Rate Of Return
FP
(C) (F) + n
P+F
2
Dimana :
C
= Bunga tahunan dalam rupiah
F
= Harga nominal dari obligasi atau jumlah yang akan diterbitkan
P
= Harga pasar
n
= Umur obligasi
Contoh :
Suatu obligasi memiliki nilai nominal Rp 25.000, mempunyai harga pasar Rp.
15.000, dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun dan membayarkan coupon sebesar
6% setiap tahunya. Berapa besar rate of return dari obligasi tersebut jika obligasi
akan dipertahankan sampai hari jatuh temponya ??
Jawab
25.000 15.000
Rate of return = 6 % (25.000) +
5
25.000 + 15.000
2
= 1500 + 2000
20.000
= 17.5%
R
I
Dimana :
R
= Bunga tahunan
I
= Discount rate
Contoh :
Obligasi yang tidak mempunyai hari jatuh tempo, memiliki nilai nominal Rp 25.000
dan bunga setiap tahunnya Rp 5.000. Tingkat bunga yang berlaku 5%. Berapa nilai
obligasi tersebut berdasarkan kondisi pasar pada waktu ini ?
Jawab :
Nilai obligasi = Rp 5.000
0,05
= Rp 100.000
Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila
kita membeli obligasi, kita akan memperoleh bunga/coupon yang tetap secara
berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh
tempo. investasi ini mungkin akan menjadi investasi terbaik karena fluktuasi
performanya relatif lebih rendah dibanding saham. tetapi perlu dipertimbangkan
pula dalam memilih investasi tesebut karena mengandung 4 masalah utama,
diantaranya :
1.
2.
3.
4.
default risk
Penerbit obligasi terkadang mengalami kesulitan untuk membayar coupon
obligasinya, bahkan kita tidak mendapatkan pendapatan dari kupon seperti
yang dijanjikan. Dan biasanya harga dari obligasi tersebut akan menurun
tajam. Risiko ini dikenal dengan default risk atau risiko gagal bayar.
Naiknya Tingkat Suku Bunga
Bila tingkat suku bunga turun, harga obligasi akan naik. Akan tetapi bila suku
bunga naik, harga obligasi tentunya akan menurun.
Risiko Pembelian Kembali
Ada beberapa jenis obligasi yang memiliki feature call, di mana perusahaan
penerbit memiliki hak untuk membeli kembali (buy back) obligasi yang kita
pegang atau kita miliki pada harga tertentu (call price), sebelum obligasi
tersebut jatuh tempo. Hal ini biasa dilakukan oleh perusahaan penerbit saat
tingkat suku bunga di pasar turun menjadi lebih rendah dari tingkat
pembayaran kupon (coupon rate). Selanjutnya perusahaan penerbit akan
menggantikan obligasi baru dengan tingkat kupon yang lebih rendah dari
obligasi yang telah ditarik (call).
Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam pola arus kas yang akan
Anda terima. Selain itu, potensi untuk mendapatkan keuntungan dari selisih
harga beli dan jual atau capital gain juga akan berkurang, karena harga
obligasi di pasar tidak akan naik jauh dari call price yang telah ditetapkan.
Biaya Investasi Tinggi
Walau investasi obligasi berpotensi memberikan keamanan pada nilai
investasi Anda, kerugian mungkin saja terjadi bila Anda ingin menjualnya
sebelum jatuh tempo. Karena satuan jual beli instrumen investasi yang cukup
besar, umumnya Rp 1 miliar, bila kita hanya memiliki obligasi bernilai
Rp.250 juta, biasanya bila kita ingin menjualnya, kita harus mau menerima
nilai yang lebih rendah.
Hal ini dikarenakan para pemain investasi ini umumnya adalah institusi besar
seperti bank, perusahaan asuransi, atau dana pensiun. Pasar obligasi yang
masih rendah (jumlah transaksinya) juga berpengaruh terhadap potensi
kerugian dikarenakan tingginya biaya yang harus dikeluarkan.
Saham Biasa
penerbitan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan
pendanaan jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis saham (efek
ekuitas) dengan imbalan uang tunai. Saham tersebut dijual melalui pasar utama
(Primary market )atau pasar sampingan (secondary market).
Salah satu tujuan masyarakat untuk membeli saham adalah untuk mendapatkan
keuntungan dengan cara:
Meningkatnya nilai kapital (capital gain) untuk jangka pendek
Mendapatkan dividen untuk jangka panjang
Saham Biasa Memiliki karakteristik:
Income stock
saham suatu emiten dengan kemampuan membayarkan dividen lebih tinggi dari
rata-tara dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Seperti PT Unilever Tbk
(UNVR) dan saham-saham perusahaan badan usaha milik negara (BUMN).
Speculative stock
saham secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, namun belum
pasti saham-saham perusahaan yang tidak mampu memperoleh pendapatan secara
konsisten dari tahun ke tahun. Tapi, meskipun belum pasti, ia memiliki potensi
untuk bisa menghasilkan pendapatan tinggi di masa depan
Cyclical stock
Saham saham dari perusahaan yang menghasilkan produk dengan life cycle
pendek.
Tujuan dari analisa investasi pada saham biasa adalah mengetahui Rate of return
dari saham tersebut yang berasal dari deviden plus capital gains.
Rate Of Return
D1 + P1 P0
P0
Contoh :
Suatu saham biasa dibeli dengan harga Rp 10.000. pemodal mengharapkan cash
deviden tahun depan sebesar Rp 500 dan mereka juga mengharapkan bahwa pada
akhir tahun pertama seham tersebut akan dapat dijual dengan harga Rp 10.500.
Tentukan rate of return yang diharapkan dari saham tersebut ?
Jawab :
Rate of return = Rp 500 + (Rp 10.500 Rp 10.000)
Rp 10.000
= 10 %
Rate of return yang diharapkan dari saham sebesar 10 % terdiri atas :
Unsur pendapatan yang berasal dari deviden 5 %
Unsur pendapatan dari capital gain 5%
Penentuan rate of return tersebut lebih sulit karena :
1.
Forecasting dari pendapatan deviden dan harga saham di waktu yang akan
datang merupakan hal yang sulit
2.
Pendapatan dan deviden saham biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya
dan tidak tetap konstan.
Nilai investasi dari selembar saham biasa tergantung pada :
1.
Jumlah pendapatan dalam rupiah yang diharapkan
2.
Besarnya deviden yang diterima oleh investor
3.
Ending price dari saham biasa ( harga permulaan + capital gain atau capital
loss).
Setelah didapat data mengenai besarnya cash deviden yang diharapkan dari suatu
saham serta daa mengenai rate of return yang diharapkan oleh pemodal dan estimasi
harga saham pada akhir tahun pertama, maka kita dapat memperkirakan harga
saham tersebut pada waktu saat ini dengan rumus :
P0 = D1 + P1
1+r
Contoh :
Suatu saham akan memberikan cash deviden tahun depan sebesar Rp 600 dan
diperkrakan harga pada akhir tahun depan adalah Rp 10.500, sedangkan rate of
return yang diharapkan oleh pemodal adalah 12 %, maka harga saham pada waktu
ini adalah?
Jawab
P0 = Rp 600 + Rp 10.500
1 + 0,12
= Rp 11.100
1,12
= Rp 9.910
Jika diramalkan suaru trend pertumbuhan deviden dengan tingkat pertumbuhan,
maka menentukan harga awal saham tersebut dengan :
P0 = D1
rg
Contoh
Berapa harga pasar suatu saham pada waktu ini yang akan memberikan deviden
pada akhir tahun pertama sebesar Rp 3.000 dan mempunyai laju pertumbuhan
deviden sebesar 6% per tahun, sedangkan tingkat pendapatan yang diinginkan
untuk saham tersebut 16% ?
Jawab :
P0 = Rp 3.000
0,16 0,06
= Rp 30.000
Jika pertumbuhan deviden yang akan berlangsung secara kontinyu maka rate of
return dapat ditentukan dengan :
r = D1 + g
P0
Contoh
Berapa rate of return dari suatu saham yang akan memberikan deviden pada akhir
tahun pertama sebesar Rp 2.500 dan harga pasar saham tersebut pada waktu ini
sebesar Rp 20.000 dan deviden tersebut mempunyai laju pertumbuhan sebesar 6 %
pertahun
Jawab
r = Rp 2.000 + 6%
Rp 20.000
= 18,5 %
Saham Preferen
Saham preferen (Preferred stock) adalah bagian saham yang memiliki tambahan
hak melebihi saham biasa. Ada beberapa jenis saham preferen, antara lain:
1. Saham preferen partisipasi; saham preferen yang membagikan dividen kepada
pemegangnnya; pemilik saham ini setelah menerima deviden tetap mempunyai
hak untuk membagi keuntungan yang dinyatakan sebagai dividen kepada
pemegang saham biasa (participating preference shares).
2.
Saham preferen nonkumulatif; saham preferen yang tidak mempunyai hak
untuk memdapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang
lalu secara kumulatif (noncummulative preferred stock).
Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari
saham biasa dalam hal pembagian dividen
Dan untuk menentukan nilai dari saham preferen dengan menggunakan rumus :
Nilai
deviden preferen
Discount rate
Contoh :
Pada tahun 2009 PT ABC mengeluarkan saham preferen dengan nilai nominal Rp
10.000 dan membayarkan deviden tahunan Rp 600 dengan harga pasar Rp 900.
Pada saat ini perusahaan tersebut sudah berkembang dan tingkat bunga yang
berlaku saat ini 6,2%. Tentukan rate of return dan nilai dari saham preferen tersebut
!
Jawab :
Rate of return = Rp 600
Rp 900
= 66, 67%
Nilai saham preferen = Rp 600
0,062
= Rp 9.677
Penentuan Rate of Return dan Nilai dari efek jangka panjang.
Bentuk-bentuk efek dalam rangka investasi jangka panjang adalah :
1.
2.
3.
Obligasi
Saham Preferen
Saham biasa
Obligasi
Obligasi adalah surat pengakuan utang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
perusahaan atau lembaga-lembaga lain sebagai pihak yang berutang yang
mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara
periodic atas dasar presentase tertentu yang tetap. Tujuan utama dari analisa efek
dalam penilaian obligasi adalah rate of return atau yield yang diharapkan dari
obligasi tersebut.
R
=
Discount Rate
Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang disertai dengan preferensi tertentu diatas saham
biasa dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan dalam pembubaran
perusahaan.
Saham preferen biasanya memberikan deviden yang tetap setiap tahunnya seperti
halnya obligasi. Pada umumnya saham preferen ini tidak mempunyai hari jatuh.
Rate of return dari saham preferen ini dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
Deviden per lembar saham preferen
Rate of return
=
Harga Pasar
Saham Biasa
Penentuan besarnya rate of return dan nilai dari saham biasa lebih sukar
dibandingkan dengan obligasi dan saham preferen, karena :
1.
Forecasting dari pendapatan, devidend dan harga saham di waktu yang
akan datang adalah sukar.
2.
Tidak seperti halnya dengan bunga dan devidend saham preferen,
pendapatan dan deviden saham biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya, dan
tidak tetap konstan.