Anda di halaman 1dari 19

7

ANALISIS KEBUTUHAN PERLENGKAPAN BENGKEL


OTOMOTIF SESUAI PERSYARATAN STANDAR
BSNP

Willy Artha Wirawan


Universitas Negeri Malang
Email : willymadiun93@gmail.com

ABSTRAK : Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat


kelengkapan bengkel otomotif SMK Negeri di Kota Malang. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Peneliti menggunakan teknik observasi checklist, wawancara tidak terstruktur dan
dokumentasi dalam pengumpulan data dan dianalisis dengan statistik deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari SMK Negeri di Kota Malang yang
mempunyai laboratorium bengkel otomotif yang baik menurut data Dinas Pendidikan
Kota Malang yaitu terdiri dari tiga SMK Negeri yang dipilih dan diambil sebagai
sampel. Berdasarkan penelitian dan analisis data secara keseluruhan simpulan hasil
penelitian sebagai berikut. (1) Tingkat kelengkapan peralatan bengkel di SMK Negeri
kota Malang masuk dalam kategori lengkap (69%). (2) tingkat kesesuaian area kerja di
SMK Negeri Kota Malang masuk dalam kategori cukup lengkap (47%). Yang telah
mengarah berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Permendiknas No.
40 tahun 2008.

Kata Kunci : Analisis Kebutuhan Bengkel, Perlengkapan Bengkel Otomotif. Standar


BSNP

Kualitas kehidupan bangsa dalam mempersiapkan para siswanya


sangat ditentukan oleh faktor agar memiliki kompetensi yang dapat
pendidikan, oleh karenanya faktor dijadikan bekal untuk bekerja, baik
pendidikan sangatlah penting untuk bekerja secara mandiri maupun bekerja
menciptakan kehidupan yang cerdas, pada pihak lain untuk mengisi
damai, terbuka, dan demokratis. Di lowongan kerja yang ada. Oleh karena
samping itu, kualitas pendidikan yang itu, arah pengembangan Pendidikan
terus meningkat serta kemajuan ilmu Menengah Kejuruan diorientasikan
pengetahuan dan teknologi untuk pada pemenuhan permintaan pasar
memenuhi kebutuhan di masyarakat kerja. Sekolah Menengah Kejuruan
yang semakin berkembang menuntut (SMK) sebagai salah satu institusi yang
dunia pendidikan nasional melakukan menyiapkan tenaga kerja dituntut
upaya pembaharuan untuk menuju mampu menghasilkan lulusan
pendidikan yang kompetitif dan sebagaimana yang diharapkan oleh
inovatif. dunia kerja (Dikmenjur, 2004:15).
Pendidikan Menengah Kejuruan Dalam memilih substansi
mempunyai peran yang sangat penting pelajaran yang ada, sekolah kejuruan
2

diharuskan senantiasa mengikuti dapat ditata dan berfungsi secara


perkembangan dari ilmu pengetahuan optimal.
serta teknologi, kebutuhan masyarakat, Sehubungan dengan ini Sonhadji
dunia usaha, dan industri (Nolker dan (2002) yang dikutip oleh Slamet
Soenfeldt 1983). (2010:110), melakukan studi dalam
Sonhadji (2002:5) yang dikutip bidang teknologi dan temuannya adalah
oleh Slamet (2010:110), menyatakan sebagai berikut: (1) pengorganisasian
bahwa terdapat tiga karakteristik utama fasilitas laboratorium pada aspek-aspek
dalam pendidikan teknik yang perlu tata ruang, pengendalian alat, bahan,
diperhatikan penyelenggaraannya, yaitu dan keselamatan kerja pada umumnya,
(1) penekanan pada ranah psikomotorik, (2) pengorganisasian fasilitas
(2) penyesuaian dengan perkembangan laboratorium pada aspek kondisi
teknologi, dan (3) orientasi pada bidang lingkungan kerja, serta sistem
pekerjaan. Pembelajaran teknik pemeliharaan, perbaikan, dan
memiliki karakteristik tersendiri yaitu pergantian peralatan, sebagian besar
penekanan pada ranah psikomotorik, kurang memadai, (3) kualitas
maka peningkatan pada motorik harus pengorganisasian fasilitas antara
terus dilakukan dengan cara melengkapi laboratorium teknik mesin pada
sarana dan prasarana dalam perguruan tinggi negeri dan swasta
meningkatkan ketrampilan terdapat perbedaan, dan (4) kualitas
praktik/kompetensi siswa. Secara lebih pengorganisasian fasilitas antara
spesifik tentang pengembangan laboratorium teknik mesin dengan
keterampilan praktik ditempuh dengan karakteristik personil pengelola yang
berbagai langkah strategis antara lain bervariasi tidak terdapat perbedaan.
mengelola dan melengkapi sarana dan Hasil penelitian ini juga memperkuat
prasarana bangunan sekolah, bengkel, penelitian sebelumnya pada sebuah
dan laboratorium. perguruan tinggi teknik yang dilakukan
Bengkel pengajaran atau oleh Sonhadji dan kawan-kawan, yang
laboratorium pengajaran adalah menyatakan bahwa keadaan ruang
kombinasi antara lembaga dan sekolah praktikum rerata belum memenuhi
sehingga pendidikan kejuruan syarat, sedangkan proses pengadaan alat
mempunyai fasilitas laborartorium sama dan bahan sering juga mengalami
dengan yang terdapat dalam industri kesulitan.
atau pabrik (Nolker dan Schoenfeldt, Badan Akreditasi Nasional
1983:111). Laboratorium yang baik (BAN) di Malang melihat bahwa masih
adalah suatu ruangan untuk kegiatan banyak SMK yang belum memiliki
praktik atau penelitian yang ditunjang laboratorium yang layak untuk
oleh peralatan dan infrastruktur kebutuhan siswa. Sehingga ada
laboratorium lengkap. Semua kegiatan kekhawatiran dari BAN, sekolah-
di laboratorium memerlukan sekolah tersebut akan menjadi sekolah
administrasi yang teratur dan sastra (Radar Malang, Mei 2009). Hal
terorganisir, sehingga laboratorium tersebut tampaknya juga terjadi pada
3

laboratorium/bengkel di sebagian SMK Mencermati permasalahan


Teknik Mekanik Otomotif di Kota tersebut di atas, kiranya sangatlah
Malang. penting dan mendesak untuk dilakukan
Kenyataan menunjukkan penelitian lebih lanjut tentang
tingginya ketimpangan kualitas kebutuhan perlengkapan bengkel SMK,
pendidikan di Indonesia, termasuk di dengan judul Analisis kebutuhan
SMK. Tidak semua SMK benar-benar perlengkapan bengkel otomotif sesuai
mampu menyediakan bengkel kerja persyaratan standar BSNP.
yang layak, modern, dan dapat
membangun kerjasama yang kuat METODE
dengan dunia kerja. Guru-guru SMK
juga sering kali ketinggalan dalam Penelitian ini menggunakan
menguasai keahlian agar sesuai dengan pendekatan kuantitatif dengan metode
perkembangan zaman. Banyak penelitian survey diskriptif. Survey
pendidikan SMK dijalankan seadanya deskriptif merupakan metode penelitian
yang pada akhirnya hanya dapat yang dimaksudkan untuk
menghasilkan lulusan tanpa memiliki menggambarkan informasi mengenai
kompetensi yang memadai (Kompas, keadaan/gejala, peristiwa, dan kondisi
Juli 2008). aktual masa sekarang.
Begitu pula yang tertulis pada Menurut Sugiyono (2013:207)
Pena Pendidikan (Sept. 2008) yang Metode survey digunakan untuk
dikutip oleh Slamet (2010:110), yang mendapatkan data dari tempat tertentu
menegaskan bahwa pada kenyataannya yang alamiah, tetapi peneliti melakukan
peralatan untuk praktik sarana perlakuan dalam pengumpulan data,
disejumlah sekolah menengah kejuruan misalnya dengan mengedarkan
masih minim. Selain jumlah kuesioner, test, wawancara terstruktur,
peralatannya terbatas, peralatan yang dan sebagainya.
tersedia juga sudah tidak sesuai dengan Dasar pertimbangan
keadaan sekarang sehingga tidak sesuai digunakannya rancangan survey karena
standar industri atau dunia usaha. jenis penelitian ini memberikan
Di tengah kebijakan pemerintah gambaran atau uraian atas sesuatu
untuk meningkatkan jumlah SMK, keadaan sejelas mungkin tanpa ada
persoalan mutu pendidikan dijenjang perlakuan terhadap yang diteliti. Oleh
SMK masih menghadapi permasalahan. karena itu penelitian ini termasuk jenis
Pasalnya, pendidikan yang berfokus penelitian deskriptif. Penelitian ini
untuk menyiapkan tenaga kerja terampil bertujuan untuk mengetahui atau
ditingkat menengah ini justru menggambarkan suatu keadaan
menghadapi kendala dalam penyediaan fenomena. Yang dimaksudkan
peralatan praktik kerja. Sekitar 55% fenomena hal ini adalah perlengkapan
peralatan praktik di SMK kondisinya bengkel otomotif SMK, karena
berada di bawah Standar Sarana perlengkapan bengkel otomotif SMK
Nasional (Kompas, Januari 2009). menjadi faktor utama keberhasilan
4

dalam memelihara dan memperbaiki Peneliti menggunakan Instrumen


kendaraan. Sesuai dalam penelitian ini observasi dalam bentuk checklist
partisipasinya adalah guru, siswa, dan terstandar berdasarkan standar BSNP
alumni SMK yang bekerja di bengkel (Badan Standar Nasional Pendidikan).
otomotif SMK. Karena merupakan Penelitian dilakukan pada peralatan
subyek yang berhubungan langsung sarana prasarana bengkel otomotif yang
dengan pelaksanaan pemeliharaan terdiri dari peralatan khusus, alat ukur,
kendaraan. Oleh karena itu peneliti alat tangan, alat umum, trainer unit,
berkeinginan untuk mengeksplorasi hal- prabot, dan area bengkel otomotif.
hal yang berhubungan dengan Checklist disebarkan ke dua orang
perlengkapan peralatan bengkel sumber data yang menjadi subyek
program teknik mekanik otomotif yang penelitian, antara lain kepala bengkel
nantinya akan disimpulkan dalam otomotif atau laboran bengkel otomotif
bentuk persentase. yang berada di SMK Negeri di Kota
Malang.
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua perlengkapan bengkel HASIL DAN PEMBAHASAN
laboratorium otomotif yang ada di
SMK Negeri Kota Malang. Sampel Penelitian yang dilakukan pada
yang diambil dari subyek penelitian bengkel mekanik otomotif SMK Negeri
populasi berjumlah 3 SMK Negeri di di Kota Malang dapat diperoleh dengan
Kota Malang yang memiliki program hasil sebagai berikut :
keahlian teknik mekanik otomotif
Kelengkapan Peralatan Bengkel
dengan akreditasi baik menurut data
Otomotif di SMKN 6 Malang
pedoman lembaga Dinas Pendidikan
Kota Malang yaitu terdiri dari SMK Tingkat kelengkapan peralatan
Negeri 6, SMK Negeri 10, dan SMK bengkel otomotif di SMK Negeri 6 Kota
Negeri 12 Malang dengan teknik Malang dapat dilihat pada Gambar 1
pengambilan sampel Proportionate
Stratified Random Sampling.
5

100%
ALAT KHUSUS
PRESENTASE KELENGKAPAN

80% ALAT UKUR MEKANIK


ALAT UKUR ELEKTRIK
60%
ALAT TANGAN
40% ALAT KESELAMATAN KERJA
TRAINER UNIT
20%
PERABOT
% BAHAN
GRAFIK KELENGKAPAN BENGKEL OTOMOTIF DI SMKN 6
MALANG

Berdasarkan Gambar 1 dapat (2) Alat-alat ukur mekanik pada standar


diketahui bahwa tingkat kelengkapan BSNP berjumlah 60 set. Di lapangan
peralatan bengkel otomotif yang berada keberadaan alat ukur mekanik
di SMK Negeri 6 Kota Malang secara berjumlah 79 set. 45 set peralatan dalam
keseluruhan dapat dikatakan lengkap keadaan baik, 30 set peralatan dalam
dengan persentase perolehan nilai 70% keadaan rusak ringan, dan 10 set
yang artinya bengkel tersebut memiliki peralatan mengalami rusak berat. Jadi
peralatan yang lengkap apabila presentase rata-rata kelengkapan
digunakan praktik. peralatan 68% dengan kategori lengkap.
Beberapa kelengkapan Sedangkan peralatan yang masih harus
peralatan yang masuk dalam kategori dipenuhi dan ditambahkan antara lain
tidak lengkap dan harus segera dipenuhi pengukur sudut buka throttle, coil
di SMK Negeri 6 Malang antara lain : spring tester, dan oil tester. (3) Alat-alat
(1) Alat-alat khusus (Special Service ukur elektrik/tune-up pada standar
Tools) pada standar BSNP berjumlah 70 BSNP berjumlah 32 set. Di lapangan
set. Di lapangan keberadaan alat-alat keberadaan peralatan ukur elektrik/tune-
khusus berjumlah 41 set. 29 set up berjumlah 64 set. 26 set peralatan
peralatan dalam keadaan baik, 10 set dalam keadaan baik, 22 set peralatan
peralatan dalam keadaan rusak ringan, dalam keadaan rusak ringan, dan 16 set
dan 2 set peralatan mengalami rusak peralatan mengalami rusak berat. Jadi
berat. Jadi persentase rata-rata presentase rata-rata kelengkapan
kelengkapan peralatan 43% dengan peralatan 85% dengan kategori sangat
kategori lengkap. Sedangkan peralatan lengkap. (4) Alat-alat tangan dan alat
yang masih harus dipenuhi dan umum pada standar BSNP berjumlah
ditambahkan antara lain bearing 183 set. Di lapangan keberadaan
splitter, bearing replacer, kunci filter peralatan tangan dan peralatan umum
oil, valve spring compressor, hollow berjumlah 352 set. 137 set peralatan
punch, dan piston ring groove cleaner. dalam keadaan baik, 174 set peralatan
6

