Anda di halaman 1dari 17

2022

PENGEMBANGAN
TEACHING FACTORY

Pembuatan Poros Roda Sepeda Listrik

SMK NEGERI WIDANG


Jl. Brawijaya 350 Ds.Mrutuk, Kec.Widang, Tuban
Profil Sekolah

1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SMKN WIDANG
2 NPSN : 20552240
3 Jenjang Pendidikan : SMK
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Jl. Brawijaya No. 350
Desa Mrutuk Kecamatan Widang
RT / RW : 001 / 001
Kode Pos : 62383
Kelurahan : Mrutuk
Kecamatan : Widang
Kabupaten/Kota : Tuban
Provinsi : Jawa Timur
Negara : Indonesia
6 Posisi Geografis : -7,012500 Lintang
112,144014 Bujur
2. Identitas Kepala Sekolah
7 Nama Lengkap : Endang Tri Bawani, M.Pd
8 Nomor SK : 821.2/2202/204/2020
9 Tanggal SK : 18 Mei 2020
10 Pejabat yang Mengangkat : Gubernur Jawa Timur
3. Data Pelengkap
11 SK Pendirian Sekolah : 188.45/77/KPTS/412.012/2011
12 Tanggal SK Pendirian : 23 Mei 2011
13 Status Kepemilikan : Pemerintah Provinsi
14 SK Izin Operasional : 188.45/08/KPT/414.012/2007
15 Tgl SK Izin Operasional : 2007-02-07
4. Kontak Sekolah
16 Nomor Telepon : (0356) 7076444
17 Nomor Fax : (0356) 7059444
18 Email : info@smknwidang.sch.id
19 Website : www.smknwidang.sch.id
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal Program
Pengembangan Teaching Factori (TeFa) SMK Negeri Widang.

Penyusunan proposal ini dimaksudkan untuk menstimulus SMK Negeri Widang dalam
mengembangkan Teaching Factoy (TeFa) yang sudah berjalan. Program Pengembangan
Teaching Factory (TeFa) bertujuan untuk mempersiapkan lulusan SMK untuk siap kerja dan
pelaku wirausaha, membantu siswa memilih bidang kerja sesuai dengan kompetensi,
menumbuhkan kreatifitas siswa melalui Learning by Doing, memberikan keterampilan yang
dibutuhkan dalam dunia kerja, memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan
SMK dan memberikan kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya
sehingga dapat membuat keputusan tentang karir yang akan dipilih.

Proposal ini tentunya masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, sehingga saran
dan kritik yang konstruktif demi perbaikan masih sangat kami butuhkan. Akhirnya, kami
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
proposal ini.

Widang, 20 Desember 2021


Kepala SMK Negeri Widang

ENDANG TRI BAWANI, M.Pd.


Pembina Tk. I
NIP. 19730314 199802 2 001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pentingnya penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan siap
kerja diwujudkan pemerintah melalui kebijakan peningkatan mutu pendidikan kejuruan
yang memberi perhatian pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang lebih
berorientasi pada permintaan pasar tenaga kerja masyarakat ekonomi ASEAN (MEA),
dan mempersiapkan para lulusan dengan pembekalan karakter kewirausahaan
(Entrepreneurship) yang bersinergi erat dengan industri sebagai mitra utama dalam
penerapan Teaching Factory (TeFa). Pengalaman dari sejumlah industri yang telah
bekerja sama dengan beberapa SMK yang telah menerapkan pola pembelajaran seperti
Teaching Factory (TeFa), unit produksi, dan sejenisnya, medapatkan respon positif dari
Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) atas peningkatan kualitas lulusannya.

Hubungan kerjasama antara SMK dengan industri dalam pola pembelajaran


Teaching Factory (TeFa) akan berdampak positif untuk meningkatkan kerjasama
(Partnership) secara sistematis dan terencana didasarkan pada posisi win-win solution.
Penerapan pola pembelajaran Teaching Factory (TeFa) merupakan sinkronisasi dunia
pendidikan kejuruan dengan dunia industri, sehingga terjadi check and balance
terhadap proses pendidikan pada SMK untuk menjaga dan memelihara keselarasan
(link and match) dengan kebutuhan pasar kerja.

Kualitas guru pada kompetensi keahlian di SMK, saat ini menjadi trending topic
permasalahan yang belum menemukan jalan keluarnya, dimana mayoritas dari mereka
masih kurang memiliki pengalaman kerja industri yang memadai. Melalui pembelajaran
pola Teaching Factory (TeFa) yang hakekatnya memboyong sistem industri sebagai
pendekatan pembelajaran di SMK diharapkan terjadi transfer teknologi dari industri,
yang pada gilirannya kualitas guru akan meningkat.

Pola pembelajaran Teaching Factory (TeFa) dirancang berbasis produksi


barang/jasa dengan mengadopsi dan mengadaptasi standar mutu dan prosedur kerja
industri, akan memberi pengalaman pembelajaran kompetensi tambahan terutama
soft skill seperti etos kerja disiplin, jujur, bertanggungjawab, kreatif-inovatif, karakter
kewirausahaan, bekerjasama, berkompetisi secara cerdas dan sebagainya. Kompetensi
tersebut sangat sulit diperoleh melalui pendidikan kejuruan yang diselenggarakan
secara konvensional, yang pada pembelajarannya hanya dilaksanakan sampai pada
pencapaian kompetensi keahlian sebagai hard skill.

B. Maksud dan Tujuan

1. Mempersiapkan lulusan SMK untuk siap kerja dan pelaku wirausaha;


2. Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;
3. Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing;
4. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;
5. Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
6. Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta
membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang 5ctual;
7. Memberikan kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya
sehingga dapat membuat keputusan tentang karir yang akan dipilih.

C. Tim Pelaksana

Dalam rangka mensukseskan pengembangan Teaching Factory (TeFa) SMK Negeri


Widang , maka perlu dibentuk tim pelaksana sebagai berikut:

NO NAMA TUGAS/JABATAN

1 Endang Tri Bawani, M.Pd. Penanggung Jawab


2 Ahmad Nasrul Hakim, S.Pd Ketua
3 Wiwik Widodo, S.Si,M.Pd. Bendahara
4 Hartono Budiraharjo, S.Pd. Logistic dan Sarana-Prasarana
5 Yoyok Kurniawan, S.T. Pemasaran
6 Hary Susanto, S.T.,M.Pd. Quality Control

7 Ardzy Panggayuh Indarto,S.Pd.Gr Anggota

8 Agus Susanto, S.Pd Anggota


BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

A. Mekanisme/Strategi Pelaksanaan

Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK


berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di
industry dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan
teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang
relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Teaching Factory
(TEFA) juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders
dalam pembuatan regulasi, perencanaan,implementasi maupun evaluasinya.

Pelaksanaan Teaching Factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi


atas 4 model, dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah
melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut adalah sebagai berikut:
✓ Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktek kerja industri yaitu pola
pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai ExperienceBased
Training atau Enterprise Based Training.
✓ Model Kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis
kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan
pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta
didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada metode ini, penilaianpeserta
didik dirancang sehingga dapat memastikan bahwa setiap peserta didik telah
mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit
kompetensi yang ditempuh.
✓ Model ketiga, Production Based Education and Training (PBET) merupakan
pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh
peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan
memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja
(industri dan masyarakat).
✓ Model keempat, Teaching Factory adalah konsep pembelajaran berbasis
industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.
Tujuan Pembelajaran Teaching Factory adalah:
✓ Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja, dan wirausaha;
✓ Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya.
✓ Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing.
✓ Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
✓ Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK
✓ Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta
membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual, dll
✓ memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga
dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.

Tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching factory (Sema E. Alptekin, Reza
Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah:
✓ Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur
moderen sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri.
✓ Meningkatkan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur
moderen.
✓ Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu
✓ Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada
aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.

Sintaksis Teaching Factory


Pembelajaran Teaching Factory dapat menggunakan sintaksis PBET/PBT atau dapat juga
menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly-San Luis Obispo USA (Sema E. Alptekin:
2001) dengan langkah-langkah:
✓ Merancang produk
✓ Membuat prototype
✓ Memvalidasi dan memverifikasi prototype
✓ Membuat produk masal

Berdasarkan hasil penelitian, Dadang Hidayat (2011) mengembangkan langkah- langkah


pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut:
✓ Menerima Order
✓ Menganalisis order
✓ Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
✓ Mengerjakan order
✓ Mengevaluasi produk
✓ Menyerahkan order
BAB III
DESAIN PEMBELAJARAN

A. Pendekatan Pembelajaran

Kurikulum diformulasikan untuk menyiapkan individu-individu supaya bisa


memenuhi kualifikasi yang dituntut oleh pasar lapangan kerja berdasar pada
kompetensi berbasis pelatihan (CBT) yang dikembangkan oleh K-13 menjadi empat
kompetensi, strategi pencapaian kompetensi meliputi basic, skill, intermediate dan
advance. Rumusan kurikulum dimulai dari penentuan Kualifikasi berdasar pada level
KKNI, jenjang karir diformulasikan pada level-2 KKNI sebagai tenaga yang menguasai
kurang dari 44 unit materi kompetensi (UMK). Formulasi pekerjaan dibagi pada tiga
level. Kompetensi level 1. Sense ofquality (Pelaksana Muda) tingkat 2 Kompetensi level
2 sense of effesiency (Pelaksana Madya) dan tingkat 3 production oriental (Pelaksana
Utama).

Durasi program pendidikan diselenggarakan 3 Tahun berdasarkan kodefikasi


spektrum K-13 seri 2016 yang akan di komfilasi dengan pendekatan CBT. K- 13
meliputi lingkup kelompok A, B, C1, C2 dan C3 . dan yang akan direkayasa meliputi
Dasar Program Keahlian ( C2 ) dan Paket Keahlian Teknik Pemesinan (C3 ). Materi
terdiri dari 4 tingkat kecakapan yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial,
(3)pengetahuan, dan (4) keterampilan. kompetensi diekstrak melalui CBT menjadi 3
domain terdiri dari Knowledge , skill dan attitude. Kompetensi tersebut dicapai melalui
proses pembelajaran intra kulikuler, kokurikuler, dan ekstra kulikuler dengan focus
pada penguasaan fungsional skill dan extra fungsional skill .

Rumusan extrafungsional skill diarahkan pada penguasaan kompetensi sikap


spiritual yaitu , “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya “.
Sedangkan rumusan kompetensi sikap social , “ menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalamberinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia“. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak
langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah,
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik .Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan kedalam
proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru
dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

B. Strategi dan Metode Pembelajaran

Tingkat 1
Penekanan pendidikan dan pelatihan pada “Sense of quality” dan pembentukan
karakter atau “mentality building“ (disiplin, jujur, motivasi, kerja tinggi , ketekunan
dan ketabahan), siswa diharapkan mengerti akan kualitas dengan proses yang
dilakukan pada pekerjaan industry, seperti proses desain, pemotongan bahan,
pembubutan, pengefraisan, dan finishing.

Tingkat 2
Penekanan pendidikan dan pelatihan pada “sense of efficiency” dalam proses
pelaksanaanya, siswa dituntut untuk dapat melakukan proses kerja dengan benar ,
dengan waktu pengerjaan yang cepat dan hasil yang berkualitas. siswa diharuskan
membuat rencana kerja (work preperation) sebelum melaksanakan urutan proses
kerja, melaksanakan prosedur umum di bengkel-bengkel bidang keahlian yang akan
dipakai dalam proses pengajarannya.

Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan meliputi :


✓ Pembuatan gambar benda kerja
✓ Production

Tingkat 3
Proses pendidikan dan pelatihan mengacu pada service , maintenance , repair dan
production oriented , penyelenggaraan program dan pelatihan didekatkan pada proses
kerja yang sesungguhnya (benda kerja harus memenuhi tutunan costumer), pada
kerja service (maintenance and Repare) berkala , juga diberikan materi pengayaan
dengan melihat tuntunan industri (market oriented).

C. Substansi Pembelajaran

Terdiri dari 2 (dua) kelompok besar yaitu kelompok substansi instruktional


dan non instruksional. Substansi instruksional adalah substansi pembelajaran yang
dirancang dan terstruktur sebagai substansi kurikulum. Substansi non instruksional
berisi hal–hal yang berkaitan dengan kompetensi kunci, program kecakapan
hidup,lingkungan hidup,narkoba dan lain sebagainya yang di rancang. Tetapi tidak
terstruktur sebagai substansi kurikulum substansi instruksional di kelompokan dalm
program normatif, adaptif, dan produktif di rancang dengan pendekatan kompetensi
dan dikemas dalam bentuk modul. Kompetensi kunci adalah suatu kemampuan untuk
mentransfer pengetahuan dan keterampilan kesituasi yang baru, kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan dan jenis pekerjaan . kompetensi
kunci merupakan kompetensi yang mendukung pelaksanaan semua jenis pekerjaan ,
mencakup pengetahuan dan keterampilan yang bersifat generik. jenis kompetensi
kunci yang seperti tercantum dalam table berikut :

Tabel 1 Daftar kompetensi kunci

No Kompetensi kunci

1. Mengumpulkan , menganalisis dan mengorganisasikan data

2. Mengomunikasikan ide dan informasi

3. Merencana dan mengorganisir kegiatan

4. Bekerja dengan orang lain dalam suatu tim

5. Menggunakan idea dan teknik matematika

6. Mengatasi masalah

7. Penggunaan teknologi

8. Pemahaman budaya

D. Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu

Kurikulum dinas digunakan 100% dengan penambahan dan pengurangan hasil


analisis yang disebut responsi. Penambahan dan pengurangan yang terjadi di
sesuaikan dengan prospek industri yang disebut dengan kurikulum implementasi dan
kurikulum alternatif adapun penambahan akan terjadi fokus pada materi normatif dan
adaptif meliputi materi matematika, fisika, kimia, bahasa dipersiapkan bagi mereka
yang akan melanjutkan pendidikan dengan menggunakan prinsip Mastery Learning ,
siswa yang sudah tuntas dengan daya serap lebih dari 80% diberi pengayaan
(enrichmen) sedang siswa yang belum tuntas (daya serap kurang dari 80%) diberi
remedial hingga mencapai taraf tuntas.
E. Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang bisa digunakan pada pembelajaran Kompetensi Keahlian


Teknik Pemesinan yaitu dengan Project Based Learning (PjBL). Dengan memberikan
sebuah proyek yang terstruktur dan relevan dengan materi pembelajaran kepada siswa
.
BAB IV
PENILAIAN PEMBELAJARAN

A. Prinsip dan Pendekatan Penilaian


Penilaian hasil bbelajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dalam kurikulum 2013 didasarkan pada prinsip sebagai berikut:
✓ Objectif, penilaian berbasis pada standar dan tidal dipengaruhi faktor subjectif
penilai
✓ Terpadu, penilaian dilakukan secara terencana dan menyatu padapembelajaran
✓ Ekonomois, dilakukan secara efisiensi dan efektif dalamperencanaannpelaksanaan
dan pelaporan
✓ Transparan, dapat dipertanggung jawabkan pada pihak lain
✓ Edukatif, bersifat mendidik

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam melakukan penilaian yaitu


menggunakan Penilaian Acua Kriteria (PAK) yang didasarkan pada Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan
oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar
(KD) yang akan dicapai, daya dukung dan karakteristik peserta didik.

B. Teknik dan Instrumen Penilaian


Penilaian siswa dapat dilakukan dengan melihat aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Aspek pengetahuan dapat menggunakan teknik ujian secara
teori tertulis maupun lisan. Keterampilan bisa dilakukan penilaian dengan cara
memberikan lembar kerja (Job Sheet) kepada siswa. Aspek sikap bisa dilakukan
dengan cara melihat sikap siswa pada saat melakukan pekerjaan.

C. Pengelolaan dan Teknik Tindak Lanjut Hasil Penilaian


Pengolahan hasil penilaian yaitu dilakukan dengan cara menggabungkan hasil
penilaian aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Apabila siswa telah melewati
KKM maka dilakukan pengayaan. Tapi apabila siswa belum mencapai KKM maka siswa
tersebut dapat melakukan remedial pada aspek tertentu yang nilainya dianggap
kurang.
BAB V
MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

A. Media Pembelajaran
Media merupakan sarana untuk membantu dalam proses belajar mengajar
sehingga akan tercapai tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Hal ini bertujuan
untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan. Media yang
digunakan dalam mata pelajaran produktif Teknik pemesinan yaitu berupa Mesin
Bubut, Mesin Frais dan Perkakas Tangan.

B. Sumber Belajar
Banyak sumber belajar yang digunakan dalam pelajaran produktif diantaranya
yaitu modul, buku sumber, jobsheet bahkan internet.
BAB VI
PENUTUP

Proposal Teaching Factory (TeFa) Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMK


Negeri Widang yang telah tersusun ini akan menjadi acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. Dalam kenyataan
pelaksanaannya membutuhkan kerja sama personil tim dalam urusan kurikulum dan
seluruh warga SMK Negeri Widang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing
– masing maka akan mendukung kelancaran proses pembelajaran dan tercapainya visi,
misi dan tujuan sekolah.

Akhirnya atas kerja sama semua pihak dalam penyusunan dan perencanaan
program kerja ini, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu membimbing
dan meridhoi usaha serta ibadah kita semua.
RENCANA ANGGARAN BIAYA
PENGEMBANGAN TEACHING FACTORY (TEFA)
SMK NEGERI WIDANG
KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN

VOLUME/INDIKATOR
NO URAIAN KEGIATAN BIAYA
PENCAPAIAN
Tersusunnya 7 Aspek sistem TEFa
1. Manajemen
2. Bengkel/Lab
1 Workshop TEFa 3. Pola Pembelajaran Rp. 15.000.000,-
4. Marketing/Promosi
5. Produk-Jasa
6. SDM
7. Hubungan Industri

Adanya dokumen software-


Penyusunan Theaching
Hadware (bahan ajar berbasis Rp. 5.000.000,-
Material
2 TEFa)

Pengadaan Alat Peralatan Terpenuhinya alat peralatan


Rp. 45.000.000,-
Workshop untuk kompetensi TEFa

1. Lay out dan pengecatan


2. Analisis kebutuhan bahan, alat
Revitalisasi Lab/Workshop dan peralatan
3 Std TEFA 3. Set UP SIM Lab/Workshop Rp. 17.000.000,-
4. Penataan Tool & equipment,
Manajemen Maintenance,
Repairing & Calibrating (MRC)

TOT Sistem Penilaian


4 Rp. 3.000.000,-
(WPA) dan sertifikasi

1. Benchmaking
2. M O U
5 Kunjungan Industri 3. Uji keselarsan system dan Rp. 10.000.000,-
Culture
4. Negosiasi
Research
Design
Produksi
6 Investasi Produksi Tahap 1 Uji Produk Rp. 150.000.000,-
Gudang
Marketing
Delevery

Total Rencana Biaya Rp. 250.000.000,-

Widang, 20 Desember 2021


Kepala SMK Negeri Widang

ENDANG TRI BAWANI, M.Pd.


Pembina Tk. I
NIP. 19730314 199802 2 001

Anda mungkin juga menyukai