PROPOSAL
OLEH
MUHAMMAD IQBAL BAYUSENAPATI
NIM 170413618232
A. Latar Belakang
Struktur modal merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
daya tahan perusahaan. Struktur modal memberikan pengaruh strategis bagi pencapaian
tujuan jangka panjang perusahaan. Namun di sisi lain, keputusan pendanaan perusahaan
merupakan proses yang sangat kompleks. Terdapat berbagai tahapan variasi dan pilihan
pendanaan yang dapat menimbulkan pengaruh terhadap kondisi perusahaan di masa
yang akan datang. Pemilihan sumber pendanaan yang tepat merupakan kunci utama
dalam pengoptimalan struktur modal perusahaan. Struktur modal secara signifikan
berpengaruh terhadap beban dan ketersediaan modal sehingga mempengaruhi kinerja
perusahaan. Sementara itu, struktur modal yang kurang optimal mempengaruhi kinerja
dan meningkatkan risiko kegagalan bisnis. Perusahaan membutuhkan struktur modal
yang optimal untuk memaksimalkan laba serta mempertahankan kemampuan
perusahaan dalam menghadapai lingkungan yang kompetitif.
Menurut teori struktur modal, setiap penambahan utang pada saat posisi struktur
modal berada di atas target struktur modal optimalnya, akan menimbulkan penurunan
atas nilai perusahaan. Berbagai peneliti terdahulu telah berupaya mengidentifikasi
pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan, Meskipun demikian,
hasil dari penelitian-penelitian tersebut belum menunjukkan hasil yang konsisten. Hal
yang dapat menjelaskan ketidakkonsistenan hasil tersebut antara lain adalah adanya
variasi jenis dan karakteristik industri yang mengakibatkan perbedaan risiko bisnis,
sehingga turut mempengaruhi komposisi struktur modal yang optimal.
Dewi & Lestari (2016) mengatakan keputusan struktur modal berkaitan dengan
pemilihan sumber dana baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan
akan sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal
berasal dari laba ditahan (retained earning) dan depresiasi (accumulated depretiations).
Sedangkan dana yang diperoleh dari sumber eksternal perusahaan berasal dari kreditur
dan penanam saham. Sesuai dengan teori Pecking Order pemenuhan kebutuhan dana
perusahaan dapat berasal dari sumber internal dan sumber eksternal perusahaan.
Perusahaan memiliki urutan pembiayaan yang dimulai dengan laba ditahan, mencairkan
surat-surat berharga seperti deposito, menjual obligasi dan saham, menerbitkan surat
hutang, dan paling dengan menerbitkan saham. Laba ditahan merupakan pendanaan
internal perusahaan yang berasal dari laba bersih yang tidak dibagikan kepada
pemegang saham. Apabila dana yang diperoleh dari laba ditahan kurang memenuhi
kebutuhan perusahaan, maka dapat diperoleh pendanaan eksternal dari hutang. Hutang
dapat diperoleh dari hutang bank maupun hutang dari penerbitan obligasi. Jika dana
yang diperoleh belum mencukupi kebutuhan perusahaan, maka perusahaan dapat
menerbitkan saham baru kepada masyarakat (go public) dan termasuk dalam pendanaan
eksternal.
Non Debt Tax Shield Menurut Djumahir (2005) adalah variabel penentu
kebijakan struktur modal dan tidak berhubungan dengan pengurang pajak penghasilan,
karena non debt tax shield bukan sebagai pengurang pendapatan dalam laporan laba dan
rugi yang dapat mengurangi pajak penghasilan. Non debt tax shield walaupun bukan
merupakan insentif untuk menarik hutang akan tetapi diperhitungkan sebagai penentu
kebijakan struktur modal perusahaan seperti variabel-variabel: struktur aktiva,
pertumbuhan perusahaan, keunikan, ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas. Non
debt tax shield menurut (Graham dan Harvey, 2001) dalam bentuk pemberian
kompensasi kepada karyawan (compensation policy). Penghargaan atau insentif kepada
karyawan diberikan pilihan (trade-off) sebagai kompensasinya apakah akan diberikan
bonus gaji (sallary) atau karayawan akan diberikan insentif dalam bentuk saham
perusahaan (incentive stock options/ISO) maupun dalam bentuk selain dalam bentuk
saham perusahaan (nonqualified stock options/NQO) misalnya pemberian natura atau
kenikmatan (fringe benefit).
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh
perusahaan (Gitman dan Zutter, 2012). Perusahaan yang berukuran besar biasanya
memiliki arus kas yang stabil (Turki SF Alzomaia, 2014). Oleh karena itu, perusahaan
dengan ukuran yang besar akan memiliki tingkat resiko yang lebih rendah dan memiliki
akses yang lebih mudah dalam memperoleh hutang. Sedangkan Antoniou et. al., (2002)
mengatakan size adalah ukuran dari suatu perusahaan yang dihitung dengan logaritma
natural dan penjualan perusahaan. Dimana dengan meningkatnya modal perusahaan
maka penjualan perusahaan akan semakin meningkat. Menurut Daskalaktis dan Psillaki
(2005) ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal.
Firm size mempunyai hubungan dengan risiko kebangkrutan, sebab risiko yang dimiliki
perusahaan besar akan lebih kecil. Oleh karena itu perusahaan dengan ukuran yang
besar tentu akan dengan mudah dalam memperoleh hutang dari pihak pemberi pinjaman
karena kegiatan operasional perusahaan sudah berjalan dengan stabil atau mungkin
cenderung semakin berkembang (Titman dan Wessels, 1988)
Collateral value of assets (CVA) merupakan rasio antara piutang usaha ditambah
jumlah assets bersih dibandingkan dengan total asset. Tangibility menurut Jensen dan
Meckling (dalam sartono, 2001) yaitu harta yang berwujud memberikan jaminan uang
lebih baik untuk pinjaman dana juga leverage yang besar. Collateral value of assets
(CVA) memiliki hubungan yang positif dengan jumlah pemakaian hutang. Ratio fixed
asset to total assets (FTA) merupakan proxy dari collateral value of assets, fixed asset
seringkali digunakan sebagai jaminan dalam mendapatkan hutang yang lebih banyak
dibandingkan perusahaan yang memiliki keadaan sebaliknya. Brigham and Gapenski
(1996) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap
hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki
jaminan. Teori tersebut juga konsisten dengan Lukas Setia Atmaja (1994) yang
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai
agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif besar. Menurut Bambang
Riyanto (1995) kebanyakan perusahaan indutri dimana sebagian besar daripada
modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari
modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai
pelengkap.
B. Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, berikut ini
dijabarkan secara rinci beberapa hal yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut ini :
1. Bagaimana Kondisi Non Debt Tax Shield (NDTS), Collateral Value Of Assets
(CVOA), Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Kepemilikan,
Ukuran Dewan Direksi, dan Umur Perusahaan pada perusahaan yang listing di
BEI tahun 2009 – 2019?
2. Apakah non debt tax shield (NDTS) berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
3. Apakah collateral value of assets (CVOA) berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
5. Apakah Pertumbuhan Perusahaan Berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
6. Apakah Struktur Kepemilikan Berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
7. Apakah Ukuran Dewan Direksi Berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
8. Apakah Umur Perusahaan Berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan tindakan yang dirumuskan dengan menyebutkan
dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan
(UM, 2010:57). Maka peneliti berusaha membuat dugaan sementara pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Non debt tax shield (NDTS) berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
yang listing di BEI tahun 2009 – 2019.
2. Collateral value of assets (CVOA) berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019.
3. Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang
listing di BEI tahun 2009 – 2019.
4. Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang
listing di BEI tahun 2009 – 2019.
5. Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang
listing di BEI tahun 2009 – 2019.
6. Ukuran Dewan Direksi berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang
listing di BEI tahun 2009 – 2019.
7. Umur Perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang listing
di BEI tahun 2009 – 2019.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh
Non Debt Tax Shield, Collateral Value Of Assets, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan Direksi, Umur Perusahaan terhadap
struktur modal perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019. Hasil penelitian ini
diharapkan bermanfaat terhadap pekembangan ilmu manajemen keuangan sebagai
sumber literasi atau referensi mengenai struktur modal perusahaan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi sebagai
pertimbangan keputusan pendanaan bagi pihak manajemen terhadap strategi
perusahaan.
b. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai tambahan informasi dalam
pertimbangan investor ketika mengambil keputusan investasi untuk menilai kinerja
perusahaan melalui struktur modal.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi serta
menjadi dasar acuan untuk digunakan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya yang menggunakan bidang dan objek sejenis
E. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan – anggapan dasar tentang suatu hal
yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian
(UM, 2010:17). Adapun asumsi penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Asumsi MM mencakup hal-hal (Brigham dan Houston, 2001:623) :
1) Tidak ada biaya broker (perantaraan)
2) Tidak ada pajak perorangan
3) Para investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama dengan
perusahaan
4) Investor dan manjemen mempunyai informasi yang sama mengenai peluang
investasi perusahaan di masa mendatang.
F. Definisi Operasional
Definisi operasonal adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan yang dapat diamati (UM, 2010:18). Peneliti akan
memberikan gambaran mengenai istilah – istilah sebagai berikut :
1. Non Debt Tax Shield
Menunjukkan ketersediaan dana internal yang berasal dari penghematan pajak
dari depresiasi sebagai modal untuk Mengurangi hutang. (Depresiasi Aset + Amortisasi
Aset tak Berwujud + Beban R&D + Pengurangan Biaya R&D) / Total Asset
2. Collateral Value Of Assets
Collateral Value Of Assets merupakan rasio dari total piutang ditambah persediaan dan
aktiva tetap bersih terhadap total assets yang dimiliki perusahaan
3. Ukuran Perusahaan
6. Umur Perusahaan
Perusahaan yang umur bisnisnya lama lebih menguntungkan dan beragam cenderung
lebih kredibel sehingga akan kurang menderita kesulitan keuangan. Perusahaan
mendapatkan jaringan yang lebih unggul karena. Perusahaan yang makin besar relatif
mempunyai akses yang makin luas ke pembiayaan daripada perusahaan yang lebih kecil
karena menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tetap eksis dan mampu bersaing.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. Trade-Off Theory
Teori trade off menyatakan hutang sangat bermanfaat bagi perusahaan karena
bunga dapat dikurangi dalam penghitungan pajak, tetapi hutang juga
menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan
potensial (Maryanti, 2016). Dalam Brigham & Houston (2016: 31) menyatakan
teori struktur modal adalah perusahaan menukarkan manfaat pajak atas hutang
dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan Trade off theory
mengatakan dengan meningkatnya penggunaan hutang maka keuntungan dari
penggunaan hutang juga semakin besar. Namun disisi lain, pada saat perusahaan
membutuhkan modal dan sumber dana, maka pemilik perusahaan cenderung
menerbitkan saham baru dan surat berharga lainnya.
a) Term loan
Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan
kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan
angsuran tetap selama suatu periode tertentu.
b) Leasing
Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan service dari suatu
aktiva tetap yang tidak disertai dengan hak untuk memilikinya. Atau
persetujuan atas dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva (lessor)
menginginkan pihak lain 23 (lessee) untuk mengunakan jasa dari aktiva
tersebut tetapi hak milik ada pada lessor, kadang-kadang lessor juga
diberi kesempatan untuk membeli aktiva tersebut. (Riyanto, 1995)
dengan demikian maka leasing sama dengan debt financing karena
mempunyai beban tetap
c) Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang
panjang, dimana debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang
mempunyai nominal tertentu. Ada berbagai tipe jenis obligasi,
diantaranya obligasi biasa (bonds), obligasi pendapatan (income bonds)
dan obligasi yang dapat ditukarkan (convertible bonds).
d) Pinjaman hipotik (Mortgage)
Pinjaman hipotik (Mortgage) adalah pinjaman jangka panjang dimana
pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak
bergerak, apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka
barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan
untuk menutup tagihan
2. Modal Sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak
tertentu lamanya. Modal sendiri selain berasal dari sumber intern dapat juga
berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau
dibentuk sendiri dalam perusahaan. Curt Sanding Dalam Riyanto (1995)
mengemukakan karakteristik Modal sendiri sebagai berikut : Modal terutama
tertarik dan berkepentingan terhadap kontinuitas, kelancaran dan
keselamatan perusahaan Modal yang dengan kekuasaannya dapat
mempengaruhi politik perusahaan Modal yang mempunyai hak atas laba
sesudah pembayaran bunga kepada modal asing Modal yang menjadi
jaminan dan haknya adalah sesudah modal asing dalam likuidasi Modal
sendiri dalam perusahaan secara umum terdiri dari :
a) Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu
perusahaan, biasanya saham terdiri dari saham biasa, saham preferent
dan saham kumulatif preferen. Pemegang saham biasa dan preferen
hanya akan mendapatkan dividen pada akhir tahun pembukuan, jika
perusahaan mendapat keuntungan. dividen untuk pemegang saham
preferen akan lebih diutamakan terlebih dahulu dari pada saham biasa
dan deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham preferen bersifat
tetap. Kalau perusahaan rugi, maka pemilik saham preferen akan
memperoleh dividen yang dikumulatif pada tahun berikut. Saham
preferen mempunyai sifat campuran antara hutang dan saham biasa.
Bersifat sebagai hutang karena mengandung kewajiban yang tetap untuk
mengadakan secara periodik, tetapi dalam likuidasi perusahaan
pemegang saham preferen mempunyai hak didahulukan sebelum
sebelum pemegang saham biasa.
b) Cadangan
Cadangan yang dimaksud disini adalah cadangan yang dibentuk dari
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang
lampau atau dari tahun berjalan, Tidak semua cadangan termasuk dalam
pengertian modal sendiri, cadangan yang termasuk kedalam modal
sendiri antara lain cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan
selisih kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian yang
tidak diduga sebelumya (cadangan umum)
c) Laba ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.
Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai
penggunaan keuntungan tersebut maka keuntungan tersebut merupakan
keuntungan yang ditahan. Adanya keuntunagan akan memperbesar
Retained Earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri.
sebaliknya adanya kerugian akan memperkecil retained earning yang
berarti akan memperkecil modal sendiri.
b. Faktor – Faktor yang Menentukan Struktur Modal
Brigham dan Houston (2016) menunjukkan faktor – faktor yang
umumnya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika mengambil
keputusan mengenai struktur modal yaitu antara lain, (1) Stabilitas
Penjualan: Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat
secara aman mengambil utang dalam jumlah yang lebih besar dan
mengeluarkan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang penjualannya tidak stabil. (2) Struktur Aset: Banyak perusahaan
memperhitungkan jumlah dana tunai yang diinginkan ketika menyusun
target struktur modal. Dengan menganggap faktor lain konstan suatu
perusahaan mampu mengambil lebih banyak hutang apabila memiliki
lebih banyak dana tunai pada neraca. (3) Leverage Operasi: Jika hal
lainnya dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih
rendah akan lebih mampu menetapkan leverage keuangan karena
perusahaan tersebut akan memiliki resiko usaha yang lebih rendah. (4)
Tingkat Pertumbuhan: Jika hal lainnya dianggap sama, perusahaan
dengan pertumbuhan yang cepat harus lebih mengandalkan pada modal
eksternal. Selain itu, biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham
biasa akan melebihi biaya yang terjadi ketika perusahaan menjual utang,
mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih
mengenalkan diri pada utang. Namun pada saat yang sama, perusahaan
tersebut sering kali menghadapi ketidakpastian yang lebih tinggi
sehingga cenderung menurunkan keinginan mereka untuk menggunakan
utang. (5) Profitabilitas: Seringkali diamati bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata
menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. (6) Pajak: Bunga
merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini lebih
bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi makin
tinggi tarif pajak suatu perusahaan, makin besar keunggulan dari utang.
(7) Kendali Pengaruh: utang dibandingkan saham pada posisi kendali
suatu perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. (8) Perilaku
Manajemen: Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa suatu struktur
modal akan menghasilkan harga saham yang lebih tinggi dibandingkan
dengan struktur yang lain. Manajemen dapat melaksanakan
pertimbangannya sendiri tentang struktur modal yang tepat. (9) Sikap
Pemberi Pinjaman dan Lembaga Pemeringkat: Bagaimanapun analisis
manajemen sendiri atas faktor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap
pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkatan sering kali akan
mempengaruhi keputusan struktur keuangan. (10) Kondisi Pasar:
Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka
panjang maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting
pada struktur modal optimal suatu perusahaan. (11) Kondisi Internal:
Perusahaan kondisi internal suatu perusahaan juga dapat mempengaruhi
target struktur modalnya. (12) Fleksibilitas Keuangan: Mempertahankan
stabilitas keuangan dilihat dari sudut pandang operasional berarti
mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai untuk melakukan
pinjaman.
2. Debt Ratio
Rasio ini mengukur saling hubungan antara jumlah modal sendiri termasuk
saham preferen dengan total hutang baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang. Rasio ini juga menggambarkan besarnya jaminan yang akan
diberikan oleh pemilik modal sendiri dalam penggunaan hutang. Pihak investor
lebih menyukai debt ratio yang kecil karena tersedia penyangga jika perusahaan
akan dilikuidasi, sementara pemilik modal sendiri lebih menyukai debt ratio yang
besar karena penjualan saham akan mengurangi kendali atas perusahaan. Rasio
yang tinggi berarti menggunakan financial leverage yang tinggi .Penggunaan
hutang (leverage) yang tinggi akan meningkatkan ROE dengan cepat. Tetapi
apabila penjualan menurun ROE akan menurun cepat pula. Resiko perusahaan
dengan financial leverage tinggi akan semakin tinggi pula. (Hanafi & Mamduh,
2000). Debt ratio meunjukkan tingkat leverage perusahaan dan risiko potensial
yang dihadapi perusahaan atas beban hutangnya. Dari rasio leverage ini dapat kita
katahui seberapa besar jumlah hutang yang digunakan untuk membiayai aktivanya.
Rasio leverage merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang (Prihadi,
2010:185). Rasio leverage menggambarkan perusahaan dengan semakin tinggi nilai
rasio maka semakin tinggi risiko karena memiliki proporsi utang yang lebih besar.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan yaitu DAR (Debt to Assets Ratio), short-
term debt, long term debt dan bank debt.. DAR (Debt to Assets Ratio) merupakan
perhitungan dengan membandingkan total utang perusahaan dengan total asset
perusahaan. Menurut (Salawu & Agboola, 2008; Maryanti, 2016; Yoshendy et. al,
2015) rasio DAR (Debt to Assets Ratio), dapat dihitung dengan cara:
Total Debt
DAR=
Total Assets
Short term debt merupakan merupakan rasio leverage yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang jangka pendek dengan
total asset perusahaan. Menurut (Salawu & Agboola, 2008; Yoshendy et. al, 2015;
Purbawangsa, 2019) short term debt, dapat dihitung dengan cara:
Short term Debt
Short term debt :
Total Assets
Long term debt merupakan merupakan merupakan rasio leverage yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang jangka
panjang dengan total asset perusahaan. Menurut (Salawu & Agboola, 2008;
Yoshendy et. al, 2015; Purbawangsa, 2019) short term debt, dapat dihitung dengan
cara:
Long term Debt
longterm debt=
Total Assets
Bank debt merupakan rasio leverage yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang bank dengan total asset
perusahaan. Menurut (Kamir, 2012; Agarwal & Elston, 2001) bank debt, dapat
dihitung dengan cara:
Bank Debt
bank debt=
Total Assets
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya
nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aset (Riyanto, 2008). Ukuran
perusahaan sering dijadikan indikator bagi perusahaan, dimana perusahaan dalam
ukuran besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan
usahanya. Perusahaan dengan ukuran yang besar memiliki akses yang lebih besar
untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber terutama pendanaan
eksternal, sehingga untuk memeroleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah
karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk
memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Menurut (Yoshendy et. al,
2015; Mouamer, 2011; Dakua, 2018) ukuran perusahaan dapat diukur dengan cara:
¿ ln(Total Asset )
4. Pertumbuhan Perusahaan
Firm growth dapat didefinisikan sebagai peningkatan yang terjadi pada
perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan yang berarti pula bahwa
kesempatan tumbuh semakin tinggi, maka akan semakin besar kebutuhan dana yang
diperlukan, Ross (2008). Menurut Turki SF Alzomaia (2014) perusahaan dengan peluang
pertumbuhan yang tinggi lebih mengandalkan pendanaan melalui laba ditahan atau
(retained earning). Firm Growth (Pertumbuhan Perusahaan) menurut pecking order
theory dikatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi pada umumnya
diikuti dengan peningkatan leverage sebagai peluang investasi melebihi retained earning
perusahaan, Myers (1984). Menurut Gitman & Zutter (2012), perusahaan yang tumbuh
dengan pesat lebih banyak tergantung dengan pada sumber dana eksternal. Perusahaan
yang memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat cenderung menggunakan sumber dana
berupaa hutang dari pada menerbitkan ekuitas. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan
tinggi memiliki banyak pilihan untuk berinvestasi dimasa yang akan datang dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki pertumbuhan perusahaan rendah, Myers (1984).
Menurut (Maryanti,2016; Alipour et. al, 2015) pertumbuhan perusahaan dapat
diukur dengan cara:
Depresiasi Aset+ Amortisasi Aset tak Berwujud+ Beban R∧D+ Pengurangan Biaya R∧D
Total Asset
7. Umur Perusahaan
Umur perusahaan menggambarkan profitabilitas, kredibilitas serta
disversifikasi perusahaan. Perusahaan yang umur bisnisnya lama lebih
menguntungkan dan beragam cenderung lebih kredibel sehingga akan
kurang menderita kesulitan keuangan (Matias et al., 2018). Menurut
Manihuruk et al., (2016) mengutarakan bahwa ukuran perusahaan sering
menjadi indikator nilai agunan. Perusahaan yang makin besar relatif
mempunyai akses yang makin luas ke pembiayaan daripada perusahaan yang
lebih kecil.
Age=Tahun ketika perusahaan listing
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan paparan yang berisis tentang
pendekatan dan rincian metode yang digunakan penulis untuk penelitian (UM,
2010:16). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka – angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2016:7).
Berdasarkan jenis penelitiannya maka, penelitian ini termasuk dalam
deskriptif kuantitatif, dimana dalam analisis deskriptif menyajikan fakta – fakta
secara sistematik sehingga lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Dilihat dari
variabel – variabel yang digunakan maka, penelitian ini termasuk jenis
penelitian asosiatif kausalitas yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih (Sugiyono, 2010: 59).
Berdasarkan permasalahan, tujuan, dan hipotesis yang telah dikemukakan. Maka
analisis kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi sebagi unit
analisis digambarkan sebagai berikut :
NDTS Pertumbuhan
Perusahaan
D. Pengumpulan Data
Menurut Siregar (2013:37) data adalah bahan mentah yang diolah
menghasilkan informasi atau keterangan baik kuantitatif maupun kualitatif yang
menunjukan fakta. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari metode dokumentasi. Pada penelitian ini metode dokumentasi yang
dilakukan yaitu dengan cara mengumpulkan data – data dari laporan keuangan
dan informasi yang diperlukan.
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu laporan keuangan perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Data yang diperoleh dala
bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain yang kemudian
dipublikasikan
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan yang listing di BEI. Data tersebut diperoleh di Bursa Efek Indonesia
dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selama periode penelitian dan
telah di audit. Data diperoleh dengan mengakses website resmi BEI
www.idx.co.id dan https://www.sahamok.com atau ksei.co.id.
menutupi hutang
bank dengan total
asset perusahaan.
Ukuran Memprediksi ukuran Ln (Total Aset Perusahaan) (Yoshendy et. al,
Perusahaan perusahaan terhadap 2015; Mouamer,
kinerja perusahaan 2011; Dakua, 2018)
Pertumbuhan Memberikan (Maryanti,2016;
Perusahaan gambaran Alipour et. al, 2015)
Total aset t−Total aset t−1
perkembangan
Totalaset t−1
perusahaan setiap
tahunnya.
Non-Debt Salah satu (Yoshendy et. al,
Tax Shield penghematan pajak 2015; Dakua, 2018 ;
(NDTS) yang bersumber Lim, 2012)
selain dari hutang
Depresiasi
yaitu yang NDTS :
Total Asset
bersumber dari
pembebanan
depresiasi
asset tetap
Collateral Aset berwujud dari (Salawu & Agboola,
Value perusahaan yang 2008; Yoshendy et.
Of menjadi salah satu ¿ assets al,2015; Dewi &
Assets pengaruh dalam Total Asset Lestari, 2014)
keputusan
pembiayaan.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji parsial yang merupakan
pengujian koefisien regresi parsial individual yang digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen (X) secara individual mempengaruhi variabel (Y) deangan taraf
signifikan 0,10 atau sebesar 10%. Pengujian hipotesis menggunakan software stata 14
dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan berdasarkan pada penolakan atau
penerimaan hipotesis. Adapun kriteria yang digunakan dalam uji parsial, antara lain:
a. Jika probabilitas > 0,10 maka h0 diterima, maka artinya tidak terdapat pengaruh
signifikan X terhadap Y.
b. Jika probabilitas ≤ 0,10 maka h0 di tolak, maka artinya terdapat pengaruh signifikan
X terhadap Y.
Daftar Rujukan