Anda di halaman 1dari 10

Teaching Factory (TEFA) adalah 

model pembelajaran yang membawa suasana industri ke


sekolah sehingga sekolah bisa menghasilkan produk berkualitas industri.

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya
Manusia Indonesia, maka SMK Negeri 2 Magelang mempunyai komitmen untuk
mewujudkan harapan itu. Instruksi Presiden tersebut antara lain:

1. Menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum dengan industry agar lulusan SMK


kompetensinya sesuai kebutuhan industry (link & match)
2. Meningkatkan jumlah dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMK
3. Meningkatkan kerjasama dengan Kementerian/Lembaga, Pemda, Dunia Usaha
Dunia Industri (DU-DI)
4. Meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK
5. Membentuk kelompok kerja pengembangan SMK (Komunitas Bismen).

Untuk mewujudkan hal itu maka Teaching Factory (TEFA) harus kita gunakan dalam


pembelajaran.  Teaching Factory (TEFA) dapat terlaksana dan wajib dilaksanakan di SMK
jika didukung oleh:

1. Adanya TUK
2. Adanya LSP
3. Jadwal Blok.

Teaching Factory (TEFA) merupakan sebuah konsep pembelajaran yang berorientasi pada


produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri saat ini dan
nanti. Teaching Factory (TEFA) adalah model pembelajaran yang membawa suasana
industri ke sekolah sehingga sekolah bisa menghasilkan produk berkualitas industri.
Dengan proses pembelajaran Teaching Factory (TEFA), peserta didik dapat belajar dan
menguasai keahlian dan keterampilan sesuai dengan kompetensinya masing-masing yang
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standard kerja industri sesungguhnya. Produk-
produk yang dibuat oleh peserta didik sebagai proses belajar pun dapat dipasarkan ke
masyarakat sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi biaya operasional sekolah
untuk praktik pembelajaran.
Supaya Teaching Factory (TEFA) dapat dilaksanakan di SMK Negeri 2 Magelang, maka
untuk Tahun Pelajaran 2020/2021 dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sudah kita
terapkan jadwal blok. Dalam penyusunan jadwal blok digunakan tahapan-tahapan dalam
penyusunanya, yaitu:
1. Analisis struktur kurikulum dan jam pelajaran di SMK Negeri 2 Magelang adalah
dengan menghitung jam pembelajaran mata pelajaran Nasional dan Kewilayahan
(AB) dalam satu minggu:
2. Penentuan Ratio Pembelajaran

Penentuan Blok berdasarkan Ratio Pembelajaran, ratio pembelajaran yang digunakan di


SMK Negeri 2 Magelang adalah 1 : 1, artinya 1 minggu praktik, 1 minggu teori.
 

4. Penyusunan jam pembelajaran struktur implementasi

Penyusunan jam pembelajaran muatan Nasional dan Kewilayahan

5. Penentuan kelompok atau section per-mata pelajaran

Penentuan mata pelajaran pada jadwal blok yang digunakan, sehingga dalam satu hari
peserta didik dapat melaksanakan praktik secara keseluruhan.

6. Analisis kebutuhan peralatan utama dan ruang/area praktik


Menganalisis jumlah kelas dan laboratorium yang akan digunakan dalam pembelajaran
sehingga ruang praktik dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien.
 
Dengan menggunakan jadwal blok dalam kegiatan pembelajaran dengan satu minggu
praktik dan satu minggu teori dapat menunjang konsep pembelajaran teaching factory
(TEFA) yang menggabunggkan teori dengan praktik kerja yang dapat menghasilkan suatu
produk atau jasa berdasarkan pesanan nyata konsumen. Dengan diterapkannya teaching
factory (TEFA) maka peserta didik bisa memiliki skill yang dibutuhkan oleh industri, dan
setelah lulus dari SMK Negeri 2 Magelang, kompetensi peserta didik benar-benar sudah
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh DU-DI dan SMK Negeri 2 Magelang sudah siap
untuk menjawab tantangan industri tersebut salah satunya adalah yang pertama membuat
dan merencanakan  Term of Reference (TOR), untuk rencana lima tahun ke depan apa
yang ingin dicapai oleh masing-masing Kejuruan untuk menciptakan produk jasa sesuai
kompetensinya, yang kedua sedang merintis untuk membuka TUK Public Relation, yang
nantinya di SMK Negeri 2 Magelang dapat di jadikan tempat uji kompetensi untuk Public
Relation. Harapan kedepannya SMK Negeri 2 Magelang semakin maju, unggul dan
lulusannya benar-benar sesuai dengan yang diharapkan oleh DU-DI, terus berkarya dan
berani menjawab tantangan industri saat ini dan dimasa yang akan datang.
PROGRAM TEACHING FACTORY
SMK MUHAMMADIYAH MAJENANG
 
I. Profil
A. Deskripsi Umum Teaching Factory
Nama Unit Kerja: Teaching Factory
Tanggal Berdiri: 10 Juli 2016
Alamat Unit Kerja: Jl. Raya Padangjaya No. 261
Jenis Kerja: Teaching Factory
Produk: Barang dan Jasa
Email: smkmuhammadiyahmajenang@gmail.com
 

B. Riwayat Unit Kerja


Teaching Factory merupakan perpaduan dari pada konsep pembelajaran berbasis
kompetensi dan berbasis produksi (barang dan jasa) yang dibentuk pada tanggal 10
Juli 2016

C. Visi dan Misi Unit Kerja


1. Visi
“Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi standar nasional dan berakhlak
terpuji”

2. Misi
“Menyelenggarakan diklat dengan prinsip kemampuan dan profesionalisme melalui
optimalisasi kerja sama industri dalam rangka meningkatkan mutu serta daya saing
lulusan”

D. Jenis Usaha yang Dikelola


Teaching Factory SMK Muhammadiyah Majenang bergerak di bidang barang dan jasa,
yaitu Pembuatan Lampu LED, Pembuatan Knalpot Sepeda Motor, dan Video Shooting.
Kami memilih usaha di bidang ini karena disesuaikan berdasarkan dengan paket
keahlian yang ada di SMK Muhammadiyah Majenang.

Kegiatan Pasar dan Pemasaran


A. Lingkungan Usaha
Di SMK Muhammadiyah Majenang jenis usaha dibidang barang dan jasa memiliki
peluang yang sangat menjanjikan, karena barang dan jasa adalah kebutuhan primer
manusia, ditambah lagi dengan banyaknya jumlah siswa/i SMK Muhammadiyah
Majenang. Oleh karena itu kami bertekad mengembangkan usaha barang dan jasa
karena ditunjang dari banyaknya peluang dalam mengembangkan jenis usaha ini.

B. Kondisi Pasar
Jika melihat kompetitor-kompetitor yang bergerak dibidang usaha yang sama, memang
sudah cukup banyak. Tetapi, kami menyiasatinya dengan inovasi berbeda dari produk-
produk yang sudah ada. Yaitu, dengan inovasi senyum, salam, sapa, sopan, santun,
cepat, tepat, harga yang ekonomis, dan yang paling penting sehat dan higienis. Dengan
ini, kami yakin produk yang kami miliki mampu bersaing dan laku dipasaran.

C. Rencana Pemasaran
Dengan usaha barang dan jasa yang sudah memiliki pelanggan tetap, maka kami akan
menambah pemasarannya dengan membuat brosur untuk mencari agen yang mau
menjualnya, sehingga akan ada banyak yang membantu untuk mengembangkan usaha
ini, ikut serta dalam suatu event-event (bazaar) yang diadakan dengan mendirikan
stand.

III. Aspek Produksi


A. Alokasi Usaha
Teaching Factory SMK Muhammadiyah Majenang berlokasi di Jl. Raya Padangjaya No.
261 Majenang. Dengan daerah pemasaran yaitu disekitar sekolah – sekolah terkemuka,
dan toto-toko yang dekat dengan lokasi usaha tersebut.

B. Proses Waktu Kegiatan Teaching Factory


Dalam melakukan pekerjaan dilakukan dengan rincian sebagai berikut:
Hari : Senin – Sabtu
Waktu : 07:00 – 16:00 WIB
 

IV. Latar Belakang Teaching Factory SMK Muhammadiyah Majenang


Saat ini pendidikan kejuruan sedang dihadapkan pada pemasalahan yang serius yaitu
belum terserapnya secara optimal lulusan sekolah menengah kejuruan oleh dunia
usaha dan dunia industri. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3
sudah diamanatkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

 Merujuk pada fungsi pendidikan diatas, maka peningkatan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin global. Demikian juga halnya dengan pendidikan
di Majenang yang masih perlu pembenahan. Pendidikan merupakan ujung tombak
dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pihak-pihak yang terlibat
dalam proses pendidikan (Pemda, Orang Tua, Masyarakat dan Instansi Pendidikan /
sekolah) harus berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya
pengembangan tersebut harus terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang
dihasilkan benar – benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia
global.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa SMK adalah lembaga pendidikan yang
berfungsi sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidangnya harus
bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing. Oleh karena itu
peningkatkan sumber daya manusia (skill / keahlian) harus menjadi prioritas utama
dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya.

Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan di Majenang dapat berakibat produktifitas


tenaga kerja terampil di dunia industri semakin terpuruk. Kepercayaan dunia industri
semakin berkurang sehingga lulusan yang terserap juga sedikit. Faktor-faktor
penyebabnya adalah :
1. Kurikulum yang terus berubah menyebabkan kondisi di lembaga pengelola
pendidikan kejuruan semakin terbebani;
2. Belum adanya sumber pembiayaan yang memadai sehingga kebutuhan proses
pendidikan di sekolah tidak maksimal;
3. Rekruitmen guru yang terkesan asal “jadi” dan syarat dengan muatan politis
sehingga tidak sesuai dengan kompetensi /kualitas yang dibutuhkan;
4. Kurangnya kepedulian baik pemda, guru, orang maupun masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Kondisi tersebut secara tidak langsung dapat berakibat lembaga pendidikan kejuruan
tidak siap dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Seharusnya Sebagai lembaga
pendidikan yang mendidik calon tenaga kerja, keunggulan yang dikembangkan oleh
sekolah menengah kejuruan diutamakan pada keunggulan skill Sumber Daya Manusia
(SDM). Untuk mencapai hal tersebut SMK harus memprioritaskan pengembangan
sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan tamatan yang benar-benar
profesional, memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi serta berakar pada
budaya bangsa.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka pendidikan yang paling sesuai
untuk meningkatkan hal tersebut adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia
industri dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. Dunia industri yang merupakan
sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah menengah kejuruan mempunyai
karakter dan nuansa tersendiri. Oleh karena itu lembaga pendidikan kejuruan dalam
proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaraan yang tepat dan
sesuai dengan keinginan dunia industri. Salah satu model pendidikan yang cocok
adalah dengan menerapkan teaching factory dalam proses belajar di SMK.

Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya,


sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan
pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif
merupakan konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan
siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI,
2007).

Program Teaching Factory (TEFA) merupakan perpaduan pembelajaran yang sudah


ada yaitu Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT),
dalam pengertiannya bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill)
dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang
sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar/
konsumen.

Dalam pengertian sederhaa teaching factory adalah pembelajaran berorientasi bisnis


dan produksi. Proses penerapan program teaching factory adalah dengan memadukan
konsep bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang
relevan, misalnya : pada kompetensi ketenagalistrikan melalui kegiatan produksi lampu
LED maka proses pembuatan, dan finishing dikerjakan oleh peserta didik.
Sebagai perwujudan nyata/implementasi UU No. 20 tahun 2003 untuk meningkatkan
kualitas lulusan SMK di Majenang maka sejak tahun 2016 SMK Muhammadiyah
Majenang telah menerapkan konsep teaching factory dalam pembelajaran di sekolah.
Untuk mendukung program ini, SMK Muhammadiyah Majenang bermitra dengan Dunia
Usaha sebagai mitra dalam menunjang keberhasilan Program Teaching Factory.

Program Teaching Factory merupakan langkah positif yang ditawarkan pihak SMK
Muhammadiyah Majenang kepada siswa dan orang tua murid guna mengembangkan
jiwa enterpreneur, dengan harapan tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK)
mampu menjadi aset daerah dan bukan menjadi beban daerah Majenang.

Teaching factory merupakan suatu konsep pembelajaran pada tingkat yang


sesungguhnya, untuk itu ada beberapa elemen penting dalam teaching factory yang
perlu dikembangkan yaitu :

1) Standar Kompetensi
Standar kompetensi yang digunakan dalam pelaksanaan teaching factory adalah
kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri. Dengan pengajaran
yang berbasis kompetensi pada industri diharapkan siswa siap menghadapi tuntutan
kebutuhan dunia industri.

2) Peserta didik
Penggolongan peserta didik / siswa dalam proses teaching factory adalah berdasarkan
kualitas akademis dan bakat/minat. Siswa dengan kualitas yang seimbang antara
akademis dan ketrampilan bakat/minat memperoleh prosentase yang besar untuk
masuk dalam program ini. Siswa yang kurang dalam dua hal tersebut
direkomendasikan untuk mengambil bagian yang termudah.

3) Media belajar
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses teaching factory menggunakan
pekerjaan produksi sebagai media untuk proses pembelajaran. Pekerjaan Produksi
dapat berupa industrial order atau standard products. Produk ini harus dipahami terlebih
dahulu oleh instruktur sebagai media untuk pengembangan kompetensi melalui fungsi
produk, dimensi, toleransi, dan waktu penyelesaian.

4) Perlengkapan dan Peralatan (Toolkit)


Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Pemeliharaan perlengkapan dan peralatan yang maksimal;


2. Investasi untuk kegiatan teaching factory;
3. Manfaatkan untuk memfasilitasi pengembangan kompetensi siswa bersamaan
dengan penyelesaian pekerjan “Production” pada tingkat kualitas terbaik;
4. Pengawasan atas peralatan dan perlengapan yang sudah tidak efektif untuk
kecepatan dan ketelitian proses produksi.
5) Instruktur/Pengajar
Instruktur / pengajar adalah mereka yang memiliki kualifikasi akademis dan juga
memiliki pengalaman industri. Dengan demikian mereka mampu mentransformasikan
pengetahuan dan “know how” sekaligus men”supervisi” proses untuk dapat menyajikan
“finished products on time”.

6) Penilaian Prestasi Belajar


Dalam penilaian prestasi belajar, teaching factory menilai siswa yang berkompeten
melalui “penyelesaian produk”. Standar penilaian yang digunakan harus mengacu
kepada pabrik yang mengeluarkan komponen / peralatan.

7) Pengakuan Kompetensi
Teaching Factory menilai kompetensi siswa menggunakan National Competency
assessment, dimana asesor bersertifikat melakukan observasi pada kemampuan siswa
dalam menyelesaikan tugas pekerjaan di bawah badan standar kompetensi nasional.
Guna mendukung program teaching factory maka SMK Muhammadiyah Majenang telah
menyiapkan berbagai unsur penunjang diantaranya :

Instruktur/guru yang akan mendampingi kegiatan teaching factory adalah guru-guru


SMK Muhammadiyah Majenang yang telah berserifikat sebagai assesor sesuai dengan
bidang keahliannya masing-masing.

Berkenaan dengan teaching factory, SMK Muhammadiyah Majenang bersedia


bekerjasama dengan SMK-SMK baik negeri maupun swasta di Majenang yang
berkeinginan mengembangkan teaching factory dalam proses pembelajaran di SMK,
semoga melalui teaching factory ini dapat memberikan bekal siswa SMK supaya
mereka dapat menjadi SDM yang berkompeten dalam bidangnya dan pada akhirnya
“alumni SMK” dapat terserap oleh dunia usaha dan industri.
Pelaksanaan Model pembelajaran Teaching Factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK
terbagi atas 4 model, dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan
TEFA. Adapun model tersebutadalah sebagai berikut:
 
Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan adalah pola pembelajaran
kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based
training.
 
Model kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan
keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada model ini,
penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
 
Model ketiga,Production Based Education and Training(PBET) merupakan pendekatan
pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat
dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang
dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat).
 
Model keempat, Teaching Factoryadalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa)
melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan
pasar.
 
Tujuan penerapan Model pembelajaran Teaching Factory di SMK
Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;
Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;
Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing;
Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;
Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta
membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga
dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
 
Tujuan yang selaras tentang Model pembelajaran Teaching Factory(Sema E. Alptekin, Reza
Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah sebagai berikut.
Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur
moderen sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri;
Meningkatkan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur
moderen;
Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu;
Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada
aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.
 
Sintaksis Model pembelajaran Teaching Factory
Atas dasar uraian di atas, sintaksis Model pembelajaran Teaching Factory dapat menggunakan
sintaksis PBET/PBT ata udapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly - San Luis
Obispo USA ( Sema E. Alptekin : 2001) dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan
kompetensi keahlian :
 
1. Merancang produk
Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/cipta resep atau produk kebutuhan
sehari-hari (consumer goods)/merancang pertunjukankontemporer dengan menggambar/membuat
scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.
2. Membuat prototype
Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.
3. Memvalidasi dan memverifikasi prototype
Peserta didik melakukan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data spesifikasi dari
prototype/kreasi baru/tester yang dibuat untuk mendapatkan persetujuan layak
diproduksi/dipentaskan.
4. Membuat produk masal
Peserta didik mengembangkan jadwaldan jumlah produk/pertunjukan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
 
Dadang Hidayat (2011) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengembangkan langkah-
langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.
1. Menerima order
Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan
pemberi order berkaitan dengan pesanan/layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif
dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order seperti contoh: pada gerai perbaikan
Smart Phone atau reservasi kamar hotel.
2. Menganalisis order
Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order
baik berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi,
bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.
3. Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan
kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.
4. Mengerjakan order
Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis
order. Siswasebagai pekerja harus menaati prosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus
menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda
kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan
5. Mengevaluasi produk
Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter
benda kerja/layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan
atau spesifikasi pada service manual.
6. Menyerahkan order
Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan
spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.
 
Demikian info model pembelajaran Model Pembelajaran Teaching Factory yang disarikan dari
materi pelatihan K13 jenjang SMK.

Anda mungkin juga menyukai