dalam keadaan rusak ringan, dan 41 set lengkap. (7) Jumlah perabot pada
peralatan mengalami rusak berat. Jadi standar BSNP berjumlah 61 buah. Di
persentase rata-rata kelengkapan lapangan keberadaan perabot berjumlah
peralatan 73% dengan kategori lengkap. 17 buah. 13 buah perabot dalam
Sedangkan peralatan yang masih harus keadaan baik, 1 perabot dalam keadaan
dipenuhi dan ditambahkan antara lain rusak ringan dan 3 buah perabot dalam
ratchet handle, speed handle, sliding keadaan rusak berat. Jadi persentase
handle, obeng offset, dan tang potong rata-rata kelengkapan perabot 67%
(5) Alat-alat keselamatan kerja pada dengan kategori lengkap. Sedangkan
standar BSNP berjumlah 25 set. Di perabotan yang masih harus dipenuhi
lapangan keberadaan peralatan dan ditambahkan antara lain meja kerja
keselamatan kerja berjumlah 30 set. 20 dan kotak P3K. (8) Tingkat
set peralatan dalam keadaan baik, 5 set kelengkapan bahan praktikum
peralatan dalam keadaan rusak ringan, didapatkan hasil dengan persentase rata-
dan 5 set peralatan mengalami rusak rata kelengkapan 61% dengan kategori
berat. Jadi persentase rata-rata lengkap yang artinya persediaan bahan
kelengkapan peralatan 88% dengan tersebut masih ada dalam keadaan
kategori sangat lengkap. (6) Alat-alat lengkap.
trainer pada standar BSNP berjumlah
Kelengkapan Peralatan Bengkel
24 unit. Di lapangan keberadaan
Otomotif di SMKN 10 Malang
peralatan trainer berjumlah 22 unit. 19
unit trainer dalam keadaan baik dan 5 Tingkat kelengkapan peralatan
unit trainer mengalami rusak ringan. bengkel otomotif di SMK Negeri 10
Jadi persentase rata-rata kelengkapan Kota Malang dapat dilihat pada Gambar
peralatan 79% dengan kategori sangat 2

120%
ALAT KHUSUS
PRESENTASE KELENGKAPAN

100% ALAT UKUR MEKANIK


80% ALAT UKUR ELEKTRIK
ALAT TANGAN
60%
ALAT KESELAMATAN KERJA
40% TRAINER UNIT

20% PERABOT
BAHAN
%
GRAFIK KELENGKAPAN BENGKEL OTOMOTIF DI SMKN 10
MALANG
7

Berdasarkan Gambar 2 dapat peralatan dalam keadaan baik, 3 set


diketahui bahwa tingkat kelengkapan peralatan dalam keadaan rusak ringan,
peralatan bengkel otomotif yang berada dan 12 set peralatan mengalami rusak
di SMK Negeri 10 Kota Malang secara berat. Jadi persentase rata-rata
keseluruhan dapat dikatakan lengkap kelengkapan peralatan 62% dengan
dengan persentase perolehan nilai 65% kategori lengkap. Sedangkan peralatan
yang artinya bengkel tersebut memiliki yang masih harus dipenuhi dan
peralatan yang lengkap apabila ditambahkan antara lain petrol engine
digunakan praktik. timing light dan diesel engine timing
Beberapa kelengkapan light. (4) Alat-alat tangan dan alat
peralatan yang masuk dalam kategori umum pada standar BSNP berjumlah
tidak lengkap dan harus segera dipenuhi 183 set. Di lapangan keberadaan
di SMK Negeri 10 Malang antara lain : peralatan berjumlah 179 set. 129 set
(1) Alat-alat khusus (Special Service peralatan dalam keadaan baik, 34 set
Tools) pada standar BSNP berjumlah 70 peralatan dalam keadaan rusak ringan,
set. Di lapangan keberadaan alat-alat dan 15 set peralatan mengalami rusak
khusus berjumlah 22 set seluruhnya berat. Jadi persentase rata-rata
dalam keadaan baik. jadi persentase kelengkapan peralatan 72% dengan
rata-rata kelengkapan peralatan 32% kategori lengkap. Sedangkan peralatan
dengan kategori cukup lengkap. yang masih harus dipenuhi dan
Sedangkan peralatan yang masih harus ditambahkan antara lain speed handle,
dipenuhi dan ditambahkan antara lain sliding handle, gasket scraper, dan
bearing splitter, kunci nepal, hollow spare part trolly. (5) Alat-alat
punch, piston ring compressor, piston keselamatan kerja pada standar BSNP
ring expander, piston ring groove dan berjumlah 25 set. Di lapangan
impact. (2) Alat-alat ukur mekanik pada keberadaan peralatan berjumlah 29 set.
standar BSNP berjumlah 60 set. Di 23 set peralatan dalam keadaan baik, 4
lapangan keberadaan alat ukur mekanik set peralatan dalam keadaan rusak
berjumlah 59 set. 35 set peralatan dalam ringan, dan 2 set peralatan mengalami
keadaan baik, 11 set peralatan dalam rusak berat. Jadi persentase rata-rata
keadaan rusak ringan, dan 13 set kelengkapan peralatan 97% dengan
peralatan mengalami rusak berat. Jadi kategori sangat lengkap. (6) Alat-alat
persentase rata-rata kelengkapan trainer pada standar BSNP berjumlah
peralatan 56% dengan kategori lengkap. 24 unit. Di lapangan keberadaan
Sedangkan peralatan yang masih harus peralatan trainer berjumlah 19 unit. 14
dipenuhi dan ditambahkan antara lain unit trainer dalam keadaan baik dan 5
pengukur sudut buka throttle, coil unit trainer mengalami rusak berat. Jadi
spring tester, oil tester, dan straight persentase rata-rata kelengkapan
edge. (3) Alat-alat ukur elektrik/tune-up peralatan 58% dengan kategori lengkap.
pada standar BSNP berjumlah 32 set. Di Sedangkan peralatan yang masih harus
lapangan keberadaan peralatan ukur dipenuhi dan ditambahkan antara lain
elektrik/tune-up berjumlah 38 set. 23 set engine life diesel 4 tak dan engine dead
8

