Anda di halaman 1dari 8

PAPER PASAR MODAL DAN PASAR UANG

PT BANK CENTRAL ASIA Tbk (BBCA)


Dosen Pengampu : Syamsu Alam, S.Si, M.Si.

Oleh

Devita Abi Oktavia

1896142014

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Profil Perusahaan

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bank
ini didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV dan pernah menjadi
bagian penting dari Salim Group. Sekarang bank ini dimiliki oleh salah satu grup produsen
rokok terbesar keempat di Indonesia, yaitu Robert Budi Hartono dan Michael Bambang
Hartono yang juga pemilik dari salah satu produsen rokok besar di Indonesia, Djarum.

Soedono Salim atau yang juga dikenal dengan Liem Sioe Liong merupakan pendiri
Bank BBCA. Namun, cikal bakal BBCA berdiri terbentuk pada 1955 yang merupakan NV
Perseroan Dagang dan Industri Semarang Knitting Factory (Pabrik rajut). Setelah beroperasi
selama dua tahun, NV Perseroan Dagang dan Industri mengubah nama dan bisnis
perusahaannya menjadi perbankan dengan nama NV Bank Central Asia. Setelah mengubah
namanya, Soedono Salim memindahkan kantor pusat yang sebelumnya di Semarang ke
Asemka, Jakarta tahun 1957. Kemudian pada 2 September 1975 nama NV Bank diubah
permanen menjadi PT Bank Central Asia.

PT Bank Central Asia Tbk merupakan perusahaan yang berbasis di Indonesia yang
utamanya bergerak dalam sektor perbankan. Selain perbankan konvensional, perusahaan juga
menawarkan layanan perbankan Syariah, PT Bank BCA Syariah. Anak perusahaan lainnya
adalah PT BCA Finance, yang bergerak dalam bisnis pembiayaan; PT BCA Sekuritas, yang
menyediakan layanan penjaminan dan perantara sekuritas; PT Asuransi Umum BCA, yang
menyediakan asuransi umum, dan BCA Finance Ltd, yang bergerak dalam bisnis peminjaman
uang

BBCA memiliki lebih dari 17 juta rekening yang didukung oleh 1.235 kantor cabang
yang beroperasi di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Selain memiliki kantor cabang di
Indonesia, BBCA juga memiliki cabang di Hongkong dan Singapura. Saat ini BBCA memiliki
delapan anak perusahaan yang bergerak dalam enam linea bisnis yaitu: BCA Finance dan CS
Finance yang bergerak pada pembiayaan bermotor, BCA Insurance dan BCA Life yang
bergerak di bidang asuransi, BCA sekuritas yang bergerak di bidang sekuritas, BCA Syariah
yang bergerak di bidang perbankan syariah, BCA Finance Ltd yang bergerak di bidang
remitansi dan Central Capital Ventura (CCV) yang bergerak di bidang teknologi finansial dan
industri finansial.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisa Fundamental

BBCA tidak hanya merupakan saham bank yang paling besar, tetapi juga saham dengan
kapitalisasi terbesar di BEI. Harga saham BBCA sudah sangat premium diukur dari PBV yang
mencapai range 4x. Saham di ketiga bank besar lainnya punya PBV dibawah 3. Jadi, saham
BBCA adalah saham bank dengan valuasi harga yang mahal. Bukan karena harga sahamnya
yang mahal tetapi secara valuasi mahal.
Kenapa valuasi saham BBCA bisa sangat premium? Tidak lepas dari kinerjanya yang
secara konsisten bagus dan lebih baik dari kinerja bank – bank lainnya. Keunggulan BBCA
yang paling menonjol adalah memiliki ROA yang paling tinggi diantara yang lain. Tingginya
ROA menunjukkan bahwa bank ini paling efisien dalam mengelola asetnya, mencetak profit
buat pemegang saham. Tingginya ROA disebabkan BBCA adalah bank dengan cost of fund
rendah – thanks to bunga tahapan BBCA yang super kecil, meskipun BBCA tidak pernah
kekurangan likuiditas (angka LDR-nya paling rendah diantara bank lainnya). Di BBCA,
nasabahnya rajin menyimpan uang disana meskipun dibayar bunga yang kecil. Kondisi yang
jadi impian banyak bankir. Kualitas kredit BBCA juga paling bagus diantara yang lain,
tercermin dari NPL yang konsisten rendah meskipun pertumbuhan kredit diatas rata – rata
nasional.
Adapun analisis fundamental yang memuat beberapa rasio keuangan, berupa ROA,
ROE, DER, EPS, dan PBV.

1. ROA (Return on Assets) = 3,3%


2. ROE (Return on Equity) = 16.5%
3. DER (Debt To Equity Ratio) = 44.3%
4. EPS (Earning per Share) = 1,100
5. PBV (Price To Book Value) = 4,82
B. Tampilan Chart

(Sumber: tradingview.com)

C. Prospek Emiten

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berencana akan melakukan aksi korporasi yakni
dengan memecah nilai nominal saham (stock split). Emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini akan memecah nilai saham dengan rasio 1:5.

Dengan aksi korporasi ini, total jumlah saham BBCA akan membesar dari 24,65 miliar
saham menjadi 123,27 miliar saham. Sedangkan nilai nominal saham akan berubah dari Rp
62,5 per saham menjadi Rp 12,5 per saham. Stock split ini bertujuan untuk meningkatkan
likuiditas perdagangan saham BBCA di Bursa Efek Indonesia dan harga saham BBCA menjadi
lebih terjangkau bagi para investor ritel, termasuk demografi investor muda. Dengan harga per
lembar saham yang lebih rendah, tentu saham BBCA akan lebih terjangkau untuk kalangan
investor individual.

Aksi korporasi yang dilakukan emiten perbankan ini cukup menarik. Dipecahnya
jumlah saham BBCA saat ini tentu akan berdampak kepada likuiditas saham. Dengan harga
saham BBCA yang telah merosot sekitar 11,82% secara year-to-date (ytd), stock split ini bisa
menjadi suatu katalis positif untuk saham BBCA yang bisa dikoleksi oleh investor ritel. Secara
teknikal, untuk saat ini saham BBCA memang masih bergerak sideways antara
rentang support Rp 29.700 dan resistance Rp 30.900.

Di sisi lain, penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dinilai


bisa berdampak pada prospek BBCA. PPKM darurat saat ini berisiko untuk menurunkan
kualitas aset. Apabila kebijakan PPKM ini dapat segera dilonggarkan, maka dampaknya
terhadap kualitas aset tidak akan terlalu signifikan. Namun, jika ternyata PPKM darurat
berlangsung dalam periode yang lama, misalnya 2 sampai 3 bulan atau lebih, maka ada risiko
menurunnya kualitas aset dan perusahaan perbankan, termasuk BBCA, terpaksa harus
menaikkan provisi atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang akan berdampak
negatif ke kinerja keuangan.

Perkiraan laba bersih BBCA untuk periode 2021-2022 sebesar 8,1% -7,3%, menjadi
masing-masing Rp 28,7 triliun (naik 6%) dan Rp 32 triliun (naik 11%). Estimasi ini
memperhitungkan pertumbuhan pinjaman yang lebih lambat dari yang diharapkan dan risiko
kualitas aset yang meningkat. Laba bersih ini juga dengan asumsi pertumbuhan pinjaman
sebesar 3%-5% (lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 5%-6%) dan biaya
kredit yang lebih tinggi, yakni 1,6% -1,1%. Adanya penurunan rekomendasi saham
BBCA menjadi hold dengan target harga yang juga dipangkas menjadi Rp 30.500 (dari
sebelumnya Rp 39.200). Dengan naiknya risiko penurunan kualitas aset dan juga pelemahan
pertumbuhan kredit tahun ini akan memperlambat pertumbuhan kinerja. “Dengan risiko
tersebut, upside pergerakan saham BBCA kemungkinan akan terbatas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tengah melakukan aksi korporasi memecah nilai
nominal saham atau stock split dengan rasio 1:5. Aksi korporasi ini dapat meningkatkan
likuiditas perdagangan saham BBCA di bursa Efek Indonesia dan harga yang lebih terjangkau.
Secara garis besar, stock split dapat berdampak pada likuiditas pasar, yang tentunya cukup
diminati dari segi investor maupun manajemen. Aksi tersebut juga dapat menaikkan citra
perusahaan, dimana ada potensi kenaikan kapitalisasi pasar dapat menjadi benefit.

Sekarang, emiten BBCA masih bertengger di urutan pertama dengan kapitalisasi pasar
terbesar senilai Rp 902,37 triliun. Dengan ini, pelaku pasar akan merespon baik. Namun,
dengan tetap mempertimbangkan kinerja dari keuangan emiten. Proyeksi pergerakan harga
saham BBCA setelah stock split akan lebih positif lagi dan berpeluang melanjutkan tren
kenaikannya. Pada umumnya, stock split memberikan efek positif pada minat beli pasar karena
harganya bersahabat untuk investor ritel, sehingga menjadi lebih menarik. Saham BBCA
berpotensi mengalami kenaikan hingga mencapai harga puluhan ribu lagi, tepatnya ke level Rp
10.400 dalam waktu 1-3 tahun ke depan.

Meski demikian, dari segi valuasinya saham BBCA memiliki PBV yang berada di atas
rata-rata dengan saham emiten perbankan lainnya. BBCA diperdagangkan dengan PBV di 4,82
kali, sementara itu PBV BBRI lebih rendah berada di 2,64 kali, BMRI di 1,73 kali, dan BBNI
dengan PBV 1.03 kali. Selain dari harga sahamnya yang lebih terjangkau, sentimen positif
untuk BBCA lainnya adalah realisasi kinerja yang cukup solid di tengah ketidakpastian akibat
pandemi Covid-19. Bank Central Asia bahkan berhasil menjadi juara dalam perolehan laba
bersih terbesar di sepanjang semester I-2021 senilai Rp 14,45 triliun. Nilai itu tumbuh 18,10%
year on year (yoy) dibandingkan Juni Rp 12,24 triliun.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bca.co.id/-/media/Feature/Report/File/S8/ACGS/Laporan-ACGS/Indeks-
Laporan-Tahunan/2021/20210330-profil-perusahaan-ID.pdf
https://id.tradingview.com/chart/?symbol=IDX%3ABBCA
https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/Fr
om_EREP/202102/7cf5c73ac5_c45610e196.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/101623-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai