Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH MATA PELAJARAN KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA (K3) PADA SISWA JURUSAN KONSTRUKSI


JALAN IRIGASI dan JEMBATAN DI SMK NEGERI 7 SEMARANG

Proposal Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Oleh

Dita Wahyu Asrifah

NIM.5101417048

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan


formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs. Lembaga Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan
untuk menciptakan Sumber daya Manusia yang berkompeten serta memiliki keterampilan
yang sesuai dengan jurusan atau bidang keahlian tertentu., dan harapannya siswa SMK bisa
mengembangkan keterampilan dan siap menjadi lulusan yang siap kerja.

Berkaitan dengan hal tersebut, Sekolah Menengah Kejuruan sangat mengutamakan


praktik daripada teorinya. Kegiatan praktik konstruksi yang di lakukan di bengkel memiliki
peranan penting dalam mengembangkan dan mengasah ketrampilan dan potensi siswanya
untuk bekal siswa di dunia kerja / dunia insdustri yang sebenarnya. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, praktik adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori.
Sedangkan menurut Paryanto (2008), praktik merupakan suatu perwujudan dari suatu teori
dalam bentuk kerja nyata atau suatu pelaksanaan pekerjaan yang didasari oleh suatu teori
tertentu. Praktik juga merupakan kegiatan yang memberikan suatu keanekaragaman peluang
untuk melakukan percobaan keterampilan.

Dalam praktik konstruksi di bengkel, tidak jarang di temui mesin-mesin atau peralatan
kerja yang berat yang pasti membutuhkan perhatian khusus untuk mengutamakan Kesehatan
Keselamatan Kerja. Untuk meningkatkan hasil produksi banyak industri mengembangkan
peralatan dan mesin kerja yang beteknologi tinggi akan tetapi peralatan dan mesin kerja dapat
membahayakan apabila cara pemakaiannya kurang tepat.

Kesehatan Keselamat Kerja menjadi icon terpenting dalam suatu proyek atau
pekerjaan, maka dari itu di butuhkan pengetahuan yang cukup baik tentang pentingnya K3
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan salah satunya adalah kecerobohan saat
praktik yang bisa menimbulkan efek atau kecelakaan fatal. Dampak tentang kecelakaan
tersebut tidak hanya di rasakan oleh siswa yang bersangkutan saja, tapi juga bagi pihak
sekolah.

Untuk itu perlu di canangkan adanya SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan


kesehatan Kerja) agar tercipta kawasan kerja serta system kerja yang aman bagi pekerja
maupun instansi yang bersangkutan. Pendidikan dan kesadaran untuk memperhatikan K3
perlu di ajarkan sejak dini melalui praktik di bengkel atau kegiatan kunjungan industry di
bengkel konstruksi sebagai sarana perkenalan dan sadar akan K3.

Mata pelajaran K3 yang di dapat di kelas XI sangat bermanfaat untuk siswa lebih
paham betul pentingnya K3 dan bertujuan agar siswanya terhindar dari bahaya kecelakaan.
Ilmu K3 secara spesifik juga bisa di terapkan siswa SMKN 7 Semarang pada kelas XIIII saat
mereka melaksanakan praktik kerja industry, namun tidak jarang pada waktu praktik ada
mahasiswa yang kurang memperhatiakan tentang kesadaran ilmu K3. Hal ini terbukti pada
waktu praktik di bengkel, walaupun semua memakai wearpack, namun mereka sering tidak
membaca jobsheet sebelum melaksanakan praktik sehingga pengetahuan mereka menjadi
terbatas dan sering tidak mengetahui prosedur kerja yang benar dan banyak siswa yang
menyepelekan hal-hal yang berhubungan dengan K3.

