Anda di halaman 1dari 6

Tugas Kelompok:

REVIEW JURNAL

SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3)


PADA WORKSHOP SMK

Dosen Pengampuh Mata Kuliah:


Syawal Kamiluddin Saptaputra,S.K.M.,M.Sc

Oleh:
Kelompok 3
Fatmazuna Bambang(J1A120296)
Nurmin(J1A120339)
Wa Ode Nurul Ramadhanty(J1A120242)
Selfi(J1A120075)
Herwula Agustin(J1A120160)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
Judul SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA (SMK3) PADA WORKSHOP SMK
Jurnal Juranal Pendididkan Vokaksi
Volume dan Vol.11.(3) dan Hal 326-336
halaman
Tahun 2021
penulis Adilla Desy Rizbudiani dan Amat Jaedun
Reviewer Kelompok 3,K3 promkes
Tanggal review 5 November 2022
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perencanaan dan
pelaksanaan implementasi serta mengevaluasi implementasi K3 pada
bengkel-bengkel SMK konstruksi dan property
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini difokuskan pada siswa SMK3 khususnya pada
program keahlian teknik konstruksi dan property.
Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dengan fokus
kajian bengkel-bengkel yang terdapat dalam program keahlian teknik
konstruksi dan properti, yaitu bengkel Interior Design and Furniture
Engineering (DITF) dan bengkel Konstruksi Bangunan Sanitasi dan
Pemeliharaan (KGSP).Teknik pengambilan sampel menggunakan
snowball sampling dengan kesediaan menjadi responden dan mengisi
informed consent dalam penelitian sebagai persyaratan, antara lain
guru produktif program keahlian teknik konstruksi dan properti, teknisi
bengkel terkait, dan mahasiswa teknik properti dan properti. program
keahlian sebanyak enam orang guru, satu orang alat bantu, dan delapan
orang siswa.

Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara, dan


lembar observasi. Peneliti melakukan pengamatan langsung setiap
kegiatan setiap hari untuk observasi dan dokumentasi. Serta analisis data
menggunakan deskriptif kualitatif dengan menguraikan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di bengkel gedung SMK.
Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970, dimana keselamatan dan kesehatan
kerja ada di darat, udara, atau di air sepanjang berada dalam lingkup
wilayah Indonesia. Namun, masalah ini terabaikan di Indonesia
(Lestari et al., 2013; Ramdan & Handoko, 2016; Wirahadikusumah,
2007). Sektor konstruksi memiliki risiko kecelakaan kerja yang sangat
tinggi karena faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang terabaikan
selain sektor primer lainnya seperti pertanian, perikanan,
pertambangan, dan perkayuan (Khosravi et al., 2014; Rofiah, 2016). .
Dalam meminimalisir kecelakaan kerja, perlu dilakukan
kebijakan perlindungan pekerja K3. Berbagai faktor keselamatan
seperti manajemen organisasi, lingkungan fisik kerja, perilaku
keselamatan, dan iklim keselamatan dapat digunakan sebagai
pendekatan untuk mencegah kecelakaan kerja (Satoto & Khoiroh,
2018).
Program keahlian Teknik Konstruksi dan Properti berkaitan
dengan pekerjaan konstruksi, dimana proses pembelajarannya lebih
banyak pada saat praktek di gedung bengkel. Sehingga kecelakaan
kerja sering terjadi di gedung ini karena mesin dan peralatannya
merupakan tempat praktikum (Miftachul & Suparman, 2017).Dalam
salah satu pengamatan yang dilakukan di beberapa sekolah, beberapa
bengkel jurusan konstruksi dan teknik properti tidak sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur, seperti peralatan yang sudah
ketinggalan zaman. Diamana erbagai jenis risiko terjadi di bengkel
bangunan selama praktik, termasuk penanganan material, desain
tempat kerja, perkakas tangan, dan perlindungan mesin. Selain itu,
risiko organisasi kerja, fasilitas pekerja, pengendalian kebisingan,
getaran, dan listrik dianggap sebagai risiko (Hargiyarto, 2011; Hidayat
& Wahyuni, 2016).
Dalam penelitian ini, istilah sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3) didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012. Penelitian ini berfokus pada sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) pada SMK teknik konstruksi
dan properti. Dengan demikian, siswa akan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan keselamatan. Pengetahuan ini
terdiri dari mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan konsep,
menilai pentingnya K3, memahami bahaya di tempat kerja, dan
menggunakan tindakan pencegahan.
Hasil penelitian
Pada tabel menunjukkan bahwa hasil observasi terkait
perencanaan K3, implementasi K3, dan evaluasi K3 di salah satu SMK
di Jawa Tengah akan diuraikan sebagai berikut variabel:

1. perencanaan pelaksanaan,Penerapan K3 dan Evaluasi


Pelaksanaan K3

Dalam rencana K3, hasil yang ditemukan adalah masih


kurangnya pengetahuan tentang rencana implementasi K3 baik bagi
guru maupun teknisi di sekolah tersebut. Standar K3 memuat
prinsip dan standar Sistem Manajemen K3 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan K3.
Dalam hasil yang ditemukan mengenai rencana dan standar
penerapan K3 dalam perencanaan K3, guru dan teknisi masih
belum dapat menjelaskan standar penerapan K3 berdasarkan aturan
tersebut..

Berdasarkan hasil penelitia sebelumnya menunjukkan


bahwa rencana K3 yang memuat kebijakan K3 pada bengkel di
salah satu SMK jurusan gedung sudah mencapai 67% (Miftachul &
Suparman, 2017). dan teknisi hanya mengerti tentang peraturan K3
secara umum.Hasil ini mungkin terkait dengan penelitian
sebelumnya, yang berisi identifikasi bahaya mencapai 100%
(Miftachul & Suparman, 2017).Halini dimaksudkan agar semua
guru produktif dapat mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko K3
terkait dengan pembelajaran yang produktif, baik pembelajaran
teori maupun praktik (Miftachul & Suparman, 2017). Dengan
demikian, variabel perencanaan pelaksanaan K3 dengan indikator
rencana pelaksanaan K3 termasuk dalam kategori “Cukup Baik”,
dan standar K3 termasuk dalam kategori “Memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut”.

2. Implementasi K3
Implementasi K3 mencakup tujuh aspek yang dipelajari:
sosialisasi K3, penerapan K3, peralatan, keterlibatan antar sistem,
pelaporan kecelakaan kerja, pengawasan selama praktik, dan
pemeliharaan fasilitas bengkel. Aspek pertama, sosialisasi K3
sudah dilakukan dengan baik. Penyebaran informasi terkait K3
diperoleh dari penjelasan guru sebelum melakukan praktik.

Temuan dalam aspek ini adalah siswa memperoleh informasi


dari guru ketika hendak mengajar praktik dan internet.Hal ini juga
didukung sesuai dengan pengamatan sebelumnya, yang
menunjukkan bahwa penyebaran informasi melalui poster dan
slogan yang dipasang di bengkel (Miftachul & Suparman, 2017).
Aspek kedua adalah penerapan K3 dilakukan dengan baik.
Indikator implementasi K3 antara lain pemahaman K3 menurut
guru dan siswa, bagaimana guru menerapkan K3 dalam lokakarya
dan perilaku atau budaya siswa selama praktik.

Kesimpualan Manajemen K3 (SMK3) yang diperoleh pada bengkel gedung


SMK di salah satu Jawa Tengah dalam aspek perencanaan pelaksanaan
K3 sudah dilaksanakan dengan cukup baik. pelaksanaan penerapan K3
dikategorikan cukup baik, Aspek evaluasi pelaksanaan K3
dikategorikan sudah baik, sehingga Sistem Manajemen K3 (SMK3) di
SMK perlu ditingkatkan. Sekolah dapat bekerja sama dengan
pemangku kepentingan untuk menindaklanjuti Sistem Manajemen K3.
Dengan perencanaan dan penerapan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3) yang unggul di bengkel sekolah, siswa
akan lebih sadar diri tentang keselamatan kerja. Dengan demikian,
mahasiswa dapat menerapkan perilaku mentaati keselamatan kerja di
dunia industri (IDUKA).
Saran
Saran dari penelitian ini yaitu perlu meningkatkan perencanaan
pelaksanaan dan enerapan K3 agar menghindari dari kecelakaan saat
kerja

Anda mungkin juga menyukai