net/publication/322478403
CITATION READS
1 8,607
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Willy Artha Wirawan on 14 January 2018.
Oleh:
Willy Artha Wirawan
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universias Negeri Malang
Email: willymadiun93@gmail.com
Abstraks. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kelengkapan
bengkel otomotif SMK Negeri di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan teknik observasi checklist,
wawancara tidak terstruktur dan dokumentasi dalam pengumpulan data dan dianalisis dengan
statistik deskriptif. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari SMK Negeri di Kota Malang yang
mempunyai laboratorium bengkel otomotif yang baik menurut data Dinas Pendidikan Kota
Malang yaitu terdiri dari tiga SMK Negeri yang dipilih dan diambil sebagai sampel. Berdasarkan
penelitian dan analisis data secara keseluruhan simpulan hasil penelitian sebagai berikut. (1)
Tingkat kelengkapan peralatan bengkel di SMK Negeri kota Malang masuk dalam kategori
lengkap (69%). (2) tingkat kesesuaian area kerja di SMK Negeri Kota Malang masuk dalam
kategori cukup lengkap (47%). Yang telah mengarah berdasarkan Badan Standar Nasional
Pendidikan dalam Permendiknas No. 40 tahun 2008.
Kata kunci: Analisis Kebutuhan Bengkel, Perlengkapan Bengkel Otomotif, Standar BSNP
Kualitas kehidupan bangsa sangat diten- ngah Kejuruan diorientasikan pada peme-
tukan oleh faktor pendidikan, oleh karena- nuhan permintaan pasar kerja. Sekolah Me-
nya faktor pendidikan sangatlah penting nengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu
untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, institusi yang menyiapkan tenaga kerja di-
damai, terbuka, dan demokratis. Di samping tuntut mampu menghasilkan lulusan seba-
itu, kualitas pendidikan yang terus mening- gaimana yang diharapkan oleh dunia kerja
kat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan (Dikmenjur, 2004:15).
teknologi untuk memenuhi kebutuhan di Dalam memilih substansi pelajaran
masyarakat yang semakin berkembang me- yang ada, sekolah kejuruan diharuskan se-
nuntut dunia pendidikan nasional melakukan nantiasa mengikuti perkembangan dari ilmu
upaya pembaharuan untuk menuju pendi- pengetahuan serta teknologi, kebutuhan ma-
dikan yang kompetitif dan inovatif. syarakat, dunia usaha, dan industri (Nolker
Pendidikan Menengah Kejuruan mem- dan Soenfeldt 1983).
punyai peran yang sangat penting dalam Sonhadji (2002:5) yang dikutip oleh
mempersiapkan para siswanya agar memili- Slamet (2010:110), menyatakan bahwa ter-
ki kompetensi yang dapat dijadikan bekal dapat tiga karakteristik utama dalam pendi-
untuk bekerja, baik bekerja secara mandiri dikan teknik yang perlu diperhatikan penye-
maupun bekerja pada pihak lain untuk me- lenggaraannya, yaitu (1) penekanan pada ra-
ngisi lowongan kerja yang ada. Oleh karena nah psikomotorik, (2) penyesuaian dengan
itu, arah pengembangan Pendidikan Mene- perkembangan teknologi, dan (3) orientasi
2 Willy Artha Wirawan, Analisis Kebutuhan Perlengkapan Bengkel...
pada bidang pekerjaan. Pembelajaran teknik teknik mesin dengan karakteristik personil
memiliki karakteristik tersendiri yaitu pene- pengelola yang bervariasi tidak terdapat
kanan pada ranah psikomotorik, maka pe- perbedaan. Hasil penelitian ini juga mem-
ningkatan pada motorik harus terus dila- perkuat penelitian sebelumnya pada sebuah
kukan dengan cara melengkapi sarana dan perguruan tinggi teknik yang dilakukan oleh
prasarana dalam meningkatkan ketrampilan Sonhadji dan kawan-kawan, yang menya-
praktik/kompetensi siswa. Secara lebih spe- takan bahwa keadaan ruang praktikum
sifik tentang pengembangan keterampilan rerata belum memenuhi syarat, sedangkan
praktik ditempuh dengan berbagai langkah proses pengadaan alat dan bahan sering juga
strategis antara lain mengelola dan meleng- mengalami kesulitan.
kapi sarana dan prasarana bangunan seko- Badan Akreditasi Nasional (BAN) di
lah, bengkel, dan laboratorium. Malang melihat bahwa masih banyak SMK
Bengkel pengajaran atau laboratorium yang belum memiliki laboratorium yang
pengajaran adalah kombinasi antara lemba- layak untuk kebutuhan siswa. Sehingga ada
ga dan sekolah sehingga pendidikan kejuru- kekhawatiran dari BAN, sekolah-sekolah
an mempunyai fasilitas laborartorium sama tersebut akan menjadi sekolah sastra (Radar
dengan yang terdapat dalam industri atau Malang, Mei 2009). Hal tersebut tampaknya
pabrik (Nolker dan Schoenfeldt, 1983:111). juga terjadi pada laboratorium/bengkel di
Laboratorium yang baik adalah suatu ruang- sebagian SMK Teknik Mekanik Otomotif di
an untuk kegiatan praktik atau penelitian Kota Malang.
yang ditunjang oleh peralatan dan infra- Kenyataan menunjukkan tingginya
struktur laboratorium lengkap. Semua ke- ketimpangan kualitas pendidikan di Indo-
giatan di laboratorium memerlukan adminis- nesia, termasuk di SMK. Tidak semua SMK
trasi yang teratur dan terorganisir, sehingga benar-benar mampu menyediakan bengkel
laboratorium dapat ditata dan berfungsi kerja yang layak, modern, dan dapat mem-
secara optimal. bangun kerjasama yang kuat dengan dunia
Sehubungan dengan ini Sonhadji kerja. Guru-guru SMK juga sering kali ke-
(2002) yang dikutip oleh Slamet (2010:110), tinggalan dalam menguasai keahlian agar
melakukan studi dalam bidang teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Ba-
dan temuannya adalah sebagai berikut: (1) nyak pendidikan SMK dijalankan seadanya
pengorganisasian fasilitas laboratorium pada yang pada akhirnya hanya dapat meng-
aspek-aspek tata ruang, pengendalian alat, hasilkan lulusan tanpa memiliki kompetensi
bahan, dan keselamatan kerja pada umum- yang memadai (Kompas, Juli 2008).
nya, (2) pengorganisasian fasilitas labora- Begitu pula yang tertulis pada Pena
torium pada aspek kondisi lingkungan kerja, Pendidikan (Sept. 2008) yang dikutip oleh
serta sistem pemeliharaan, perbaikan, dan Slamet (2010:110), yang menegaskan bah-
pergantian peralatan, sebagian besar kurang wa pada kenyataannya peralatan untuk prak-
memadai, (3) kualitas pengorganisasian fa- tik sarana disejumlah sekolah menengah
silitas antara laboratorium teknik mesin kejuruan masih minim. Selain jumlah pera-
pada perguruan tinggi negeri dan swasta latannya terbatas, peralatan yang tersedia
terdapat perbedaan, dan (4) kualitas peng- juga sudah tidak sesuai dengan keadaan se-
organisasian fasilitas antara laboratorium
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 2, OKTOBER 2015 3
karang sehingga tidak sesuai standar industri penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan
atau dunia usaha. untuk mengetahui atau menggambarkan
Di tengah kebijakan pemerintah untuk suatu keadaan fenomena. Yang dimaksud-
meningkatkan jumlah SMK, persoalan mutu kan fenomena hal ini adalah perlengkapan
pendidikan dijenjang SMK masih mengha- bengkel otomotif SMK, karena perlengkap-
dapi permasalahan. Pasalnya, pendidikan an bengkel otomotif SMK menjadi faktor
yang berfokus untuk menyiapkan tenaga utama keberhasilan dalam memelihara dan
kerja terampil ditingkat menengah ini justru memperbaiki kendaraan. Sesuai dalam pene-
menghadapi kendala dalam penyediaan per- litian ini partisipasinya adalah guru, siswa,
alatan praktik kerja. Sekitar 55% peralatan dan alumni SMK yang bekerja di bengkel
praktik di SMK kondisinya berada di bawah otomotif SMK. Karena merupakan subyek
Standar Sarana Nasional (Kompas, Januari yang berhubungan langsung dengan pelak-
2009). sanaan pemeliharaan kendaraan. Oleh kare-
Mencermati permasalahan tersebut di na itu peneliti berkeinginan untuk meng-
atas, kiranya sangatlah penting dan men- eksplorasi hal-hal yang berhubungan dengan
desak untuk dilakukan penelitian lebih lan- perlengkapan peralatan bengkel program
jut tentang kebutuhan perlengkapan bengkel teknik mekanik otomotif yang nantinya akan
SMK, dengan judul “Analisis kebutuhan disimpulkan dalam bentuk persentase.
perlengkapan bengkel otomotif sesuai per- Populasi dalam penelitian ini adalah
syaratan standar BSNP”. semua perlengkapan bengkel laboratorium
otomotif yang ada di SMK Negeri Kota
METODE Malang. Sampel yang diambil dari subyek
Penelitian ini menggunakan pendekat- penelitian populasi berjumlah 3 SMK Ne-
an kuantitatif dengan metode penelitian geri di Kota Malang yang memiliki pro-
survey diskriptif. Survey deskriptif merupa- gram keahlian teknik mekanik otomotif
kan metode penelitian yang dimaksudkan dengan akreditasi baik menurut data pedo-
untuk menggambarkan informasi mengenai man lembaga Dinas Pendidikan Kota Ma-
keadaan/gejala, peristiwa, dan kondisi aktual lang yaitu terdiri dari SMK Negeri 6, SMK
masa sekarang. Negeri 10, dan SMK Negeri 12 Malang
Menurut Sugiyono (2013:207) “Meto- dengan teknik pengambilan sampel Pro-
de survey digunakan untuk mendapatkan portionate Stratified Random Sampling.
data dari tempat tertentu yang alamiah, Peneliti menggunakan Instrumen ob-
tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam servasi dalam bentuk checklist terstandar
pengumpulan data, misalnya dengan meng- berdasarkan standar BSNP (Badan Standar
edarkan kuesioner, test, wawancara terstruk- Nasional Pendidikan). Penelitian dilakukan
tur, dan sebagainya”. pada peralatan sarana prasarana bengkel
Dasar pertimbangan digunakannya otomotif yang terdiri dari peralatan khusus,
rancangan survey karena jenis penelitian ini alat ukur, alat tangan, alat umum, trainer
memberikan gambaran atau uraian atas unit, prabot, dan area bengkel otomotif.
sesuatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada Checklist disebarkan ke dua orang sumber
perlakuan terhadap yang diteliti. Oleh data yang menjadi subyek penelitian, antara
karena itu penelitian ini termasuk jenis lain kepala bengkel otomotif atau laboran
4 Willy Artha Wirawan, Analisis Kebutuhan Perlengkapan Bengkel...
bengkel otomotif yang berada di SMK artinya bengkel tersebut memiliki peralatan
Negeri di Kota Malang. yang lengkap apabila digunakan praktik.
Beberapa kelengkapan peralatan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN masuk dalam kategori tidak lengkap dan
Penelitian yang dilakukan pada beng- harus segera dipenuhi di SMK Negeri 6
kel mekanik otomotif SMK Negeri di Kota Malang antara lain: (1) Alat-alat khusus
Malang dapat diperoleh dengan hasil (Special Service Tools) pada standar BSNP
sebagai berikut. berjumlah 70 set. Di lapangan keberadaan
alat-alat khusus berjumlah 41 set. 29 set
Kelengkapan Peralatan Bengkel Otomotif peralatan dalam keadaan baik, 10 set per-
di SMKN 6 Malang alatan dalam keadaan rusak ringan, dan 2 set
Tingkat kelengkapan peralatan beng- peralatan mengalami rusak berat. Jadi per-
kel otomotif di SMK Negeri 6 Kota Malang sentase rata-rata kelengkapan peralatan 43%
dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan dengan kategori lengkap. Sedangkan per-
Gambar 1 dapat diketahui bahwa tingkat alatan yang masih harus dipenuhi dan ditam-
kelengkapan peralatan bengkel otomotif bahkan antara lain bearing splitter, bearing
yang berada di SMK Negeri 6 Kota Malang replacer, kunci filter oil, valve spring
secara keseluruhan dapat dikatakan lengkap compressor, hollow punch, dan piston ring
dengan persentase perolehan nilai 70% yang groove cleaner.
100%
ALAT KHUSUS
90%
80% ALAT UKUR MEKANIK
60%
ALAT TANGAN
50%
40% ALAT KESELAMATAN KERJA
dalam keadaan baik. jadi persentase rata-rata 72% dengan kategori lengkap. Sedangkan
kelengkapan peralatan 32% dengan kategori peralatan yang masih harus dipenuhi dan
cukup lengkap. Sedangkan peralatan yang ditambahkan antara lain speed handle,
masih harus dipenuhi dan ditambahkan sliding handle, gasket scraper, dan spare
antara lain bearing splitter, kunci nepal, part trolly. (5) Alat-alat keselamatan kerja
hollow punch, piston ring compressor, pada standar BSNP berjumlah 25 set. Di
piston ring expander, piston ring groove dan lapangan keberadaan peralatan berjumlah 29
impact. (2) Alat-alat ukur mekanik pada set. 23 set peralatan dalam keadaan baik, 4
standar BSNP berjumlah 60 set. Di lapangan set peralatan dalam keadaan rusak ringan,
keberadaan alat ukur mekanik berjumlah 59 dan 2 set peralatan mengalami rusak berat.
set. 35 set peralatan dalam keadaan baik, 11 Jadi persentase rata-rata kelengkapan
set peralatan dalam keadaan rusak ringan, peralatan 97% dengan kategori sangat
dan 13 set peralatan mengalami rusak berat. lengkap. (6) Alat-alat trainer pada standar
Jadi persentase rata-rata kelengkapan BSNP berjumlah 24 unit. Di lapangan
peralatan 56% dengan kategori lengkap. keberadaan peralatan trainer berjumlah 19
Sedangkan peralatan yang masih harus unit. 14 unit trainer dalam keadaan baik dan
dipenuhi dan ditambahkan antara lain 5 unit trainer mengalami rusak berat. Jadi
pengukur sudut buka throttle, coil spring persentase rata-rata kelengkapan peralatan
tester, oil tester, dan straight edge. (3) Alat- 58% dengan kategori lengkap. Sedangkan
alat ukur elektrik/tune-up pada standar peralatan yang masih harus dipenuhi dan
BSNP berjumlah 32 set. Di lapangan ditambahkan antara lain engine life diesel 4
keberadaan peralatan ukur elektrik/tune-up tak dan engine dead diesel 4 tak. (7) Jumlah
berjumlah 38 set. 23 set peralatan dalam perabot pada standar BSNP berjumlah 61
keadaan baik, 3 set peralatan dalam keadaan buah. Di lapangan keberadaan perabot
rusak ringan, dan 12 set peralatan berjumlah 20 buah. 14 buah perabot dalam
mengalami rusak berat. Jadi persentase rata- keadaan baik dan 6 buah perabot dalam
rata kelengkapan peralatan 62% dengan keadaan rusak ringan. Jadi persentase rata-
kategori lengkap. Sedangkan peralatan yang rata kelengkapan perabot 79% dengan
masih harus dipenuhi dan ditambahkan kategori sangat lengkap. Sedangkan
antara lain petrol engine timing light dan perabotan yang masih harus dipenuhi dan
diesel engine timing light. (4) Alat-alat ditambahkan antara lain meja kerja dan
tangan dan alat umum pada standar BSNP kursi kerja. (8) Tingkat kelengkapan bahan
berjumlah 183 set. Di lapangan keberadaan praktikum didapatkan hasil dengan
peralatan berjumlah 179 set. 129 set persentase rata-rata kelengkapan 64%
peralatan dalam keadaan baik, 34 set dengan kategori lengkap yang artinya
peralatan dalam keadaan rusak ringan, dan persediaan bahan tersebut masih ada dalam
15 set peralatan mengalami rusak berat. Jadi keadaan lengkap.
persentase rata-rata kelengkapan peralatan
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 2, OKTOBER 2015 7
120%
ALAT KHUSUS
PRESENTASE KELENGKAPAN
100% ALAT UKUR MEKANIK
80% ALAT UKUR ELEKTRIK
ALAT TANGAN
60%
ALAT KESELAMATAN KERJA
40% TRAINER UNIT
20% PERABOT
BAHAN
%
GRAFIK KELENGKAPAN BENGKEL OTOMOTIF DI SMKN 10
MALANG
120%
ALAT KHUSUS
PRESENTASE KELENGKAPAN
100%
ALAT UKUR MEKANIK
80% ALAT UKUR ELEKTRIK
ALAT TANGAN
60%
ALAT KESELAMATAN KERJA
40% TRAINER UNIT
PERABOT
20%
BAHAN
%
GRAFIK KELENGKAPAN BENGKEL OTOMOTIF DI SMKN
12 MALANG
dikan terorganisasi secara langsung ber- Sesuai dengan standar yang ditentukan
kaitan dengan penyiapan individu memasuki Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
dunia kerja, sehingga sarana prasarana yang (2003), satu rombongan belajar yang terdiri
menunjang sangat diperlukan untuk memu- dari 36 siswa, standar untuk peralatan dan
dahkan siswa dalam berlangsungnya kegiat- bahan ialah 6 alat dan 6 bahan. pada
an pembelajaran serta dapat meningkatkan kenyataanya dilapangan rombongan belajar
kualitas belajar siswa yang akan memberi- dalam kegiatan praktik di bengkel mencapai
kan hasil yang optimal terhadap hasil belajar 40 siswa. jadi sekolah harus segera
siswa. melakukan pembenahan agar peralatan yang
Seperti yang dilakukan peneliti dinyatakan belum lengkap segera terpenuhi.
sebelumnya yang dilakukan oleh Rezal Untuk mengatasi jumlah siswa yang
(2013) tentang pengaruh hasil belajar siswa terlalu banyak dengan peralatan praktik
terhadap kelengkapan sarana prasarana yang yang ada, guru harus benar-benar pandai
mengungkapkan bahwa, sarana yang mema- dalam memanfaatkan ketersediaan peralatan
dai dapat memudahkan siswa dalam kegiat- agar siswa dapat belajar dengan optimal,
an pembelajaran sehingga dapat mening- agar ketersediaaan sarana prasarana dapat
katkan kualitas belajar siswa yang nantinya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
memberikan hasil yang optimal terhadap para siswa maka perlu adanya penyusunan
hasil belajar siswa, sedangkan sarana jadwal yang disesuaikan dengan jumlah
prasarana yang kurang memadai dapat pengguna.
memberikan dampak buruk bagi siswa yang
harus segera dicari jalan keluarnya dalam Kesesuaian Area Kerja Bengkel Otomotif
kegiatan pembelajaran. Salah satu cara di SMKN 6 Malang
untuk mengatasi ketersediaan peralatan Kesesuaian luas area kerja bengkel
praktik yang masih kurang adalah dengan otomotif yang berada di SMK Negeri 6 kota
menggunakan metode-metode penjadwalan Malang dapat dilihat pada Gambar 4.
penggunaan bengkel yang tepat agar Berdasarkan Gambar 4 mengenai ke-
kesesuaian antara jumlah peserta didik de- sesuaian area kerja bengkel otomotif di
ngan tersedianya sarana prasarana yang ada. SMKN 6 Malang dapat disimpulkan bahwa
Dalam proses perencanan penjadwalan hal persentase ketercapaian luas area kerja
penting yang harus diperhatikan dengan bengkel otomotif secara keseluruhan mem-
sebaik mungkin tidak hanya menyesuaikan peroleh persentase nilai rata-rata 34% dan
dengan kalender akademik, tetapi juga harus dapat dikatakan cukup memadai.
memperhatikan jumlah peserta didik, Beberapa area kerja yang harus segera
ketersediaan jumlah peralatan serta jumlah dipenuhi di SMK Negeri 6 Malang antara
ruangan yang digunakan. Perencanaan pen- lain: (1) Luas area kerja mesin otomotif, jika
jadwalan juga dilaksanakan agar tidak dibandingkan standar BSNP yang terdapat
terjadinya benturan jadwal penggunaan pada Permendiknas No. 40 tahun 2008
bengkel, dengan adanya penjadwalan seko- menunjukkan luas area menurut standar
lah dapat menemukan metode penjadwalan adalah 96 m2 dengan panjang 12 m dan
penggunaan bengkel yang sesuai. (Direk- lebar 8 m, sedangkan keadaan sebenarnya di
torat Pendidikan Menengah Kejuruan 2003). lapangan, luas area kerja bengkel mesin
10 Willy Artha Wirawan, Analisis Kebutuhan Perlengkapan Bengkel...
otomotif mencapai 120 m2 dengan panjang adalah 64 m2 dengan panjang 8 m dan lebar
20 m dan lebar 6 m. Jadi dari segi luas, area 8 m, sedangkan keadaan sebenarnya di
kerja mesin otomotif yang berada di SMKN lapangan luas area kerja bengkel mesin
6 Malang sudah memenuhi standar BSNP. otomotif mencapai 48 m2 dengan panjang 8
Akan tetapi, dari data di lapangan m dan lebar 6 m. Jadi dari segi luas, area
menunjukkan bahwa rombongan belajar kerja chasis dan pemindah tenaga yang
yang menggunakan bengkel tersebut berada di SMKN 6 Malang belum
mencapai 40 siswa berarti bahwa rasio memenuhi standar BSNP. Akan tetapi, data
luasnya 3 m2/peserta didik. Hal ini di lapangan menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa rasio belum memenuhi rombongan belajar yang menggunakan
jika dibandingkan dengan standar BSNP bengkel tersebut mencapai 40 siswa, berarti
yaitu 6 m2/peserta didik. Dengan demikian bahwa rasio luasnya 1.2 m2/peserta didik.
dapat disimpulkan bahwa kesesuaian Hal ini menunjukkan bahwa rasio belum
tersebut masuk kategori cukup memadai memenuhi jika dibandingkan dengan standar
dengan persentase kesesuaian 50%. (2) Luas BSNP yaitu 8 m2/peserta didik. Oleh
area kerja kelistrikan otomotif, jika karenanya dapat disimpulkan bahwa
dibandingkan standar BSNP yang terdapat kesesuaian tersebut masuk kategori tidak
pada Permendiknas No. 40 tahun 2008 memadai dengan persentase kesesuaian
menunjukkan luas area menurut standar 15%. (4) Luas area penyimpanan dan
adalah 48 m2 dengan panjang 8 m dan lebar instruktur belum memenuhi standar jika
6 m, sedangkan keadaan sebenarnya di dibandingkan standar BSNP yang terdapat
lapangan, luas area kerja bengkel mesin pada Permendiknas No. 40 tahun 2008
otomotif mencapai 48 m2 dengan panjang 8 menunjukkan luas area menurut standar
m dan lebar 6 m. Jadi dari segi luas, area adalah 48 m2 dengan panjang 8 m dan lebar
kerja kelistrikan otomotif yang berada di 6 m, sedangkan keadaan sebenarnya di
SMKN 6 Malang sudah memenuhi standar lapangan luas area penyimpanan dan
BSNP. Akan tetapi, dari data di lapangan instruktur mencapai 18 m2 dengan panjang 6
menunjukkan bahwa rombongan belajar m dan lebar 3 m. Jadi dari segi luas, area
yang menggunakan bengkel tersebut penyimpanan dan instruktur yang berada di
mencapai 40 siswa, berarti bahwa rasio SMKN 6 Malang belum memenuhi standar
luasnya 1.2 m2/peserta didik. Hal ini BSNP. Akan tetapi, dari data di lapangan
menunjukkan bahwa rasio belum memenuhi menunjukkan bahwa instruktur yang
jika dibandingkan dengan standar BSNP menggunakan bengkel tersebut mencapai 9
yaitu 6 m2/peserta didik. Dengan demikian orang, berarti bahwa rasio luasnya 4.5
dapat disimpulkan bahwa kesesuaian m2/orang. Hal ini menunjukkan bahwa rasio
tersebut masuk kategori tidak memadai sudah memenuhi jika dibandingkan dengan
dengan persentase kesesuaian 20%. (3) Luas standar BSNP yaitu 4 m2/orang. Dengan
area kerja chasis dan pemindah tenaga, jika demikian dapat disimpulkan bahwa
dibandingkan standar BSNP yang terdapat kesesuaian tersebut masuk kategori cukup
pada Permendiknas No. 40 tahun 2008 memadai dengan persentase kesesuaian
menunjukkan luas area menurut standar 50%.
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 2, OKTOBER 2015 11
60%
PRESENTASE KELENGKAPAN
50%
Area kerja mesin otomotif
40%
Area kerja kelistrikan
30%
10%
Area kerja instruktur
0%
Area kerja bengkel otomotif di SMKN 6
Malang
Kesesuaian Area Kerja Bengkel Otomotif area kerja bengkel otomotif di SMKN 10
di SMKN 10 Malang Malang dapat disimpulkan bahwa persentase
ketercapaian luas area kerja bengkel
Kesesuaian luas area kerja bengkel
otomotif secara keseluruhan memperoleh
otomotif yang berada di SMK Negeri 10
persentase nilai rata-rata 44% dan dapat
Kota Malang dapat dilihat pada Gambar 5.
dikatakan cukup memadai.
Berdasarkan Gambar 5 mengenai kesesuaian
70%
50%
30%
Area kerja chasis pemindah tenaga
20%
10%
Area kerja instruktur
0%
Area kerja bengkel otomotif di SMKN 10
Malang
Beberapa area kerja harus segera yaitu 6 m2/peserta didik. Dengan demikian
dipenuhi di SMK Negeri 10 Malang antara dapat disimpulkan bahwa kesesuaian
lain : (1) Luas area kerja mesin otomotif, tersebut masuk kategori cukup memadai
jika dibandingkan standar BSNP yang dengan persentase kesesuaian 30%. (3) Luas
terdapat pada Permendiknas No. 40 tahun area kerja chasis dan pemindah tenaga, jika
2008 menunjukkan luas area menurut dibandingkan standar BSNP yang terdapat
standar adalah 96 m2 dengan panjang 12 m pada Permendiknas No. 40 tahun 2008
dan lebar 8 m, sedangkan keadaan menunjukkan luas area menurut standar
sebenarnya di lapangan, luas area kerja adalah 64 m2 dengan panjang 8 m dan lebar
bengkel mesin otomotif mencapai 72 m2 8 m, sedangkan keadaan sebenarnya di
dengan panjang 12 m dan lebar 6 m. Jadi lapangan luas area kerja bengkel mesin
dari segi luas, area kerja mesin otomotif otomotif mencapai 160 m2 dengan panjang
yang berada di SMKN 10 Malang belum 16 m dan lebar 10 m. Jadi dari segi luas,
memenuhi standar BSNP. Akan tetapi, data area kerja chasis dan pemindah tenaga yang
di lapangan menunjukkan bahwa berada di SMKN 10 Malang sudah
rombongan belajar yang menggunakan memenuhi standar BSNP. Akan tetapi, data
bengkel tersebut mencapai 40 siswa, berarti dilapangan menunjukkan bahwa rombongan
bahwa rasio luasnya 1.8 m2/peserta didik. belajar yang menggunakan bengkel tersebut
Hal ini menunjukkan bahwa rasio belum mencapai 40 siswa, berarti bahwa rasio
memenuhi jika dibandingkan dengan standar luasnya 4 m2/peserta didik. Hal ini
BSNP yaitu 6 m2/peserta didik. Oleh menunjukkan bahwa rasio belum memenuhi
karenanya dapat disimpulkan bahwa jika dibandingkan dengan standar BSNP
kesesuaian tersebut masuk kategori cukup yaitu 8 m2/peserta didik. Oleh karenanya
memadai dengan persentase kesesuaian dapat disimpulkan bahwa persentase
30%. (2) Luas area kerja kelistrikan kesesuaian tersebut masuk kategori cukup
otomotif, jika dibandingkan standar BSNP memadai dengan persentase kesesuaian
yang terdapat pada Permendiknas No. 40 50%. (4) Luas area penyimpanan dan
tahun 2008 menunjukkan luas area menurut instruktur, jika dibandingkan standar BSNP
standar adalah 48 m2 dengan panjang 8 m yang terdapat pada Permendiknas No. 40
dan lebar 6, sedangkan keadaan sebenarnya tahun 2008 menunjukkan luas area menurut
di lapangan, luas area kerja bengkel mesin standar adalah 48 m2 dengan panjang 8 m
otomotif mencapai 72 m2 dengan panjang 12 dan lebar 6 m, sedangkan keadaan
m dan lebar 6 m. Jadi dari segi luas, area sebenarnya di lapangan luas area ruang
kerja kelistrikan otomotif yang berada di penyimpanan dan instruktur mencapai 24 m2
SMKN 10 Malang sudah memenuhi standar dengan panjang 6 m dan lebar 4 m. Jadi dari
BSNP. Akan tetapi, dari data di lapangan segi luas, area penyimpanan dan instruktur
menunjukkan bahwa rombongan belajar yang berada di SMKN 10 Malang belum
yang menggunakan bengkel tersebut memenuhi standar BSNP. Akan tetapi, dari
mencapai 40 siswa, yang berarti bahwa rasio data di lapangan menunjukkan bahwa
luasnya 1.8 m2/peserta didik. Hal ini instruktur yang menggunakan bengkel
menunjukkan bahwa rasio belum memenuhi tersebut mencapai 9 orang, berarti bahwa
jika dibandingkan dengan standar BSNP rasio luasnya 2.7 m2/orang. Hal ini
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 2, OKTOBER 2015 13
bahwa rasio belum memenuhi jika diban- sistem pendidikan yang berlaku atau sesuai
dingkan dengan standar BSNP yaitu 8 m2/ dengan perkembangan teknologi; dan (f)
peserta didik. Oleh karenanya dapat disim- fungsi peralatan. Pertimbangan tersebut
pulkan bahwa persentase kesesuaian terse- dapat digunakan sebagai asumsi dalam
but masuk kategori cukup memadai dengan menentukan luas area ruang bengkel.
persentase kesesuaian 50%. (4) Luas area Bila ditinjau secara keseluruhan
penyimpanan dan instruktur, jika diban- berdasarkan penelitian, persentase tingkat
dingkan standar BSNP yang terdapat pada kesesuaian luas area bengkel otomotif di
Permendiknas No. 40 tahun 2008 menunjuk- Kota Malang berdasarkan standar yang telah
kan luas area menurut standar adalah 48 m2 ditentukan, maka hasil yang dicapai adalah
dengan panjang 8 m dan lebar 6 m, se- 47%, maka menurut BAN (2009) capaian
dangkan keadaan sebenarnya di lapangan tersebut masuk dalam kategori cukup
luas area ruang penyimpanan dan instruktur memadai. Banyak SMK yang memiliki area
mencapai 24 m2 dengan panjang 6 m dan kerja bengkel dengan kondisi yang tidak
lebar 4 m. Jadi dari segi luas, area penyim- memenuhi persyaratan yang diharapkan. Hal
panan dan instruktur yang berada di SMKN tersebut selaras dengan hasil penelitian yang
12 Malang belum memenuhi standar BSNP. dilakukan oleh Slamet (2010:117), untuk
Data di lapangan menunjukkan bahwa ins- mengatasi permasalahan tersebut, maka
truktur yang menggunakan bengkel tersebut SMK perlu melakukan penyusunan area
mencapai 9 orang, berarti bahwa rasio kerja semaksimal mungkin sesuai dengan
luasnya 2.6 m2/orang. Hal ini menunjukkan jumlah rombongan sehingga dapat
bahwa rasio belum memenuhi jika diban- meningkatkan pembelajaran yang lebih
dingkan dengan standar BSNP yaitu 4 baik.
m2/orang. Keseluruhan luas area penyim- Sarana prasarana yang memadai dapat
panan dan instruktur dapat disimpulkan memberikan kontribusi yang maksimal
bahwa persentase kesesuaian luas area terse- terhadap hasil belajar apabila dikelola
but masuk kategori memadai dengan dengan baik, serta dapat mewujudkan
persentase kesesuaian 66%. suasana belajar yang efektif dan
Sarana prasarana merupakan suatu ba- menyenangkan sehingga dapat memotivasi
gian yang sangat penting dalam suatu pem- siswa untuk belajar dengan baik sesuai
belajaran, sarana prasarana yang baik dan dengan kemampuan dan kelengkapan
benar-benar matang akan memberikan hasil prasarana yang ada. Seperti yang dijelaskan
yang optimal pada kualitas belajar siswa. oleh Yoto (2015), dalam merencanakan
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah fasilitas pada pendidikan kerja,
Kejuruan (2003), untuk menghitung jumlah pertimbangan utama yang dilakukan adalah
kebutuhan ruang dan peralatan, maka hal- menyediakan tempat yang cukup untuk
hal yang perlu diperhatikan ialah: (a) jumlah kelompok, individu, dan pengajaran
peserta didik; (b) jenis praktik yang bengkel. Kecukupan tempat pada tempat
dilaksanakan; (c) keuangan dan dana yang kerja di bengkel merupakan unsur penting
dibutuhkan; (d) ukuran setiap peralatan; (e) untuk kondisi kerja yang sesuai.
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 2, OKTOBER 2015 15
80%
70%
PREESENTASE KELENGKAPAN
0%
Area kerja bengkel otomotif di SMKN 12
Malang
DAFTAR RUJUKAN
Analisis dan Pelaporan Hasil Penilaian bang.kemendiknas.go.id//conten/analis
Menurut BSNP. 2009 (Online) (http:// ishasil.pdf), diakses 10 Agustus 2015.
lit-
16 Willy Artha Wirawan, Analisis Kebutuhan Perlengkapan Bengkel...
Tim Pakar Manajemen Pendidikan. 2003. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman
Manajemen Pendidikan (Analisis Sub- Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
stantif dan Aplikasinya dalam Institusi Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah,
Pendidikan). Malang: Universitas Laporan Penelitian. Edisi Kelima.
Negeri Malang. Malang: Biro Administrasi Akademik,
Peerencanaan, dan Sistem Informasi
Undang-Undang Republik Indonesia No 20
bekerjasama dengan Universitas
tahun 2003 tentang SISDIKNAS.
Negeri Malang.
2006. (Online) (http://litbang.kemen-
diknas.go.id/conten/uu_20 tahun 2003 Yoto. 2015. Manajemen Bengkel Teknik
sisdiknas.pdf) , diakses 7 September Mesin. Malang: Aditya Media Pub-
2015 lishing.