Faktor lain yang mempengaruhi perihal pelanggaran K3 adalah ketidaktegasan guru


dalam mendidik siswanya. Guru lebih memfokuskan perhatiannya kepada siswa yang tidak
memakai wearpack dan memberikan konsekuensi tidak boleh mengikuti praktik, padahal di
luar itu banyak sekali factor-faktor yang harus di perhatikan, seperti berdoa terlebih dahulu
sebelum praktik, membaca jobsheet terlebih dahulu, menggunakan alat APD yang tepat serta
masih banyak lagi hal-hal yang sekiranya berkaitan dengan K3. Bahaya bisa terjadi kapan
saja, untuk itu pengetahuan mengenai K3 sangat penting untuk di ketahui oleh siswa.
Terbiasa bersikap dan memperhatikan K3 selama praktik di sekolah, diharapkan dapat
membuat siswa terbiasa berperilaku K3 selama bekeja di industri. Hal-hal yang telah
dipaparkan diatas menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi Masalah dilakukan untuk mengetahui penyebab dilaksanakannya


penelitian ini. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kurangnya pengetahuan akan penerapan K3 di kelas XII TKJJ SMKN 7 STM


PEMBANGUNAN SEMARANG pada saat praktik konstruksi bangunan.

2. Sikap siswa XII TKJJ SMKN 7 STM PEMBANGUNAN SEMARANG mengenai


pelaksanaan praktik konstruksi bangunan.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini,
maka masalah dibatasi pada:

1. Pengetahuan siswa kelas XII program keahlian TKJJ SMKN 7 Semarang tentang
pendidikan K3.

2. Sikap siswa kelas XII program keahlian TKJJ SMKN 7 Semarang dalam melaksanakan K3
saat praktik konstruksi bangunan.

3. Penerapan K3 kelas XII program keahlian TKJJ SMKN 7 Semarang tentang pendidikan
K3 saat praktik konstruksi bangunan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengetahuan akan pentingnya tentang K3 di kelas XII TKJJ SMKN 7
SEMARANG pada saat praktik konstruksi bangunan?

2. Bagaimana sikap siswa XII TKJJ SMKN 7 SEMARANG mengenai pelaksanaan praktik
konstruksi bangunan?

3. Bagaimana pengaruh pemahaman K3 terhadap pengetahuan K3 kelas XII TKJJ SMKN 7


SEMARANG pada saat praktik konstruksi bangunan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang pentingnya pendidikan K3 di kelas XII


TKJJ SMKN 7 SEMARANG pada saat praktik konstruksi bangunan.

2. Untuk mengetahui sikap siswa kelas XI TKJJ SMKN 7 SEMARANG dalam melaksanakan
K3 pada pelaksanaan praktik konstruksi bangunan.

3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian materi berupa modul terhadap pengetahuan K3


kelas XI TKJJ SMKN 7 SEMARANG pada saat praktik konstruksi bangunan.

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi semua kalangan. Adapun manfaat dari penelitian dibagi menjadi kegunaan teoritis dan
praktis :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat menegembangkan ilmu pengetahuan tentang


Pendidikan Kesehatan Keselamatan Kerja dan mendorong peneliti untuk menjadi calon
pendidik yang kreatif dan inovatif serta paham betul tentang pentingnya Kesehatan
Keselamatan Kerja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

1) Hasil penelitian dapat di gunakan sebagai sarana untuk bisa mengembangkan Ilmu
Pengetahuan tentang pentingnya K3 pada setiap praktik pekerjaan.

2) Hasil penelitian dapat di gunakan sebagai masukan atau motivasi siswa SMKN 7
(STM PEMBANGUNAN) SEMARANG tentang penerapan Kesehatan Keselamatan
Kerja pada setiap melakukan praktik pekerjaan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi sekolah
maupun guru pelajaran produktif untuk merumuskan kebijakan dalam hal penerapan
Kesehatan Keselamatan Kerja

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman penulis dalam memperluas


pengetahuan dan wawasan tentang Kesehatan Keselamatan Kerja

c. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dalam mempelajari dan


memahami materi tentang Kesehatan Keselamatan Kerja serta menambah wawasan
atau sumber belajar bagi mahasiswa.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Program Keahlian Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang mempersiapkan


