Anda di halaman 1dari 6

18 Jurnal

Jurnal DinamikaDinamika
VokasionalVokasional Teknik Mesin, Volume 4, Nomor 1, April 2019
Teknik Mesin ISSN 2548-7590 (media online)
Volume 4 Nomor 1 April 2019 Hal 18-23 ISSN 2598-392X (media cetak)
https://journal.uny.ac.id/index.php/dynamika/issue/view/1672

PENGEMBANGAN TATA LETAK BENGKEL DAN PROGRAM


PRAKTIK FABRIKASI LOGAM DI SMK N 1 SEYEGAN
Aris Sulistyo1, Putut Hargiyarto2
1,2
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY
Email: arissulistyo95@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research and development are to plan a workshop layout, a program for practical
works and to identify the inhibiting and supporting factors in the implementation stage. The development model
useduses Analysis, Design, Implementation and Evaluation. Subject of the research and development are
teachers and technicians working in Metal Fabrication Workshops. The data were collected using observation,
interviews and documentation. The results of the study are metal fabrication workshop layouts, practical work
program, and identification of the inhibiting and supporting factors in the research and development.

Keywords: workshop, development, layout, fabrication, program

ABSTRAK
Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah menghasilkan layout bengkel, program praktik dan
identifikasi faktor penghambat, pendukung. Model pengembangan menggunakan Analisis, Desain, Implementasi
dan Evaluasi. Subjek pada penelitian dan pengembangan ini adalah Guru dan Teknisi Bengkel Teknik Fabrikasi
Logam. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil berupa
layout bengkel praktik fabrikasi logam, komponen program praktik dan identifikasi faktor pendukung,
penghambat dalam penelitian dan pengembangan.

Kata kunci: pengembangan bengkel, layout bengkel, tata letak dan program praktik fabrikasi

PENDAHULUAN

Salah satu upaya pemerintah untuk membutuhkan sarana dan prasarana khusus
mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan bidang keahlian yang diajarkan.
berkualitas yang mampu bersaing di dunia kerja Salah satu standar minimum yang harus
dan menguasai perkembangan IPTEK adalah ada dalam pendidikan kejuruan adalah standar
pendidikan. Salah satu jenis pendidikan yang sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana
berperan langsung dalam mempersiapkan pendidikan kejuruan memiliki standar
tenaga kerja yang terampil dan profesional kebutuhan yang berbeda sesuai dengan
sesuai kebutuhan di dunia industri adalah program keahlian dalam pendidikan kejuruan.
pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan atau Salah satu program keahlian pendidikan
SMK adalah sistem pendidikan yang kejuruan adalah teknik las. Berdasarkan
mengutamakan penguasaan skill dan Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2008
keterampilan peserta didik pada bidang Tentang sarana dan prasarana, program
keahlian tertentu. Berdasarkan Penjelasan keahlian teknik las harus mempunyai ruang
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional praktik yang berfungsi sebagai tempat
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, Pendidikan berlangsungnya kegiatan pembelajaran: (1)
Kejuruan adalah pendidikan menengah yang pekerjaan logam dasar dan kerja pelat; (2)
mempersiapkan peserta terutama untuk bekerja pemotongan dan pengelasan dengan las oksi-
dalam bidang keahlian tertentu. Sehingga asetilin (OAW), dan (3) pengelasan dengan
dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan busur listrik (SMAW). Luas minimum ruang
Pengembangan Tata Letak (Aris Sulistyo, Putut Hargiyarto) 19

praktik program keahlian teknik las adalah 256 menghubungkan antara teori dan praktik,
m2 dengan kapasitas 32 peserta didik yang mengoptimalisasikan teori dan
meliputi: (1) area kerja bangku 64 m2; (2) area mengembangkannya, lebih lagi dibidang
kerja las OAW 96 m2; (3) area kerja las SMAW pengetahuan yang langsung diaplikasikan dan
48 m2, dan (4) ruang penyimpanan dan dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat,
instruktur 48 m2. khususnya yang berhubungan dengan produksi
Untuk mencapai tujuan pendidikan dan jasa. Bengkel praktik adalah tempat atau
kejuruan tidak cukup hanya dengan sarana yang digunakan untuk proses belajar
peningkatan sarana dan prasarana praktik. mengajar yang berorientasi pada kegiatan
Salah satu aspek terpenting dalam upaya praktik berdasarkan aspek kebutuhan proses
mencapai tujuan pendidik kejuruan adalah pembelajaran serta sebagai fasilitas penerapan
teknis pembelajaran praktik. Untuk mencapai konsep teori kejuruan yang penyelengaraanya
standar kompetenesi siswa dibutuhkan jam harus memenuhi standar minimal yang
praktik yang banyak karena pelatihan digunakan sebagai acuan evaluasi dan
keterampilan akan efektif jika dilaksanakan pengembangan bengkel praktik.
berulang-ulang. Hal ini sesuai dengan teori Holmut Nolker (1983) memaparkan
belajar Behavioristik oleh Edward Lee bahwa luas tempat yang diperlukan untuk
Torndike. setiap siswa dalam melaksanakan praktik
Menurut Undang-undang Nomor 20 pengerjaan logam adalah 7-11 m2. Luas
Tahun 2003 tentang Pasal 1 Ayat 20, bangku kerja untuk satu siswa 3 m2, untuk tiga
pembelajaran adalah proses interaksi peserta siswa disarankan luas 6.8 m2 dan untuk luas
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada pengerjaan pemotongan adalah 6.6 m2. Selain
lingkungan belajar. Definisi tersebut senada itu, dalam penempatan posisi peralatan praktik
dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (1999: harus fleksibel untuk mengantisipasi adanya
297) yang menyebutkan bahwa “pembelajaran perkembangan atau pengembangan di masa
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam mendatang. Sehingga, peralatan dengn kondisi
desain instruksional, untuk membuat siswa fisik besar atau peralatan yang bertipe peralatan
belajar aktif yang menekankan pada tetap harus diletakkan di samping. Sedangkan,
penyediaan sumber belajar”. Pembelajaran untuk peralatan praktik dengan kondisi fisik
praktik adalah proses interaksi edukasi yang kecil diletakkan di tengah agar mudah jika akan
dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dilakukan pengembangan yang memerlukan
yang telah dikelola secara sengaja dengan pemindahan atau penambahan peralatan
melibatkan unsur-unsur pendidikan didalamnya praktik.
guna mencapai tujuan. Tujuan berupa Penelitian yang dilakukan Agus Triyanto
penerapan teori atau menemukan fakta yang (2013), Syahril Is (2012) dan Muhammad
ingin diketahui secara mandiri serta berfungsi Yusuf Ikhsan (2014) tentang sarana dan
untuk meningkatkan ketarampilan yang prasarana bengkel praktik SMK menghasilkan
dibutuhkan peserta didik. Oleh sebab itu dalam kesimpulan kurang memadainya bengkel
penyelenggaraan pendidikan kejuruan praktik SMK. Hal ini menunjukan bahwa masih
membutuhkan sarana dan prasarana yang terdapat SMK yang belum bisa menyediakan
memadai untuk mendukung proses sarana praktik yang memadai.
pembelajaran praktik. Salah satu sarana yang SMK N 1 Seyegan adalah salah satu
berperan vital dalam pembelajaran praktik SMK yang memiliki program keahlian Teknik
pendidikan kejuruan adalah bengkel praktik. Fabrikasi Logam. Jurusan Teknik Fabrikasi
Rianto Roesman (1988: 184) Logam SMK N 1 Seyegan mengalami beberapa
mendefinisikan bengkel merupakan sarana permasalahan yang sedang dihadapi yakni pada
kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk pengelolaan bengkel, teknis pelaksanaan
20 Jurnal Dinamika Vokasional Teknik Mesin, Volume 4, Nomor 1, April 2019

praktik, perawatan peralatan, tata letak, jumlah (RAB). Proses implementasi pengembangan
alat praktik, dan kondisi peralatan praktik. Oleh tata letak dan program praktik melibatkan
karena itu, dilakukan penelitian dengan judul Kepala Sekolah, Wakil Kepala Kurikulum,
“Pengembangan Tata Letak Bengkel dan Bendahara Sekolah, Ketua Jurusan, Guru dan
Program Praktik Fabrikasi Logam di SMK N 1 Teknisi Jurusan Teknik Fabrikasi Logam SMK
Seyegan”. N 1 Seyegan. Alur pelaksanaan pengembangan
Penelitian ini memiliki tujuan penelitian dimulai dengan (1) observasi sarana dan
untuk menghasilkan layout dengan pembagian prasarana yang ada, (2) pembuatan layout,
area praktik yang mengacu pada Peraturan teknis pelaksanaan praktik dan berbagai
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2008 dan tata keperluan lain, (3) pembuatan rencana
letak bengkel fabrikasi logam di SMK N 1 anggaran, (4) pengajuan ijin kepada Kepala
Seyegan yang berpedoman pada K3 dan Sekolah, (5) Penyampaian gagasan atau
kesesuaian di lapangan. Selain itu, penelitian program pengembangan, (6) Penyusuan alur
ini akan menghasilkan komponen program pelaksanaan implementasi dan (7) pelaksanaan
praktik yang mendukung implementasi pada implementasi.
tata letak bengkel yang baru, serta Layout bengkel praktik yang
mengidentifikasi faktor penghambat dan diimplemntasikan memiliki 3 area utama yakni
pendukung dalam implementasi tata letak area kerja bangku (9 m x 8 m), area las (9 m x 7
bengkel fabrikasi yang baru. m) dan area penunjang yang selanjutnya akan
dikembangkan menjadi area kerja las gas (9 m
METODE x 6 m). Selain itu, juga terdapat area instruktur,
area peralatan, gudang bahan dan area
Metode yang digunakan dalam penelitian pemesinan. Secara teknis praktik implementasi
ini adalah penelitian dan pengembangan melalui pengelompokkan satu kelas menjadi 5
(Research and Development) dengan prosedur kelompok dengan mengerjakan 5 job kelompok
pengembangan dimulai dari: (1) analisis; dan 3 job individu dalam 1 semester tanpa ada
dilanjutkan (2) desain; (3) implementasi, dan kelompok piket. Penyusunan jadwal piket
(4) evaluasi. Subjek penelitian ini adalah guru berdasarkan kelompok yang sedang
dan teknisi Teknik Fabrikasi Logam di SMK N melaksanakan job individu pada pertemuan
1 Seyegan. Pengumpulan data dengan cara tersebut dengan piket peralatan dan piket
observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik bahan. Setiap piket memiliki pekerjaan dan
analisis data yang digunakan dalam penelitian tanggung jawab tertentu.
ini adalah deskriptif kualitatif. Beberapa kendala yang menghambat
pelaksanaan implementasi produk yakni (1)
HASIL DAN PEMBAHASAN jumlah teknisi yang kurang memadai, (2)
pengawasan guru kurang, (3) manajemen
pengadaan bahan dan job kurang sesuai dengan
Uji coba penelitian melalui beberapa
produk yang dikembangkan, (4) tidak
langkah, yakni (1) Perencanaan, (2) Pemaparan,
seragamnya job, dan (5) luas area bengkel yang
(3) Koordinasi dan (4) Pelaksanaan.
kurang ideal. Selain faktor penghambat,
Pelaksanaan pengembangan tata letak dan
terdapat faktor pendukung yakni (1) Keinginan
program praktik fabrikasi logam di SMK N 1
ketua jurusan untuk mengembangkan bengkel
Seyegan mencakup pembuatan layout,
fabrikasi (2) Alur komunikasi yang lancar antar
penyusunan teknis pelaksanaan, pembuatan
warga sekolah (3) Proses pengadaan peralatan
instruksi kerja guru, siswa dan instruksi kerja
praktik baru, (4) Kesesuaian permasalahan
piket harian, serta pembuatan bilik las, meja las
yang sedang dihadapi di jurusan teknik
SMAW dan pengecatan lantai bengkel yang
fabrikasi, dan (5) kerukunan warga Jurusan
dilengkapi dengan rencana anggaran biaya
Teknik Fabrikasi Logam.
Pengembangan Tata Letak (Aris Sulistyo, Putut Hargiyarto) 21

Produk yang dihasilkan dari penelitian berprinsip pada K3 bengkel praktik fabrikasi
ini adalah layout bengkel praktik dan teknis logam. Dibandingkan dengan layout yang
pelaksanaan praktik di bengkel fabrikasi logam sebelumnya, perbedaan paling jelas pada area
SMK N 1 Seyegan. Pembuatan layout mengacu kerja dan safety area.
pada manajemen bengkel kejuruan dan

Gambar 1. Desain Layout Awal

Gambar 2. Desain Layout Hasil Penelitian

Pada layout awal, pembagian area kerja dibandingkan dengan teknis pelaksanaan
berdasarkan jenis pekerjaan seperti area praktik yang lama, teknis pelaksanaan praktik
gerinda, area las, area pemotongan, area yang baru membuat 5 kelompok dalam setiap
pembentukan, area penekukan dan area kelas dengan mengerjakan 5 job kelompok dan
pengawas sedangkan pada layout yang baru 3 job individu tanpa ada kelompok untuk
dibuat berdasarkan area kerja las SMAW, area piket. Pada teknis pelaksanaan praktik yang
kerja bangku dan area las gas. Selain itu, lama, satu kelas dibuat menjadi 6 kelompok
safety area pada layout yang sebelumnya berdasarkan kelompok piket dengan
dibuat menjadi 2 area safety sedangkan area mengerjakan job sesuai dengan yang diberikan
safety pada layout yang baru dibuat menjadi 1 oleh guru dan terdapat 1 kelompok untuk tugas
area safety untuk meningkatkan efisiensi piket. Untuk kelompok piket tidak
penggunaan luas area kerja di bengkel. diperbolehkan untuk melakukan praktik
Sedangkan pada teknis pelaksanaan praktik mengerjakan job.
22 Jurnal Dinamika Vokasional Teknik Mesin, Volume 4, Nomor 1, April 2019

Gambar 3. Foto Kondisi Bengkel Awal

Gambar 4. Foto Kondisi Bengkel Setelah Pengembangan

Dari gambar 3 dan 4 didapatkan beberapa manajemen bengkel kejuruan. (3) aspek K3, Salah
perubahan yakni: (1) Safety area pada layout satu aspek K3 yang mengalami perubahan adalah
sebelumnya berjumlah dua area dengan posisi pada jalur evakuasi. dengan diubahnya area aman
membagi luas bengkel menjadi tiga bagian dirubah pada layout bengkel awal menjadi layout yang baru,
menjadi satu area. Perubahan ini menghasilkan membuat alur evakuasi menjadi lebih ringkas jika
efektivitas penggunaan area bengkel yang lebih baik, terjadi bahaya di dalam bengkel praktik Teknik
(2) Posisi penempatan pada peralatan praktik las Fabrikasi Logam.
SMAW, las gas dan kerja bangku berdasarkan
Pengembangan Tata Letak (Aris Sulistyo, Putut Hargiyarto) 23

SIMPULAN DAFTAR RUJUKAN

Bentuk tata letak bengkel dengan area kerja Agus Triyanto, (2013). Optimalisasi Pemanfaatan
utama kerja bangku, las listrik dan las gas seperti Peralatan Bengkel Pemesinan di SMK
pada gambar berikut: Muhammadiyah 1 Salam. Tugas Akhir Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri
Yogyakarta.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan


Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Helmut Nolker. (1983). Pendidikan Kejuruan:


Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan. Jakarta:
Gambar 5. Layout Hasil Penelitian Gramedia.

Proses implementasi program praktik Muhammad Yusuf Ikhsan, (2014). Evaluasi


mencakup teknis pelaksanaan praktik, instruksi kerja Penggunaan Program 2 Shift pada
piket peralatan untuk siswa, instruksi kerja piket Pembelajaran Praktik Pemesinan di SMK
bahan untuk siswa, lembar bon bahan, lembar nilai Pangudi Luhur Muntilan. Tugas Akhir Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri
piket harian dan instruksi kerja guru.
Yogyakarta.
Faktor penghambat dalam proses implementasi
yakni: (1) jumlah teknisi bengkel kurang memadai, Peraturan Menteri. (2008). Peraturan Mentri
(2) pengawasan guru kurang, (3) manajemen Pendidikan Nasional No.40 Tahun 2008
pengadaan bahan dan job kurang sesuai dengan Tentang Standar Sarana Dan Prasarana
produk yang dikembangkan, (4) tidak seragamnya Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
job yang diberikan dari setiap guru pengampu, dan Kejuruan (SMA/MAK).
(5) luas area bengkel yang masih kurang mencukupi. Peraturan Pemerintah. (2003). Undang-Undang
Sedangkan faktor-faktor pendukung yakni: (1) Nomor 20 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 20 Tentang
keinginan ketua jurusan untuk mengambangkan Pembelajaran.
bengkel fabrikasi (2) alur komunikasi yang lancar
antar warga sekolah yang terlibat dalam (3) proses Peraturan Pemerintah. (2003). Undang-Undang
pengadaan peralatan praktik baru, (4) kesesuaian Nomor 20 Tahun 2013 Pasal 15 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
permasalahan yang sedang dihadapi di jurusan teknik
fabrikasi logam dengan program pengembangan
Rinanto Roesman. (1998). Keterampilan Psikomotor.
pengintegrasian ini, dan (5) kerukunan warga jurusan Jakarta: P2LPTK. Depdikbud.
teknik fabrikasi logam yang membuat proses
implementasi menjadi lebih mudah. Syahril Is. (2012). Model Analisis Pencapaian
Kompetensi Kejuruan Berdasarkan Fasilitas
Praktik Pada Sekolah Menengah Kejuruan
Dengan Pendekatan Sistem Dinamis. Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol. 13 No. 2 Oktober
2012.

Anda mungkin juga menyukai