Judul : Efektivitas dan Efisiensi Implementasi OVOP dalam Pengembangan
IKM Gerabah di Kasongan Penulis : Aris Wahyudi
I. Deskripsi Issu Pokok
Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat banyak dan beragam, hal tersebut dapat dilihat dari aneka ragam potensi produk kerajinan berbasis kekayaan budaya dan juga kearifan lokal yang memiliki nilai ekonomi. Produk-produk kerajinan tersebut berasal dari potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berasal dari nilai-nilai dan pemanfaatan potensi setempat. Produk kerajinan di Indonesia khususnya yang berbasis kearifan lokal lebih banyak di hasilkan oleh industri kecil dan menengah (IKM) dalam bidang kerajinan. Pada Negara- negara lain IKM dapat dijadikan sebagai penyangga dalam perekonomian nasional. Pada pengembangan dan pertumbuhannya, IKM dianggap sebagai salah satu motor penggerak yang krusial bagi pengembangan ekonomi. Berdasarkan dari data Kementrian Negara Koperasi dan UKM pada pertengahan tahun 2013, jumlah IKM di Indonesia mencapai 99,99 persen dari jumlah seluruh unit usaha. IKM berperan dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 99,44 persen dan juga memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 63,11 persen, sedangkan ada usaha besar hanya memberikan andil sebesar 36,89 persen pada PDB. Melalui Inpres Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), pemerintah berupaya untuk mendorong efektivitas pengembangan IKM dengan pendekatan One Village One Product (OVOP). Kemudian Kementrian Perindustrian juga mencanangkan Program Pengembangan IKM melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 78/MIND/PER/9/2007. Di Negara Indonesia, pendekatan OVOP salah satunya diterapkan pada pengembangan IKM gerabah di Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kasongan menjadi salah satu kawasan percontohan Program OVOP yang digadang oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM sejak tahun 2008. Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jendral Industri Kecil Menengah (IKM) juga menjadikan Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan sebagai salah satu sentra binaan OVOP. Pada kasus penerapan OVOP di Kasongan dianggap perlu untuk
CRITICAL REVIEW JURNAL PERENCANAAN WILAYAH 1
dilakukan evaluasi implementasi pada pelaksanaan program OVOP di wilayah tersebut. Hal ini berkaitan dengan efektivitas dan juga efisiensi terhadap strategi pendekatan OVOP, akan tetapi perlu diperhatikan pula bahwa penerapan OVOP hanyalah salah satu strategi pengembangan IKM Gerabah di Kasongan. Karena banyaknya permasalahan IKM seperti keterbatasan modal kerja atau modal investasi, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku yang terjangkau, keterbatasan teknologi, dan lain-lain maka pendekatan OVOP dianggap tidak bisa dilihat sebagai pendekatan yang holistik. II. Penjelasan Issu Pokok Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, untuk melakukan evaluasi terhadap sentra industri kerajinan gerabah di Kasongan. Sumber data primer didapatkan melalui wawancara terhadap beberapa narasumber dari pengelola dan peserta Program OVOP di Kasongan. Dalam menentukan narasumber digunakan teknik purposive sampling, dan selanjutnya untuk menguji validitas data dapat digunakan metode triangulasi dan juga analisis data interactive menurut Miles dan Huberman. Program OVOP di Kasongan di latar belakangi oleh potensi Kasongan sebagai pengrajin gerabah dan adanya 582 pengrajin di Kasongan. Pada tahun 2008 sudah dicanangkan Program OVOP dan juga Program Cluster, kedua program ini merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan IKM gerabah di Kasongan akan tetapi pada Program Cluster lebih bersifat bottom-up sedangkan Program OVOP lebih bersifat top-down. Pelaksanaan Program OVOP di Kasongan diinisiasi oleh Pemerintah Pusat seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Kementerian Koperasi UMKM. Tujuan dilakukannya Program OVOP adalah untuk memfokuskan pengembangan produksi dan pemasaran pada kerajinan gerabah di Kasongan saja. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan kreativitas IKM dan meningkatkan produktivitas melalui pembinaan berkelanjutan dan meningkatkan pasar agar bisa melakukan ekspor keseluruh dunia sehingga income dari berbagai pengrajin di Kasongan bisa berkembang. Sebagai salah satu kegiatan utama dalam Program OVOP di Kasongan, kepelatihan diselenggarakan berdasarkan dari anggaran Kementerian Perindustrian. Pelatihan berlangsung selama 10 hari dengan jumlah peserta mencapai 20 orang yang berasal dari IKM di Kasongan dan Pundong. Materi-materi yang diajarkan dalam pelatihan meliputi materi tentang Desain, Teknik Produksi, Finishing, materi Pemasaran, materi tentang Manajemen, materi tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), materi tentang Gugus
CRITICAL REVIEW JURNAL PERENCANAAN WILAYAH 2