siswanya untuk siap kerja di dunia industry serta menjadi tenaga kerja yang terampil
sesuai bidangnya. Di SMKN 7 Semarang terdapat 8 program keahlian, antara lain ;
Teknik Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan, Teknik Konstruksi Jalan
Jembatan dan Irigasi, Teknik Mekatronika, Teknik Tenaga Listrik, Teknik Sistem
Informatika Jaringan dan Aplikasi, Teknik Managemen Perawatan Otomotif, Teknik
Fabrikasi dan Manufaktur, Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi. Salah satu
program keahlian yang di jadikan peneliti sebagai objek meneliti adalah program
keahlian Teknik Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan, program keahlian ini
menjadikan siswanya untuk bisa menjadi tenaga ahli pada bidang konstruksi
bangunan.
Kompetensi Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan. merupakan bagian dari
program studi keahlian Teknik Bangunan. Peserta didik juga akan belajar bagaimana
membuat sebuah bangunan mulai dari persiapan, proses pembuatan, finishing,
pemeliharaan, sampai dengan penghitungan biaya secara rinci.

Kompetensi Lulusan peserta didik Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan antara lain
bertujuan untuk mencetak tenaga ahli di bidang Teknik Sipil / Bangunan dengan
keahlian:

1.  Pelaksana Proyek Konstruksi


2.  Pengawasan Proyek Konstruksi
3.  Estimator Biaya Konstruksi
4. Meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi): Teknik
Sipil, Teknik Arsitektur, Teknik Survei dan Pemetaan, dsb.

Keunggulan Kompetensi Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan (TKJJ) atau yang
dulu dikenal dengan nama Teknik Gambar Bangunan (TGB), merupakan jurusan yang
mencetak tenaga ahli tingkat menengah dibidang Teknik Sipil atau Teknik Bangunan.
Jurusan ini dipilih dengan melihat fakta di lapangan bahwa kebutuhan tenaga ahli tingkat
menengah dibidang ini tidak pernah lekang oleh waktu dan selalu berkembang dengan segala
dinamikanya.

Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan sebagai program keahlian yang memiliki
standart kompetensi praktik lebih banyak daripada teori, karena siswa SMK dipersiapkan
untuk bekerja di Industri. Lulusan Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan di persiapkan untuk
menjadi tenaga ahli di proyek atau industry dengan tingkat resiko bahaya yang tinggi seperti
pekerjaan konstruksi baja, konstruksi bangunan, serta konstruksi kayu yang mengharuskan
siswanya untuk mengetahui seberapa besarnya pendidikan atau pengetahuan K3.
Keterampilan dan pengetahuan K3 yang di terapakan secara berulang ulang dan terus
menerus selama melaksanakan praktik di bengkel akan membuat dan melatih siswa
khususnya program keahlian Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan untuk paham dengan
pemahaman dan penerapan K3 saat mereka mulai memasuki dunia kerja.

Factor kelalaian manusia yang terlalu meneyepelekan pengetahuan dan pemahaman


K3 menjadi penyumbang terbanyak dari factor penyebab terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Oleh karena itu, siswa harus di biasakan untuk selalu bersikap tertib dan menerapkan K3
selama menjalani praktik di bengkel akan mengurangi angka kecelakan kerja akibat kelalaian.
Untuk itu pengetahuan serta penerapan K3 selama praktik di bengkel sangat penting
dilakukan bagi siswa Teknik Konstruksi Gedung Sanitasi dan Perawatan
2.1.2 Praktik Konstruksi Bangunan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki perbedaan dengan Sekolah Menengah


Atas (SMA) dimana siswa SMK lebih dipersiapkan untuk menjadi tenaga kerja terampil
tingkat menengah. SMK kelompok bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa memiliki
beberapa kompetensi keahlian diantaranya adalah kompetensi keahlian Teknik Konstruksi
Gedung Sanitasi dan Perawatan , kompetensi keahlian ini mempersiapkan siswanya agar
menjadi tenaga terampil di bidang bangunan serta perawatan bangunan.

Praktik kerja konstruksi bangunan merupakan mata pelajaran produktif yang di dapat
pada siswa kelas XI Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan pada mata pelajaran Dasar
Konstruksi Bangunan (DKB) SMKN 7 SEMARANG. Praktik konstruksi kayu sangat penting
untuk melatih keterampilan dan kemampuan siswa untuk menerjemahkan gambar kerja untuk
dijadikan produk dan bisa di jadikan sarana agar siswa bisa belajar mengenali alat praktikum
yang di gunakan dalam praktik konstruksi bangunan.

Pemahaman dan penerapan K3 dalam praktik konstruksi bangunan merupakan hal


yang sangat penting dan menjadi pendukung proses pembelajaran praktik. Jika penerapan
tersebut dilakukan secara berulang-ulang maka saat menjalani praktik di bengkel akan
terbiasa taat mematuhi aturan K3 yang berlaku.

Penerapan k3 pada proyek konstruksi merupakan pekerjaan berat yang di dalamnya


melibatkan banyak unsur. Bukan hanya manusia sebagai pekerja, melainkan juga unsur-unsur
lain yang mendukung. Dari mulai penggunaan alat-alat berat hingga terlibatnya bahan
material dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan dunia konstruksi memiliki risiko
kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Untuk itulah kenapa
semua pihak harus memahami pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi.

2.1.3. Kesehatan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan


suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-
tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting untuk dilaksanakan pada
semua bidang pekerjaan tanpa terkecuali proyek pembangunan gedung seperti
apartemen, hotel, mall dan lain-lain, karena penerapan K3 dapat mencegah dan
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja.
Smith dan Sonesh (2011) mengemukakan bahwa pelatihan kesehatan dan kelelamatan
kerja (K3) mampu menurunkan resiko terjadinya kecelakaan kerja. Semakin besar
pengetahuan karyawan akan K3 maka semakin kecil terjadinya resiko kecelakaan kerja,
demikian sebaliknya semakin minimnya pengetahuan karyawan akan K3 maka semakin
besar resiko terjadinya kecelakaan kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi manajemen dalam upaya


penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Ketimpangan tersebut menjadi
penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Dengan semakin meningkatnya kasus
kecelakaan kerja dan kerugian akibat kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi
bahaya dalam proses produksi, dibutuhkan pengelolaan K3 secara efektif, menyeluruh,
dan terintegrasi dalam manajemen perusahaan. Manajemen K3 dalam organisasi yang
efektif dapat membantu untuk meningkatkan semangat pekerja dan memungkinkan
mereka memiliki keyakinan dalam pengelolaan organisasi (Akpan, 2011).

Kesehatan Keselamatan Kerja merupakan usaha untuk menjaga agar setiap pekerjaan
yang kita kerjakan tidak mengalami segala kecelakaan yang tidak di inginkan. Dapat dikatan
pula bahwa K3 adalah upaya untuk menghindari segala potensi bahaya dan risiko akibat kerja
yang dapat terjadi kapan saja. Kesehatan Keselamatan Kerja juga bisa di artikan sebagai upya
untuk melindungi atau mengatasi segala potensi yang bisa menimbulkan bahaya. K3
bertujuan untuk melindungi tenaga kerja atau orang lain Kesehatan Keselamatan Kerja juga
bisa di artikan sebagai upaya untuk melindungi atau mengatasi segala potensi yang bisa
menimbulkan bahaya. K3 bertujuan untuk melindungi tenaga kerja atau orang lain yang
berada di tempat kerja tersebut selalu dalam keadaan selamat serta semua alat kerja dapat
digunakan secara efisien.

Menurut Puji dkk (2017 ) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sarana
utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang
berupa luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/mesin
dan lingkungan secara luas.

Menurut Dyah (2013), keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik maupun emosional bagi tenaga kerja. Perlindungan dan keamanan tersebut
bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya sehari – hari untuk
meningkatkan produksi serta selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di
tempat kerja.

Pengertian keselamatan konstruksi telah banyak diberikan oleh beberapa pakar.


Menurut Davies (1996), keselamatan konstruksi adalah bebas dari resiko luka dari suatu
kecelakaan di mana kerusakan kesehatan muncul dari suatu akibat langsung/seketika
maupun dalam jangka waktu panjang. Levitt (1993) menyatakan bahwa keselamatan
konstruksi adalah usaha untuk meniadakan dari resiko kerugian/luka-luka dari suatu
kecelakaan dan kerusakan kesehatan yang diakibatkan oleh efek jangka pendek maupun
jangka panjang akibat dari lingkungan kerja tak sehat. Bubshait dan Almohawis (1994)
menyatakan bahwa keselamatan adalah penyelesaian proyek tanpa kecelakaan. Sedang
kecelakaan adalah kejadian yang tak diharapkan yang dapat menimbulkan kematian, sakit,
luka, kerusakan dan kerugian lainnya (Efansyah, 2007).