diesel 4 tak. (7) Jumlah perabot pada tersebut masih ada dalam keadaan
standar BSNP berjumlah 61 buah. Di lengkap.
lapangan keberadaan perabot berjumlah
Kelengkapan Peralatan Bengkel
20 buah. 14 buah perabot dalam
Otomotif di SMKN 12 Malang
keadaan baik dan 6 buah perabot dalam
keadaan rusak ringan. Jadi persentase Tingkat kelengkapan peralatan
rata-rata kelengkapan perabot 79% bengkel otomotif di SMK Negeri 12
dengan kategori sangat lengkap. Kota Malang dapat dilihat pada Gambar
Sedangkan perabotan yang masih harus 3
dipenuhi dan ditambahkan antara lain
meja kerja dan kursi kerja. (8) Tingkat
kelengkapan bahan praktikum
didapatkan hasil dengan persentase rata-
rata kelengkapan 64% dengan kategori
lengkap yang artinya persediaan bahan

120%
ALAT KHUSUS
PRESENTASE KELENGKAPAN

100%
ALAT UKUR MEKANIK
80% ALAT UKUR ELEKTRIK
ALAT TANGAN
60%
ALAT KESELAMATAN KERJA
40% TRAINER UNIT
PERABOT
20%
BAHAN
%
GRAFIK KELENGKAPAN BENGKEL OTOMOTIF DI SMKN
12 MALANG

Berdasarkan Gambar 3 dapat Beberapa kelengkapan


diketahui bahwa tingkat kelengkapan peralatan yang masuk dalam kategori
peralatan bengkel otomotif yang berada tidak lengkap dan harus segera dipenuhi
di SMK Negeri 12 Kota Malang secara di SMK Negeri 12 Malang antara lain :
keseluruhan dapat dikatakan sangat (1) Alat-alat khusus (Special Service
lengkap dengan persentase perolehan Tools) pada standar BSNP berjumlah 70
nilai 72% yang artinya bengkel tersebut set. Di lapangan keberadaan peralatan
memiliki peralatan yang sangat lengkap berjumlah 54 set. 47 set peralatan
apabila digunakan praktik. dengan keadaan baik, 4 set peralatan
dalam keadaan rusak ringan, dan 3 set
9

peralatan mengalami rusak berat. Jadi 23 set peralatan dalam keadaan baik dan
persentase rata-rata kelengkapan 1 set peralatan dalam keadaan rusak
peralatan 68% dengan kategori lengkap. ringan. Jadi persentase rata-rata
Sedangkan peralatan yang masih harus kelengkapan peralatan 67% dengan
dipenuhi dan ditambahkan antara lain kategori lengkap. Sedangkan peralatan
coil spring compressor. (2) Alat-alat yang masih harus dipenuhi dan di
ukur mekanik pada standar BSNP tambahkan antara lain car lift dan baby
berjumlah 60 set. Di lapangan crane. (6) Alat-alat trainer pada standar
keberadaan alat ukur mekanik BSNP berjumlah 24 unit. Di lapangan
berjumlah 65 set. 52 set peralatan dalam keberadaan peralatan trainer berjumlah
keadaan baik, 11 set peralatan dalam 14 unit dalam keadaan baik semua. Jadi
keadaan rusak ringan, dan 2 set persentase rata-rata kelengkapan
peralatan mengalami rusak berat. Jadi peralatan 58% dengan kategori lengkap.
persentase rata-rata kelengkapan Sedangkan peralatan yang masih harus
peralatan 80% dengan kategori sangat dipenuhi dan ditambahkan antara lain
lengkap. Sedangkan peralatan yang engine dead bensin 4 tak, engine life
masih harus dipenuhi dan ditambahkan diesel 4 tak dan engine dead diesel 4
antara lain coil spring tester dan tak. (7) Jumlah perabot pada standar
straight edge. (3) Alat-alat ukur BSNP berjumlah 61 buah. Di lapangan
elektrik/tune-up pada standar BSNP keberadaan perabot berjumlah 46 buah.
berjumlah 32 set. Di lapangan 18 buah perabot dalam keadaan baik, 24
keberadaan peralatan berjumlah 31 set. perabot dalam keadaan rusak ringan dan
26 set peralatan dalam keadaan baik dan 5 buah perabot mengalami rusak berat.
5 set peralatan dalam keadaan rusak Jadi persentase rata-rata kelengkapan
ringan. Jadi persentase rata-rata perabot 77% dengan kategori sangat
kelengkapan peralatan 74% dengan lengkap. Sedangkan perabotan yang
kategori lengkap. Sedangkan peralatan masih harus dipenuhi dan ditambahkan
yang masih harus dipenuhi dan antara lain kursi kerja dan kotak P3K.
ditambahkan antara lain diesel engine (8) Tingkat kelengkapan bahan
timing light dan scantool. (4) Alat-alat praktikum didapatkan hasil dengan
tangan dan alat umum pada standar persentase rata-rata kelengkapan 61%
BSNP berjumlah 183 set. Di lapangan dengan kategori lengkap yang artinya
keberadaan peralatan berjumlah 198 set. persediaan bahan tersebut masih ada
177 set peralatan dalam keadaan baik, dalam keadaan lengkap.
19 set peralatan dalam keadaan rusak Bila ditinjau secara keseluruhan,
ringan, dan 2 set peralatan mengalami persentase tingkat kelengkapan
rusak berat. Jadi persentase rata-rata peralatan praktik bengkel otomotif di
kelengkapan peralatan 98% dengan Kota Malang berdasarkan standar yang
kategori sangat lengkap. (5) Alat-alat telah ditentukan, maka hasil yang
keselamatan kerja pada standar BSNP dicapai adalah 69%, maka menurut
berjumlah 25 set. Di lapangan BAN (2009) capaian nilai tersebut
keberadaan peralatan berjumlah 24 set. masuk dalam kategori lengkap.
10

Sarana yang memadai yang harus diperhatikan dengan sebaik


merupakan suatu keawajiban yang harus mungkin tidak hanya menyesuaikan
dipenuhi sekolah sehingga dapat dengan kalender akademik, tetapi juga
meningkatkan kualitas lulusanya. harus memperhatikan jumlah peserta
Calhoun dan Finch (1982) yang dikutip didik, ketersediaan jumlah peralatan
oleh Sonhadji (2014) mendefinisikan serta jumlah ruangan yang digunakan.
pendidikan kejuruan sebagai program Perencanaan penjadwalan juga
pendidikan terorganisasi secara dilaksanakan agar tidak terjadinya
langsung berkaitan dengan penyiapan benturan jadwal penggunaan bengkel,
individu memasuki dunia kerja, dengan adanya penjadwalan sekolah
sehingga sarana prasarana yang dapat menemukan metode penjadwalan
menunjang sangat diperlukan untuk penggunaan bengkel yang sesuai.
memudahkan siswa dalam (Direktorat Pendidikan Menengah
berlangsungnya kegiatan pembelajaran Kejuruan 2003).
serta dapat meningkatkan kualitas Sesuai dengan standar yang
belajar siswa yang akan memberikan ditentukan Direktorat Pendidikan
hasil yang optimal terhadap hasil belajar Menengah Kejuruan (2003), satu
siswa. rombongan belajar yang terdiri dari 36
Seperti yang dilakukan peneliti siswa, standar untuk peralatan dan
sebelumnya yang dilakukan oleh Rezal bahan ialah 6 alat dan 6 bahan. pada
(2013) tentang pengaruh hasil belajar kenyataanya dilapangan rombongan
siswa terhadap kelengkapan sarana belajar dalam kegiatan praktik di
prasarana yang mengungkapkan bahwa, bengkel mencapai 40 siswa. jadi
sarana yang memadai dapat sekolah harus segera melakukan
memudahkan siswa dalam kegiatan pembenahan agar peralatan yang
pembelajaran sehingga dapat dinyatakan belum lengkap segera
meningkatkan kualitas belajar siswa terpenuhi.
yang nantinya memberikan hasil yang Untuk mengatasi jumlah siswa
optimal terhadap hasil belajar siswa, yang terlalu banyak dengan peralatan
sedangkan sarana prasarana yang praktik yang ada, guru harus benar-
kurang memadai dapat memberikan benar pandai dalam memanfaatkan
dampak buruk bagi siswa yang harus ketersediaan peralatan agar siswa dapat
segera dicari jalan keluarnya dalam belajar dengan optimal, agar
kegiatan pembelajaran. Salah satu cara ketersediaaan sarana prasarana dapat
untuk mengatasi ketersediaan peralatan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
praktik yang masih kurang adalah oleh para siswa maka perlu adanya
dengan menggunakan metode-metode penyusunan jadwal yang disesuaikan
penjadwalan penggunaan bengkel yang dengan jumlah pengguna.
tepat agar kesesuaian antara jumlah
Kesesuaian Area Kerja Bengkel
peserta didik dengan tersedianya sarana
Otomotif di SMKN 6 Malang
prasarana yang ada. Dalam proses
perencanan penjadwalan hal penting
11

Kesesuaian luas area kerja Negeri 6 kota Malang dapat dilihat pada
bengkel otomotif yang berada di SMK Gambar 4

60%
PRESENTASE KELENGKAPAN

50%
Area kerja mesin otomotif
40%
Area kerja kelistrikan
30%

20% Area kerja chasis pemindah tenaga


10%
Area kerja instruktur
0%
Area kerja bengkel otomotif di SMKN 6 Malang

Berdasarkan Gambar 4 BSNP. Akan tetapi, dari data di


mengenai kesesuaian area kerja bengkel lapangan menunjukkan bahwa
otomotif di SMKN 6 Malang dapat rombongan belajar yang menggunakan
disimpulkan bahwa persentase bengkel tersebut mencapai 40 siswa
ketercapaian luas area kerja bengkel berarti bahwa rasio luasnya 3 m2/peserta
otomotif secara keseluruhan didik. Hal ini menunjukkan bahwa rasio
memperoleh persentase nilai rata-rata belum memenuhi jika dibandingkan
34% dan dapat dikatakan cukup dengan standar BSNP yaitu 6
memadai. m2/peserta didik. Dengan demikian
Beberapa area kerja yang harus dapat disimpulkan bahwa kesesuaian
segera dipenuhi di SMK Negeri 6 tersebut masuk kategori cukup memadai
Malang antara lain : (1) Luas area kerja dengan persentase kesesuaian 50%. (2)
mesin otomotif, jika dibandingkan Luas area kerja kelistrikan otomotif,
standar BSNP yang terdapat pada jika dibandingkan standar BSNP yang
Permendiknas No. 40 tahun 2008 terdapat pada Permendiknas No. 40
menunjukkan luas area menurut standar tahun 2008 menunjukkan luas area
adalah 96 m2 dengan panjang 12 m dan menurut standar adalah 48 m2 dengan
lebar 8 m, sedangkan keadaan panjang 8 m dan lebar 6 m, sedangkan
sebenarnya di lapangan, luas area kerja keadaan sebenarnya di lapangan, luas
bengkel mesin otomotif mencapai 120 area kerja bengkel mesin otomotif
m2 dengan panjang 20 m dan lebar 6 m. mencapai 48 m2 dengan panjang 8 m
Jadi dari segi luas, area kerja mesin dan lebar 6 m. Jadi dari segi luas, area
otomotif yang berada di SMKN 6 kerja kelistrikan otomotif yang berada
Malang sudah memenuhi standar di SMKN 6 Malang sudah memenuhi
12

standar BSNP. Akan tetapi, dari data di kesesuaian tersebut masuk kategori
lapangan menunjukkan bahwa tidak memadai dengan persentase
rombongan belajar yang menggunakan kesesuaian 15%. (4) Luas area
bengkel tersebut mencapai 40 siswa, penyimpanan dan instruktur belum
berarti bahwa rasio luasnya 1.2 memenuhi standar jika dibandingkan
m2/peserta didik. Hal ini menunjukkan standar BSNP yang terdapat pada
bahwa rasio belum memenuhi jika Permendiknas No. 40 tahun 2008
dibandingkan dengan standar BSNP menunjukkan luas area menurut standar
yaitu 6 m2/peserta didik. Dengan adalah 48 m2 dengan panjang 8 m dan
demikian dapat disimpulkan bahwa lebar 6 m, sedangkan keadaan
kesesuaian tersebut masuk kategori sebenarnya di lapangan luas area
tidak memadai dengan persentase penyimpanan dan instruktur mencapai
kesesuaian 20%. (3) Luas area kerja 18 m2 dengan panjang 6 m dan lebar 3
chasis dan pemindah tenaga, jika m. Jadi dari segi luas, area penyimpanan
dibandingkan standar BSNP yang dan instruktur yang berada di SMKN 6
terdapat pada Permendiknas No. 40 Malang belum memenuhi standar
tahun 2008 menunjukkan luas area BSNP. Akan tetapi, dari data di
menurut standar adalah 64 m2 dengan lapangan menunjukkan bahwa
panjang 8 m dan lebar 8 m, sedangkan instruktur yang menggunakan bengkel
keadaan sebenarnya di lapangan luas tersebut mencapai 9 orang, berarti
area kerja bengkel mesin otomotif bahwa rasio luasnya 4.5 m2/orang. Hal
mencapai 48 m2 dengan panjang 8 m ini menunjukkan bahwa rasio sudah
dan lebar 6 m. Jadi dari segi luas, area memenuhi jika dibandingkan dengan
kerja chasis dan pemindah tenaga yang standar BSNP yaitu 4 m2/orang. Dengan
berada di SMKN 6 Malang belum demikian dapat disimpulkan bahwa
memenuhi standar BSNP. Akan tetapi, kesesuaian tersebut masuk kategori
data di lapangan menunjukkan bahwa cukup memadai dengan persentase
rombongan belajar yang menggunakan kesesuaian 50%.
bengkel tersebut mencapai 40 siswa,
Kesesuaian Area Kerja Bengkel
berarti bahwa rasio luasnya 1.2
Otomotif di SMKN 10 Malang
m2/peserta didik. Hal ini menunjukkan
bahwa rasio belum memenuhi jika Kesesuaian luas area kerja
dibandingkan dengan standar BSNP bengkel otomotif yang berada di SMK
yaitu 8 m2/peserta didik. Oleh Negeri 10 Kota Malang dapat dilihat
karenanya dapat disimpulkan bahwa pada Gambar 5
13

70%
PRESENTASE KELENGKAPAN

60% Area kerja mesin otomotif


50%
40% Area kerja kelistrikan

30%
20% Area kerja chasis pemindah tenaga

10%
Area kerja instruktur
0%
Area kerja bengkel otomotif di SMKN 10 Malang

Berdasarkan Gambar 5 mengenai menunjukkan bahwa rasio belum


kesesuaian area kerja bengkel otomotif memenuhi jika dibandingkan dengan
di SMKN 10 Malang dapat disimpulkan standar BSNP yaitu 6 m2/peserta didik.
bahwa persentase ketercapaian luas area Oleh karenanya dapat disimpulkan
kerja bengkel otomotif secara bahwa kesesuaian tersebut masuk
keseluruhan memperoleh persentase kategori cukup memadai dengan
nilai rata-rata 44% dan dapat dikatakan persentase kesesuaian 30%. (2) Luas
cukup memadai. area kerja kelistrikan otomotif, jika
Beberapa area kerja harus dibandingkan standar BSNP yang
segera dipenuhi di SMK Negeri 10 terdapat pada Permendiknas No. 40
Malang antara lain : (1) Luas area kerja tahun 2008 menunjukkan luas area
mesin otomotif, jika dibandingkan menurut standar adalah 48 m2 dengan
standar BSNP yang terdapat pada panjang 8 m dan lebar 6, sedangkan
Permendiknas No. 40 tahun 2008 keadaan sebenarnya di lapangan, luas
menunjukkan luas area menurut standar area kerja bengkel mesin otomotif
adalah 96 m2 dengan panjang 12 m dan mencapai 72 m2 dengan panjang 12 m
lebar 8 m, sedangkan keadaan dan lebar 6 m. Jadi dari segi luas, area
sebenarnya di lapangan, luas area kerja kerja kelistrikan otomotif yang berada
bengkel mesin otomotif mencapai 72 m2 di SMKN 10 Malang sudah memenuhi
dengan panjang 12 m dan lebar 6 m. standar BSNP. Akan tetapi, dari data di
Jadi dari segi luas, area kerja mesin lapangan menunjukkan bahwa
otomotif yang berada di SMKN 10 rombongan belajar yang menggunakan
Malang belum memenuhi standar bengkel tersebut mencapai 40 siswa,
BSNP. Akan tetapi, data di lapangan yang berarti bahwa rasio luasnya 1.8
menunjukkan bahwa rombongan belajar m2/peserta didik. Hal ini menunjukkan
yang menggunakan bengkel tersebut bahwa rasio belum memenuhi jika
mencapai 40 siswa, berarti bahwa rasio dibandingkan dengan standar BSNP
luasnya 1.8 m2/peserta didik. Hal ini yaitu 6 m2/peserta didik. Dengan
14

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pada Permendiknas No. 40


kesesuaian tersebut masuk kategori tahun 2008 menunjukkan luas area
cukup memadai dengan persentase menurut standar adalah 48 m2 dengan
kesesuaian 30%. (3) Luas area kerja panjang 8 m dan lebar 6 m, sedangkan
chasis dan pemindah tenaga, jika keadaan sebenarnya di lapangan luas
dibandingkan standar BSNP yang area ruang penyimpanan dan instruktur
terdapat pada Permendiknas No. 40 mencapai 24 m2 dengan panjang 6 m
tahun 2008 menunjukkan luas area dan lebar 4 m. Jadi dari segi luas, area
menurut standar adalah 64 m2 dengan penyimpanan dan instruktur yang
panjang 8 m dan lebar 8 m, sedangkan berada di SMKN 10 Malang belum
keadaan sebenarnya di lapangan luas memenuhi standar BSNP. Akan tetapi,
area kerja bengkel mesin otomotif dari data di lapangan menunjukkan
mencapai 160 m2 dengan panjang 16 m bahwa instruktur yang menggunakan
dan lebar 10 m. Jadi dari segi luas, area bengkel tersebut mencapai 9 orang,
kerja chasis dan pemindah tenaga yang berarti bahwa rasio luasnya 2.7
berada di SMKN 10 Malang sudah m2/orang. Hal ini menunjukkan bahwa
memenuhi standar BSNP. Akan tetapi, rasio belum memenuhi jika
data dilapangan menunjukkan bahwa dibandingkan dengan standar BSNP
rombongan belajar yang menggunakan yaitu 4 m2/orang. Keseluruhan luas area
bengkel tersebut mencapai 40 siswa, penyimpanan dan instruktur dapat
berarti bahwa rasio luasnya 4 m2/peserta disimpulkan bahwa kesesuaian luas area
didik. Hal ini menunjukkan bahwa rasio tersebut masuk kategori memadai
belum memenuhi jika dibandingkan dengan persentase kesesuaian 66%.
dengan standar BSNP yaitu 8
Kesesuaian Area Kerja Bengkel
m2/peserta didik. Oleh karenanya dapat
Otomotif di SMKN 12 Malang
disimpulkan bahwa persentase
kesesuaian tersebut masuk kategori Kesesuaian luas area kerja
cukup memadai dengan persentase bengkel otomotif yang berada di SMK
kesesuaian 50%. (4) Luas area Negeri 12 kota Malang dapat dilihat
penyimpanan dan instruktur, jika pada Gambar 6
dibandingkan standar BSNP yang
15

80%
PREESENTASE KELENGKAPAN

70%
Area kerja mesin otomotif
60%
50% Area kerja kelistrikan
40%
30% Area kerja chasis pemindah tenaga
20%
10% Area kerja instruktur
0%
Area kerja bengkel otomotif di SMKN 12 Malang

Berdasarkan Gambar 6 mengenai menunjukkan bahwa rasio belum


kesesuaian area kerja bengkel otomotif memenuhi jika dibandingkan dengan
di SMKN 12 Malang dapat disimpulkan standar BSNP yaitu 6 m2/peserta didik.
bahwa persentase ketercapaian luas area Oleh karenanya dapat disimpulkan
kerja bengkel otomotif secara bahwa persentase kesesuaian tersebut
keseluruhan memperoleh persentase masuk kategori memadai dengan
nilai rata-rata 64% dan dapat dikatakan persentase kesesuaian 67%. (2) Luas
memadai. area kerja kelistrikan otomotif, jika
Beberapa area kerja yang harus dibandingkan standar BSNP yang
segera dipenuhi di SMK Negeri 12 terdapat pada Permendiknas No. 40
Malang antara lain : (1) Luas area kerja tahun 2008 menunjukkan luas area
mesin otomotif, jika dibandingkan menurut standar adalah 48 m2 dengan
standar BSNP yang terdapat pada panjang 8 m dan lebar 6, sedangkan
Permendiknas No. 40 tahun 2008 keadaan sebenarnya di lapangan luas
menunjukkan luas area menurut standar area kerja bengkel mesin otomotif
adalah 96 m2 dengan panjang 12 m dan mencapai 175 m2 dengan panjang 25 m
lebar 8 m, sedangkan keadaan dan lebar 7 m. Jadi dari segi luas, area
sebenarnya di lapangan, luas area kerja kerja kelistrikan otomotif yang berada
bengkel mesin otomotif mencapai 162 di SMKN 12 Malang sudah memenuhi
m2 dengan panjang 27 m dan lebar 6 m. standar BSNP. Akan tetapi dari data di
Jadi dari segi luas, area kerja mesin lapangan menunjukkan bahwa
otomotif yang berada di SMKN 12 rombongan belajar yang menggunakan
Malang sudah memenuhi standar bengkel tersebut mencapai 40 siswa,
BSNP. Akan tetapi, data di lapangan yang berarti bahwa rasio luasnya 4.3
menunjukkan bahwa rombongan belajar m2/peserta didik. Hal ini menunjukkan
yang menggunakan bengkel tersebut bahwa rasio belum memenuhi jika
mencapai 40 siswa berarti bahwa rasio dibandingkan dengan standar BSNP
luasnya 4 m2/peserta didik. Hal ini yaitu 6 m2/peserta didik. Dengan
16

demikian dapat disimpulkan bahwa lapangan menunjukkan bahwa


persentase kesesuaian tersebut masuk instruktur yang menggunakan bengkel
kategori memadai dengan persentase tersebut mencapai 9 orang, berarti
kesesuaian 72%. (3) Luas area kerja bahwa rasio luasnya 2.6 m2/orang. Hal
chasis dan pemindah tenaga, jika ini menunjukkan bahwa rasio belum
dibandingkan standar BSNP yang memenuhi jika dibandingkan dengan
terdapat pada Permendiknas No. 40 standar BSNP yaitu 4 m2/orang.
tahun 2008 menunjukkan luas area Keseluruhan luas area penyimpanan dan
menurut standar adalah 64 m2 dengan instruktur dapat disimpulkan bahwa
panjang 8 m dan lebar 8 m, sedangkan persentase kesesuaian luas area tersebut
keadaan sebenarnya dilapangan luas masuk kategori memadai dengan
area kerja bengkel mesin otomotif persentase kesesuaian 66%.
mencapai 160 m2 dengan panjang 20 m Sarana prasarana merupakan
dan lebar 8 m. Jadi dari segi luas, area suatu bagian yang sangat penting dalam
kerja chasis dan pemindah tenaga yang suatu pembelajaran, sarana prasarana
berada di SMKN 10 Malang sudah yang baik dan benar-benar matang akan
memenuhi standar BSNP. Akan tetapi, memberikan hasil yang optimal pada
data di lapangan menunjukkan bahwa kualitas belajar siswa. Menurut
rombongan belajar yang menggunakan Direktorat Pendidikan Menengah
bengkel tersebut mencapai 40 siswa, Kejuruan (2003), untuk menghitung
berarti bahwa rasio luasnya 4 m2/peserta jumlah kebutuhan ruang dan peralatan,
didik. Hal ini menunjukkan bahwa rasio maka hal-hal yang perlu diperhatikan
belum memenuhi jika dibandingkan ialah : (a) jumlah peserta didik; (b) jenis
dengan standar BSNP yaitu 8 praktik yang dilaksanakan; (c) keuangan
m2/peserta didik. Oleh karenanya dapat dan dana yang dibutuhkan; (d) ukuran
disimpulkan bahwa persentase setiap peralatan; (e) sistem pendidikan
kesesuaian tersebut masuk kategori yang berlaku atau sesuai dengan
cukup memadai dengan persentase perkembangan teknologi; dan (f) fungsi
kesesuaian 50%. (4) Luas area peralatan. Pertimbangan tersebut dapat
penyimpanan dan instruktur, jika digunakan sebagai asumsi dalam
dibandingkan standar BSNP yang menentukan luas area ruang bengkel.
terdapat pada Permendiknas No. 40 Bila ditinjau secara
tahun 2008 menunjukkan luas area keseluruhan berdasarkan penelitian,
menurut standar adalah 48 m2 dengan persentase tingkat kesesuaian luas area
panjang 8 m dan lebar 6 m, sedangkan bengkel otomotif di Kota Malang
keadaan sebenarnya di lapangan luas berdasarkan standar yang telah
area ruang penyimpanan dan instruktur ditentukan, maka hasil yang dicapai
mencapai 24 m2 dengan panjang 6 m adalah 47%, maka menurut BAN (2009)
dan lebar 4 m. Jadi dari segi luas, area capaian tersebut masuk dalam kategori
penyimpanan dan instruktur yang cukup memadai. Banyak SMK yang
berada di SMKN 12 Malang belum memiliki area kerja bengkel dengan
memenuhi standar BSNP. Data di kondisi yang tidak memenuhi
17

persyaratan yang diharapkan. Hal masuk dalam kategori cukup memadai


tersebut selaras dengan hasil penelitian (47%).
yang dilakukan oleh Slamet (2010:117), Berdasarkan simpulan tersebut,
untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dapat disampaikan beberapa saran
maka SMK perlu melakukan (a) Direktorat Dikmenjur hendaknya
penyusunan area kerja semaksimal dapat menjadikan hasil penelitian ini
mungkin sesuai dengan jumlah sebagai acuan bahan pertimbangan
rombongan sehingga dapat dalam membantu memberikan fasilitas
meningkatkan pembelajaran yang lebih kelengkapan peralatan bengkel
baik. otomotif di SMK Negeri Kota Malang
Sarana prasarana yang yang masih dinyatakan dalam kondisi
memadai dapat memberikan kontribusi belum lengkap seperti kelengkapan alat-
yang maksimal terhadap hasil belajar alat khusus, alat-alat ukur, alat tangan,
apabila dikelola dengan baik, serta dan trainer object sehingga peralatan
dapat mewujudkan suasana belajar yang dapat mencapai kategori sangat lengkap
efektif dan menyenangkan sehingga 100%. (b) Dinas Pendidikan dan
dapat memotivasi siswa untuk belajar Kebudayaan Kota Malang hendaknya
dengan baik sesuai dengan kemampuan dapat membantu dalam memberikan
dan kelengkapan prasarana yang ada. fasilitas kelengkapan sarana prasarana
Seperti yang dijelaskan oleh Yoto demi perbaikan situasi dan kondisi
(2015), dalam merencanakan fasilitas bengkel mekanik otomotif. (c) Guru
pada pendidikan kerja, pertimbangan hendaknya ikut berperan aktif dalam
utama yang dilakukan adalah meningkatkan kelengkapan bengkel
menyediakan tempat yang cukup untuk otomotif untuk mempermudah sekolah
kelompok, individu, dan pengajaran dalam memfasilitasi sarana prasara
bengkel. Kecukupan tempat pada bengkel. (d) Hasil penelitian ini
tempat kerja di bengkel merupakan hendaknya dapat digunakan sebagai
unsur penting untuk kondisi kerja yang referensi dan acuan dalam
sesuai. pengembangan penelitian selanjutnya
agar dapat dilakukan penelitian yang
SIMPULAN DAN SARAN lebih luas tidak hanya perlengkapan
bengkel
Kesimpulan secara menyluruh
berkaitan dengan kebutuhan DAFTAR RUJUKAN
perlengkapan bengkel otomotif sesuai
persyaratan standar BSNP dapat disusun Analisis dan Pelaporan Hasil Penilaian
sebagai berikut : (a) Tingkat Menurut BSNP. 2009 (Online)
kelengkapan peralatan bengkel otomotif (http://litbang.kemendiknas.go.id/
SMK Negeri di Kota Malang masuk /conten/analisishasil.pdf), diakses
dalam kategori lengkap (69%). (b) 10 Agustus 2015.
Tingkat kesesuaian area kerja bengkel Arikunto, Suharsini. 1993. Organisasi
otomotif SMK Negeri di kota Malang dan Administrasi Pendidikan
18

Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: conten/kepres_80_2003.pdf), di


Raja Grafindo Persada. akses 10 Agustus 2015.
Badan Akreditasi Nasional Pendidikan. Napitupulu, E., L. 2009. Peralatan
2009. Instrumen Akreditasi. Praktik SMK di Bawah Standar
(Online) (http://ban- Nasional. Kompas, (Online),
sm.or.id/app/webroot/uploads/ins (http://kompas.com/read/xml/01/
trumen_akreditasi.pdf), di akses 14/20103647/peralatanpraktikSM
10 Agustus 2015. Kdibawahstandarnasional.html),
diakses 10 Agustus 2015.
Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, 2003. Analisis Nolker, Helmut & Schoenfeldt,
Pedoman Sarana Prasarana. Eberhard. Pendidikan Kejuruan.
Departemen Pendidikan Pengajaran Kurikulum,
Nasional. Perencanaan. Ditjemahkan oleh
Agus Setiadi. 1983. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah
Gramedia.
Kejuruan. 2004. Kurikulum SMK
edisi 2004. Jakarta: Dikmenjur. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2005 tentang standar nasional
Hargiyarto, P. 2011. Analisis dan
pendidikan (Online)
Pengendalian Bahaya di
(http://litbang.kemendiknas.go.id/
Bengkel/laboratorium Sekolah
conten/permen
Menengah Kejuruan. Jurnal
no_19_2005smk.pdf) di akses 7
Pendidikan Teknologi dan
September 2015.
Kejuruan, (Online), 22 (2): 205-
209 (http://www.google.com), Peraturan Pemerinatah Pendidikan
diakses 7 Agustus 2015. Nasional RI nomor 40 Tahun
2008 (Online)
Jasin, M. Rezal. 2013.Studi
(http://litbang.kemendiknas.go.id/
Kelengkapan dan Pengelolaan
conten/lamp permen no_40 tahun
Sarana Prasarana Praktek
2008 smk.pdf) di akses 7
Bengkel Engine Teknik
September 2015.
Kendaraan Ringan Serta Hasil
Belajar Siswa Standar Kopetensi Sanyoto, J. 2008. Kesenjangan Sekolah
Service Engine dan Komponenya dan Industri Harus
di SMKN 1 Rejotangan Diminimalkan, (Online),
Kabupaten Tulungagung. (http://kompas.com/read/xml/200
Malang: Universitas Negeri 8/08/23/16535547/kesenjangan.s
Malang. ekolah.dan.industri.harus.dimini
malkan). Diakses 10 Agustus
KEPRESS RI No.80 tahun 2003 tentang
2015.
Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Sonhadji, K.H. 2014. Manusia,
Pemerintah. (Online), Teknologi, dan Pendidikan
(http://litbang.kemendiknas.go.id/ Menuju Peradaban Baru.
19

Malang: Universitas Negeri Undang-Undang Republik Indonesia No


Malang. 20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS. 2006. (Online)
Slamet, S. 2010. Identifikasi Sarana
(http://litbang.kemendiknas.go.id/
Prasarana dan Kondisi Peralatan
conten/uu_20 tahun
Praktik Mekanik Otomotif SMK
2003sisdiknas.pdf) , diakses 7
Swasta di Daerah Polisi Wilayah
September 2015
Bojonegoro dan Madiun. Jurnal
Teknologi dan Kejuruan, Universitas Negeri Malang. 2010.
(Online), 33 (1): 107-120 Pedoman Penulisan Karya
(http://www.google.com), diakses Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi,
7 Agustus 2015. Artikel, Makalah, Laporan
Penelitian. Edisi Kelima.
Sudjana. 2009. Metode Statistika.
Malang: Biro Administrasi
Bandung: Tarsito.
Akademik, Peerencanaan, dan
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Sistem Informasi bekerjasama
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. dengan Universitas Negeri
Bandung: Alfabeta. Malang.
Taufik, D., Setiawan. 2009. Yoto. 2015. Manajemen Bengkel Teknik
Pengembangan Sistem Informasi Mesin. Malang: Aditya Media
Manajemen Laboratorium Teknik Publishing.
Mekanik Otomotif Pada SMK
Berbasis Database Microsoft
Access. Jurnal Teknologi dan
Kejuruan, (Online), 32 (1): 95-
106 (http://www.google.com),
diakses 7 Agustus 2015.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan.
2003. Manajemen Pendidikan
(Analisis Substantif dan
Aplikasinya dalam Institusi
Pendidikan). Malang: Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai