Anda di halaman 1dari 48

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL

PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BEI PERIODE 2009-2019

PROPOSAL

OLEH
MUHAMMAD IQBAL BAYUSENAPATI
NIM 170413618232

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
OKTOBER 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur modal merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
daya tahan perusahaan. Struktur modal memberikan pengaruh strategis bagi pencapaian
tujuan jangka panjang perusahaan. Namun di sisi lain, keputusan pendanaan perusahaan
merupakan proses yang sangat kompleks. Terdapat berbagai tahapan variasi dan pilihan
pendanaan yang dapat menimbulkan pengaruh terhadap kondisi perusahaan di masa
yang akan datang. Pemilihan sumber pendanaan yang tepat merupakan kunci utama
dalam pengoptimalan struktur modal perusahaan. Struktur modal secara signifikan
berpengaruh terhadap beban dan ketersediaan modal sehingga mempengaruhi kinerja
perusahaan. Sementara itu, struktur modal yang kurang optimal mempengaruhi kinerja
dan meningkatkan risiko kegagalan bisnis. Perusahaan membutuhkan struktur modal
yang optimal untuk memaksimalkan laba serta mempertahankan kemampuan
perusahaan dalam menghadapai lingkungan yang kompetitif.

Penelitian tentang struktur modal merupakan sebuah topik penelitian dalam


bidang keuangan korporat yang menarik untuk dikembangkan. Struktur modal
perusahaan mengacu pada cara perusahaan mendanai kegiatan operasional bisnisnya
dengan bauran utang dan ekuitas modal (Martis, 2013). Struktur modal merupakan
proporsi sumber daya yang diatribusikan pada perusahaan melalui berbagai sumber,
yaitu pendanaan dari eksternal dan internal. Terdapat berbagai variasi yang beragam
atas bauran pendanaan dalam satu industri maupun pada industri yang berbeda. Hal ini
terjadi karena struktur modal turut dipengaruhi oleh tingkat risiko bisnis yang dihadapi
oleh perusaahaan, sedangkan tingkat risiko bisnis dipengaruhi oleh karakter jenis bisnis
yang dioperasikan oleh perusahaan. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis produk
konsumsi, perkebunan dan industri manufaktur relatif lebih sedikit dalam menggunakan
utang karena industri tersebut bersifat siklus. Di sisi lain, perusahaan dagang, properti,
dan jasa keuangan cenderung menggunakan utang lebih banyak karena aset tetap pada
industri tersebut menjadi jaminan atas utang obligasi serta kondisi penjualan yang relatif
stabil sehingga lebih aman untuk mengajukan utang di atas rata-rata.

Menurut teori struktur modal, setiap penambahan utang pada saat posisi struktur
modal berada di atas target struktur modal optimalnya, akan menimbulkan penurunan
atas nilai perusahaan. Berbagai peneliti terdahulu telah berupaya mengidentifikasi
pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan, Meskipun demikian,
hasil dari penelitian-penelitian tersebut belum menunjukkan hasil yang konsisten. Hal
yang dapat menjelaskan ketidakkonsistenan hasil tersebut antara lain adalah adanya
variasi jenis dan karakteristik industri yang mengakibatkan perbedaan risiko bisnis,
sehingga turut mempengaruhi komposisi struktur modal yang optimal.

Struktur modal perusahaan adalah bauran atau proporsi pendanaan jangka


panjang perusahaan yang direpresentasikan dalam bentuk liabilitas, saham preferen, dan
saham biasa (Van Horne & Wachowicz jr., 2005). Utang dan ekuitas merupakan dua
kategori utama dari sumber pendanaan, sedangkan kreditur dan pemegang saham
merupakan dua tipe investor perusahaan. Masing-masing kategori memiliki asosiasi
level yang berbeda terkait dengan risiko, manfaat, dan kendali atas perusahaan. Struktur
modal perusahaan merupakan komposisi atau struktur dari liabilitas perusahaan (Siro,
2013).

Menurut Brigham, et al, (2014), struktur modal aktual perusahaan berubah


seiring dengan waktu. Hal tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: deliberate
actions, dan perilaku pasar. Deliberate actions adalah tindakan/perilaku yang dilakukan
perusahaan sebagai respon untuk meningkatkan jumlah uang sehingga menggerakkan
struktur aktual ke arah yang diharapkan. Sementara itu, perilaku pasar terjadi ketika
perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian tinggi, yang menimbulkan perubahan
signifikan pada nilai buku modal yang terdapat pada laporan posisi keuangan dan untuk
menurunkan harga saham. Perubahan pada nilai pasar akibat utang atau ekuitas dapat
menimbulkan perubahan besar pada struktur modal.

Dewi & Lestari (2016) mengatakan keputusan struktur modal berkaitan dengan
pemilihan sumber dana baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan
akan sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal
berasal dari laba ditahan (retained earning) dan depresiasi (accumulated depretiations).
Sedangkan dana yang diperoleh dari sumber eksternal perusahaan berasal dari kreditur
dan penanam saham. Sesuai dengan teori Pecking Order pemenuhan kebutuhan dana
perusahaan dapat berasal dari sumber internal dan sumber eksternal perusahaan.
Perusahaan memiliki urutan pembiayaan yang dimulai dengan laba ditahan, mencairkan
surat-surat berharga seperti deposito, menjual obligasi dan saham, menerbitkan surat
hutang, dan paling dengan menerbitkan saham. Laba ditahan merupakan pendanaan
internal perusahaan yang berasal dari laba bersih yang tidak dibagikan kepada
pemegang saham. Apabila dana yang diperoleh dari laba ditahan kurang memenuhi
kebutuhan perusahaan, maka dapat diperoleh pendanaan eksternal dari hutang. Hutang
dapat diperoleh dari hutang bank maupun hutang dari penerbitan obligasi. Jika dana
yang diperoleh belum mencukupi kebutuhan perusahaan, maka perusahaan dapat
menerbitkan saham baru kepada masyarakat (go public) dan termasuk dalam pendanaan
eksternal.

Penting bagi perusahaan untuk mengerti bagaimana penentu struktur modal


(capital structure) yang optimal (Brigham dan Houston, 2016). Pengukuran srtuktur
modal dapat menggunakan rasio DAR (Debt to Assets Ratio). Rasio DAR (Debt to
Assets Ratio) merupakan perhitungan dengan membandingkan total utang perusahaan
dengan total asset perusahaan. Rasio leverage menggambarkan perusahaan dengan
semakin tinggi nilai rasio maka semakin tinggi risiko karena memiliki proporsi utang
yang lebih besar. Kesimbangan dibutuhan dalam penyusunan struktur modal dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.

Menurut Brigham dan Houston (2016:36) faktor – faktor yang mempengaruhi


saat melakukan keputusan struktur modal antara lain stabilitas penjualan, struktur asset,
leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, kendali, perilaku
manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkatan, kondisi pasar,
kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan. Dalam penelitian ini menggunakan
faktor – faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu Non Debt Tax Shields
(NDTS), Ukuran Perusahaan, Collateral Value Of Assets (CVOA), Pertumbuhan
Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Jumlah Dewan Direksi dan Komisaris, Umur
Perusahaan.

Non Debt Tax Shield Menurut Djumahir (2005) adalah variabel penentu
kebijakan struktur modal dan tidak berhubungan dengan pengurang pajak penghasilan,
karena non debt tax shield bukan sebagai pengurang pendapatan dalam laporan laba dan
rugi yang dapat mengurangi pajak penghasilan. Non debt tax shield walaupun bukan
merupakan insentif untuk menarik hutang akan tetapi diperhitungkan sebagai penentu
kebijakan struktur modal perusahaan seperti variabel-variabel: struktur aktiva,
pertumbuhan perusahaan, keunikan, ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas. Non
debt tax shield menurut (Graham dan Harvey, 2001) dalam bentuk pemberian
kompensasi kepada karyawan (compensation policy). Penghargaan atau insentif kepada
karyawan diberikan pilihan (trade-off) sebagai kompensasinya apakah akan diberikan
bonus gaji (sallary) atau karayawan akan diberikan insentif dalam bentuk saham
perusahaan (incentive stock options/ISO) maupun dalam bentuk selain dalam bentuk
saham perusahaan (nonqualified stock options/NQO) misalnya pemberian natura atau
kenikmatan (fringe benefit).

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh
perusahaan (Gitman dan Zutter, 2012). Perusahaan yang berukuran besar biasanya
memiliki arus kas yang stabil (Turki SF Alzomaia, 2014). Oleh karena itu, perusahaan
dengan ukuran yang besar akan memiliki tingkat resiko yang lebih rendah dan memiliki
akses yang lebih mudah dalam memperoleh hutang. Sedangkan Antoniou et. al., (2002)
mengatakan size adalah ukuran dari suatu perusahaan yang dihitung dengan logaritma
natural dan penjualan perusahaan. Dimana dengan meningkatnya modal perusahaan
maka penjualan perusahaan akan semakin meningkat. Menurut Daskalaktis dan Psillaki
(2005) ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal.
Firm size mempunyai hubungan dengan risiko kebangkrutan, sebab risiko yang dimiliki
perusahaan besar akan lebih kecil. Oleh karena itu perusahaan dengan ukuran yang
besar tentu akan dengan mudah dalam memperoleh hutang dari pihak pemberi pinjaman
karena kegiatan operasional perusahaan sudah berjalan dengan stabil atau mungkin
cenderung semakin berkembang (Titman dan Wessels, 1988)

Collateral value of assets (CVA) merupakan rasio antara piutang usaha ditambah
jumlah assets bersih dibandingkan dengan total asset. Tangibility menurut Jensen dan
Meckling (dalam sartono, 2001) yaitu harta yang berwujud memberikan jaminan uang
lebih baik untuk pinjaman dana juga leverage yang besar. Collateral value of assets
(CVA) memiliki hubungan yang positif dengan jumlah pemakaian hutang. Ratio fixed
asset to total assets (FTA) merupakan proxy dari collateral value of assets, fixed asset
seringkali digunakan sebagai jaminan dalam mendapatkan hutang yang lebih banyak
dibandingkan perusahaan yang memiliki keadaan sebaliknya. Brigham and Gapenski
(1996) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap
hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki
jaminan. Teori tersebut juga konsisten dengan Lukas Setia Atmaja (1994) yang
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai
agunan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif besar. Menurut Bambang
Riyanto (1995) kebanyakan perusahaan indutri dimana sebagian besar daripada
modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari
modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai
pelengkap.

Setiap perusahaan berusaha mencapai pertumbuhan yang tinggi setiap tahunnya


karena pertumbuhan perusahaan memberikan gambaran perkembangan perusahaan
yang terjadi (Fauzi dan Suhadak, 2015). Menurut Brigham dan Houston (2011:189)
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih
mengandalkan diri pada modal eksternal. Menurut penelitian Achmad Eko prasetyo, ira
januarti (2015) mengatakan bahwa Perusahaan dengan pertumbuhan stabil tentu lebih
aman, bisa lebih banyak mendapatkan pinjaman, dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Maka,
perusahaan dengan pertumbuhan penjualan tinggi, DER nya pun akan tinggi.
Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal
eksternal lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar
daripada biaya untuk penerbitan surat hutang atau obligasi yang lebih banyak
mengandalkan hutang. Tetapi pada saat yang sama, perusahaan yang tumbuh lebih pesat
sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi
keinginannya untuk menggunakan hutang. Bagi perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan menggunakan hutang
sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.

Konsekuensi dari pemisahan kepemilikan dan kontrol manajemen atas suatu


perusahaan modern (the modern corporation) diungkapkan pertama kali oleh Berle dan
Means (1932), mengutip dari penelitian Wibowo (2006) yang mengamati korporasi-
korporasi besar di Amerika Serikat. Ada principal agent problem di sini. Masalah ini
dikarenakan kepentingan pemilik (principal) dan manajemen (agent) tidak selalu
sejalan. Seorang agen (orang yang menerima tugas atau wewenang) tidak selalu
bertindak sesuai dengan keinginan principal (orang yang memberikan tugas dan
wewenang), dikenal dengan nama masalah agensi (agency problem). Menurut mereka,
apabila struktur kepemilikan semakin tersebar (diffuse ownership), para pemegang
saham akan semakin kehilangan power untuk melakukan kontrol terhadap manajer.
Karena kepentingan pemilik (principal) dan manager (agent) tidak selalu sejalan,
sumber daya perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Sejalan
dengan teori Berle dan Means ini, Jensen dan Mackeling (1976) mengemukakan bahwa
semakin besar kepemilikan oleh manajemen (managerial ownership), maka semakin
berkurang kecen-derungan manajemen untuk tidak mengop-timalkan penggunaan
sumber daya yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dimana tindakan manajer yang
merupakan bagian dari struktur kepemilikan akan berdampak terhadap keputusan
pendanaan, apakah perusahaan tersebut meningkatkan nilai perusahaan dengan
mengambil dana dari luar perusahaan atau dana dari dalam perusahaan.
Ukuran dewan direksi menunjukkan kepengurusan perseroan yang dalam
mengelola perusahaan, melaksanakan keputusan-keputusan bisnis termaksud keputusan
pendanaan. Ukuran dewan direksi yang besar akan mendorong tingginya tingkat hutang
guna meningkatkan asset perusahaan. Pernyataan ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Adams dan Mehran (2003) yang menyatakan dewan yang besar secara
efektif dapat memonitor tindakan manajemen. Wen et al.(2002) dalam Abor (2007)
menyatakan bahwa ukuran dewan yang besar akan cenderung memiliki fungsi
pengawasan yang kuat terhadap perusahaan dan mengejar tingkat hutang yang lebih
tinggi. Pecking order theory yang diungkapkan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam
Givari (2007) menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai hutang dari pada saham
ketika mereka harus mengeluarkan dana eksternal, karena cost of debt dianggap lebih
murah dari pada cost of equity. Hal ini terjadi karena pilihan pendanaan perusahaan
digerakkan oleh biaya ± biaya adverse selection yang timbul sebagai hasil asymmetric
information antara manajer yang lebih mendapatkan informasi dengan investor yang
kurang mendapatkan informasi. Rezaee (2006) menyatakan bahwa dewan direksi
mengawasi rencana, keputusan, dan tindakan manajemen, serta memonitor perilaku etis,
pelaporan keuangan, dan kepatuhan hukum. Pernyataan di atas mengindikasikan bahwa
semakin besar ukuran dewan direksi dalam perusahaan maka semakin besar pula rasio
hutang. Pernyataan ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Seikh dan Wang
(2011). Menurut Seikh dan Wang (2011) perusahaan dengan ukuran dewan yang besar
memiliki kemampuan lebih untuk mendapatkan dana dari sumber eksternal. Jensen
(1986) dalam penelitiannya menyatakan perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi
memiliki anggota dewan dalam jumlah besar

Umur perusahaan menggambarkan profitabilitas, kredibilitas serta disversifikasi


perusahaan. Perusahaan yang umur bisnisnya lama lebih menguntungkan dan beragam
cenderung lebih kredibel sehingga akan kurang menderita kesulitan keuangan (Matias et
al., 2018). Menurut Manihuruk et al., (2016) mengutarakan bahwa ukuran perusahaan
sering menjadi indikator nilai agunan. Perusahaan yang makin besar relatif mempunyai
akses yang makin luas ke pembiayaan daripada perusahaan yang lebih kecil. Ukuran
perusahaan mempengaruhi pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang lebih besar
cenderung memanfaatkan lebih banyak kapasitas akan utang sehingga menjadi kurang
optimal. Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk tetap bertahan
didalam menghadapi persaingan usaha.Umur perusahaan merupakan ukuran akan
standar reputasi didalam model struktur modal.Perusahaan yang telah lama berdiri
dimungkinkan akan mempunyai reputasi yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan yang baru berdiri karena seiring dengan perjalanan waktu yang lebih lama
berarti perusahaan telah menghadapi berbagai kondisi. Reputasi berpengaruh terhadap
nama baik perusahaan telah dibangun selama bertahun-tahun yang dipahami oleh pasar
dan yang diamati kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya secara tepat waktu.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih mudah
mendapatkan pinjaman berupa utang jangka panjang, dengan demikian struktur modal
pada perusahaan akan meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara empiris Faktor-Faktor


yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode
2009-2019. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
bagi pengembangan lingkup teoritis maupun praktis.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas karena masih terdapat gap


research atau perbedaan antara peneliti satu dengan peneliti lainnya, maka peneliti
tertarik untuk menguji ulang secara lebih mendalam dengan mempertimbangkan
keterbatasan dan saran dari peneliti sebelumnya. Penelitian ini menggunakan objek
seluruh perusahaan yang listing di BEI dengan rentang tahun 11 tahun mulai tahun
2009 – 2019 untuk memperoleh hasil yang lebih general. Berdasarkan hal tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan yang Listing Di BEI Tahun
2009-2019”

B. Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, berikut ini
dijabarkan secara rinci beberapa hal yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut ini :
1. Bagaimana Kondisi Non Debt Tax Shield (NDTS), Collateral Value Of Assets
(CVOA), Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Kepemilikan,
Ukuran Dewan Direksi, dan Umur Perusahaan pada perusahaan yang listing di
BEI tahun 2009 – 2019?
2. Apakah non debt tax shield (NDTS) berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
3. Apakah collateral value of assets (CVOA) berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
5. Apakah Pertumbuhan Perusahaan Berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
6. Apakah Struktur Kepemilikan Berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
7. Apakah Ukuran Dewan Direksi Berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?
8. Apakah Umur Perusahaan Berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
yang listing di BEI tahun 2009 – 2019?

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan tindakan yang dirumuskan dengan menyebutkan
dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan
(UM, 2010:57). Maka peneliti berusaha membuat dugaan sementara pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Non debt tax shield (NDTS) berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
yang listing di BEI tahun 2009 – 2019.
2. Collateral value of assets (CVOA) berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019.
3. Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang
listing di BEI tahun 2009 – 2019.
4. Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang
listing di BEI tahun 2009 – 2019.
5. Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang
listing di BEI tahun 2009 – 2019.
6. Ukuran Dewan Direksi berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang
listing di BEI tahun 2009 – 2019.
7. Umur Perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang listing
di BEI tahun 2009 – 2019.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh
Non Debt Tax Shield, Collateral Value Of Assets, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan Direksi, Umur Perusahaan terhadap
struktur modal perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019. Hasil penelitian ini
diharapkan bermanfaat terhadap pekembangan ilmu manajemen keuangan sebagai
sumber literasi atau referensi mengenai struktur modal perusahaan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi sebagai
pertimbangan keputusan pendanaan bagi pihak manajemen terhadap strategi
perusahaan.
b. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai tambahan informasi dalam
pertimbangan investor ketika mengambil keputusan investasi untuk menilai kinerja
perusahaan melalui struktur modal.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi serta
menjadi dasar acuan untuk digunakan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya yang menggunakan bidang dan objek sejenis

E. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan – anggapan dasar tentang suatu hal
yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian
(UM, 2010:17). Adapun asumsi penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Asumsi MM mencakup hal-hal (Brigham dan Houston, 2001:623) :
1) Tidak ada biaya broker (perantaraan)
2) Tidak ada pajak perorangan
3) Para investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama dengan
perusahaan
4) Investor dan manjemen mempunyai informasi yang sama mengenai peluang
investasi perusahaan di masa mendatang.

F. Definisi Operasional
Definisi operasonal adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan yang dapat diamati (UM, 2010:18). Peneliti akan
memberikan gambaran mengenai istilah – istilah sebagai berikut :
1. Non Debt Tax Shield
Menunjukkan ketersediaan dana internal yang berasal dari penghematan pajak
dari depresiasi sebagai modal untuk Mengurangi hutang. (Depresiasi Aset + Amortisasi
Aset tak Berwujud + Beban R&D + Pengurangan Biaya R&D) / Total Asset
2. Collateral Value Of Assets
Collateral Value Of Assets merupakan rasio dari total piutang ditambah persediaan dan
aktiva tetap bersih terhadap total assets yang dimiliki perusahaan
3. Ukuran Perusahaan

adalah gambaran perusahaan yang menunjukkan keberhasilan perusahaan yang dapat


tercermin dari total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan
maka semakin tinggi pula tingkat utang yang digunakan yang bertujuan untuk
mengembangkan prospek perusahaan
4. Pertumbuhan Perusahaan
pertumbuhan (growth) adalah peningkatan ataupun penurunan dari total aset yang
dimiliki perusahaan. Aset suatu perusahaan merupakan aktiva yang digunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil
operasional perusahaan sehingga semakin menambah kepercayaan pihak luar
5. Ukuran Dewan Direksi
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang
bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Dewan komisaris
sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan
bahwa perusahaan melaksanakan.

6. Umur Perusahaan
Perusahaan yang umur bisnisnya lama lebih menguntungkan dan beragam cenderung
lebih kredibel sehingga akan kurang menderita kesulitan keuangan. Perusahaan
mendapatkan jaringan yang lebih unggul karena. Perusahaan yang makin besar relatif
mempunyai akses yang makin luas ke pembiayaan daripada perusahaan yang lebih kecil
karena menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tetap eksis dan mampu bersaing.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan


Terdapat hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan terkait
dengan variabel yang digunakan serta dijadikan pertimbangan dalam
penelitian ini. Tujuan pemaparan penelitian sebelumnya yang relevan
adalah untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian dengan
pokok permasalahan yang sama. Penelitian relevan dalam peneitian
juga berfungsi sebagai referensi yang berhubungan dengan penelitian
yang akan dibahas. Penelitian yang relevan dengan bahasan
penelitian ini disajikan dalam Tabel sebagai berikut.
Tabel Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Nama, Tahun,
N Variabel Populasi Hasil
dan Judul Keterangan
o Penelitian dan Sampel penelitian
Penelitian
1. H1: Non
debt tax
shield
Var
(NDTS)
Dependen
: Capital berpenga
Structure
Ruibing Gao This study ruh
Var Perusahaan
2016. An finds a
Independe Non terhadap
Empirical Study negative
n: Keuangan
On the Influence and struktur
NDTS, yang Listing
of Non-Debt Tax significant
1 Company di Shanghai modal
Shield on the relationshi
Size, dan Shenzen
Choice of p between perusaha
CVOA, dari tahub
Corporate Debt NDTS and
Company 2008 sampai an yang
Levels Based On corporate
Growth, 2013
the Tax Age debt levels listing di
Board
Size, BEI
Company
tahun
Age
2009 –
2019.
Ade Suryaana
2016, Var
PENGARUH Dependen Terdapat
COST OF : Struktur pengaruh H1: Collateral
BORROWING, Modal Perusahaan positif dan value of assets
PROFITABILITY Var Real Estate signifikan (CVOA)
DAN Independe yang nilai berpengaruh
COLLATERAL n: Cost of terdaftar di agunan terhadap struktur
2
VALUE OF Borrowing Bursa Efek aset pada modal
ASSETS , Indonesia struktur perusahaan yang
TERHADAP Proftabilit tahun 2003- modal pada listing di BEI
STRUKTUR y, 2007 perusahaan tahun 2009 –
MODAL PADA Collateral real estat di 2019
PERUSAHAAN Value of Indonesia
REAL ESTATE Assets
DI INDONESIA
I Gusti Bagus
Wiksuana 2015, Var
PENGARUH Dependen:
menunjukk
UKURAN Struktur
an bahwa
PERUSAHAAN, Modal
variabel H1: Ukuran
PERTUMBUHA Var
Perusahaan ukuran Perusahaan
N PENJUALAN, Independe
Telekomunik perusahaan berpengaruh
DAN NON- n: Ukuran
asi di Bursa mempunya terhadap struktur
DEBT TAX Perusahaa
3 Efek i pengaruh modal
SHIELD n,
Indonesia negatif dan perusahaan yang
TERHADAP Pertumbuh
Periode tidak listing di BEI
STRUKTUR an
2010-2013 signifikan tahun 2009 –
MODAL PADA Penjualan,
terhadap 2019
PERUSAHAAN dan Non-
struktur
TELEKOMUNIK Debt Tax
modal
ASI DI BURSA Shield
EFEK
INDONESIA
4 Giovanni Osvald Var Perusahaan Menunjukk H1: Struktur
Eko Prasetyo, Dependen: Manufaktur an bahwa Kepemilikan
Paulus Basuki Struktur yang telah struktur berpengaruh
Hadiprajitno, Modal listing di kepemilika terhadap struktur
2019 Var IDX periode n tidak modal
Independe tahun 2015- berpengaru perusahaan yang
n: Tata 2017 h terhadap listing di BEI
Kelola struktur tahun 2009 –
Perusahaa modal. 2019
n, Struktur Menunjukk H1: Ukuran
Kepemilik an bahwa Dewan Direksi
an Dewan berpengaruh
Direksi terhadap struktur
tidak modal
berpengaru perusahaan yang
h terhadap listing di BEI
struktur tahun 2009 –
modal 2019
5
1. H1:
Umur
Aulia Rahma,
Ahmad Muslim, Perusaha
Febria Nalurita,
Var an
2019
Dependen:
PENGARUH berpenga
Struktur
PROFITABILITA
Modal Perusahaan ruh
S, LIKUIDITAS,
Var Makanan,
UMUR Umur terhadap
Independe Minuman,
PERUSAHAAN, Perusahaan
n: dan struktur
UKURAN tidak
Profitabilit Tembakau di
6 PERUSAHAAN berpengaru modal
as, Bursa Efek
DAN RISIKO h pada
Likuiditas, Indonesia perusaha
BISNIS Struktur
Umur periode
TERHADAP Modal an yang
Perusahaa tahun 2012-
STRUKTUR
n, Ukuran 2017 listing di
MODAL PADA
Perusahaa
PERUSAHAAN BEI
n, Risiko
MAKANAN,
Bisnis tahun
MINUMAN DAN
TEMBAKAU 2009 –
BURSA EFEK
2019.

7 Carrolina Var Perusahaan


Rahardjo, Dependen: wholesale
Darsono, 2015 Struktur dan retail
FAKTOR- Modal yang
FAKTOR YANG Var terdaftar di
BERPENGARUH Independe Bursa Efek
TERHADAP n: Indonesia
STRUKTUR Collateral
MODAL PADA Value of
PERUSAHAAN Assets,
WHOLESALE Ukuran
AND RETAIL Perusahaa
YANG n
TERDAFTAR DI
BURSA EFEK
INDONESIA
PERIODE 2009-
2013
B. Kajian Teori
Kajian teori dari beberapa variable yang merupakan objek dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Struktur Modal
a. Pengertian struktur modal
Struktur modal merupakan gabungan antara nilai hutang dan nilai modal sendiri
yang tercermin di dalam laporan keuangan Maryanti (2016). Sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Gitman (2009) struktur modal perusahaan adalah gambaran dari
perbandingan antara jumlah hutang dan modal ekuitas yang digunakan oleh perusahaan.
Menurut Lestari & Dewi (2014) struktur modal merupakan sebagian dari kegiatan
pendanaan dan pengelolaan sumber dana perusahaan yang akan digunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan. Keputusan struktur modal saling terkait dengan
pemilihan sumber dana perusahaan. Sumber dana perusahaan bisa dari dalam (internal)
atau dari luar (eksternal) yang nantinya akan mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Sumber dana dari internal seperti laba ditahan (retained earning) dan
depresiasi (accumulated depretiations). Sedangkan sumber dana dari eksternal
perusahaan diperoleh melalui kreditur dan penaman sahan (investor).
Menurut Maryanti (2016), kesalahan dalam menentukan struktur modal akan
berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan, terutama jika perusahaan terlalu
besar dalam menggunakan hutang, maka beban yang harus ditanggung perusahaan
semakin besar juga, hal tersebut meningkatkan resiko keuangan perusahaan jika
perusahaan tidak bisa membayar beban bunga atau angsuran hutangnya. Oleh karena
itu, perusahaan harus berhati – hati dalam menentukan struktur modal perusahaan.
Struktur modal harus diatur dengan baik supaya terjamin stabilitas finansial perusahaan
dan kelangsungan hidup perusahaan.
a. Teori Struktur Modal
1. Modligiani and Miller Theory
Teori Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa dalam kondisi tidak ada
pajak dan tidak ada biaya transaksi maka nilai perusahaan seharusnya tidak
dipengaruhi oleh struktur modal. Dengan kata lain hasil yang diperoleh MM
menunjukan bahwa cara perusahaan mendanai operasinya tidak memiliki
pengaruh, sehingga struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan (Brigham
& Houston, 2016:27). Selanjutnya Modigliani dan Miller (1963) melonggarkan
salah satu asumsinya tentang pajak perusahaan. Perbedaan perlakuan ini
mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modalnya
(Brigham & Houston, 2016:28-29). Hal tersebut menunjukkan adanya interest
tax shield faktor akan meningkatkan nilai perusahaan melalui penggunaan
hutang. Dengan adanya hutang perusahaan maka beban pajak akan berkurang,
karena adanya bunga atas hutang yang harus dibayarkan kepada kreditur.

2. Trade-Off Theory
Teori trade off menyatakan hutang sangat bermanfaat bagi perusahaan karena
bunga dapat dikurangi dalam penghitungan pajak, tetapi hutang juga
menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan
potensial (Maryanti, 2016). Dalam Brigham & Houston (2016: 31) menyatakan
teori struktur modal adalah perusahaan menukarkan manfaat pajak atas hutang
dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan Trade off theory
mengatakan dengan meningkatnya penggunaan hutang maka keuntungan dari
penggunaan hutang juga semakin besar. Namun disisi lain, pada saat perusahaan
membutuhkan modal dan sumber dana, maka pemilik perusahaan cenderung
menerbitkan saham baru dan surat berharga lainnya.

3. Pecking Order Theory


Berdasarkan teori pecking order perusahaan memiliki urutan pendanaan mulai
dari internal ke eksternal. Ketika perusahaan mengalami masalah pembiayaan,
maka pendanan perusahaan lebih diutamakan dari sumber internal terlebih
dahulu, karena pembiayaan melalui sumber internal berupa laba ditahan
mempunyai biaya modal paling rendah. Alasan mengapa perusahaan
menggunakan teori pecking order karena tidak ada biaya emisi yang timbul dari
pendanaan berupa kredit langsung atau saldo laba, dan biaya relative lebih
rendah dari pada ketika menerbitkan hutang baru. Biaya emisi untuk penerbitan
saham baru cukup tinggi, dan adanya asimetri informasi nmenjadikan pendanaan
dari saham baru kurang diminati (Brigham & Houston, 2016: 35). Secara
ringkas pecking order teori tersebut menyatakan sebagai berikut (Brealey &
Myers, dalam Husnan, 2013): (1) perusahaan lebih menyukai internal financing
atau pendanaan dari hasil operasi perusahaan. (2) perusahaan mencoba
menyesuaikan rasio pembagian dividen yang ditargetkan, dengan berusaha
menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis. (3) kebijakan
dividen yang relatif sulit untuk diubah, disertai dengan naik turunnya
profitabilitas dan desempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan
bahwa dana hasil operasi kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi dalam
kondi tertentu bisa jadi kurang. (4) apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang lebih aman terdahulu. (5) dalam
pecking order teori tidak ada target debt to equity ratio, karena ada dua jenis
modal yaitu modal sendiri dan modal eksternal.

b. Komponen Struktur modal


Dari pengertian struktur modal maka dapat dilihat bahwa struktur modal
terdiridari hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka
panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Yang secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua yaitu modal asing dan modal saham. Secara umum
karekteristik masing sumber permodalan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Hutang atau Modal asing


Modal asing adalah modal yang berasal dari luar Dalam hubungannnya
dengan modal asing Curt Sanding dalam Riyanto (1995) mengemukakan
karakteristik Modal Asing sebagai berikut: Modal yang terutama
memperhatikan kepada kepentingannya sendiri yaitu kepentingan kreditur
Modal yang tidak mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan
perusahaan Modal dengan beban bunga yang tetap, tanpa memandang
adanya keuntungan atau kerugian Modal yang hanya sementara turut bekerja
sama didalam perusahaan Modal yang dijamin, modal yang mempunyai hak
didahulukan (hak Preferent) sebelum modal sendiri didalam likuidasi
perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan dan bagi
perusahaan modal tersebut merupakan utang pada saat tertentu harus dibayar
kembali tepat waktu baik jangka pendek maupun jangka panjang
(Riyanto,1995). yang disebut dengan hutang jangka pendek/panjang yang
bersifat permanen adalah hutang yang mempunyai jangka waktu lebih dari
satu tahun. Yang secara umum terdiri-dari :

a) Term loan
Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan
kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan
angsuran tetap selama suatu periode tertentu.

b) Leasing
Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan service dari suatu
aktiva tetap yang tidak disertai dengan hak untuk memilikinya. Atau
persetujuan atas dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva (lessor)
menginginkan pihak lain 23 (lessee) untuk mengunakan jasa dari aktiva
tersebut tetapi hak milik ada pada lessor, kadang-kadang lessor juga
diberi kesempatan untuk membeli aktiva tersebut. (Riyanto, 1995)
dengan demikian maka leasing sama dengan debt financing karena
mempunyai beban tetap
c) Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang
panjang, dimana debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang
mempunyai nominal tertentu. Ada berbagai tipe jenis obligasi,
diantaranya obligasi biasa (bonds), obligasi pendapatan (income bonds)
dan obligasi yang dapat ditukarkan (convertible bonds).
d) Pinjaman hipotik (Mortgage)
Pinjaman hipotik (Mortgage) adalah pinjaman jangka panjang dimana
pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak
bergerak, apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka
barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan
untuk menutup tagihan
2. Modal Sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak
tertentu lamanya. Modal sendiri selain berasal dari sumber intern dapat juga
berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau
dibentuk sendiri dalam perusahaan. Curt Sanding Dalam Riyanto (1995)
mengemukakan karakteristik Modal sendiri sebagai berikut : Modal terutama
tertarik dan berkepentingan terhadap kontinuitas, kelancaran dan
keselamatan perusahaan Modal yang dengan kekuasaannya dapat
mempengaruhi politik perusahaan Modal yang mempunyai hak atas laba
sesudah pembayaran bunga kepada modal asing Modal yang menjadi
jaminan dan haknya adalah sesudah modal asing dalam likuidasi Modal
sendiri dalam perusahaan secara umum terdiri dari :
a) Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu
perusahaan, biasanya saham terdiri dari saham biasa, saham preferent
dan saham kumulatif preferen. Pemegang saham biasa dan preferen
hanya akan mendapatkan dividen pada akhir tahun pembukuan, jika
perusahaan mendapat keuntungan. dividen untuk pemegang saham
preferen akan lebih diutamakan terlebih dahulu dari pada saham biasa
dan deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham preferen bersifat
tetap. Kalau perusahaan rugi, maka pemilik saham preferen akan
memperoleh dividen yang dikumulatif pada tahun berikut. Saham
preferen mempunyai sifat campuran antara hutang dan saham biasa.
Bersifat sebagai hutang karena mengandung kewajiban yang tetap untuk
mengadakan secara periodik, tetapi dalam likuidasi perusahaan
pemegang saham preferen mempunyai hak didahulukan sebelum
sebelum pemegang saham biasa.
b) Cadangan
Cadangan yang dimaksud disini adalah cadangan yang dibentuk dari
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang
lampau atau dari tahun berjalan, Tidak semua cadangan termasuk dalam
pengertian modal sendiri, cadangan yang termasuk kedalam modal
sendiri antara lain cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan
selisih kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian yang
tidak diduga sebelumya (cadangan umum)
c) Laba ditahan
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.
Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai
penggunaan keuntungan tersebut maka keuntungan tersebut merupakan
keuntungan yang ditahan. Adanya keuntunagan akan memperbesar
Retained Earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri.
sebaliknya adanya kerugian akan memperkecil retained earning yang
berarti akan memperkecil modal sendiri.
b. Faktor – Faktor yang Menentukan Struktur Modal
Brigham dan Houston (2016) menunjukkan faktor – faktor yang
umumnya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika mengambil
keputusan mengenai struktur modal yaitu antara lain, (1) Stabilitas
Penjualan: Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat
secara aman mengambil utang dalam jumlah yang lebih besar dan
mengeluarkan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang penjualannya tidak stabil. (2) Struktur Aset: Banyak perusahaan
memperhitungkan jumlah dana tunai yang diinginkan ketika menyusun
target struktur modal. Dengan menganggap faktor lain konstan suatu
perusahaan mampu mengambil lebih banyak hutang apabila memiliki
lebih banyak dana tunai pada neraca. (3) Leverage Operasi: Jika hal
lainnya dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih
rendah akan lebih mampu menetapkan leverage keuangan karena
perusahaan tersebut akan memiliki resiko usaha yang lebih rendah. (4)
Tingkat Pertumbuhan: Jika hal lainnya dianggap sama, perusahaan
dengan pertumbuhan yang cepat harus lebih mengandalkan pada modal
eksternal. Selain itu, biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham
biasa akan melebihi biaya yang terjadi ketika perusahaan menjual utang,
mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih
mengenalkan diri pada utang. Namun pada saat yang sama, perusahaan
tersebut sering kali menghadapi ketidakpastian yang lebih tinggi
sehingga cenderung menurunkan keinginan mereka untuk menggunakan
utang. (5) Profitabilitas: Seringkali diamati bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata
menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. (6) Pajak: Bunga
merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini lebih
bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi makin
tinggi tarif pajak suatu perusahaan, makin besar keunggulan dari utang.
(7) Kendali Pengaruh: utang dibandingkan saham pada posisi kendali
suatu perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. (8) Perilaku
Manajemen: Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa suatu struktur
modal akan menghasilkan harga saham yang lebih tinggi dibandingkan
dengan struktur yang lain. Manajemen dapat melaksanakan
pertimbangannya sendiri tentang struktur modal yang tepat. (9) Sikap
Pemberi Pinjaman dan Lembaga Pemeringkat: Bagaimanapun analisis
manajemen sendiri atas faktor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap
pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkatan sering kali akan
mempengaruhi keputusan struktur keuangan. (10) Kondisi Pasar:
Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka
panjang maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting
pada struktur modal optimal suatu perusahaan. (11) Kondisi Internal:
Perusahaan kondisi internal suatu perusahaan juga dapat mempengaruhi
target struktur modalnya. (12) Fleksibilitas Keuangan: Mempertahankan
stabilitas keuangan dilihat dari sudut pandang operasional berarti
mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai untuk melakukan
pinjaman.

2. Debt Ratio
Rasio ini mengukur saling hubungan antara jumlah modal sendiri termasuk
saham preferen dengan total hutang baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang. Rasio ini juga menggambarkan besarnya jaminan yang akan
diberikan oleh pemilik modal sendiri dalam penggunaan hutang. Pihak investor
lebih menyukai debt ratio yang kecil karena tersedia penyangga jika perusahaan
akan dilikuidasi, sementara pemilik modal sendiri lebih menyukai debt ratio yang
besar karena penjualan saham akan mengurangi kendali atas perusahaan. Rasio
yang tinggi berarti menggunakan financial leverage yang tinggi .Penggunaan
hutang (leverage) yang tinggi akan meningkatkan ROE dengan cepat. Tetapi
apabila penjualan menurun ROE akan menurun cepat pula. Resiko perusahaan
dengan financial leverage tinggi akan semakin tinggi pula. (Hanafi & Mamduh,
2000). Debt ratio meunjukkan tingkat leverage perusahaan dan risiko potensial
yang dihadapi perusahaan atas beban hutangnya. Dari rasio leverage ini dapat kita
katahui seberapa besar jumlah hutang yang digunakan untuk membiayai aktivanya.
Rasio leverage merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang (Prihadi,
2010:185). Rasio leverage menggambarkan perusahaan dengan semakin tinggi nilai
rasio maka semakin tinggi risiko karena memiliki proporsi utang yang lebih besar.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan yaitu DAR (Debt to Assets Ratio), short-
term debt, long term debt dan bank debt.. DAR (Debt to Assets Ratio) merupakan
perhitungan dengan membandingkan total utang perusahaan dengan total asset
perusahaan. Menurut (Salawu & Agboola, 2008; Maryanti, 2016; Yoshendy et. al,
2015) rasio DAR (Debt to Assets Ratio), dapat dihitung dengan cara:
Total Debt
DAR=
Total Assets
Short term debt merupakan merupakan rasio leverage yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang jangka pendek dengan
total asset perusahaan. Menurut (Salawu & Agboola, 2008; Yoshendy et. al, 2015;
Purbawangsa, 2019) short term debt, dapat dihitung dengan cara:
Short term Debt
Short term debt :
Total Assets
Long term debt merupakan merupakan merupakan rasio leverage yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang jangka
panjang dengan total asset perusahaan. Menurut (Salawu & Agboola, 2008;
Yoshendy et. al, 2015; Purbawangsa, 2019) short term debt, dapat dihitung dengan
cara:
Long term Debt
longterm debt=
Total Assets
Bank debt merupakan rasio leverage yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang bank dengan total asset
perusahaan. Menurut (Kamir, 2012; Agarwal & Elston, 2001) bank debt, dapat
dihitung dengan cara:
Bank Debt
bank debt=
Total Assets

3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya
nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aset (Riyanto, 2008). Ukuran
perusahaan sering dijadikan indikator bagi perusahaan, dimana perusahaan dalam
ukuran besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan
usahanya. Perusahaan dengan ukuran yang besar memiliki akses yang lebih besar
untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber terutama pendanaan
eksternal, sehingga untuk memeroleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah
karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk
memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Menurut (Yoshendy et. al,
2015; Mouamer, 2011; Dakua, 2018) ukuran perusahaan dapat diukur dengan cara:
¿ ln(Total Asset )

4. Pertumbuhan Perusahaan
Firm growth dapat didefinisikan sebagai peningkatan yang terjadi pada
perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan yang berarti pula bahwa
kesempatan tumbuh semakin tinggi, maka akan semakin besar kebutuhan dana yang
diperlukan, Ross (2008). Menurut Turki SF Alzomaia (2014) perusahaan dengan peluang
pertumbuhan yang tinggi lebih mengandalkan pendanaan melalui laba ditahan atau
(retained earning). Firm Growth (Pertumbuhan Perusahaan) menurut pecking order
theory dikatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi pada umumnya
diikuti dengan peningkatan leverage sebagai peluang investasi melebihi retained earning
perusahaan, Myers (1984). Menurut Gitman & Zutter (2012), perusahaan yang tumbuh
dengan pesat lebih banyak tergantung dengan pada sumber dana eksternal. Perusahaan
yang memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat cenderung menggunakan sumber dana
berupaa hutang dari pada menerbitkan ekuitas. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan
tinggi memiliki banyak pilihan untuk berinvestasi dimasa yang akan datang dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki pertumbuhan perusahaan rendah, Myers (1984).
Menurut (Maryanti,2016; Alipour et. al, 2015) pertumbuhan perusahaan dapat
diukur dengan cara:

Total aset t −Total aset t−1


Total aset t−1
5. Non Debt Tax Shield
Non debt tax shield (NDTS) merupakan rasio dari total depreasi per tahun
dibandingkan dengan total aktiva. Menurut teori trade-off, NDTS berupa
depresiasi dan amortisasi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk
mengurangi hutang, karena depresiasi dan amortisasi merupakan arus kas
sebagai sumber modal dari dalam perusahaan sehingga dapat mengurangi
pendanaan dari hutang. Pada umumnya perusahaan memanfaatkan keuntungan
pajak melalui fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah atau disebut
dengan non debt tax shield, jadi dalam melakukan efisiensi perhitungan pajak
perusahaan tidak hanya membebankan pada biaya bunga hutang saja.

Depresiasi Aset+ Amortisasi Aset tak Berwujud+ Beban R∧D+ Pengurangan Biaya R∧D
Total Asset

6. Collateral Value of Assets


Collateral value of assets (CVA) merupakan rasio antara piutang usaha
ditambah jumlah assets bersih dibandingkan dengan total asset. Tangibility
menurut Jensen dan Meckling (dalam sartono, 2001) yaitu harta yang berwujud
memberikan jaminan uang lebih baik untuk pinjaman dana juga leverage yang
besar. Collateral value of assets (CVA) memiliki hubungan yang positif dengan
jumlah pemakaian hutang. Ratio fixed asset to total assets (FTA) merupakan
proxy dari collateral value of assets, fixed asset seringkali digunakan sebagai
jaminan dalam mendapatkan hutang yang lebih banyak dibandingkan
perusahaan yang memiliki keadaan sebaliknya.

Aset Tetap+ Persediaan


Totalaset

7. Umur Perusahaan
Umur perusahaan menggambarkan profitabilitas, kredibilitas serta
disversifikasi perusahaan. Perusahaan yang umur bisnisnya lama lebih
menguntungkan dan beragam cenderung lebih kredibel sehingga akan
kurang menderita kesulitan keuangan (Matias et al., 2018). Menurut
Manihuruk et al., (2016) mengutarakan bahwa ukuran perusahaan sering
menjadi indikator nilai agunan. Perusahaan yang makin besar relatif
mempunyai akses yang makin luas ke pembiayaan daripada perusahaan yang
lebih kecil.
Age=Tahun ketika perusahaan listing

C. Pengaruh Antar Variabel


1. Pengaruh Non Debt Tax Shield Terhadap Struktur Modal
Pada umumnya perusahaan memanfaatkan keuntungan pajak
melalui fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah atau
disebut dengan non debt tax shield, jadi dalam melakukan efisiensi
perhitungan pajak perusahaan tidak hanya membebankan pada biaya
bunga hutang saja. Perusahaan yang memiliki Non debt tax shield
(NDTS) yang tinggi cenderung akan menggunakan tingkat hutang
yang lebih rendah, sehingga Non debt tax shield (NDTS)
berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Menurut teori trade-off,
Non debt tax shield (NDTS) berupa depresiasi dan amortisasi
menjadi pendorong bagi perusahaan untuk mengurangi hutang,
karena depresiasi dan amortisasi merupakan arus kas sebagai sumber
modal dari dalam perusahaan sehingga dapat mengurangi pendanaan
dari hutang (Yoshendy et, al. 2015). Dalam teori trade-off atau pun
pecking order sama-sama menunjukan hubungan negatif antara Non
debt tax shield (NDTS) dengan struktur modal.
Menurut Penelitian Ruibing Gao (2016) menemukan hubungan
negative antara Non Debt Tax Shield terhadap struktur modal
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Menurut teori trade-off, terdapat hubungan positif antara
ukuran perusahaan dengan rasio hutang, karena perusahaan yang
berukuran besar lebih terdiversifikasi dengan baik, arus kas lebih
stabil dan memiliki lebih kecil kemungkinan untuk menunjukkan
indikasi kebangkrutan atau mengalami financial distress
(Yoshendy et, al. 2015). Perusahaan yang berukuran besar
mengeluarkan biaya yang lebih rendah dalam menerbitkan hutang
atau ekuitas. Dengan demikian, perusahaan besar diharapkan
memiliki lebih banyak hutang dalam struktur modalnya daripada
perusahaan kecil. Sedangkan menurut teori pecking order
terdapat hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan rasio
hutang, karena informasi yang asimetris bukan merupakan suatu
masalah pada perusahaan besar. Adanya asimetri informasi yang
menyatakan perusahaan dengan ukuran kecil cenderung akan
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk memperoleh dana
dari pihak luar sedangkan penerbitan hutang atau ekuitas pada
perusahan yang lebih besar membutuhkan biaya yang lebih
rendah. Perusahaan yang lebih besar cenderung mengungkapkan
lebih banyak informasi kepada investor luar muncul masalah
informasi yang kurang asimetris cenderung memiliki ekuitas
lebih banyak daripada hutang dan dengan demikian memiliki
leverage yang lebih rendah. Jadi biaya modal dari perusahaan
besar relatif akan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan
kecil
Penelitian Ruibing Gao (2016) menemukan hubungan
positif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal
3. Pengaruh Collateral Value of Assets dengan Struktur Modal
Collateral value of assets (CVA) merupakan rasio antara piutang
usaha ditambah jumlah assets bersih dibandingkan dengan total asset.
Tangibility menurut Jensen dan Meckling (dalam sartono, 2001)
yaitu harta yang berwujud memberikan jaminan uang lebih baik
untuk pinjaman dana juga leverage yang besar. Collateral value of
assets (CVA) memiliki hubungan yang positif dengan jumlah
pemakaian hutang. Ratio fixed asset to total assets (FTA) merupakan
proxy dari collateral value of assets, fixed asset seringkali digunakan
sebagai jaminan dalam mendapatkan hutang yang lebih banyak
dibandingkan perusahaan yang memiliki keadaan sebaliknya.
Brigham and Gapenski (1996) menyatakan bahwa secara umum
perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih
mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak
memiliki jaminan.
Penelitian Ruibing Gao (2016) menemukan hubungan positif
antara Collateral Value of Assets dengan Struktur modal
4. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan dengan Struktur Modal
pertumbuhan perusahaan memberikan gambaran perkembangan
perusahaan yang terjadi (Fauzi dan Suhadak, 2015). Menurut
Brigham dan Houston (2011:189) menyatakan bahwa perusahaan
yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan
diri pada modal eksternal. Menurut penelitian Achmad Eko prasetyo,
ira januarti (2015) mengatakan bahwa Perusahaan dengan
pertumbuhan stabil tentu lebih aman, bisa lebih banyak mendapatkan
pinjaman, dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
Maka, perusahaan dengan pertumbuhan penjualan tinggi, DER nya
pun akan tinggi. Menurut teori trade-off, perusahaan dengan potensi
pertumbuhan aset yang lebih tidak berwujud cenderung menerbitkan
lebih sedikit hutang daripada perusahaan dengan aset yang lebih
berwujud (Lim, 2012). Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi
memiliki lebih banyak pilihan nyata untuk investasi masa depan
daripada perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Jika perusahaan
dengan pertumbuhan tinggi membutuhkan pendanaan ekuitas
tambahan untuk menggunakan opsi tersebut di masa depan,
perusahaan dengan hutang yang belum dibayar dapat mengabaikan
kesempatan ini karena investasi seperti itu secara efektif mentransfer
kekayaan dari pemegang saham kepada pemegang hutang. Pecking
order teori memprediksikan bahwa perusahaan dengan prospek
pertumbuhan yang tinggi cenderung memiliki leverage yang lebih
besar, sehingga dana eksternal lebih disukai melalui pembiayaan
hutang.
Penelitian Ruibing Gao (2016) menemukan hubungan Negatif
antara Pertumbuhan Perusahaan dengan struktur modal
5. Pengaruh Usia Perusahaan dengan Struktur Modal
Umur perusahaan menggambarkan profitabilitas, kredibilitas
serta disversifikasi perusahaan. Perusahaan yang umur bisnisnya
lama lebih menguntungkan dan beragam cenderung lebih kredibel
sehingga akan kurang menderita kesulitan keuangan (Matias et al.,
2018). Menurut Manihuruk et al., (2016) mengutarakan bahwa
ukuran perusahaan sering menjadi indikator nilai agunan. Perusahaan
yang makin besar relatif mempunyai akses yang makin luas ke
pembiayaan daripada perusahaan yang lebih kecil. Ukuran
perusahaan mempengaruhi pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang
lebih besar cenderung memanfaatkan lebih banyak kapasitas akan
utang sehingga menjadi kurang optimal. Umur perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk tetap bertahan didalam
menghadapi persaingan usaha.Umur perusahaan merupakan ukuran
akan standar reputasi didalam model struktur modal.
Penelitian Ruibing Gao (2016) menemukan hubungan Positif
antara Umur perusahaan dengan Struktur modal
6. Pengaruh Jumlah Dewan Direksi dengan Struktur Modal
Ukuran dewan direksi menunjukkan kepengurusan perseroan
yang dalam mengelola perusahaan, melaksanakan keputusan-
keputusan bisnis termaksud keputusan pendanaan. Ukuran dewan
direksi yang besar akan mendorong tingginya tingkat hutang guna
meningkatkan asset perusahaan. Pernyataan ini selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Adams dan Mehran (2003) yang
menyatakan dewan yang besar secara efektif dapat memonitor
tindakan manajemen. Wen et al.(2002) dalam Abor (2007)
menyatakan bahwa ukuran dewan yang besar akan cenderung
memiliki fungsi pengawasan yang kuat terhadap perusahaan dan
mengejar tingkat hutang yang lebih tinggi. Pecking order theory yang
diungkapkan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Givari (2007)
menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai hutang dari pada
saham ketika mereka harus mengeluarkan dana eksternal, karena cost
of debt dianggap lebih murah dari pada cost of equity. Penelitian
Ruibing Gao (2016) menemukan Hubungan Positif antara jumlah
dewan direksi dengan struktur Modal

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan paparan yang berisis tentang
pendekatan dan rincian metode yang digunakan penulis untuk penelitian (UM,
2010:16). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian
berupa angka – angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2016:7).
Berdasarkan jenis penelitiannya maka, penelitian ini termasuk dalam
deskriptif kuantitatif, dimana dalam analisis deskriptif menyajikan fakta – fakta
secara sistematik sehingga lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Dilihat dari
variabel – variabel yang digunakan maka, penelitian ini termasuk jenis
penelitian asosiatif kausalitas yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih (Sugiyono, 2010: 59).
Berdasarkan permasalahan, tujuan, dan hipotesis yang telah dikemukakan. Maka
analisis kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi sebagi unit
analisis digambarkan sebagai berikut :

NDTS Pertumbuhan
Perusahaan

CVOA Struktur Modal Usia


Perusahaan

Ukuran Jumlah Dewan


Perusahaan Direksi

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau sunyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:80).
Populasi dalam penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang listing di
BEI tahun 2009-2019
2. Sample
Menurut Sugiyono (2016:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang listing di BEI sejak tahun 2009 sehingga jumlah
sampel pada penelitian ini sebanyak 695 perusahaan. Daftar sampel perusahaan
terdapat pada lampiran.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti,
dengan mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik (Arikunto, 2002:136). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
debt ratio, short term debt, long term debt, bank debt, non debt tax shield,
collateral value of assets, ukuran perusahaan, usia perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan jumlah dewan direksi. Adapun format yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Format Dokumentasi DAR


No. Perusahaan Total Debt Total Aset DAR
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)

Tabel 3. 2 Format Dokumentasi Short Term Debt


Short Term Total Aset Short Term Debt
No. Perusahaan
Debt
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)

Tabel 3. 3 Format Dokumentasi Long Term Debt


Long Term Total Aset Long Term Debt
No. Perusahaan
Debt
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)
Tabel 3. 4 Format Dokumentasi Bank Debt
No. Perusahaan Bank debt Total Aset Bank Debt
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)

Tabel 3. 5 Format Dokumentasi Ukuran Perusahaan


Total Aset Ukuran
No. Perusahaan
Perusahaan
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)

Tabel 3. 6 Format Dokumentasi Pertumbuhan Perusahaan


Total aset t Total aset (t- Pertumbuhan
No. Perusahaan – Total aset 1) Perusahaan
(t-1)
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)

Tabel 3. 7 Format Dokumentasi NDTS


Depresiasi Total Aset NDTS
No. Perusahaan
Dividen
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)

Tabel 3. 8 Format Dokumentasi Tangibility


No. Perusahaan Aset Tetap Total Aset Tangibility
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)
Tabel 3. 9 Format Dokumentasi Jumlah dewan direksi
Jumlah Total Dewan Jumlah Dewan
No. Perusahaan
Direksi
1. …
Rata-rata
Min
Max
(Sumber: Data Olahan Peneliti, 2020)

D. Pengumpulan Data
Menurut Siregar (2013:37) data adalah bahan mentah yang diolah
menghasilkan informasi atau keterangan baik kuantitatif maupun kualitatif yang
menunjukan fakta. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari metode dokumentasi. Pada penelitian ini metode dokumentasi yang
dilakukan yaitu dengan cara mengumpulkan data – data dari laporan keuangan
dan informasi yang diperlukan.
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu laporan keuangan perusahaan yang listing di BEI tahun 2009 – 2019. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Data yang diperoleh dala
bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain yang kemudian
dipublikasikan
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan yang listing di BEI. Data tersebut diperoleh di Bursa Efek Indonesia
dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selama periode penelitian dan
telah di audit. Data diperoleh dengan mengakses website resmi BEI
www.idx.co.id dan https://www.sahamok.com atau ksei.co.id.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variabel berupa catatan
atau dokumentasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
E. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan statistik dengan menggunakan alat uji stata dalam
penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini. Alat uji statistik yang digunakan
dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2016:147). Dalam
memudahkan peneliti, data dikelompokkan berdasarkan kategori yaitu mean,
maximum, dan minimum. Selanjutnya data yang terdeskripsi akan disajikan ke
dalam bentuk tabel dan diagram.
Dalam penelitian ini analisis deskriptif dapat diuraikan dengan keadaan
dari tiap variable yang diambil dari sample penelitian, antara lain sebagi berikut.
Tabel 3. 5 Kegunaan dan Pengukuran Variabel
Variabel Kegunaan Pengukuran Variabel Referensi

Debt to Mengukur (Salawu & Agboola,


Assets Ratio kemampuan 2008; Maryanti,2016;
(DAR) perusahaan dalam Yoshendy et. al,
Total Debt
menutupi sebagian 2015)
Total Assets
atau seluruh hutang-
hutangnya, baik
jangka panjang
maupun jangka
pendek dengan total
asset yang dimiliki
perusahaan.
Short Term Mengukur Short term Debt (Salawu & Agboola,
Total Assets
kemampuan 2008; Yoshendy et.
perusahaan dalam al, 2015;
menutupi hutang Purbawangsa, 2019)
jangka pendek
dengan total asset
yang dimiliki
perusahaan.
Long Term Mengukur Longterm Debt (Salawu & Agboola,
Total Assets
kemampuan 2008; Yoshendy et.
perusahaan dalam al, 2015;
menutupi hutang Purbawangsa, 2019)
jangka panjang
dengan total asset
yang dimiliki
perusahaan.
Bank debt Mengukur Bank debt (Kamir, 2012;
Total Assets Agarwal & Elston,
kemampuan
perusahaan dalam 2001)

menutupi hutang
bank dengan total
asset perusahaan.
Ukuran Memprediksi ukuran Ln (Total Aset Perusahaan) (Yoshendy et. al,
Perusahaan perusahaan terhadap 2015; Mouamer,
kinerja perusahaan 2011; Dakua, 2018)
Pertumbuhan Memberikan (Maryanti,2016;
Perusahaan gambaran Alipour et. al, 2015)
Total aset t−Total aset t−1
perkembangan
Totalaset t−1
perusahaan setiap
tahunnya.
Non-Debt Salah satu (Yoshendy et. al,
Tax Shield penghematan pajak 2015; Dakua, 2018 ;
(NDTS) yang bersumber Lim, 2012)
selain dari hutang
Depresiasi
yaitu yang NDTS :
Total Asset
bersumber dari
pembebanan
depresiasi
asset tetap
Collateral Aset berwujud dari (Salawu & Agboola,
Value perusahaan yang 2008; Yoshendy et.
Of menjadi salah satu ¿ assets al,2015; Dewi &
Assets pengaruh dalam Total Asset Lestari, 2014)
keputusan
pembiayaan.

Jumlah Jumlah dewan (Salawu & Agboola,


Dewan Direksi yang 2008; Yoshendy et.
Ln Total Dewan Direksi
Direksi Menempati al,2015; Dewi &
Perusahaan Lestari, 2014)

Tahap analisis statistik deskriptif antara lain :


1. Mengumpulkan data
2. Mentabulasi data
3. Membuat grafik trend untuk mengetahui kondisi variabel cenderung meningkat
atau menurun.

2. Uji Asumsi Klasik


Sebelum melakukan uji regresi, uji asumsi klasik diperlukan untuk
mengetahui apakah terdapat data yang ekstrem (outlier) atau tidak, data
berdistribusi normal atau tidak, data bersifat autokorelasi atau tidak, dan data
memiliki sifat multikolinieritas atau tidak (Umar, 2014 : 175). Penelitian ini
dilakukan dengan alat bantu analisis yaitu software Stata 14 dan Microsoft Excel
2010. Di dalam penelitian ini dilakukan 4 uji asumsi klasik, yaitu :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk menguji data variabel bebas dan
variabel terikat pada persamaan regresi yang dihasilkan apakah berdistribusi
normal atau tidak. Namun uji normalitas dapat diabaikan apabila jumlah sampel
yang diteliti tergolong besar dan hamper menyamai jumlah populasi. Pernyataan
lain Wooldridge (2013:120) data tidak normal bukan masalah yang serius untuk
sampel ukuran besar. Seorang peneliti dapat mengabaikan uji normalitas untuk
ukuran sample yang besar. Jadi dalam penelitian ini, peneliti mengabaikan uji
normalitas karena jumlah sample termasuk dalam kategori besar, yaitu lebih dari
80 (Ferdinand, 2014:41)
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode 1 dengan kesalahan
periode t-1 atau periode sebelumnya. Uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji worldridge. Jika p-value < 0,05, maka H0 dapat ditolak, yang
berarti bahwa terdapat masalah autokorelasi.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Umar, 2014:177). Jika
terjadi korelasi, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. Dalam
mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat
dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Semakin kecil nilai tolerance dan
semakin besar VIF dengan cara sebagai berikut.
1) Korelasi antara dua variabel bebas lebih tinggi dibandingkan korelasi salah satu
atau dua variabel bebas terhadap dependennya.
2) Bila terjadi korelasi antara dua variabel bebas melebihi 0.8, maka diindikasikan
adanya multikolinieritas
3) Apabila statistic F dan koefisien determinasi yang signifikan, namun diikuti
dengan banyaknya statistik t yang tidak signifikan, dapat dimungkinkan X1, X2,
dan X3 secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap Y atau adanya
multikolineritas yang serius dan menyebabkan koefisiensi mereka tidak
signifikan. Apabila dengan menghilangkan salah satu variabel, menyebabkan
variabel lain menjadi signifikan, maka kemungkinan besar ketidaksignifikan
variabel tersebut disebabkan adanya multikolinieritas yang serius.
d. Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskesdastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain (Umar, 2014: 179). Jika varian residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas, sementara jika varian yang
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas (Umar, 2014:179). Salah satu cara untuk mendeteksi ada
tidaknya heterokeskedastisitas yaitu dengan menggunakan uji Breusch Pagon. Uji
heteroskedastisitas dengan metode Breusch Pagan dilakukan dengan meregresikan
semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residunya, maka dalam model terdapat
masalah hesteroskedastisitas.
3. Uji Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan jika peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel
independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik rurunkan nilainya). Pada
penelitian ini, analisis regresi berganda dilakukan dengan bantuan software stata 14
dan Microsoft Excel 2010. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini
menggunakan 3 metode, yakni Uji Regresi dengan metode Ordinary Least Square
(OLS), Fixed Effect (FE) dan Random Effect (RE). Bentuk persamaan regresi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.

Y (DAR) = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ β 6X6+e........................(1)


Y (Short Term) = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ β 6X6+e......................(2)
Y (Long Term) = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ β 6X6+e......................(3)
Y (Bank debt) = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ β 6X6+e.......................(4)
Keterangan :
Y = Struktur Modal
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
X1 = Non Debt Tax Shield
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Pertumbuhan Perusahaan
X4 = Collateral Value of Assets
X5 = Jumlah Dewan Direksi
X6= Usia Perusahaan
e = Eror Term (tingkat kesalahan dalam penelitian)

Y (DAR) = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ β 6X6+e........................(1)


Y (Short Term) = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ β 6X6+e......................(2)
Y (Long Term) = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ β 6X6+e......................(3)
Y (Bank debt) = α+β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ β 6X6+e.......................(4)

Debt = α₀ + α₂Ndts + α₂Size + α₃Cvoa + α₄Growth + α₅BS + α₆Age........................


(1)

4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji parsial yang merupakan
pengujian koefisien regresi parsial individual yang digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen (X) secara individual mempengaruhi variabel (Y) deangan taraf
signifikan 0,10 atau sebesar 10%. Pengujian hipotesis menggunakan software stata 14
dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan berdasarkan pada penolakan atau
penerimaan hipotesis. Adapun kriteria yang digunakan dalam uji parsial, antara lain:
a. Jika probabilitas > 0,10 maka h0 diterima, maka artinya tidak terdapat pengaruh
signifikan X terhadap Y.
b. Jika probabilitas ≤ 0,10 maka h0 di tolak, maka artinya terdapat pengaruh signifikan
X terhadap Y.

Daftar Rujukan

Anda mungkin juga menyukai