Menurut OHSAS 18001:1999, keselamatan adalah bebas dari resiko buruk yang tak
dapat diterima. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi dan faktor yang
memberikan efek kesehatan dan kesejahteraan karyawan, pekerja temporer, pekerja
kontraktor, peninjau/tamu, dan orang lain di dalam tempat kerja. Selanjutnya The National
Safety Council (NSC) mendefinisikan keselamatan adalah pengendalian bahaya untuk
mencapai suatu tingkat resiko yang dapat diterima. Suatu bahaya digambarkan sebagai
suatu aktivitas atau kondisi tak aman, yang jika tak terkendalikan dapat berperan terjadinya
suatu kecelakaan (Mitropoulos, 2005).

Selanjutnya, Suraji dan Bambang Endroyo (2009) menyatakan bahwa keselamatan


kostruksi adalah keselamatan orang yang bekerja (safe for people) di proyek konstruksi,
keselamatan masyarakat (safe for public) akibat pelaksaaan proyek konstruksi,
keselamatan properti (safe for property) yang diadakan untuk pelaksanaan proyek
konstruksi dan keselamatan lingkungan (safe for environment) di mana proyek konstruksi
dilaksanakan.

Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja menurut Annisah (2016) adalah sebagai


berikut: (1) Terdapat unsur-unsur keselamatan dan kesehatan kerja, (2) Adanya kesadaran
dari karyawan untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja, (3) Bekerja sesuai dengan
standar prosedur kerja yang ada serta memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja, (4)
Teliti dan cermat dalam melaksanakan pekerjaan.

Adapun tujuan-tujuan dari keselamatan kerja menurut Suma’mur (1981) adalah


sebagai berikut: (1) Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, (2)
Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya, (3) Agar
semua hasil produksi terpelihara keamanannya, (4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan
dan peningkatan gizi pegawai, (5) Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian, dan
partisipasi kerja, (6) Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
kerja, (7) Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Menurut beberapa definisi yang di sebutkan sebelumnya dapat di ambil kesimpulan
bahwa, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ialah cara atau metode untuk mengatur
atau membuat diri sendiri menjadi paham agar bisa bekerja dengan aman, baik dan sehat.

Dalam menanggulangi semakin banyaknya korban akibat kelalaian dan kurang


pemahaman terhadap K3, perlu adanya upaya untuk mengurangi dampak tersebut melalui
pendidikan terhadap tenaga kerja, atau dalam penelitian ini adalah siswa SMK 7 Semarang.

Usaha penerapan pedoman kesehatan dan keselamatan kerja di Indonesia salah


satunya didasarkan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan PP RI No. 50 tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Peraturan Pemerintah ini
mengandung 22 pasal dan terdiri dari 3 bab. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun
1996 membahas tentang tujuan, penerapan, penetapan kebijakan SMK3, Perencanaan SMK3,
pelaksanaan rencana SMK3, pemantauan evaluasi SMK3, peninjauan dan peningkatan
kinerja SMK3, serta penilaian yang dilakukan untuk mengevaluasi. . Mario (2007)
menyatakan bahwa dalam membuat kurikulum SMK telah memasukkan perencanaan K3
sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran praktik. Pelaksanaan telah dilakukan degan
cukup baik, namun yang menjadi kekurangan adalah evaluasi K3 yang belum sepenuhnya
dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Setiap SMK telah membuat kebijakan dan
penyempurnaan pengembangan evaluasi dan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran yang
akan datang dengan metode sistem pelaporan sebagai usaha dalam rehabilitasi  dan
penyempurnaan kinerja atau standarisasi kerja. Ditinjau dari materi pembelajaran K3 bahwa
materi K3 tidak diberikan sebagai satu mata pelajaran tersendiri keseluruhan tetapi
diintegrasikan kedalam setiap mata pelajaran praktikum dan hanya terkait dengan pekerjaan
yang dilakukan.

Melakukan pekerjaan di bengkel maupun laboratorium diperlukan pengetahuan K3


untuk menciptakan kondisi yang aman dan sehat selama bekerja. Indrayani & Ika (2014)
menjelaskan fungsi-fungsi dari K3, antara lain adalah: (1) Identifikasi dan melakukan
penilaian serta evaluasi terhadap resiko dari bahaya praktik dan kesehatan di tempat kerja, (2)
Memberikan saran terhadap perencanaan praktik kerja dan pengorganisasian praktik kerja
termasuk desain tempat kerja, (3) Memberikan informasi, metode kerja, prosedur kerja,
program kerja, dan desain pengendalian bahaya, (4) Memberikan saran, informasi, pelatihan,
dan edukasi tentang K3 serta Alat Pelindung Diri (APD), (5) 18 Memberikan informasi
pengolahan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan tindakan darurat. Dari istilah
dan fungsi K3 diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai keselamatan dan kesehatan
dalam bekerja perlu adanya proteksi terhadap diri sendiri dengan bekerja sesuai standar
operasional prosedur (SOP), pemakaian APD, serta penerapan ergonomi yaitu peraturan yang
mengatur tenga kerja, sarana kerja, dan pekerjaannya.

Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia telah diatur dalam
peraturan perundangan No. 1 tahun 1970 Pasal 3, yang terdiri dari: (1) Mencegah dan
mengurangi kecelakaan, (2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, (3)
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan, (4) Memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian yang berbahaya, (5)
Memberi pertolongan pada kecelakaan, (6) Memberi alat-alat perlindungan diri kepada
pekerja, (7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, dan hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara, dan getaran,
(8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis,
keracunan, infeksi dan penularan, (9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, (10)
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik, (11) Menyelenggarakan kesegaran
udara yang cukup, (12) Memelihara kesehatan, ketertiban, dan kebersihan, (13) Memperoleh
keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara proses kerjanya.

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) disebutkan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara optimal yang meliputi
pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit akibat kerja.

Ervianto (2005) mengatakan bahwa elemen-elemen yang patut


dipertimbangkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program K3 adalah
sebagai berikut: (1) Komitmen perusahaan untuk mengembangkan program yang mudah
dilaksanakan.(2) Kebijakan pimpinan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
(3)Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya K3 dalam bekerja.
(4) Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung. (5) Pendelegasian wewenang yang
cukup selama proyek berlangsung. (6) Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan
pendidikan. (7) Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. (8) Melakukan
penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja. (9) Mengukur kinerja program
keselamatan dan kesehatan kerja. (10) Pendokumentasian yang memadai dan pencacatan
kecelakaan kerja secara kontinu.
Penerapan K3 bisa berjalan efektiv apabila semua elemen baik siswa
maupun guru menegerti dan menaati tata tertib mengenai K3 yang ada di bengkel
konstruksi. Identifikasi K3 juga bisa dijadikan alat untuk menghilangkan sumber
bahaya dan mendeskripsikan penanganan bahaya agar tercipta suasana kerja yang
aman serta kondusif bagi siswa sehingga bisa tercapainya kecelakaan kerja nol
(zero accident).

Dalam suatu praktik tidak dapat terhindarkan dari berbagai macam bahaya
kecelakaan maupun resiko yang perlu di ketahui oleh siswa atau pekerja serta tahu
bagaimana cara melakukan pencegahanbaaya tersebut agar selamat saat bekerja.

