Uji Heteroskedastisitas
dengan cara:
a. Melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Dimana jika residual
diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs*R-Squared. Jika nilai
Jika nilai p-value Obs*R-square < α, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil
berarti variabel dependen yang sangat terbatas. Dan nilai yang mendekati 1
yang ada dalam model pada penelitian ini mempunyai pengaruh secara bersama-
struktur modal.
modal.
b. Tolak H0 (terima H1) bila F-hitung > F-tabel atau sig. t < α (0,05).
1. profitability
terhadap struktur modal pada perusahaan Group Lippo di Bursa Efek Indonesia.
2. Ukuran perusahaan
signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan Group Lippo di Bursa Efek
Indonesia.
3. Earning volatility
Efek Indonesia.
4. Assets Tangibility
5. Growth Opportunity
dan signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan properti dan real
Tolak H0 (terima H1) bila t-hitung > t-tabel atau sig. t < α (0,05).