Anda di halaman 1dari 9

PELAKSANAAN TEACHING FACTORY DI SMK NEGERI 1 KALASAN UNTUK

MENDUKUNG PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF


Meila Hutami Kenanga Wulan1, Titin Hera Widi Handayani2
Universitas Negeri Yogyakarta
Meilahutamikw20@gmail.com| titin_hwh@uny.ac.id

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Teaching Factory di SMK
Negeri 1 Kalasan dalam rangka mendukung perkembangan industri kreatif ditinjau dari persiapan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatatif. Subjek pada penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, Koordinator I Technopark,
Koordinator Teaching Factory kompetensi keahlian Tata Boga dan 1 orang guru produktif. Hasil
penelitian menunjukan pada aspek perencanaan program kerja dan pembentukan Teaching Factory
dan Technopark di SMK N 1 Kalasan Telah dilaksanakan berdasarkan dasar hukum dan perundangan
yang kuat, dan program disusun berdasarkan hasil eveluasi. Aspek pengorganisasian dalam
pelaksanaan Teaching Factory tim Technopark telah membentuk tim untuk tiap-tiap unit sesuai
dengan kompetensi keahlian bidang yang melibatkan pendidik didalamnya. Siswa . Pada Aspek
Pelaksaan Teaching Factory terbagi sesuai dengan kompetensi bidang keahlian masing-masing.
Siswa dilibatkan dalam proses produksi yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi diindustri dan
terdapat kerjasama hyang luas antara sekolah dan industri. Aspek evaluasi dalam pelaksanaan
Teaching Factory Terbagi dilaksanakan menjadi 2 bagian yaitu evaluasi menyeluruh dan evaluasi
pasca kegiatan dilaksanakan.

Kata kunci: Pengelolaan, Teaching Factory, Industri.

ABSTRACT

The purpose of this study was to find out how the management of the Teaching Factory at SMK
Negeri 1 Kalasan in order to support the development of the creative industry in terms of preparation,
organization, implementation and evaluation of activities. This research is a qualitative descriptive
research. The subjects in this study were the Principal, Coordinator I of Technopark, Coordinator of
the Teaching Factory, Catering expertise competency and 1 productive teacher. The results showed
that theaspects planningof work programs and the establishment of a Teaching Factory and
Technopark at SMK N 1 Kalasan had been implemented based on a strong legal and regulatory basis,
and the program was prepared based on the results of the evaluation. The organizational aspect in the
implementation of the Teaching Factory, theteam Technopark has formed a team for each unit in
accordance with the competence of field expertise that involves educators in it. Student . In the Aspect
ofimplementation, it is Teaching Factory divided according to the competence of each field of
expertise. Students are involved in the production process which is carried out in accordance with the
conditions in the industry and there is extensive cooperation between the school and industry.
Theaspect evaluationin the implementation of the Teaching Factory is divided into 2 parts, namely a
thorough evaluation and post-activity evaluation.

Keywords: Management, Teaching Factory, Industry


PENDAHULUAN Berdasarkan data dari Badan Ekonomi Kreatif
Pada dasarnya SMK adalah lembaga (Bekraf) Indonesia disebutkan bahwa dari total
pendidikan yang berorientasi untuk mencetak kontribusi perekonomian kreatif pada tahun
tenaga kerja yang terampil serta professional 2016 terhadap PDB Indonesia industri kuliner
agar siap terjun langsung di dunia usaha berkontribusi sebesar 41,4 persen dari Rp 922
maupun dunia industri, serta selalu berusaha triliun (Agmasari, 2018). Hal ini
menyesuaikan keterampilan lulusannya yang memperlihatkan bahwa industri kuliner
dibutuhkan di dunia industri atau dunia usaha merupakan salah satu subsektor utama dari
dengan mengembangkan sikap profesional. industri kreatif. Hal ini dapat dibuktikan dimana
Ketidaksiapan lulusan SMK dalam Industri kuliner merupakan salah satu dari tiga
melakukan pekerjaan yang ada di dunia kerja subsektor unggulan dari industri kreatif yang
mempunyai efek domino terhadap industri terus dikembangkan oleh Kementrian
pemakai. Sebagai pengguna tenaga kerja, Perindustrian selain fashion dan kerajinan
industri harus menyelenggarakan pendidikan di (Marketeers,2015)
dalam industri untuk menyiapkan tenaga Terbitnya Instruksi Presiden No. 9 Tahun
kerjanya, dengan demikian disusun strategi 2016 (Inpres No. 9/2016) tentang Revitalisasi
revitalisasi SMK tujuan Revitalisasi SMK Sekolah Menengah Kejuruan yang
adalah untuk link and match dengan dunia menghendaki Peningkatan Kualitas dan Daya
usaha dan dunia Industri, Salah satu langkah Saing Sumber Daya Manusia. sehingga
revitalisasi SMK yang sedang di kembangakan harapannyha melalui revitalisasi pembelajaran
di SMK adalah model pembelajaran Teaching di SMK kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi
Factory. sesuai dengan standar industri baik saat ini
Industri kreatif didefinisikan sebagai maupun di masa yang akan datang. harapan
penciptaan nilai tambah berbasis ide yang terbentuknya keseimbangan antara dunia
lahir dari kreativitas sumber daya manusia pendidikan sekolah kejuruan dengan dunia
(orang kreatif) dan berbasis pemanfaatan ilmu industri ini lah yang mendasari terbentuknya
pengetahuan, termasuk warisan budaya dan pembelajaran TEFA di sekolah.
teknologi. Sumber daya utamanya adalah Berdasarkan uraian diatas makalah ini
kreativitas (creativity) yang didefinisikan akan berfokus membahas pelaksanaan Teaching
sebagai kapasitas atau kemampuan untuk Factory di SMK N 1 Kalasan.
Teaching Factory merupakan pembelajaran
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang
yang berkonsep menghadirkan iklimindustri pada
unik, menciptakan solusi dari suatu masalah saat kegiatan pembelajaran di sekolah.
atau melakukan sesuatu yang berbeda dari (DPSMK 2017:17) Program ini menjadi konsep
pakem (thinking outside the box). Kreativitas pembelajaran dalam keadaan yang
merupakan faktor yang menggerakkan sesungguhnya. Program Teaching Factory
lahirnya inovasi (innovation) dengan (TEFA) ialah suatu hal yang menggabungkan
memanfaatkan penemuan (invention) yang antara konsep pembelajaran berbisnis dan
sudah ada. (Isa,M. 2016 ) pendidikan sesuai dengan bidangnya
Masuknya industri kuliner ke dalam (Kuswantoro, 2014).
industri kreatif juga dapat diartikan adanya nilai Pendekatan pembelajaran TEFA
tambah produk yang diberikan lewat kreativitas (Teaching Factory) adalah perpaduan model
yang dimiliki oleh pelaku industri kuliner, CBT (Competency Based Training), dimana
seperti kreasi cara pengolahan, resep, dan cara pembelajaran dilaksanakan atas jenis pekerjaan
penyajian. Industri kuliner ini merupakan salah yang dilakukan oleh siswa ditempat kerja yang
satu subsektor industri kreatif yang tengah menghasilkan output ketrampilan yang dimiliki
mengalami perkembangan yang cukup pesat. siswa Dan PBT (Production Based Training).
PBT adalah proses pembelajaran primer diperoleh berupa wawancara dengan
keahlian dan keterampilan yang dirancang dan menggunakan alat perekam suara untuk
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar menghasilkan data penelitian dan data sekunder
bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk berupa dokumen-dokumen, seperti hasil
menghasilkan barangdan jasa sesuai tuntutan keaktifan siswa di dalam kelas, hasil skor
pasar. (Burhan, 2013). reward di dalam kelas maupun diluar kelas. Di
dalam pengumpulan data sekaligus menguji
Menurut Buku Petunjuk Tata Kelola
melakukan perbandingan wawancara dengan
Pelaksanaan Teaching Fatory Pengembangan
model pengelolaan TEFA lebih mengarah triangulasi sumber, menyimpulkan semua
kepada proses pengelolaan di ruang kelas dan informasi yang didapat dan disesuaikan dengan
ruang praktek berdasar prosedur dan standar keadaan sesungguhnya saat dokumentasi dalam
bekerja di dunia industri dengan mekanisme triangulasi teknik yang ada dilapangan serta
tahapan pengembangan model sebagai berikut. disesuaikan dengan teori yang ada dan teori
(1) Perencanaan yang dimulai dari persiapan pendukungnya. Teknis analisis data diperoleh
dan rumusan aktivitas yang dianggap perlu
untuk mencapai hasil yang diinginkan. (2) dari reduksi data yaitu untuk meresume dan
Pengorganisasian adalah suatu proses membagi memilih pokok permasalahan yang cocok
tugas sesuai dengan kemampuannya dalam dengan penelitian, setelah itu data yang telah
mengalokasikan sumber daya yang ada, dan dipilih akan membantu peneliti untuk
mengkoordinasikannya. (3) Pengelola menemukan pokok permasalahan secara detail
pelaksanaan program TEFA di unit produksi serta membantu peneliti untuk mendapatkan
kecil sekolah dari menerima pesanan, pelaksaan
data berikutnya.
produksi dan pelaksanaan Maintance and
repair(MR) yang sesuai dengan standar industri HASIL DAN PEMBAHASAN
(4) evaluasi dan pengawasan program TEFA Salah satu program yang digulirkan
dilakukan oleh konsultan yang juga bertindak
pemerintah melalui Dinas Pendidikan adalah
sebagai asesor atau penilai pekerjaan.
penyelenggaraan program Teaching Factory di
Teaching Factory (TEFA) adalah Sekolah Menengah Kejuruan. Teaching Factory
pembelajaran yang menghadirkan suasana yang adalah sebuah pendekatan dalam proses
mendekati lingkungan industri nyata melalui
pembelajaran di sekolah menengah kejuruan
kerjasama dengan industri atau pembelajaran
berbasai produk untuk mmengasilkan lulusan berbasis industri
yang kompeten, berkarakter berbudaya kerja Tujuan pembelajaran Teaching Factory
dan berjiwa wirausaha melalui kegiatan untuk memberikan pengalaman kerja dan
produksi baik berupa barang atau jasa yang memberikan ketrampilan pada siswa.
memiliki standar perencanaan, prosedur dan
Kemudian untuk memupuk mental
pengendalian kualitas industri dan layak
dipasarkan ke konsumen/masyarakat. (M berwirausaha siswa SMK N 1 Kalasan agar
Burhan R Wijaya, 2013; Sudiyanto dkk, 2013; kedepannya peserta didik bisa mandiri dan
GIZ, 2017; ditPSMK, 2017; S.M Sackey dkk, membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan.
2017; Judith Enke, dkk. 2017 ). Selain itu peserta didik dan sekolah
METODE PENELITIAN memperoleh profit dan keuntungan dengan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif adanya pembelajaran berbasis Teaching
kualitatif yang dilaksanakan pada bulan Factory.
September 2018 - September 2020 di SMK A. Perencanaan
Negeri 1 Kalasan. Subjek dari penelitian ini Mengacu pada pengertian sekolah kejuruan
adalah pengelola Technopark dan pengelola yang disampaikan para ahli dan menurut
Teaching Factory Kompetensi Keahlian Tata peraturan perundang-undangan, salah satu
Boga SMK N 1 Kalasan, guru mata pelajaran sekolah kejuruan di tingkat menengah adalah
dan kepala sekolah Metode pengumpulan data Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Salah
satu SMK yang melaksanakan Undang-Undang 421.5/07/2020. Dalam perencanaannya tim
Nomor 17 Tahun 2010 adalah SMK Negeri 1 TEFA SMK N 1 Kalasan terbagi dalam 7 tim
Kalasan. SMK Negeri 1 Kalasan dengan pengelola sesuai jurusan yang dibantu oleh
identifikasi NSS : 711040210001 dan NPSN: teknisi.
20401192 memiliki Jenjang Akreditasi : “A”. Perencaan Teaching Factory di SMK Negeri
Sekolah ini memiliki Nomor: 9.1/BAS- 1 Kalasan dilakukan dengan membuat
DIY/III/2005, dengan Lembaga yang perencanaan program kerja tim TEFA yang
Mengeluarkan sertifkat: BAS DIY. SK disusun dan disesuaikan dengan visi dan misi
Pendirian sekolah ini adalah Nomor : 0315 / O / sekolah. Perencanaan program kerja ini
1995 Tanggal : 26 Oktober 1995. Lembaga merupakan tindak lanjut setelah penentuan visi
yang mengeluarkan adalah: Departemen sekolah. Perencanaan ini sangat penting agar
Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan ozin visi sekolah dapat dicapai secara terencana dan
operaasional sekolah adalah: 0315/0/1995, tersistematis.
tanggal SK Izin Operasional adalah: 1995-10- Melalui hasil wawancara dan studi pustaka
26. Status sekolah ini adalah: Negeri. Dengan dokumen yang diperoleh, perencanaan program
alamat Randugunting, Desa Tamanmartani, kerja dan pembentukan Teaching Factory dan
Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Technopark di SMK N 1 Kalasan Telah
Provinsi D.I Yogyakarta dilaksanakan berdasarkan dasar hukum dan
Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan adalah perundangan yang kuat, selain itu program
menyiapkan dan membekali peserta didik kerja yang ada saat ini telah disusun dan dibuat
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap sesuai dengan hasil evaluasi atas pelaksanaan
dan kepribadian yang kuat dalam menghadapi kegiatan yang sebelumnya.
dunia kerja yang sesungguhnya bagi masa B. Pengorganisasian
depan mereka sesuai minat, dan bakat peserta Pengorganisasian dalam pelaksanaan
didik. Teaching Factory di SMK N 1 Kalasan
Selanjutnya dalam Instruksi Presiden no 9 dilakukan dengan membentuk tim TEFA tiap
tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Jurusan yang disusun sesuai dengan kompetensi
Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka bidang yang diisi oleh guru dari kompetensi
peningkatan kualitas dan daya saing Sumber keahlian tersebut, selanjutnya siswa
dikelompokan sesuai dengan bidang
Daya Manusia (SDM) Indonesia dimana semua
kompetensinya.
para Menteri Kabinet Kerja, Kepala Badan Selanjutnya dari hasil wawancara dengan
Nasional Sertifikasi Profesi, dan seluruh Koordinator I Technopark disimpilkan Pola
Gubernur di Indonesia untuk menyusun peta kepemimpinan TEFA di SMK N 1 Kalasan
kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan SMK menggunakan kepemimpinan intrapreneurship
sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing- daripada enterpreneurship. Karena
masing dengan pedoman pada peta jalan intrapreneurship adalah enterpreneurship di
pengembang SMK untuk merevitalisasi SMK dalam organisasi (Hisrich & Peters, 2002). Ciri-
guna meningkatkan kualitas dan daya saing ciri kepemimpinan intrapreneurship (Hisrich &
sumber daya manusia di Indonesi, selain itu Peters, 2002) yaitu: (1) memahami
proses pembentukan tim TEFA dan Technopark lingkungan,(2) luwes, (3) mendorong diskusi
juga didasarkan pada SK DPSMK tentang terbuka, (4) membangun dukungan, dan (5)
ulet. Pembinaan karyawan / tenaga kerja perlu
Penetapan Sekolah Rujukan :
dilakukan secara intensif dan berkeadilan agar
705/D5.2/KP/2016 yang menentapkan SMK N
situasi kerja kondusif karena setiap bulan
1 Kalasan menjadi Salah satu sekolah rujukan dalam pelaksanaan program kerja baik kepala
Technopark di provinsi D.I Yogyakarta sekolah dan Koordinator I Technopark SMK N
bersama SMK yang lain. 1 Kalasan melakukan evaluasi menyeluruh
Dalam perencanaan pembelajaran TEFA di terhadap pelaksanaan program kegiatan masing-
SMK N 1 Kalasan pembentukan tim pengelola masing Unit Kerja Technopark. Dari hasial
dan penanggung jawab dibentuk melalui surat wawancara dan studi dokumen,
keputusan kepala sekolah nomor
Pengorganisasaian tim Technopark untuk tiap-
tiap unit sesuai dengan kompetensi keahliaanya, 5 Pelaksana 1. Sebagai helper membantu
termasauk memasukan guru dalam struktur Teknis teknisi dalam pelaksanaan
organisasi, kemudaian melibatkan siswa produksi atau service sesuai
didalam pelaksanaan kegiatan produksi prosedur
didalam Program kerja Teaching Factory. 2. Berkoordinasi dengan wali
kelas dan kakomli
Berikut merupakan struktur organisasi dan job 3. Membuat laporan kegiatan dan
description Technopark SMK N 1 Kalasan : melaporkan kepada teknisi

Tabel 1. Job Description Struktur Organisasi


Technopark SMK N 1 Kalasan
C. Pelaksanaan
Proses pembelajaran dengan konsep
Teaching Factory merupakan proses
pembelajaran yang menghadirkan
lingkungan usaha/ industri ke dalam
lingkungan sekolah. Teaching Factory
adalah suatu konsep pembelajaran dalam
suasana sesungguhnya, sehingga dapat
menjembatani kesenjangan kompetensi
Gambar 1. Struktur organisasi Technopark
antara kebutuhan industri dan pengetahuan
SMK N 1 Kalasan
sekolah. Teknologi pembelajaran yang
NO Jabatan Job Description inovatif dan praktik produktif merupakan
(1) (2) (3) konsep metode penelitian yang berorientasi
1 Kepala 1. Mengoordinasikan, pada manajemen pengelolaan siswa dalam
Sekolah mengendalikan, dan
menerbitkan peraturan tentang pembelajaran agar selaras dengan
(Penanggu pengelolaan dan kebutuhan dunia industri.
ng Jawab) pengembangan Teaching
SMK N 1 Kalasan yang memiliki 7
Factory sebagai pendukung
tugas pokok dan fungsi sekolah. kompetensi Keahlian menekankan agar
2. Menetapkan peraturan kepala lulusan tiap-tiap kompetensi keahlian
sekolah tentang pengelolaan
mampu mengelola dan menyelenggarsksn
dan pengembangan Teaching
Factory . usaha tiap kompetensi keahlian dan mampu
3. Mengkondisikan kinerja Tim mengembangkan sikap profrsionalisme
TEFA dan Technopark
2 Wakil 1. Mengkondisikan kinerja Tim
yang dimiliki dengan dibekali ketrampilan
Penanggun TEFA dan Technopark dan sikap kompeten pada setiap bidang.
g Jawab 2. Membuat laporan kepada
Kepala Sekolah
Hasil dari wawancara yang
3 Koordinator 1. Mengkoordinir seluruh kegiatan
Technopar operasional Technopark di dikemukakan oleh salah satu ketua tim
k semua Kompetensi Keahlian kompetensi keahlian Tata Boga pelaksanaan
2. Membuat laporan berkala
kepada kepala sekolah
kegiatan produksi didalam Technopark
4 Koordinator 1. Mengkoordinir seluruh Kegiatan setiap siswa dilibatkan secara aktif
Teaching operasiona Teaching Factory melakukan proses produksi sesuai
Factory masing-masing Kompetensi
sebagaimana yang dilaksanakan didalam
Keahlian
2. Membuat laporan berkala industri, memiliki SOP kegiatan Baik
kepada koordinator Technopark Perencaanaan Produksi hingga Penjualan,
SMK
selain itu pelaksanaan Teaching Factory di dilakukan dalam penerapan Teaching Factory
SMK N 1 Kalasan tidak hanya melakukan berikutnya. (Direktorat Pembinaan SMK,
pembuatan produk di bengkel/ lab 2017:18)
pembelajaran tetapi juga terdapat program Dalam pelaksanaan Teaching Factory,
bersama dengan industri berupa kunjungan kepala sekolah bersama Koordinator I
ke mitra DU/DI, Pemagangan peserta didik Technopark akan melakukan evaluasi segala
pada industri mitra sekolah dan mengadakan kegiatan yang dilaksanakan disekolah juga
kelas khusus yang diisi langsung oleh menjalankan fungsinya memberikan arahan
dalam pelaksanaan program kerja. Evaluasi dan
instruktur dari DU/DI mitra Sekolah pada
masukan terhadap pelaksanaan Teaching
masaing-masing kompetensi keahlian.
Factory disekolah sehingga harapannya
Dalam pelaksanaan kegiatan Teaching
pelaksanannya sesuai dengan rencana yang
Factory Guru bertindak sebagai Assesor dan
telah dibuat.
pengawas kegiatan, selain itu kerjasama yang
Kepala Sekolah sebagai penganggung jawab
dimiliki sekolah dan industri memberikan Teaching Factory melaksanakan evaluasi
dampak yang positif terhadap guru, secara melalui analisi SWOT terhadap kemajuan
langsung melalui studi dokumen kerjasama Technopark dan setiap produk yang dibuat di
dengan mitra industri guru/ pengajar secara Teaching Factory. Sesuai dengan pernyataan
langsung diberikan kesempatan mengikuti tersebut dalam rangka melaksanakan fungsinya
pelatihan pembuatan barang/ produk di sebagai penanggung jawab.
industri mitra, selain hal tersebut diketahui Melalui Hasil wawancara diketeahui
indutri mitra juga menjadi penasehat bagi evaluasi keseluruhan rutin dilaksanakan secara
pelaksanaan kegiatan yang ada di berkala dan dilaksanakan bersamaan dengan
Technopark. rapat akhir semester. Proses evaluasi tidak
Dari hasil wawancara dan studi dilaksanakan bersaaman dengan seluruh unit
dokumen telah dikemukakan pelaksaan namun disesuaikan dengan jadwal rapat akhir
Teaching Factory terbagi sesuai dengan semester tiap-tiap kompetensi keahlian.
kompetensi bidang keahlian masing-masing. Kemudian dari hasil evaluasi yang diperoleh
Siswa dilibatkan dalam proses produksi yang akan dijadikan acuan dalam pembuatan
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan SOP program kerja yang baru secara keseluruhan
yang ada dindustri selain itu sekolah memiliki baik untuk program kerja Technopark Maupun
unit Teaching Factory yang diharapkan mampu
cakupan kerjasama yang luas dengan industri
memiliki capaian yang lebih baik.
baik bagi siswa maupun bagi guru. Industri
Selain evaluasi keseluruhan, evaluasi
juga dilibatkan secara aktif sebagai penasehat
kegiatan juga dilaksanakan (on the spot) pada
dan instruktur kegiatan program kerja
saat kegiatan unit telah selesai dilaksanakan.
Teaching Factory tiap-tiap unit.
Dari hasil wawancara tujuan evaluasi kegiatan
agar mengetahui bagian apa saja yang masih
D. EVALUASI
terjadi kekurangan dan solusi untuk hal
Evaluasi dalam Teaching Factory didalam
tersebut, pada saat evaluasi ini siswa dilibatkan
panduan teknis Teaching Factory bertujuan
untuk memberikan masukan mengenai
untuk melihat bagaimana dampak serta
hambatan dan permasalahan yang ditemukan
perubahan penerapan model pembelajaran
saat proses produksi maupun kegiatan di unit
Teaching Factory disekolah sudah sesuai
Teaching Factory, yang apabila ditemukan
dengan yang diharapkan, serta untuk
hambatan yang besar dan tidak menemukan
memberikan rekomendasi upaya perbaikan,
solusi pada saat evaluasi akan dilanjutkan
pengutan dan pengembangan yang perlu
pelaporan pada saat evaluasi keseluruhan
bersama kepala sekolah dan Koordinator I
Technopark SMK N 1 Kalasan. DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN [1]. Deutsche Gesellschaft für Internationale


Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. (2017).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Panduan Teknis Teaching Factory
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa: [2]. Depdikbud. (2003). Undang-Undang
1. perencanaan program kerja dan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
pembentukan Teaching Factory dan 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Technopark di SMK N 1 Kalasan Telah Nasiona
dilaksanakan berdasarkan dasar hukum dan [3]. Direktorat Pembinaan SMK. (2017). Tata
perundangan yang kuat, selain itu program kelola Pelaksanaan Teaching Factory.
kerja yang ada saat ini telah disusun dan Jakarta: Departemen Pendidikan
dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atas Nasional.
pelaksanaan kegiatan yang sebelumnya. [4]. Direktorat Pembinaan SMK. (2018).
2. Pengorganisasian dalam pelaksanaan Panduan Pengembangan Teaching
Teaching Factory tim Technopark telah Factory. Jakarta: Departemen
membentuk tim untuk tiap-tiap unit sesuai Pendidikan Nasional. .
dengan kompetensi keahlian bidang yang [5]. Direktorat Riset dan Pengembangan
melibatkan pendidik didalamnya. Siswa Ekonomi Kreatif Deputi Riset Edukasi
3. Pelaksaan Teaching Factory terbagi dan Pengembangan Badan Ekonomi
sesuai dengan kompetensi bidang Kreatif. (2017). Data Statistik Dan
keahlian masing-masing. Siswa Hasil Survei Ekonomi Kreatif
dilibatkan dalam proses produksi yang Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan Dan Badan Pusat Statistik. BEKRAF.
SOP yang ada dindustri selain itu https://psmk.kemdikbud.go.id/.
sekolah memiliki cakupan kerjasama [6]. Fitrihana, N. 2017. Model Bisnis
yang luas dengan industri baik bagi Kanvas untuk Mengembangkan
siswa maupun bagi guru. Industri juga Teaching Factory Di SMK Tata Busana
Guna Mendukung Tumbuhnya Industri
dilibatkan secara aktif sebagai penasehat
Kreatif. Jurnal Taman Vokasi, 5(2),
dan intruktur kegiatan tiap-tiap unit
212–218.
Teaching Factory di SMK N 1 Kalasan.
[7]. Handayani, K, dkk. (2018).
4. Evaluasi dalam pelaksanaan Teaching
Implementasi Manajemen Teaching
Factory Terbagi dilaksanakan menjadi 2
Factory di Prodi Kriya Kulit SMK N 1
bagian yaitu evaluasi menyeluruh yang
Kalasan. Jurnal Media Manajemen
dilaksankan oleh kepala sekolah dan
Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, Juni
koordinator Technopark pada tiap unit
2018.
Teaching Factory yang dilaksanakan pada
[8]. Hasibuan, M. (2010). Manajemen
bersamaan rapat akhir semester
kompetensi bidang keahlian dan evaluasi Sumber Daya Manusia, Jakarta:
yang kedua adalah pada saat kegiatan Bumi Aksara.
Teaching Factory baik kegiatan produksi [9]. Instruksi Presiden Nomor. 9. Tahun
maupun non produksi telah selesai 2016. tentang Revitalisasi Sekolah
dilaksanakan. Menengah Kejuruan Dalam Rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing
Sumber Daya Manusia Indonesia
[10]. Khoiron, AM. (2015). The Influence Of
Teaching Factory Learning Model
Implementation To The Student
Occupational Reaadiness. Jurnal
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015
[11]. Kusuma. 2017. Panduan Teknis
Teaching Factory. Bonn and Eschborn:
Deutsche Gesellschaft fur
Internationale Zusammenarbeit (GIZ)
GmbH.
[12]. Kuswantoro, A. (2014). Teaching
Factory Rencana dan Nilai
Enterpreneurship. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
[13]. M. Burhan R. Wijaya. (2013). Model
Pengelolaan Teaching Factory
SekolahMenengah Kejuruan. Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol. 30 Nomor
2 tahun 2013.
[14]. PSMK, D. (2016). Grand Design
Pengembangan Teaching Factory
dan Technopark di SMK. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
[15]. Sekarningsih, Nofarida (2018).
Pembelajaran Teaching Factory di
Jurusan Kriya Kayu SMK N 1
Kalasan.Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Kriya. 406–417.
[16]. Wibowo, Nugroho (2016). Upaya
Memperkecil Kesenjangan Kompetensi
Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
Dengan Tuntutan Dunia Industri.
Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan , Volume 23 , Nomer 1, Mei
2016.

Anda mungkin juga menyukai