2.1.4. Teori Pengetahuan, Sikap dan Penerapan

a. Pegetahuan

Menurut Bloom (1956), menyatakan bahwa tujuan pendidikan dibagi


menjadi beberapa domain dan setiap ranah atau domain tersebut dibagi kembali
dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya, yaitu (1) Kognitif,
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir, (2) Afektif, berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, sepertKA minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri, (3) Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin. Untuk ranah Kognitif terbagi dalam C1-Pengetahuan, C2-
Pemahaman, C3-Aplikasi, C4-Analisis, C5-Evaluasi, dan C6-Kreasi. Dan untuk
ranah Afektif terbagi dalam A1-Menerima, A2-Menanggapi, A3-Menilai, A4-
Mengelola, dan A5- 33 Menghayati. Sedangkan untuk ranah Psikomotorik terbagi
dalam P1-Menirukan, P2-Memanipulasi, P3-Pengalamiahan, dan P4-Artikulasi.
Pengetauan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan p
engetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012)
Domain kognitif yang mencakup pengetahuan ada lima tindakan, yaitu :

1. Tahu, hal ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah sebagai cara
untuk mengingat suatu materi yang sudah di pelajari sebelumnya.

2. Memahami, adalah kemampuan untuk mendeskripsikan atau


menjelaskan tentang obyek yang di ketahui dan bisa menginteprestasi materi
tersebut dengan benar.

3. Aplikasi merupakan potensi atau kemampuan untuk menerapkan materi


yang dipelajari secara langsung.

4. Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai suatu materi atau


obyek.

5. Analisis adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu materi namum


masih di dalam suatu lingkup da nada kaitannya satu sama lain.

Dari definisi diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan


merupakan hasil menegetahui, memahami, mengaplikasikan, mengevaluasi serta
menganalisis. Pada penelitian ini, peneliti mengambil ranah kognitif yaitu C1-
Pengetahuan dalam mengimplementasikan pengetahuan K3. Ketika peneliti
memberikan treatment atau perlakuan tidak semua siswa bisa memberikan respon
yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena pengetahuan setiap siswa berbeda-beda.
Hal ini di harapkan siswa dapat mengerti betul tentang penerapan K3 dan
terhindar dari kecelakaan kerja serta mencapai produktivitas yang optimal.

b. Sikap
Afektif merupakan kemampuan seseorang dalam memberikan
reaksi positif atau negatif pada situasi yang dihadapinya (Rofiq, 2009). Pada ranah
afektif mencakup perilaku seperti perasaan, sikap, dan emosional di dalam diri.

Soekidjo (2003), menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen yang


terdiri dari: (1) Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek, (2) Kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, (3) Kecenderungan untuk bertindak.
Soekidjo (2003), juga menjelaskan bahwa sikap terdiri dari dua tingkatan, yaitu:
(1) Bertanggung Jawab, bertanggung jawab dengan segala resiko merupakan
indikasi sikap paling tinggi, (2) Merespon (Responding), memberikan jawaban
apabila ditanya dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Soekidjo


(2003), adalah sebagai berikut:

1) Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman
yang berkaitan dalam objek psikologi.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya individu


cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang
yang dianggapnya penting.

3) Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan


mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan mewarnai
sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak
pengalaman individu-individu yang menjadi anggota masyarakat.

4) Media Massa Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan


landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Dari penjeslasan diatas dapat di simpulkan bahwa sikap merupakan respon


seseorang terhadap suatu objek tertentu. Pada penelitian ini, sikap siswa dalam
melaksakanan K3 pada praktik konstruksi bangunanyang di tinjau dari ranah
afektif tingkat valuing. Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap
yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya
mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan
keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis
pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat
ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal
secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai
sikap dan apresiasi. Di tinjau dari penelitian ini maka hasil belajar berhubungan
dengan sikap atau perilaku yang stabil dan konsisten.

c. Penerapan

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan


(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1)


pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu
dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan
kelak dalam lingkungan kerjanya.

Sedangkan menurut Badudu dan Sutan (1996) penerapan adalah hal, cara
atau hasil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah
tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Adapun unsur-unsur penerapan menurut Abdul (1990), meliput: (1)


Adanya program yang dihasilkan, (2) Adanya kelompok target, yaitu masyarakat
yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program
tersebut, (3) Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari
proses penerapan tersebut.

Pada penelitian ini penerapan K3 pada praktik konstruksi bangunan yang


di tinjau dari ranah penerapan atau psikomotor adalah mekanisme. Pada saat siswa
menerima informasi berupa materi tentang Kesehatan Keselamatan Kerja dan
menerimanya dengan baik atau tidak baik tentang informasi tersebut. Kemudian
hasil dari respon tersebut akan di wujudkan dengan tindakan yang berulang-ulang
melalui praktikum sehingga harapannya bisa menjadi perilaku atau kebiasaan.
Perilaku yang di dapat di tunjukkan dari pengetahuan, sikap dan penerapan selama
siswa tersebut menjalani praktik. Sehingga dapat mencapai suatu hal yang
diinginkan dalam penerapan Keshatan Keselamatan Kerja pada praktik konstruksi
bangunan.

2.2. Kerangka Berpikir


Penerapan Kesehatan Keselamatan Kerja pada siswa kelas XI TKJJ
SMKN 7 Semarang dapat dilihat dari seberapa jauh pengetahuan yang di dapat
oleh siswa, sikap melakukan K3 yang bisa dilihat pada saat praktikum serta
ketepatan dan keterampilannya dalam mengoperasikan semua alat-alat praktik
konstruksi bangunan. Untuk menghidari kecelakaan kerja, di harapkan sikap
siswa dalam menaati aturan K3 dapat dilaksanakan dan di biasakan secara terus
menerus agar menjadi kebiasaan.

Berdasarkan pengataman yang peneliti lakukan di SMK 7 Semarang


khususnya pada kompetensi keahlian Teknik Konstruksi Gedung Perawatan dan
Sanitasi saat menjalani praktik konstruksi kayu maupun praktik ukur tanah, tidak
semua siswa menerapkan ilmu K3 dengan baik dan benar. Sebagian dari siwa
tidak sepenuhnya menjaga keamanan alat serta mengabaikan alat pelindung diri
yang menjadi syarat utama keselamatan.

K3 merupakan kunci dari setiap pekerjaan atau proyek. K3 dapat


dikatakan berhasil apabila dalam suatu proyek pekerjaan menciptakan kondisi
kerja yang aman, tidak terjadi kecelaakn kerja serta mencapai produktivitas kerja
yang optimal. Dalam penelitian ini memfokuskan pada sikap dan pengetahuan
yang kemudian akan di terapkan pada praktik K3 secara langsung. Kerangka piker
dalam penelitian ini dapat di visualisasikan dalam bentuk skema atau model
sederhana seperti Gambar 1 berikut :

Pengamatan awal sebelum di - Pembelajaran Konvensional


beri perlakuan

- Pengamatan tentang
pengetahuan, sikap dan
perilaku K3

- Penerapan K3
- Pengamatan Setelah diberi
Pembelajaran melalui video treatment berupa media
interaktif berbasis learning pembelajaran
society 5.0

- Pengamatan tentang
pengetahuan, sikap dan
perilaku K3

- Penerapan K3 yang sesuai


dengan aturan

ZERO ACCIDENT

Gambar 1. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Berdasarkan


rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan hipotesis, ada pengaruh pemberian
materi Kesehatan Keselamatan kerja terhadap sikap siswa kelas XI Teknik
Konstruksi Gedung Perawatan dan Sanitasi pada saat praktik konstruksi
bangunan.
DAFTAR PUSTAKA

https://she-kalimantan.co.id/pentingnya-k3-diterapkan-di-proyek-konstruksi/

https://www.rijal09.com/2016/03/jenis-jenis-penelitian.html

Siti Salami, Indah Rachmatiah. (2015). Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan


Kerja. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anisah Firdaus. (2013). Taksonomi Bloom (Ranah Afektif, Kognitif, dan Psikomotor).
Diakses dari http://firdausanisaa.blogspot.co.id/2013/12 /taksonomi-bloom-ranah-afektif-
kognitif.html pada tanggal 04 Maret 2017. Jam 13.25 WIB.

Annisah Pabitiyah. (2016). Unsur-unsur Penunjang Keselamatan Kerja. Diakses dari


http://www.ilmukesker.com/unsur-unsur-penunjang-keselamatan- kerja-327.html pada
tanggal 02 Januari 2017. Jam 19.05 WIB.

ILO. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Jakarta:International Labour


Organization.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.(2005).Pedoman Praktis


Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bidang Konstruksi.Jakarta:Kantor Perburuhan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai