TEACHING FACTORY
TEKNIK KOMPUTER JARINGAN
Jl. Garut – Bayongbong KM. 07 Desa Panembong Kec. Bayongbong Kab. Garut
Telp. 0262 543291 Website : smknegeri9garut.sch.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kejuruan merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
berupaya memberikan pengalaman baik afektif, kognitif dan psikomotorik
dalam rangka persiapan siswa memasuki dunia kerja dan untuk menunjang
se seorang dalam menjalani kariernya di dunia kerja. Clarke dan Winch
(2007) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya
pengembangan sosial ketenagakerjaan, pemeliharaan, percepatan, dan
peningkatan kualitas tenaga kerja tertentu dalam rangka peningkatan
produktifitas masyarakat. Pembelajaran adalah suatu proses penyampaian
pengetahuan yang dilaksanakan dengan menggunakan sebuah metode.
Rumusan tersebut sejalan dengan pendapat Mc. Donald (Hamalik, 2007)
yang memaparkan bahwa pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang
bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. Selanjutnya
proses belajar menghasilkan perilaku yang dikehendaki dan merupakan hasil
dari pembelajaran. Berdasarkan konsep di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kejuruan merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
memiliki tujuan mendidik dan menciptakan SDM yang mempunyai
kemampuan baik dalam bidang afektif, kognitif dan psikomotor sehingga siap
terjun ke dunia kerja dengan tingkat kompetensi yang baik.
Pada saat ini pendidikan kejuruan sedang dihadapkan dengan
permasalahan yang serius yaitu tidak terserapnya lulusan SMK oleh industri.
Dalam UU No. 20 tahun 2003, bab 2, pasal 3 sudah dirumuskan bahwa
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Merujuk pada fungsi pendidikan di atas, maka peningkatan keahlian
sumber daya manusia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin global. Pendidikan merupakan ujung
tombak dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pihak-pihak
yang terlibat dalam proses pendidikan harus berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus
terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang dihasilkan benar-benar
bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia global.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa SMK adalah lembaga
pendidikan yang berfungsi sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan
kompeten di bidangnya harus bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri
untuk bisa bersaing. Oleh karena itu peningkatan sumber daya manusia
(skill/keahlian) harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan
kualitas lulusannya. Rendahnya kualitas lulusan SMK dapat berakibat
produktivitas tenaga kerja menengah yang terampil di dunia industri
semakin terpuruk. Kepercayaan dunia industri semakin berkurang sehingga
lulusan yang terserap juga sedikit.
Banyak faktor yang menjadi penyebab baik internal maupun
eksternal, diantaranya adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan,
kurangnya biaya pendidikan, kurangnya kinerja guru, dan rendahnya
kualitas guru. Kondisi tersebut secara tidak langsung dapat berakibat SMK
tidak siap dalam menghasilkan lulusan yang berkualita, seharusnya SMK
dalam pelaksanaan pendidikannya mengutamakan pendidikan skill para
siswanya. Untuk mencapai hal tersebut SMK harus memprioritaskan
pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan
lulusan yang benar-benar profesional, memiliki etos kerja, disiplin, dan
berkarakter.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pendidikan yang paling
sesuai adalah pendidikan yang berorientasi pada dunia industri. Oleh karena
itu SMK harus bisa mencari satu model pembelajaran yang tepat, dan sesuai
dengan harapan dunia industri. Salah satu model pembelajaran yang cocok
adalah dengan menerapkan teaching factory dalam proses belajar di SMK.
Program teaching factory (TEFA) merupakan perpaduan pembelajaran yang
sudah ada yaitu, competensi based training (CBT), dan production based
training (PBT), dalam pengertiannya bahwa suatu proses keahlian atau
keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur
dan standar bekerja yang sesungguhnya. Untuk menghasilkan produk yang
sesuai dengan tuntutan dunia industri (pasar/konsumen).
Teaching factory merupakan model pembelajaran yang berorientasi
kepada bisnis dan produksi. Aplikasi program teaching factory adalah dengan
cara memadukan konsep bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai dengan
kompetensi keahlian yang relevan, misalnya pada kompetensi Teknik
Komputer dan Jaringan melalui kegiatan perawatan computer dan instalasi
yang dikerjakan oleh siswa. Sebagai perwujudan nyata/implementasi dari
program teaching factory Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 9 Garut
Provinsi Jawa Barat menerapkan konsep teaching factory dalam kegiatan
pembelajaran sekolah.
B. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan teaching factory adalah sebagai berikut:
1. UU Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang 2015-2025
3. PP 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas dan Daya Saing Sumber
Daya Manusia Indonesia
5. PP Nomor 41 Tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber Daya Industri,
pasal 6 ayat 1
6. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi
Kerja Nasional Indonesia (KKNI)
7. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan
A. Organigram/Struktur Kepanitiaan
Pelaksanaan teaching factory tentunya membutuhkan sumber daya
manusia (SDM) yang berasal dari unsur Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Guru, Ketua Kompetensi Keahlian, yang ditetapkan oleh Kepala
Sekolah Pelaksana Teaching Factory dengan struktur sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi
2. Uraian Tugas
Kepala Sekolah
1. Merencanakan dan mengembangkan kegiatan program kerja Sekolah.
2. Membina dan mengawasi pelaksanaan TEFA di Sekolah .
3. Mengeluarkan Surat keputusan penunjukan Panitia Taeching Factory
4. Mengkoordinasikan seluruh penyelenggaraan Teaching Factory
dengan Cabang Dinas Wilayah XI Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat, dan stackholder yang berkepentingan dengan Teaching Factory.
5.
Ketua TEFA
1. Bertanggung jawab kepada kepala sekolah/penanggung Teaching
Factory
2. Bersama panitia menyusun program kerja, jadwal kegiatan, dan
rencana Anggaran Biaya yang berkaitan dengan persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan Teaching Factory
3. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan sebelum dan selama
pelaksanaan Teaching Factory
4. Melakukan pembagian kerja POKJA Teaching Factory secara efektif
dan efisien.
5. Melaporkan hasil kegiatan Teaching Factory
Sekretaris TEFA
1. Membantu KetuaTeaching Factory .
2. Menyiapkan dan mengarsipkan administrasi TEFA.
Bendahara TEFA
1. Menyiapkan pendanaan kegiatan TEFA.
2. Membuat laporan keuangan kegiatan TEFA.
Koordinator Produksi
1. Mengkoordinir seluruh proses produksi dari semua bagian
2. Memastikan kebutuhan instrumen, peralatan, bahan dan kebutuhan
pendukung siap digunakan
3. Membuat laporan kegiatan produksi dari semua bagian produksi
4. Menganalisis kebutuhan barang .
5. Menyusun, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi kegitan
pembelajaran teaching factory di kelas ataupun di laboratorium
6. Menyelenggarakan pelatihan baik reguler ataupun non reguler kepada
staf pendidik dan kependidikan agar pembelajaran berjalan dengan
baik
7. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan pembelajaran teaching
factory
A. Tahap Persiapan
Tahap-tahap persiapan teaching factory Teknik Komputer Jaringan
SMK Negeri 9 Garut Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi untuk mendapat dukungan dan komitmen yang kuat dari
manajemen dan seluruh stakeholder;
2. Pembentukan tim pelaksana TeFa;
3. Penyusunan rencana dan ruang lingkup kegiatan;
4. Penyusunan Dokumen Perangkat Pembelajaran:
a. Rancangan produk
b. Job sheet,
c. jadwal blok serta
d. dokumen lainnya.
B. Tahap Impelementasi
Tahap-tahap persiapan teaching factory Teknik Komputer Jaringan
SMK Negeri 9 Garut Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan model pembelajaran teaching factory dengan mengacu
pada Dokumen Perangkat Pembelajaran.
2. Pendampingan dan penguatan pemahaman stakeholder untuk
meminimalkan resistensi terhadap sesuatu yang dianggap baru.
Koordinasi antarguru mata pelajaran harus dilakukan sejak awal.
3. Monitoring dan pengendalian kegiatan dilakukan untuk mengetahui
upaya penguatan yang harus dilakukan.
C. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakuan untuk melihat apakah penerapan model
pembelajaran teaching factory telah memberikan dampak perubahan sesuai
dengan yang diharapkan, serta untuk memberikan rekomendasi upaya
penguatan dan perbaikan yang perlu dilakukan.
Untuk lebih jelasnya, tahapan-tahapan dari persiapan, impelementasi,
dan evaluasi dijabarkan dalam bentruk matrix pada lampiran program kerja
teaching factory.
BAB IV
PENUTUP
Garut,
Agustus 2022