Kendali Mutu (GKM), bahkan hingga materi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Untuk melakukan promosi dan pemasaran pada Program OVOP dilakukan upaya berupa pengikutsertaan peserta pelatihan IKM pada kegiatan pameran pada skala nasional maupun internasional. Sebagai seorang penggerak dan juga konsultan dalam Program OVOP Bapak Timbul Raharjo memliki tugas untuk menyiapkan dan menyusun perencanaan untuk pelatihan teknis yang akan disampaikan atau diberikan kepada peserta pelatihan. Perencanaan pelatihan tersebut didasarkan kepada term of reference (TOR) atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang disusun oleh Kementerian Perindustrian. Dalam hal pembiayaan dan pendanaan, Program OVOP diberi biaya oleh pemerintah pusat yang berasal dari anggaran Kementerian Perindustrian salah satunya berasal dari APBD. Berdasarkan dari prisnip dasar OVOP, Program OVOP di Kasongan memiliki prinsip local yet global dimana pada prinsip ini Program OVOP di Kasongan dapat menjadikan gerabah sebagai produk yang dapat dikembangkan, hal ini tentu saja dilihat dari potensi yang dimiliki pada industry kerajinan di Kasongan. Kemudian terdapat pula prinsip self reliance and creativity, prinsip ini lebih menekankan kepada aspek kemandirian masyarakat dalam turut serta mengembangkan potensi yang dimiliki secara kreatif. Namun pelaksanaan OVOP di Kasongan tidak terlaksana secara aktif dalam pengembangannya oleh masyarakat. Dan yang terakhir adalah prinsip human resource development yang mengarah kepada bagaimana suatu komunitas harus memiliki kemampuan yang cukup untuk bisa mengelola program OVOP dan juga paham terkait dengan substansi pada OVOP itu sendiri. Pada penerapannya OVOP di Kasongan sudah menjadikan komunitas sebagai pemilik dan pemelihara dari produk mereka sendiri. Berdasarkan dari hasil evaluasi dari implementasi Program OVOP di Kasongan ditinjau dari aspek pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi. Dari aspek pencapaian tujuan, implementasi Program OVOP belum sesuai dengan perencanaan tujuan hal ini diakibatkan karena kurangnya sinergi dan konsistensi baik dari inisiator maupun stakeholder yang terlibat program. Kemudian pada aspek integrasi, kurangnya partisipasi IKM gerabagh di Kasongan juga belum optimal baik dalam sosialisasi maupun pelatihan. Dan berdasarkan aspek adaptasi, pada implementasinya Program OVOP beum efektif dan juga efisien hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya perbedaan kemampuan IKM antara sebelum dan sesudah Program OVOP dalam hal ini tidak adanya perbedaan sarana dan prasarana di Kasongan menjadi salah satu faktor dari tidak adanya perbedaan yang terjadi.
CRITICAL REVIEW JURNAL PERENCANAAN WILAYAH 3
III. Kesimpulan Pembahasan Issu Pokok Penelitian yang dilakukan untuk menganalisis Efektivitas dan Efisiensi Implementasi OVOP dalam Pengembangan IKM Gerabah di Kasongan oleh penulis memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan didalamnya. Kelebihan yang dimiliki dalam penelitian ini salah satunya adalah penggunaan pengumpulan data yang didasarkan pada metode wawancara dengan menentukan narasumber berdasarkan dari teknik purposive sampling sehingga dalam pengambilan sampel tidak dilakukan secara random tapi berdasarkan dari suatu kriteria tertentu atau pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu. Kemudian pada penelitian ini juga digunakan metode triangulasi untuk menguji validitas pada data. Penggunaan metode triangulasi dianggap memiliki kelebihan pada penelitian ini, karena penggunaan metode ini dilakukan agar hasil yang didapatkan terkait dengan kebenaran dan akurasi data lebih baik dan juga tepat. Selain itu dapat meningkatkan kedalaman pahaman terhadap objek yang diteliti. Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa hasil yang didapatkan juga cukup detail dan terperinci hal ini dapat memudahkan para pembaca dalam memahami terkait dengan Program OVOP yang dilakukan pada daerah Kasongan. Namun dalam penulisan ini juga terdapat beberapa kekurangan, salah satunya adalah dalam melakukan proses analisis tidak dijelaskan secara lebih mendalam terkait dengan bagaimana proses untuk melakukan analisis pada penelitian. Penulis hanya menjelaskan terkait dengan metode apa saja yang digunakan tetapi tidak dengan proses analisis. Selain itu pada penelitian ini juga tidak dijelaskan bagaimana data-data tersebut dapat direduksi sehingga didapatkan hasil atau penarikan kesimpulan dari data-data yang digunakan. Kemudian pada penelitian ini isi dari hasil dan juga pembahasan dianggap terlalu panjang, akan lebih baik apabila penulis dapat memberikan hasil dan pembahasan yang lebih singkat namun menampilkan atau menunjukkan hal-hal penting yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan. Dan yang terakhir, pada penelitian ini akan lebih baik apabila pembahasan yang dilakukan secara mendalam lebih tertuju dan menitikberatkan terkait pada analisis evaluasi dari implementasi Program OVOP di Kasongan saja yang ditinjau berdasarkan dari aspek pencapaian tujuan, integrasi, dan adaptasi.
CRITICAL REVIEW JURNAL PERENCANAAN WILAYAH 4
IV. Lesson Learned Berdasarkan dari penjelasan yang telah dibahas sebelumnya, pelajaran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah 1. Dalam upaya pengembangan IKM, Program OVOP dapat dilakukan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan perekonomian daerah dan juga nasional karena program yang dilakukan berdasarkan kepada potensi dan kearifan lokal yang dimiliki pada suatu daerah. 2. Dalam pengembangan OVOP peran pemerintah pusat dan juga masyarakat sangat dibutuhkan demi kelancaran dari pengembangan produksi dan juga pemasaran yang termasuk sebagai tujuan dari Program OVOP itu sendiri. 3. Pada dasarnya prinsip dasar OVOP terbagi kedalam 3 bagian yaitu prinsip local yet global, prinsip self reliance, dan prinsip human resource development.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Kajian Kelapa dengan Pendekatan Rantai Nilai dan Iklim Usaha di Kabupaten Sarmi “Program Pembangunan berbasis Masyarakat Fase II: Implementasi Institusionalisasi Pembangunan Mata Pencaharian yang Lestari untuk Masyarakat Papua” Webo – UNDP2013