Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.2, No.

3 Desember 2015 | Page 2503

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KAMPOENG WISATA


CINANGNENG DI KABUPATEN BOGOR DENGAN PENDEKATAN
BUSINESS MODEL CANVAS
UNIVERSITAS TELKOM

ANALYSIS OF BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY KAMPOENG WISATA


CINANGNENG IN THE DISTRICT OF BOGOR WITH
BUSINESS MODEL CANVAS APPROACH
TELKOM UNIVERSITY

Zulfadli 1, Djoko Wahjuadi 2

Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Telkom
zfadli05@gmail.com 1, djokowahju@telkomuniversity.ac.id 2

Abstrak

Potensi sektor agrowisata di Jawa Barat sangat banyak dan beragam serta tersebar di berbagai wilayah di
Jawa Barat. Terlebih lagi berdasarkan laporan tahunan yang dimiliki Kampoeng Wisata Cinangneng dapat diketahui
bahwa pertumbuhan jumlah pengunjung menunjukan perkembangan yang tidak selalu meningkat. Terjadi
penurunan jumlah kunjungan yang terjadi pada tahun 2014 kemarin. Maka dari itu, perlu adanya perencanaan
strategi yang matang untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.
Metode penelitian ini menggunakan metode kombinasi (mixed methods) dengan model desain concurrent
embedded. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner yang ditujukan kepada
enam narasumber sebagai sampel, serta data sekunder. Selain itu, untuk melakukan proses evaluasi dari hasil
kuesioner dengan menggunakan skala Likert.
Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh gambaran sembilan blok bangunan Business Model Canvas saat
ini dari Kampoeng Wisata Cinangneng. Evaluasi dari hasil kuesioner yang dilakukan dengan menggunakan analisis
SWOT menunjukan bahwa Kampoeng Wisata Cinangneng memiliki kekuatan dan kelemahan. Selain itu, memiliki
peluang rata-rata tinggi dan memiliki ancaman yang perlu dihadapi. Dari hasil evaluasi dengan analisis SWOT dapat
disusun alternatif strategi sebagai penyempurnaan Business Model Canvas yang ada.

Kata Kunci: Strategi; Model Bisnis; SWOT; Model Bisnis Kanvas

Abstract

West Java is a province with a lot of potentials of agro-tourism sector which are spread throughout its
areas. Conversely, the number of visitors were not always growing up over the years but decreasing in 2014.
Therefore, good strategic planning will become a solution to overcome these recent problems.
The research methodology was combining both mixed method and concurrent embedded methods together.
Data collection has done by some techniques such as observation, interviews, questionnaires which have been sent
to six related parties as samples used and also secondary data. Furthermore, the Likert Scale was applied to
evaluate the result of questionnaires.
From the interview sessions, the researcher obtained the description of Kampoeng Wisata Cinangneng’s
recent nine building block of Business Model Canvas and the evaluation on the questionnaire’s results which to ok
place SWOT analysis disclosed that Kampoeng Wisata Cinangneng has both strengths and weaknesses. Moreover,
It has a group of high average opportunities and potential threats as well. The result of SWOT analysis gave some
substances to structure an alternative strategy in order to refine the existing Business Model Canvas approach.

Keywords: Strategy; Business Model; SWOT; Business Model Canvas


ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015 | Page 2504

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Pariwisata dan Departemen Pariwisata [1], total wisatawan baik
mancanegara maupun domestik yang datang ke Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Persentase
peningkatan pertumbuhannya masih berkisar antara satu sampai tiga persen. Peningkatan persentase pertumbuhan
jumlah wisatawan terbesar terjadi pada tahun 2012 terhadap tahun 2011 yaitu sebesar 3,53%, tapi sayangnya apabila
dipersentasekan pertumbuhan total wisatawan mengalami pertumbuhan yang tidak stabil (naik, turun) berkisar dari
tahun 2009-2013. Namun, Menteri Pariwisata Arief Yahya juga menjelaskan capaian angka sementara jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia untuk tahun 2014 sudah sebesar 9,3 juta wisman.
Perkembangan kunjungan wisman pada periode Januari hingga Oktober 2014 sebesar 7.755.616 wisman. Sedangkan
jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) pada tahun 2014 sudah sebanyak 251 juta perjalanan [9]. Dengan
demikian, semakin bertambahnya jumlah wisatawan tiap tahunnya dapat membuat para pelaku bisnis untuk berlomba-
lomba mendirikan dan mengembangkan objek wisata pada tahun-tahun selanjutnya.
Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki potensi dan daya tarik wisata tersendiri untuk menarik para
wisatawan, dengan kondisi lingkungan alam yang indah serta keunikan budaya dan kulinernya yang tidak ditemukan
di provinsi lain. Keunikan tersebut menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Jawa
Barat [5]. Kabupaten Bogor terdapat di urutan pertama sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki
potensi sumber daya dan keindahan panorama alam yang dikelola sebagai kawasan-kawasan agrowisata [5]. Hal ini
dikarenakan Bogor memiliki objek wisata alam dengan kesejukan dan keindahan alam pegunungan, potensi seni dan
budaya, objek wisata buatan sampai cenderamata yang menarik.
Terdapat 45 objek wisata yang terdapat di kabupaten Bogor, untuk agrowisata sendiri sudah terdapat 19
objek agrowisata atau objek wisata yang memasukan kegiatan pertanian di dalam paket wisatanya [4]. Dari 19
daftar objek agrowisata tersebut terdapat satu tempat wisata agro yang terletak di daerah kampung/desa Cinangneng
dengan memberdayakan masyarakat sekitar dalam menjalankan bisnisnya, yaitu Kampoeng Wisata Cinangneng [4].
KWC harus mampu bersaing dengan objek wisata sejenis yang berada di kabupaten Bogor dalam menarik minat
wisatawan karena berbagai objek wisata terus berlomba untuk meningkatkan kualitas pelayanan, menambah wahana
dan program wisata, serta menggali keunikan dan menciptakan inovasi untuk menarik minat wisatawan.
Berdasarkan laporan tahunan yang dimiliki Kampoeng Wisata Cinangneng dapat diketahui bahwa dalam
rentang tahun 2010 sampai tahun 2013 selalu terjadi peningkatan jumlah pengunjung dengan jumlah kunjungan
tertinggi terjadi pada tahun 2013 yang meningkat secara drastis dari tahun 2012 sebelumnya, yaitu berjumlah
18,22% pengunjung meningkat sampai 25,07% apabila dipersentasekan. Namun, pertumbuhan jumlah pengunjung
menunjukkan perkembangan yang tidak selalu meningkat. Terjadi penurunan jumlah kunjungan yang terjadi pada
tahun 2014 kemarin. Terlebih lagi terdapat beberapa pesaing yang konsepnya sama bertemakan kampung wisata
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan menurut Risa selaku general manager, Kampoeng Wisata Cinangneng
sangat memerlukan perencanaan strategi untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. (Sumber: Hasil wawancara
dengan narasumber tanggal 06 Februari 2015) Faktor lain yang mengharuskan KWC membuat perencanaan strategi
ialah MEA 2015. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan ajang bagi tiap negara di Asia Tenggara untuk
bersaing dalam pasar bebas. Sistem ini akan diberlakukan pada akhir tahun 2015 sehingga membuat tiap negara
sedang mempersiapkan dan memperkuat tiap sektor industri termasuk di dalam pariwisata supaya tidak kalah dan
menjadi pasar yang potensial bagi negara lain. Hal ini membuat persaingan antara objek wisata semakin ketat dalam
menarik para wisatawan mancanegara yang akan mengalami kenaikan jumlah kunjungan wisatawan asing terkait
MEA ini.
Dengan demikian, untuk mengatasi kendala-kendala perusahaan tersebut terkait dengan pengembangan
bisnis, program pemasaran hingga antisipasi para pesaing diperlukan suatu strategi yang matang agar mampu
bersaing di industri pariwisata Indonesia, khususnya di kabupaten Bogor. Menurut Osterwalder dan Pigneur [8]
Business Model Canvas (BMC) merupakan sebuah model bisnis yang menggambarkan dasar pemikiran tentang
bagaimana organisasi menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Business Model Canvas dapat memberikan
alternatif rancangan model bisnis yang baru untuk menghadapi para pesaing dan memaksimalkan pendapatan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian yang akan dilakukan ini berjudul “Analisis Strategi
Pengembangan Bisnis Kampoeng Wisata Cinangneng di Kabupaten Bogor Dengan Pendekatan Business Model
Canvas (BMC).”
ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015 | Page 2505

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model bisnis Kampoeng Wisata Cinangneng menggunakan pendekatan Business Model Canvas
(BMC) ?
2. Bagaimanakah evaluasi model bisnis Kampoeng Wisata Cinangneng menggunakan analisis SWOT ?
3. Bagaimana rancangan Business Model Canvas yang baru sebagai bahan rekomendasi bagi pihak
Kampoeng Wisata Cinangneng ?

2. Dasar Teori dan Metodologi


2.1. Dasar Teori
2.1.1 Manajemen Strategi

Manajemen strategi menurut Fahmi [6] adalah suatu rencana yang disusun dan dikelola dengan
memperhitungkan berbagai sisi dengan tujuan agar pengaruh rencana tersebut bisa memberikan dampak positif bagi
organisasi tersebut secara jangka panjang. Sedangkan menurut David [2] manajemen strategi (strategic
management) dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.

2.1.2 Bisnis

Menurut Jatmiko [7] bisnis adalah istilah yang menjelaskan semua aktivitas dan institusi-institusi yang
menghasilkan barang atau menyediakan jasa-jasa yang penting dan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Griffin dan Ebbert [3] bisnis (perusahaan) adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa
untuk dijual dengan maksud mendapatkan laba.

2.1.3 Model Bisnis

Menurut Osterwalder dan Pigneur [8] model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana
organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Sedangkan menurut Whelen dan Hunger [10] model
bisnis adalah metode yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan uang di lingkungan bisnis dimana
perusahaan beroperasi.

2.1.4 Kanvas Model Bisnis (Business Model Canvas)

Menurut Osterwalder dan Pigneur [8] Business Model Canvas adalah bahasa yang sama untuk
menggambarkan, memvisualisasikan, menilai, dan mengubah model bisnis. Elemen dalam Business Model Canvas
mencakup sembilan blok bangunan dasar, yaitu Customer Segments, Value Propositions, Channel, Customer
Relations, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partnerships, dan Cost Structure. Kemudian
sembilan blok bangunan tersebut dijelaskan lebih rinci menyerupai sebuah kanvas. Sehingga dengan menggunakan
kanvas ini, model bisnis sebuah perusahaan dapat digambarkan dalam satu dokumen tunggal yang dapat dipahami
oleh semua pihak. Kesembilan blok bangunan model bisnis menjadi dasar bagi alat bantu yang ringkas, yang disebut
Kanvas Model Bisnis (Business Model Canvas) [8].

2.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggabungkan metode penelitian kualitatif sebagai metode primer dan metode kuantitatif
untuk mendukung dan memperkuat data. Sehingga penelitian ini menggunakan metode kombinasi (mixed methods)
dengan model desain concurrent embedded. Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling, purposive
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner serta data
sekunder. Teknik analisis data menggunakan reduction, data display, conclusion, serta analisis SWOT dari hasil
kuesioner dengan menggunakan pengukuran skala Likert.

3. Pembahasan
3.1 Gambaran Business Model Canvas Kampoeng Wisata Cinangneng Saat Ini
ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015 | Page 2506

Key Key Activities Value Proposition Customer Customer


Partnerships Relationships Segments
Operasi jasa (pelayanan); 1. Wisata alam
1. Mitra: penyiapan layanan yang edukatif Bantuan personal: 1. Semua
Kampung dibutuhkan pelanggan (program 2. Budaya komunikasi secara kalangan;
kondang, wisata), penyampaian kepada Indonesia langsung, feedback, anak-anak,
toko pelanggan (service), hingga 3. Quality Service; telephone contact, remaja,
souvenir menjaga hubungan baik dengan kebersihan, alamat e-mail hingga
2. Pemasok: para pelanggannya keamanan, dewasa
Bahan kenyamanan, 2. Para pelajar,
Key Resources keramahan, dan Channels
baku, keluarga,
seperti kesopanan umum
1. Sumber daya manusia pegawai 1. Offline: Word of
ayam, 2. Sumber daya fisik, berupa mouth
sayur, dan fasilitas 2. Online: Website
minuman 3. Sumber daya alam

Cost Structure Revenue Streams

1. Sumber daya manusia; gaji pegawai, training, 1. Dari pengunjung wisatawan yang datang
upah penduduk kampung 2. 60% Program wisata one day service, 40% program wisata
2. Biaya operasional menginap

Gambar 3
Business Model Canvas Kampoeng Wisata Cinangneng Saat Ini

1. Customer Segments
Segmen pelanggan menggambarkan pangsa pasar yang diambil oleh Kampoeng Wisata Cinangneng, yaitu semua
kalangan dimulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Secara khusus ialah para pelajar, keluarga, dan umum.
Jenis segmen pelangan Kampoeng Wisata Cinangneng adalah pasar massa, dimana Kampoeng Wisata
Cinangneng tidak membeda-bedakan pelanggan yang datang, semua kalangan menjadi perhatian penting bagi
Kampoeng Wisata Cinangneng.
2. Value Proposition
Kampoeng Wisata Cinangneng menawarkan nilai kepada pelanggannya berupa wisata alam yang bersifat
edukatif dan memiliki nilai budaya Indonesia karena terdapat pembelajaran alat musik tradisional Jawa Barat
dan menari tradisional. Quality Service juga menjadi nilai lain yang ditawarkan Kampoeng Wisata Cinangneng
kepada para pelanggannya karena Kampoeng Wisata Cinangneng sangat memperhatikan sekali kualitas dari
pelayanannya dalam menarik pelanggan, seperti kebersihan, keamanan, kenyamanan, keramahan, dan
kesopanan pegawai harus tetap dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.
3. Channels
Saluran yang digunakan Kampoeng Wisata Cinangneng dalam menjangkau pelanggannya menggunakan sistem
word of mouth dengan terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang dimiliki. Selain itu,
Kampoeng Wisata Cinangneng menggunakan website untuk menjangkau para pelanggannya, khususnya untuk
wisatawan mancangera.
4. Customer Relationships
Hubungan Kampoeng Wisata Cinangneng dengan pelanggannya termasuk kedalam kategori bantuan personal,
yaitu melakukan komunikasi secara langsung seperti, owner selalu berada di tempat dan memantau kegiatan
operasional Kampoeng Wisata Cinangneng hingga memperhatikan kepuasan para pelanggannya. Tidak jarang
owner selalu menanyakan secara langsung kepada pelanggannya mengenai keluhan dan kepuasaan yang
didapat. Apabila pelanggan memiliki keluhan dapat langsung menemui owner karena owner siap untuk menjawab
keluhan tersebut. Selain itu Kampoeng Wisata Cinangneng juga menyediakan feedback secara online melalui
official website, dari feedback tersebut pihak Kampoeng Wisata Cinangneng akan mengetahui kepuasan para
pelanggannya dan akan di follow up untuk kebaikan Kampoeng Wisata Cinangneng kedepannya. Kampoeng
Wisata Cinangneng juga menyediakan kontak telepon dan alamat e-mail apabila pelanggan atau calon pelanggan
ingin megetahui Kampoeng Wisata Cinangneng lebih dekat lagi.
ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015 | Page 2507

5. Revenue Streams
Arus pendapatan yang diperoleh Kampoeng Wisata Cinangneng berasal dari pengunjung para wisatawan yang
datang, wisatawan nusantara dan mancanegara. Kontribusi yang diperoleh dari lini bisnis yang dimiliki
Kampoeng Wisata Cinangneng melalui jasa program wisata yang ditawarkan kepada pelanggan, dimana
program wisata one day service memiliki kontribusi lebih banyak 60% dibandingkan dengan program wisata
menginap sebesar 40%.
6. Key Resources
Sumber daya utama bagi Kampoeng Wisata Cinangneng adalah aset manusia (SDM), aset fisik (fasilitas), dan
sumber daya alamnya. Aset manusia berupa sumber daya manusia yang sebagian besar berasal dari penduduk
kampung sana. Aset fisik berupa fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Kampoeng Wisata Cinangneng, seperti
kolam ikan, kolam renang untuk pengunjung yang mengambil program wisata menginap, bale kampung,
panggung pertunjukan. Sumber daya alam juga merupakan sumber daya utama bagi Kampoeng Wisata
Cinangneng karena telah menyuguhkan suasana alam pedesaan.
7. Key Activities
Aktivitas kunci yang dilakukan Kampoeng Wisata Cinangneng adalah operasi jasa (pelayanan) yang meliputi
penyiapan layanan yang dibutuhkan pelanggan (program wisata) karena sebagian besar aktivitas utama yang
dilakukan Kampoeng Wisata Cinangneng berasal dari aktivitas-aktivitas yang terdapat di dalam program
wisatanya berupa kegiatan belajar menari, bermain alat musik tradisional Jawa Barat, memandikan kerbau,
menanam padi, melukis topi caping, dsb. Selain itu penyampaian kepada pelanggan (service), hingga menjaga
hubungan baik dengan para pelanggannya.
8. Key Partnerships
Mitra utama yang dimiliki Kampoeng Wisata Cinangneng adalah kampung kondang yang telah diberdayakan
dan diajak bekerja sama oleh owner dalam meraih profit. Selain itu Kampoeng Wisata Cinangneng juga memiliki
supplier, pemasok bahan baku berupa makanan (ayam, sayur) dan minuman untuk keperluan makan bagi
pengunjung yang datang.
9. Cost Structure
Struktur biaya yang dikeluarkan Kampoeng Wisata Cinangneng untuk sumber daya manusianya dan biaya
operasional. Gaji pegawai merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan karena sumber daya manusia
merupakan sumber daya yang sangat penting. Selain itu juga ada biaya training untuk pegawai dan upah untuk
para penduduk tiap ada rombongan pengunjung yang datang. Biaya operasional merupakan biaya aktivitas
utama yang paling besar dikeluarkan, seperti biaya perbaikan dan perawatan infrastruktur, penambahan fasilitas.

3.2 Analisis SWOT Dengan BMC

Dari hasil evaluasi menggunakan analisis SWOT ke sembilan elemen blok bangunan pada Business Model
Canvas mengenai kekuatan dan kelemahan, peluang, serta ancaman yang dimiliki Kampoeng Wisata Cinangneng
menghasilkan alternatif strategi berupa penambahan terhadap tiap blok bangunan BMC sebagai penyempurnaan
model bisnis yang ada dan dapat dijadikan rekomendasi bagi Kampoeng Wisata Cinangneng.

3.3 Business Model Canvas Yang Telah Disempurnakan

1. Customer Segments
Dalam hal ini, terdapat kelemahan yang perlu diatasi oleh Kampoeng Wisata Cinangneng, yaitu tingkat
berpindahnya pengunjung tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan ketersediaan Kampoeng Wisata Cinangneng
melayani segmen pelanggan baru agar dapat mengatasi penurunan jumlah pengunjung yang terjadi, yaitu
dengan menambah segmen pelanggan sekolah karena nilai yang ditawarkan lebih bersifat edukatif, maka dari
itu sekolah merupakan langkah yang tepat bagi Kampoeng Wisata Cinangneng untuk menjadikannya segmen
pelanggan baru. Selain itu, komunitas, seperti komunitas pecinta alam, komunitas pariwisata, komunitas tari dan
musik Jawa Barat, komunitas pecinta seni dan kerajinan tangan (homemade). Kemudian, dapat juga
menambahkan segmen pelanggan baru disable segment. Dengan adanya kelemahan tersebut merupakan sebuah
peluang bagi Kampoeng Wisata Cinangneng untuk memasuki dan menambah segmen pelanggan baru yang
diharapkan dapat meningkatkan jumlah pelanggan tiap tahunnya.
2. Value Proposition
Berdasarkan dari hasil evaluasi kuesioner yang dilakukan, dimana ancaman value proposition termasuk ke
dalam kategori yang cukup dan perlu diantisipasi agar ancaman tersebut dapat dihindari. Maka dari itu,
Kampoeng Wisata Cinangneng perlu melakukan perluasan atau menambah nilai (sesuatu yang baru) untuk
ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015 | Page 2508

proposisi nilai yang ditawarkan kepada pelanggannya, misalnya penambahan program wisata Kampoeng
Kemah Cinangneng. Kampoeng Kemah merupakan program wisata yang terdiri dari berbagai aktivitas
masyarakat yang sedang melakukan perkemahan, seperti aktivitas membakar api unggun, membakar jagung
bersama, ronda malam, dsb. Terlebih lagi terdapat lahan yang dapat dibangun beberapa tenda ditambah suasana
alam yang mendukung menjadi alternatif yang tepat bagi Kampoeng Wisata Cinangneng untuk membangun
Kampoeng Kemah sebagai tambahan dari program wisatanya atau Kampoeng Wisata Cinangneng juga dapat
melakukan penambahan jumlah kamar untuk program menginap agar dapat mengatasi banyaknya pengunjung
yang ingin mengambil program tersebut atau dapat juga membangun disable facility. Hal ini dapat
meningkatkan proposisi nilai yang ditawarkan kepada pelanggan Kampoeng Wisata Cinangneng.
3. Channels
Saluran tambahan yang ditawarkan adalah melakukan promosi dimulai dari membuat iklan, menyebar brosur ke
beberapa tempat/daerah, dan mengikuti event pariwisata yang diadakan di dalam kota Bogor atau bahkan di luar
kota. Hal ini dapat memperluas jangkauan Kampoeng Wisata Cinangneng dalam mendapatkan pelanggan-
pelanggan baru dan dapat meningkatkan keefesienan serta keefektifan Kampoeng Wisata Cinangneng dalam
mendapatkan pelanggan. Selain itu, saluran lain yang perlu ditambahkan adalah membuat fanspage dan
memanfaatkan media youtube. Saat ini Kampoeng Wisata Cinangneng hanya masih menggunakan official
website untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan dan apabila pelanggan ingin melakukan
reservasi/booking. Tetapi belum memiliki fanspage yang dapat dibuat di media sosial seperti, twitter, facebook,
instagram, path karena untuk sekarang ini media sosial menjadi sangat trendy di kalangan masyarakat luas dan
dapat menyesuaikan segmen pelanggan yang dituju. Dengan adanya media sosial dapat menjadi cara Kampoeng
Wisata Cinangneng untuk mendapatkan pelanggan baru dan informasi terkait reservasi/booking, profil
perusahaan, program wisata, alamat, dsb dapat dengan mudah diketahui dan dijangkau pelanggan (terintegrasi).
Penyempurnaan dan penambahan yang dilakukan dalam blok ini bertujuan agar kelemahan dan ancaman yang
dimiliki dapat diminalisir.
4. Customer Relationships
Terdapat tambahan cara bagi Kampoeng Wisata Cinangneng dalam meningkatkan hubungannya dengan
pelanggan, yaitu memberikan discount dan membuat kartu member. Pemberian diskon dan kartu member bagi
pengunjung dalam bentuk rombongan dapat dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung. Dengan ini
diharapkan terjadi peningkatan jumlah pengunjung tiap tahunnya dan hubungan Kampoeng Wisata Cinangneng
dengan pelangganya dapat terus terjaga.
5. Revenue Streams
Dikarenakan terdapat penambahan value proposition dalam model bisnisnya, maka dari itu Kampoeng Wisata
Cinangneng juga akan memperoleh pendapatan dari proposisi nilai tersebut karena Kampoeng Wisata
Cinangneng telah menciptakan arus pendapatan baru. Kampoeng Wisata Cinangneng perlu mengatasi
kelemahan yang dimilikinya dengan membagi arus pendapatannya masing-masing sesuai dengan jumlah
pengunjung yang datang sehingga diharapkan pendapatan yang diperoleh dapat diprediksi/diperkirakan. Arus
pendapatan baru yang berhasil diciptakan ketika melakukan penyempurnaan model bisnis juga dapat menambah
pendapatan yang diperoleh dari pengunjung.
6. Key Resources
Dalam aset manusia akan terjadi penambahan pegawai dengan latar belakang keahlian marketing. Tim
marketing dibutuhkan untuk Kampoeng Wisata Cinangneng dalam melakukan promosi dan pemasaran secara
aktif. Dengan adanya tim marketing, lebih baik apabila membuat divisi baru bagian marketing di dalam
struktural organisasi, demi memudahkan dalam membagi job-desc untuk para pegawainya. Kebutuhan sumber
daya yang sulit diprediksi, khususnya kebutuhan akan pemandu wisata apabila pengunjung sedang ramai
merupakan kelemahan dari Kampoeng Wisata Cinangneng. Hal ini dapat dihadapi dengan menyiapkan
pemandu cadangan yang dapat membantu apabila terjadi kebutuhan yang tidak dapat diprediksi. Selain itu,
Kampoeng Wisata Cinangneng juga perlu melakukan perencanaan sumber daya agar dapat memprediksi
permintaan dan penyediaan sumber daya di masa yang akan datang.
7. Key Activities
Aktivitas kunci tambahan saat dilakukan penyempurnaan model bisnis adalah melakukan kegiatan promosi secara
aktif agar Kampoeng Wisata Cinangneng lebih dapat dikenal oleh masyarakat luas dan dengan adanya
penambahan proposisi nilai, misalnya penambahan program wisata, penambahan jumlah kamar untuk program
menginap, atau disable facility pada blok value proposition dapat berdampak dalam mengatasi dan
mengantisipasi aktivitas kunci yang sewaktu-waktu dapat ditiru oleh pesaing.
8. Key Partnerships
ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015 | Page 2509

Mitra tambahan saat dilakukan penyempurnaan model bisnis adalah bekerja sama dengan media cetak atau TV.
Dengan menjadikan media cetak atau TV lokal sebagai mitra utama dapat menambah kinerja bagi divisi
marketing dalam melakukan promosi iklan. Terlebih lagi Kampoeng Wisata Cinangneng sempat didatangkan
berbagi media cetak dan TV lokal pada tahun 1998 karena dikunjungi oleh menteri pariwisata dan diberikan
apresiasi dari hasil kunjungan tersebut. Hal ini merupakan langkah yang tepat bagi Kampoeng Wisata
Cinangneng untuk bekerja sama dengan mitra tersebut.
9. Cost Structure
Terdapat biaya tambahan yang perlu dikeluarkan Kampoeng Wisata Cinangneng setelah menyempurnakan model
bisnis, yaitu biaya dalam melakukan kegiatan promosi karena untuk membuat iklan, mengikuti event pariwisata
akan membutuhkan biaya. Selain itu, dengan menambahkan proposisi nilai, misalnya menambahkan program
wisata berupa Kampoeng Kemah Cinangneng, menambah jumlah kamar untuk program menginap, atau
membangun disable facility akan membutuhkan biaya tambahan seperti, aset fisik berupa biaya membangun
tenda atau biaya pembangunan kamar atau keperluan lainnya. Untuk mengatasi kelemahan biaya yang tidak
dapat diprediksi, Kampoeng Wisata Cinangneng perlu membagi kontribusi biaya dari masing- masing biaya
yang sudah dikeluarkannya agar biaya dapat diperkirakan dan diperhitungkan.
Key Key Activities Value Proposition Customer Customer
Partnerships 1. Operasi jasa (pelayanan); 1. Wisata alam Relationships Segments
1. Mitra: penyiapan layanan yang edukatif 1. Bantuan 1. Semua
Kampung dibutuhkan pelanggan 2. Budaya Indonesia personal: kalangan;
kondang, (program wisata), penyampaian 3. Quality Service; komunikasi anak-anak,
toko kepada pelanggan (service), kebersihan, secara langsung, remaja,
souvenir hingga menjaga hubungan baik keamanan, feedback, hingga
2. Pemasok: dengan para pelanggannya kenyamanan, telephone dewasa
Bahan 2. Promosi, khususnya untuk keramahan, dan contact, alamat 2. Para
baku, segmen pelanggan sekolah, kesopanan e-mail pelajar,
seperti komunitas, dan disable segment pegawai 2. Discount keluarga,
ayam, 4. Melakukan 3. Automation umum
sayur, dan perluasan atau 3. Sekolah,
minuman menambah Komunitas
3. Media Key Resources proposisi nilai Channels , dan
cetak atau 1. Sumber daya manusia (sesuatu yang 1. Offline: Word of disable
TV, 2. Sumber daya fisik, berupa baru), seperti mouth segment
dengan fasilitas 2. Online: Website
Kampoeng
membuat 3. Sumber daya alam 3. Offline: Event
Kemah,
event-event 4. Tim Marketing, Pemandu Pariwisata
menambah jumlah
spesial Cadangan 4. Online:
kamar, atau
Fanspage dan
disable facility
Youtube
Cost Structure Revenue Streams

1. Sumber daya manusia; gaji pegawai, training, upah 1. Dari pengunjung wisatawan yang datang
penduduk kampung 2. 60% Program wisata one day service, 40% program wisata
2. Biaya operasional menginap
3. Promosi 3. Arus pendapatan baru dari tambahan proposisi nilai
4. Aset utama, seperti aset fisik untuk penambahan
proposisi nilai

Gambar 4
Business Model Canvas Yang Telah Disempurnakan

4. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan:
Gambaran model bisnis Kampoeng Wisata Cinangneng saat ini dengan menggunakan pendekatan Business
Model Canvas secara garis besar dikatakan sudah cukup baik. Model bisnis yang sudah berjalan mampu memenuhi
ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015 | Page 2510

ke sembilan elemen blok bangunan pada Business Model Canvas. Dari hasil evaluasi menggunakan analisis SWOT
ke sembilan elemen blok bangunan pada Business Model Canvas mengenai kekuatan dan kelemahan, peluang, serta
ancaman yang dimiliki Kampoeng Wisata Cinangneng menghasilkan kesimpulan strategi yang dapat dijadikan
rekomendasi bagi Kampoeng Wisata Cinangneng sehingga dapat melakukan penyempurnaan model bisnis yang ada.
Dari ke sembilan elemen blok bangunan pada Business Model Canvas yang ada, peneliti merekomendasikan adanya
penambahan yang ditujukan pada sembilan blok bangunan, yaitu Customer Segments, Value Proposition, Channels,
Customer Relationships, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partnerships, dan Cost Structure.

Saran:
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan kepada
Kampoeng Wisata Cinangneng.
1. Melayani segmen pelanggan baru
2. Mengikuti kegiatan event pariwisata.
3. Membuat fanspage dari media sosial, seperti twitter, facebook, instagram, atau path karena media sosial
sekarang ini sangat trendy di kalangan masyarakat luas dan sebagai langkah yang tepat bagi Kampoeng
Wisata Cinangneng untuk menjadikan media sosial sebagai media promosi dan media untuk berhubungan
dengan pelanggan.
4. Membuat sistem discount dan kartu member bagi rombongan pengunjung yang datang. Hal ini bertujuan
sebagai salah satu cara dalam menjaga hubungan dan mempertahankan hubungannya dengan pelanggan.
5. Menambah dan mencetuskan program wisata lain, yaitu program wisata Kampoeng Kemah Cinangneng
sebagai tambahan proposisi nilai yang akan ditawarkan kepada pelanggan agar pelanggan tidak merasa
jenuh, menambah fasilitas jumlah kamar untuk program menginap, atau membangun disable facility.
6. Membangun tim marketing dan menambahkan divisi marketing ke dalam struktural organisasinya sebagai
langkah agar Kampoeng Wisata Cinangneng memiliki pegawai yang dapat melakukan pemasaran dan
promosi secara aktif.
7. Membuat iklan dan menyebar brosur ke berbagai tempat/daerah.
8. Bekerja sama dengan media cetak atau TV lokal, bertujuan agar lebih memudahkan Kampoeng Wisata
Cinangneng dalam melakukan promosi atau iklan.

Daftar Pustaka

[1]Badan Pusat Statistik. (2014). Jumlah Wisatawan Mancanegara.


http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1387. [11 Desember 2014]

[2] David, Fred R. (2009). Manajemen Strategis Konsep (cetakan ke-12). Jakarta: Salemba Empat.

[3] Griffin, Ricky W dan Ebert, Ronald J. (2007). Bisnis. Jakarta: Erlangga.

[4] Disparbud Kabupaten Bogor. (2013). Jumlah Objek Wisata. http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/disc -


det.php?id=4&lang=id. [11 Desember 2014]

[5] Disparbud. (2014). Data Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.
http://disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php?mod=statistik-wisatawan&catid=8. [11
Desember 2014]

[6] Fahmi, Irham. (2013). Manajemen Strategis Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

[7] Jatmiko, RD. (2004). Pengantar Bisnis. Malang: UMMPress.

[8]Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur. (2012). Business Model Generation. Jakarta: PT.
Elexmedia Komputindo.

[9]Poskota News. (2014). Menteri Pariwisata 2015 Targetkan 10 Juta Wisman.


http://poskotanews.com/2014/12/26/pariwisata-2015-targetkan-10-juta-wisman/. [11 Desember 2014]

[10] Tim PPM Manajemen. (2012). Business Model Canvas: Penerapan Di Indonesia. Jakarta: Penerbit PPM.

Anda mungkin juga menyukai