Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS JEMBER KODE

FAKULTAS KESEHATAN DOKUMEN


MASYARAKAT PRODI KESEHATAN FORM PP-05
MASYARAKAT

LEMBAR KERJA MAHASISWA 2


Dosen Pengampu Mata kuliah :
1. Ana Islamiyah Syamila S.Keb., M.KKK. (AIS)
2. Reny Indrayani, S.KM., M.KKK. (RI)
3. dr. Ragil Ismi Hartanti, M.Sc. (RIH)
Pokok Bahasan : Penerapan SMK3 di berbagai industri
Model Pembelajaran : Project Based Learning

IDENTITAS MAHASISWA

Kelompok 1

Nama Anggota 1. Maheswari Faizah W (212110101157)


kelompok / NIM 2. Nadya Khoirunisa (212110101176)
3. Aulia Rachma Safa N (212110101180)
4. Frida Yumna Izzati (222110101101)
5. Aliya Dwi Asrini (222110101123)
6. Hajar Falaqul Hajar (222110101124)
7. Fita Auwalina Ayu S (222110101140)
8. Anissabela Ausa (222110101150)

Pertemuan Ke 14 dan 15

Hari/Tanggal 24 November 2023

BAHAN DISKUSI
Metode Pengerjaaan:
1. Mahasiswa membagi kelas menjadi 7 kelompok (sesuai dengan kelompok RTM) 2.
Mempelajari satu artikel ilmiah tentang implementasi SMK3 di berbagai industri (sama
dengan LKM 1)
a. Industri pertanian dan perkebunan
b. Pertambangan onshore/ offshore
c. Pelayaran/ kelautan/ penyelaman
d. Konstruksi
e. Manufaktur
f. Kimia
g. Fasyankes / RS
3. Mengkaji referensi dan membuat project
4. Mengupload tugas ke mmp saat pertemuan minggu ke 9 dengan nama file: Kode
dosen_Kelas_Kelompok (Nomor)_LKM 2_SMK322232. Contoh: AIS_B_Kelompok
1_LKM 2_SMK322232

Bahan diskusi:
1. Berdasarkan kajian artikel ilmiah di LKM 1, buatlah rekomendasi nyata tentang
perencanaan dan pengorganisasian SMK3 sesuai dengan landasan teori yang telah
anda pelajari sebelumnya (prinsip dasar SMK3 bagian perencanaan K3 dan
pelaksanaan rencana K3)
2. Analisis penerapan SMK3 di industri tersebut dan tuliskan penyusunan rencana
dengan mempertimbangkan prioritas risiko yang terdapat dalam artikel dan
peraturan perundangan yang berlaku
3. Tuliskan pelaksanaan rencana K3 yang dapat berupa salah satu kegiatan
berikut: a. Tindakan pengendalian
b. Perancangan (design) dan rekayasa

c. Prosedur dan instruksi kerja


d. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
e. Pembelian/pengadaan barang dan jasa
f. Produk akhir
g. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana
industri h. Rencana dan pemulihan keadaan darurat.
4. Tuliskan perencanaan K3 yang memuat:
a. Tujuan dan sasaran
b. Skala prioritas
c. Upaya pengendalian bahaya
d. Penetapan sumber daya
e. Jangka waktu pelaksanaan
f. Indikator pencapaian

HASIL DISKUSI
1. Pelaksanaan Rencana K3
Permasalahan dalam sistem manajemen K3 di PT. Rohul Sawit Industri terletak pada
kepatuhan dan kedisiplinan karyawan dalam penerapan kebijakan SMK3, dimana masih
ditemukannya beberapa karyawan yang tidak disiplin dan lalai dalam penggunaan APD.
Perlu diketahui, bahwa kelalaian dan ketidakpatuhan dalam hal penggunaan APD memiliki
dampak buruk bagi pekerja itu sendiri (Arif & Kresna, 2020). Dampak yang ditimbulkan
antara lain:
1. Timbulnya kecelakaan kerja
Seorang pekerja berisiko mengalami cedera serius atau cacat akibat kecelakaan atau
paparan bahan berbahaya apabila tidak menggunakan APD
2. Berpotensi terkena penyakit akibat paparan berbahaya
Tidak menggunakan APD dapat meningkatkan risiko terpapar bahan kimia berbahaya
yang dapat menyebabkan penyakit serius atau kronis.
3. Menurunkan produktivitas
Jika seorang pekerja mengalami cedera atau sakit karena tidak menggunakan APD, ini
dapat mengakibatkan absensi kerja, penurunan produktivitas, dan gangguan pada
operasional Perusahaan.

Namun, hal tersebut bisa diminimalisir dengan menggunakan strategi pembuatan prosedur
dan instruksi kerja. Dalam pembuatan SOP, atau yang biasa dikenal Prosedur operasi standar
(SOP) adalah serangkaian instruksi atau aktivitas yang dilakukan seseorang untuk melakukan
pekerjaan dengan aman (mematuhi undang-undang dan peraturan terkait) dan memenuhi
persyaratan operasional dan produksi tanpa menimbulkan dampak buruk terhadap
lingkungan (Kenneth dalam Universitas Al Azhar Indonesia, 2019). Dalam pembuatannya, SOP
perlu mengembangkan dan menggambarkan proses yang mencakup banyak bagian dan
memerlukan kriteria dalam pengambilan keputusan. Jika proses yang dilakukan bersifat
sederhana, maka langkah-langkah instruksinya mencakup satu bagian saja dalam instruksi
kerjanya. Hal ini memiliki tujuan untuk memastikan di lingkup kerja suatu perusahaan,
terutama di PT. Rohul Sawit Industri, mampu mengidentifikasi, menyusun, dan
mendokumentasikan SOP guna melaksanakan tugas dan fungsi pada masing masing bagian
kerja. Selain itu juga bertujuan untuk memberikan pedoman dalam penataan,
pengembangan, pemantauan, dan evaluasi.
Pelaksanaan K3 yang bisa diterapkan di PT. Rohul Sawit Industri adalah membuat SOP dan
instruksi kerja yang memiliki aturan ketat di dalamnya karena terdapat sanksi apabila tidak
melakukan atau mematuhi SOP yang telah diterapkan. contoh pelaksanaan SOP dan instruksi
kerja adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan dan melakukan check list kepada pekerja sebelum mulai dilakukan proses
produksi atau bekerja. Proses ini bisa dilakukan oleh leader di setiap divisi.
2. Pemberlakuan sanksi apabila melanggar langkah checklist, seperti memaksa bekerja
ketika tidak menggunakan APD dan instrumen lainnya.
3. Pemberlakukan pemberian surat peringatan (SP) kepada pekerja yang teridentifikasi
melakukan pelanggaran dengan jumlah lebih dari sekali.
4. Setelah dilakukan pemberlakuan SOP dan instruksi kerja di PT. Rohul Sawit Industri,
indikator keberhasilan pemberlakuan tersebut dapat dinilai dari angka kecelakaan
kerja yang terjadi dan jumlah pelaporan kasus. Namun, meski indikator yang
dihasilkan bernilai baik, perusahaan tetap wajib melakukan evaluasi dan monitoring
secara berkala guna mengplikasikan program yang berkelanjutan bersama dengan tim
K3 serta angota P2K3 yang ada.

2. Perencanaan K3

a. Tujuan dan sasaran


1) Tujuan
 Pekerja memahami pentingnya menerapkan SMK3 dengan menggunakan APD
lengkap ketika bekerja.
 Pekerja selalu disiplin menggunakan APD lengkap ketika bekerja.
 Meminimalisir kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
 Mencegah perusahaan mengalami kerugian.

b. Sasaran

 Seluruh karyawan di PT. Rohul Sawit Industri.


 Seluruh elemen perusahaan mulai dari pelaksana sampai penanggung jawab
SMK3.
 Supervisor SMK3 di PT. Rohul Sawit Industri diharapkan lebih mendisiplinkan
karyawan dalam menggunakan APD.
 Manager SMK3 di PT. Rohul Sawit Industri dapat memantau dan memastikan
seluruh karyawan menerapkan SMK3 dengan menggunakan APD ketika bekerja.

c. Upaya pengendalian bahaya

Dalam upaya pengendalian bahaya, PT. Rohul Sawit Industri menyediakan APD meliputi
helm, sarung tangan, pelindung mata, sepatu safety dan alat pelindung pendengaran.
Bagi karyawan yang bekerja pada ketinggian dengan minimal ketinggian 1,65 meter,
perusahaan menyediakan safety harness yang dapat menjaga tubuh di ketinggian. Selain
itu, pakaian pelindung yang anti panas dan radiasi khusus pada bagian yang berhubungan
dengan bahan kimia berbahaya. Tenaga ahli yang dipilih oleh perusahaan telah
memenuhi sertifikat SMK3 yang nantinya akan mengelola pada masing-masing bidangnya
(departemen). Setiap bidang (departemen) pada struktur SMK3 didahului dengan
adanya proses sosialisasi serta pengarahan untuk anggotanya terutama karyawan baru
yang belum memahami. Selain itu pentingnya perencanaan simulasi dari penerapan
SMK3 guna penanggulangan kecelakaan kerja. Tidak lupa pula PT. Rohul Sawit Industri
memberikan karyawan pelatihan sehingga kompetensi dan kinerjanya meningkat terkait
pelaksanaan K3. Pelatihan tersebut didapatkan mulai dari kepala bidang dalam struktur
organisasi SMK3 hingga karyawan, dimanap pelatihan telah diberikan secara rutin.

d. Jangka waktu pelaksanaan Indikator pencapaian

Jangka waktu untuk mencapai indikator pencapaian di PT. Rohul Sawit Industri memakan
waktu yang cukup lama, penerapan SMK3 yang telah dimulai sejak tahun 2005. Pada
tahun 2019/2020 perusahaan mendapatkan sertifikat zero fatality, sertifikat ISO 14 2001
dan RSPO serta peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja yang signifikan bagi
kayawan. Selain itu, meningkatnya kedisiplinan karyawan dalam menggunakan APD,
walaupun terdapat sebagian kecil karyawan masih tidak menggunakan APD. Dibalik itu
PT. Rohul Sawit Industri pernah mengalami kasus fatality rate dari kecelakaan karyawan
yang masuk kategori fatal, yaitu terdapat karyawan yang diamputasi kaki dan cedera
fatal.
3. Skala prioritas

Penerapan sistem manajemen K3 pada PT. Rohul Sawit Industri masih memiliki kendala
dalam penerapannya. Terkendalanya pencapaian ini membuat sistem manajemen K3 tidak
maksimal dilaksanakan sehingga setiap tahunnya masih ditemui kecelakaan kerja yang
terkadang sifatnya fatal. PT. Rohul Sawit Industri merupakan perusahaan pengolahan kelapa
sawit yang bergerak di bidang perkebunan. Maka dari itu, penggunaan APD sangat diperlukan
untuk mencegah kecelakaan kerja sebagai berikut:

1. Rentang tinggi: bahaya tertimpa kelapa sawit dan terjatuhnya karyawan dari
ketinggian ketika mengambil sawit.
2. Rentang sedang: bahaya selama proses pengolahan kelapa sawit.
3. Rentang rendah: bahaya menginjak kelapa sawit serta bahan sisa dari pengolahan
kelapa sawit.

Maka dari itu, diperlukan APD yang baik sesuai dengan kebutuhannya sebagai berikut:

1. Rentang tinggi: perlindungan karyawan pada ketinggian tertentu dengan safety


harness untuk menghindari karyawan terjatuh ketika mengambil kelapa sawit dan
pelindung kepala dengan safety helm untuk mencegah risiko ketika kepala tertimpa
kelapa sawit.
2. Rentang sedang: perlindungan berupa kacamata bagi karyawan yang berisiko terkena
serpihan selama proses pengolahan dan pakaian anti panas untuk karyawan yang
berisiko terkena air panas selama proses pengolahan.
3. Rentang rendah: perlindungan pada kaki menggunakan safety shoes dimana sepatu
ini harus rutin diganti 2x dalam setahun dan ketika rusak segara diganti dengan yang
baru.

b. Penetapan sumber daya

Penerapan SMK3 di PT. Rohul Sawit Industri diperlukan sumber daya yang mendukung dalam
pelaksanaanya sebagai berikut.

1. Man, penerapan SMK3 di PT. Rohul Sawit Industri harus melibatkan seluruh elemen
yang terkait dengan SMK3, mulai dari pembina, manager, ketua, supervisor hingga
seluruh karyawan yang ada. Selain itu, seluruh sumber daya manusia diharuskan
mengikuti pelatihan mengenai K3 agar setiap individu mengetahui risiko serta
memahami seberapa penting K3 pada PT. Rohul Sawit Industri
2. Money, penerapan SMK3 memerlukan dana untuk memenuhi sarana dan prasarana
yang dibutuhkan. Selain itu, biaya K3 yang menjadi biaya operasional ketika tidak
sengaja adanya kejadian kecelakan kerja juga dibutuhkan. Maka dari itu, PT. Rohul
Sawit Industri harus Menyusun anggaran dana setiap tahunnya untuk dikirim ke
Perusahaan induk sehingga anggaran dana yang diberikan dapat mencukupi
kebutuhan.
3. Sasaran, tingkat kepatuhan di PT. Rohul Sawit Industri menemukan beberapa
karyawan masih tidak patuh dalam menerapkan kebijakan SMK3, seperti penggunaan
APD karena dinilai mengganggu kenyamanan. Maka, perlu upaya dalam meningkatkan
antusias karyawan dalam menerapkan kebijakan SMK3, seperti pemberian edukasi
atau menyediakan APD dengan bahan yang nyaman namun tetap aman.

c. Indikator pencapaian

1. Berkurangnya angka kecelakaan hingga tercapainya sertifikat Zero Fatality


2. Terciptanya lingkungan kerja yang efisien
3. Menurunnya biaya kompensasi akibat dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
4. Tersedianya APD yang sesuai dengan standar yang berlaku serta sesuai kebutuhan
5. Kedisiplinan penggunaan APD pada mayoritas karyawan di PT. Rohul Sawit Industri
baik ketika diawasi maupun tidak

4. Analisis penerapan sistem manajemen K3 di industri PT. ROHUL SAWIT

PT. Rohul Sawit Industri merupakan salah satu perusahaan pengolahan kelapa sawit dan
bergerak di bidang perkebunan yang berada di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di PT. Rohul Sawit Industri, sepanjang tahun 2018
tercatat sebanyak 5 kasus kecelakaan kerja yang dilaporkan oleh pihak P2K3 PT. sedangkan
ditahun 2019 P2K3 PT. Rohul Sawit mencatat 6 laporan kasus kecelakaan kerja dan 2 kasus
diantaranya merupakan kasus kecelakaan fatal bagi pekerja. kecelakaan kerja yang terjadi di
industri tersebut terjadi akibat ketidakpatuhan pekerja dalam penggunaan APD serta
pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan SOP yang ada, yaitu adanya pekerja yang
terkena percikan serpihan pemotongan besi yang mengenai bagian mata akibat tidak
menggunakan kacamata pelindung dan karyawan yang terkena rendaman air panas saat tidak
menggunakan baju pelindung panas.

Menurut analisis penerapan sistem manajemen K3 di industri tersebut tercatat pada bulan
Januari tahun 2020 terkait keselamatan dan kesehatan kerja, diperoleh informasi bahwa PT.
Rohul Sawit Industri telah melaksanakan dan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) sejak awal mulai berdirinya perusahaan yaitu sejak tahun 2004.
namun dalam penerapan sistem manajemen K3 masih terdapat beberapa kendala sehingga
dampak dari SMK3 yang telah dilaksanakan belum begitu maksimal, sehingga setiap tahunnya
masih terjadi kecelakaan kerja serta masih ditemukannya kecelakaan kerja yang sifatnya
fatal. Permasalahan yang sering ditemui dengan penerapan SMK3 di PT. Rohul Sawit Industri
adalah masih kurangnya kesadaran pekerja untuk menerapkan kebijakan SMK3, seperti masih
kurangnya kesadaran dalam penggunaan APD, bekerja yang tidak sesuai APD serta kurangnya
supervisi dan sanksi dari pihak perusahaan terhadap pekerja yang melanggar aturan,
khususnya K3.

Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan SMK3 di PT. Rohul Sawit
Industri dilaksanakan sesuai dengan bidangnya masing-masing dan tetap mengacu pada SOP
dan struktur organisasi yang ada. Dalam pengaplikasian SMK3, PT. Rohul Sawit Industri telah
memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merujuk kepada standar ISO 14 tahun
2001 dan sertifikasi RSPO yang telah diperoleh oleh perusahaan. Struktur SMK3 di PT. Rohul
Sawit Industri juga memiliki SOP masing-masing sesuai dengan bidangnya namun tetap
merujuk pada SOP yang terstandarisasi sesuai dengan ISO 14 2001 dan sertifikasi RSPO.

Berikut adalah uraian perencanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) berdasarkan jurnal

1. Penyusunan Identifikasi Bahaya:


Dari kutipan yang diberikan, beberapa identifikasi bahaya yang ditemukan dalam
analisis penerapan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
PT. Rohul Sawit Industri adalah sebagai berikut:
a. Kecelakaan Kerja
Terdapat kasus kecelakaan kerja yang mencakup kasus kecelakaan fatal pada tahun
2019. Hal ini menunjukkan risiko kecelakaan yang dapat menyebabkan kerugian serius
bagi pekerja.
b. Ketidakpatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Kecelakaan kerja terjadi akibat ketidakpatuhan pekerja dalam penggunaan APD,
seperti tidak menggunakan kacamata pelindung saat bekerja dengan bahan-bahan
berbahaya.
c. Pelaksanaan Pekerjaan yang Tidak Sesuai SOP
Kecelakaan kerja juga disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada. Hal ini dapat mencakup situasi
di mana pekerja tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
d. Risiko Terkait dengan Pekerjaan Spesifik
Contoh kasus mencakup pekerja yang terkena percikan serpihan pemotongan besi
yang mengenai bagian mata karena tidak menggunakan kacamata pelindung, dan
karyawan yang terkena rendaman air panas saat tidak menggunakan baju pelindung
panas. Ini menunjukkan risiko yang terkait dengan jenis pekerjaan tertentu di industri
tersebut.
e. Kurangnya Kesadaran Pekerja
Permasalahan yang diidentifikasi termasuk kurangnya kesadaran pekerja untuk
menerapkan kebijakan SMK3. Ini mencakup kurangnya kesadaran dalam penggunaan
APD dan bekerja sesuai dengan aturan K3.
f. Kurangnya Supervisi dan Sanksi
Kurangnya supervisi dan sanksi dari pihak perusahaan terhadap pekerja yang
melanggar aturan K3 juga diidentifikasi sebagai salah satu permasalahan. Hal ini
menunjukkan pentingnya adanya pengawasan dan penerapan sanksi untuk
meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap kebijakan K3.

5. Penilaian Risiko

Terdapat beberapa masalah dan kendala dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan tersebut, yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Berikut adalah beberapa potensi penilaian risiko yang mungkin
diidentifikasi atau terkait dengan jurnal tersebut:
a. Kecelakaan Kerja
Risiko terkait dengan kecelakaan kerja, termasuk yang fatal, seperti yang terjadi pada
tahun 2018 dan 2019. Ini dapat melibatkan evaluasi dampak dan probabilitas
kecelakaan kerja.
b. Tidak Memadainya Penggunaan APD
Risiko terkait dengan ketidakpatuhan pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD), seperti kacamata pelindung, yang dapat meningkatkan risiko cedera.
c. Pelaksanaan Pekerjaan yang Tidak Sesuai dengan SOP
Risiko terkait dengan pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP), seperti kasus terkena percikan serpihan pemotongan
besi yang dapat mengakibatkan cedera pada mata.
d. Kurangnya Kesadaran Pekerja
Risiko terkait dengan kurangnya kesadaran pekerja terhadap kebijakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), yang mencakup penggunaan APD dan kepatuhan terhadap
prosedur keselamatan.
e. Kurangnya Supervisi dan Sanksi
Risiko terkait dengan kurangnya supervisi dan sanksi dari pihak perusahaan terhadap
pekerja yang melanggar aturan K3. Yang membuat para pekerja menjadi acuh tak
acuh terhadap pekerjaannya.

6. Skala Prioritas

Skala prioritas digunakan untuk memberikan tingkat kepentingan atau urgensi terhadap
setiap risiko yang dinilai. Skala ini dapat mencakup kriteria seperti tinggi, sedang, dan
rendah, atau dapat menggunakan angka atau kode warna untuk memberikan tingkat
prioritas yang jelas. Skala prioritas ini membantu dalam menentukan langkah-langkah
tindakan yang perlu diambil untuk mengelola risiko dengan efektif.

1. Tinggi (High):
Risiko yang memiliki dampak signifikan dan probabilitas tinggi terjadinya. Memerlukan
tindakan segera dan prioritas tinggi.
2. Sedang (Medium):
Risiko dengan dampak yang signifikan namun probabilitas terjadinya tidak begitu
tinggi, atau risiko dengan probabilitas tinggi namun dampaknya tidak terlalu
signifikan. Memerlukan tindakan, namun mungkin tidak segera.
3. Rendah (Low):
Risiko dengan dampak yang rendah dan probabilitas rendah atau risiko yang dapat
ditoleransi. Memerlukan pemantauan tetapi mungkin tidak memerlukan tindakan
segera

7. Pengendalian Risiko K3

Langkah selanjutnya adalah merancang dan menerapkan pengendalian risiko. Ini mencakup
tindakan-tindakan konkret yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya, serta
untuk mengendalikan risiko-risiko yang telah diidentifikasi.

a. Pelatihan Keselamatan
Memberikan pelatihan secara berkala kepada karyawan mengenai praktik
keselamatan kerja, penggunaan alat pelindung diri (APD), dan prosedur operasional
standar (SOP).
b. Audit dan Inspeksi Keselamatan
Melakukan audit dan inspeksi reguler untuk memastikan bahwa peralatan dan
lingkungan kerja memenuhi standar keselamatan dan untuk mengidentifikasi potensi
bahaya.
c. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Mewajibkan penggunaan APD sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, seperti
helm, kacamata pelindung, sepatu keselamatan, sarung tangan, dan perlindungan
pernapasan.
d. Pengelolaan Bahan Berbahaya
Menerapkan prosedur yang ketat untuk pengelolaan, penyimpanan, dan pemrosesan
bahan berbahaya, seperti pestisida atau bahan kimia berbahaya lainnya.
e. Penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan
Mengadakan program penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran karyawan tentang
risiko potensial dan tindakan pencegahan yang dapat diambil.
f. Penempatan Tanda Peringatan dan Informasi Keselamatan
Menempatkan tanda peringatan dan informasi keselamatan di area-area yang
berisiko tinggi untuk memberitahu pekerja tentang bahaya yang mungkin ada.
g. Evaluasi Risiko Rutin
Melakukan evaluasi risiko secara berkala untuk mengidentifikasi perubahan dalam
lingkungan kerja atau proses produksi yang dapat mempengaruhi keselamatan.

8. Penanggung Jawab terhadap Kegiatan Konstruksi

Penanggung jawab terhadap kegiatan konstruksi adalah individu atau kelompok yang
bertanggung jawab atas implementasi, pemantauan, dan pemeliharaan kegiatan K3 di tempat
kerja. berikut adalah beberapa pihak yang mungkin memiliki peran sebagai penanggung
jawab terhadap kegiatan perencanaan K3 di industri:

a. Manajemen Perusahaan:
Pimpinan atau manajemen perusahaan memiliki tanggung jawab untuk memastikan
bahwa kebijakan dan prosedur K3 diterapkan dengan benar. Mereka dapat menjadi
penanggung jawab atas perencanaan keselamatan secara keseluruhan dan
memberikan dukungan yang diperlukan.
1. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):
Ahli K3 yang terlatih dan berpengalaman dapat menjadi penanggung jawab utama
dalam perencanaan K3. Mereka dapat melakukan identifikasi risiko, merancang
kebijakan keselamatan, dan memastikan implementasi program K3 sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
2. Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
Perusahaan mungkin memiliki tim khusus yang terdiri dari berbagai profesional,
termasuk ahli K3, insinyur, dan tenaga medis yang bekerja bersama untuk
merencanakan dan melaksanakan program K3.
3. Pekerja dan Karyawan:
Pekerja di tempat kerja memiliki tanggung jawab untuk mengikuti prosedur
keselamatan yang ditetapkan dan melibatkan diri dalam kegiatan perencanaan K3.
Mereka dapat memberikan umpan balik dan melaporkan potensi bahaya atau
pelanggaran keselamatan kepada pihak yang berwenang.

Dengan merinci aspek-aspek tersebut dalam perencanaan K3, diharapkan PT. Rohul Sawit
Industri dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan serta
meminimalkan risiko potensial yang mungkin timbul selama kegiatan operasional mereka.

Daftar Pustaka

Hakim, Arif. & Febriyanto, Kresna. (2020). Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan
Penggunaan APD pada Pekerja di PT. Galangan Anugrah Wijaya Berjaya Samarinda. Borneo
Student Research, 2(1), 446-452
Universitas Al Azhar Indonesia. (2019). PEDOMAN PEMBUATAN STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) VERSI 1.0. Jakarta : Badan Penjaminan Mutu
Universitas
RUBRIK PENILAIAN STUDI KASUS

Nama Matakuliah/Kode :
Kelompok :
Nama Mahasiswa/NIM :
No Aspek Skor dan Kriteria Nilai
Penilaian
1 2 3 4 5

1 Merumusk Rumusan Kesesuai Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian


an masalah an rumusan rumusan rumusan
Masalah tidak tepat rumusan masalah masalah masalah
masalah dengan dengan dengan
dengan kasus kasus kasus
kasus secara secara secara
secara tepat tepat tepat
tepat (sesuai (sesuai (sesuai
(sesuai kisi – kisi), kisi – kisi), kisi– kisi),
kisi – kisi), spesifik, spesifik, spesifik,
tetapi dan terdapat terdapat
tidak kalimat kebaruan, kebaruan,
spesifik, baku, tetapi dan
kalimat tetapi tidak kalimat struktur
tidak terdapat tidak kalimat
baku, dan kebaruan. baku. baku
tidak
terdapat
kebaruan.
2 Pembahas Tidak Pembahas Pembahas Pembahas Pembahas
an terdapat an dan an dan an dan an dan
rumusan relevansi rumusan rumusan rumusan rumusan
masalah antara masalah masalah masalah masalah
permasalah relevan relevan relevan relevan
an dan meliputi meliputi meliputi meliputi
pembahasa ketepatan ketepatan ketepatan ketepatan
n analisis analisis analisis analisis
teori teori yang teori yang teori yang
tetapi digunakan, digunakan, digunakan,
tidak terdapat terdapat terdapat
terdapat rujukan inti rujukan inti rujukan inti
rujukan & & &
inti & pendukun pendukun pendukun
pendukung g, g, g,
pembahas kedalaman kedalaman
an & &
mendalam kebaruan kebaruan
tetapi tidak pembahas pembahas
terdapat an, tetapi an, dan
kebaruan struktur struktur
pembahas kalimat kalimat
an, tetapi tidak baku
struktur baku
kalimat
tidak
baku

3 Solusi Solusi tidak Memenuh Memenuh Memenuh Memenuhi


(efektif, relevan i1 i2 i3 seluruh
kompone kompone kompone
n n n

dapat komponen
diaplikasik
an, minim
risiko, dan
logis)

4 Kesimpulan Tidak Menjawab Menjawab Menjawab Menjawab


menjawab rumusan rumusan rumusan rumusan
rumusan masalah masalah masalah masalah
masalah dengan dengan dengan dengan
tidak benar benar, benar, benar,
tidak singkat, singkat,
singkat, dan tidak dan jelas
dan tidak jelas
jelas
5 Partisipasi Tidak Hanya satu Hanya dua Hanya 3 Memenuhi
dalam memenuhi kriteria kriteria kriteria semua
kelompok semua terpenuhi terpenuhi kriteria kriteria
(aktif, kriteria terpenuhi
disiplin,
tanggung
jawab,
kerjasama)

Skor

Nilai = (skor/ skor max) x 100

Anda mungkin juga menyukai