Anda di halaman 1dari 11

TUGAS EVALUASI AKHIR SEMESTER

JURNAL PENERAPAN K3L PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI


PEMBANGUNAN GEDUNG UNIVERSITAS DAN MASJID STIE PERBANAS
WONOREJO

Matakuliah:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3L)

Dosen Pembimbing
Ir. Priyoto, MT.

Kelas:
K3L/R / Malam / Senin, 17:00 - 19:15 Ruang Q701

Disusun oleh:
Syamsul Huda Arfiansyah 1441600008
Sharief Hamdany 1441600055
M. Yahya Zia Ulhaq 1441600058
A.A Ngr. A. Wisnu Surya Putra A 1441600105
Nafis Maunatul Qudro 1441600106

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JULI 2019
ABSTRAK
Tujuan dari survey lapangan ini adalah: 1) untuk mengevaluasi penerapan dan kendala penerapan K3 pada
proyek bangunan gedung di Surabaya mengetahui perbedaan penerapan K3 berdasarkan mareri yang di
dapat di perkuliahan dengan yang ada di lapangan. Metode penelitian menggunakan pendekatan survei
terhadap proyek bangunan gedung 8 lantai atau lebih di Surabaya. Komponen evaluasi K3 dikembangkan
berdasarkan Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi (ILO, 2005). Hasil
survey menemukan bahwa tingkat penerapan K3 pada aspek: penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) (60%),
Pengelolaan Kondisi Darurat (75%), Pekerjaan Struktur, Perancah dan Tangga (66,7%), Kesehatan dan
Kebersihan Lingkungan Kerja ( 89,2%). Kendala penerapan K3 pada umumnya adalah anggaran, budaya
pekerja yang belum terbiasa dengan penerapan K3 serta dampak penerapan terhadap biaya dan harga jual
konstruksi properti. Rata-rata penerapan K3 lebih besar pada proyek skala besar dibandingkan proyek skala
sedang dan kecil.

ABSTRACT

The objectives of this field survey are: 1) to evaluate the application and constraints of the implementation of
K3 in building projects in Surabaya knowing the differences in the application of K3 based on marriages that
can be lectured with those in the field. The research method uses a survey approach to 8-storey or more
building projects in Surabaya. The K3 evaluation component was developed based on the Practical
Guidelines for Occupational Safety and Health in the Field of Construction (ILO, 2005). The survey results
found that the level of K3 implementation in aspects: the use of Personal Protective Equipment (PPE) (60%),
Emergency Condition Management (75%), Structural Work, Scaffolding and Ladder (66.7%), Work
Environment Health and Hygiene (89 , 2%). Constraints to the application of OHS in general are the budget,
the culture of workers who are not familiar with the application of K3 and the impact of the application on the
costs and selling prices of property construction. The average implementation of OHS is greater in large-
scale projects compared to medium and small scale projects.

Evaluation of the Implementation of Occupational Safety and Health (K3) in Building Projects in Surabaya ©
2019 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

terjadi di lokasi konstruksi. Selanjutnya tidak


kurang dari 60.000 kecelakaan fatal terjadi di
PENDAHULUAN
lokasi konstruksi di seluruh dunia setiap tahun.
Industri konstruksi merupakan salah satu Ancaman keselamatan pekerja di antaranya
industri yang paling beresiko terhadap adalah: jatuh dari ketinggian, terjebak reruntuhan
keselamatan pekerja. Organisasi Perburuhan bangunan, tertabrak oleh kendaraan proyek/alat
Internasional (ILO) (2011) menyatakan bahwa berat, terkena aliran listrik, tertimpa benda jatuh,
satu dari enam kecelakaan fatal di tempat kerja paparan api, beracun, berbahaya (Consultnet
Ltd., 2011). Kecelakaan merupakan suatu mengevaluasi Penerapan Sistem Manajemen
kejadian yang tidak direncanakan dan tak terduga, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada
yang mengganggu jadwal pekerjaan; proyek konstruksi bangunan gedung pada proyek
mengakibatkan hilangnya produktivitas, cedera konstruksi di Surabaya.
personil, kerusakan dan akhirnya mengganggu
proses produksi secara keseluruhan.
Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO, 2005) menekankan pentingnya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
terutama di bidang konstruksi. Dasar pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja di jasa
konstruksi di Indonesia adalah: Undang-Undang
No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
Masjid Tempat parkir
Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Kantin gedung Universitas
Keselamatan Kerja, Peraturan Pemerintah No.
Berdasarkan Permen PU Nomor:
29/2000 Pasal 30 ayat (1), demikian juga dengan
05/PRT/M/2014, Keselamatan dan Kesehatan
Pedoman Teknis K3 Konstruksi Bangunan dalam
Kerja (K3) adalah segala kegiatan untukmenjamin
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun
dan melindungi keselamatan dan kesehatan
1980 dan Pedoman Pelaksanaan K3 Pada
tenaga kerja melalui upaya pencegahan
Tempat Kegiatan Konstruksi dalam SKB Menteri
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
pekerjaan konstruksi. Berdasarkan Peraturan
174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986. Meskipun
Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
peraturan perundang-undangan, standar nasional
09/PER/M/2008, Sistem Manajemen
maupun internasional tentang K3 telah tersedia,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
namun kecelakaan di bidang konstruksi tetap
adalah bagian dari sistem manajemen secara
tinggi (ILO, 2005).
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
Menurut LaMontagne et al. (2003),
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
tingginya angka kecelakaan di bidang konstruksi
prosedur, proses dan sumber daya yang
bukan disebabkan oleh tingkat kesadaran yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
rendah tentang K3 namun lebih berkaitan dengan
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kurangnya penerapan program dan sistem K3.
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna
Dengan demikian, langkah-langkah evaluasi
terciptanya tempat kerja yang selamat, aman,
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
efisien dan produktif.
Kesehatan Kerja (SMK3) untuk mengendalikan
Berdasarkan Pedoman Praktis
keselamatan dan kesehatan pekerja sangat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang
penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Konstruksi yang diterbitkan oleh ILO (2005) yang
bekerjsama dengan Departemen Tenaga Kerja diterbitkan oleh ILO (2005) yang bekerjasama
dan Transmigrasi Republik Indonesia dan Dewan dengan Departemen Tenaga Kerja dan
Keselamatan dan Kesehatan tenaga Kerja Transmigrasi Republik Indonesia serta Dewan.
Nasional disusun pedoman penerapan K3 pada Penelitian ini membatasi pada 6 (enam) aspek
proyek pembangunan gedung yang meliputi penerapan K3 menurut ILO (2005) karena luasnya
aspek : 1) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), cakupan penerapan K3, meliputi: 1) penggunaan
2) Pengelolaan Daerah Berbatas, 3) Pengelolaan alat pelindung diri (APD), 2) Kondisi darurat, 3)
Kondisi Darurat, 4) Rambu dan Pekerjaan Galian, Pekerjaan Struktur, Perancah dan Tangga, 4)
5) Pekerjaan Struktur, Perancah dan Tangga, 6) Penggunaan Bahan Beracun dan Berbahaya, dan
Penggunaan Bahan Beracun dan Berbahaya, 7) 5) Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan Kerja.
Pekerjaan Listrik, 8) Penggunaan Alat Angkut, 9) Beberapa proyek belum dilakukan jenis pekerjaan
Pekerjaan Pengelasan, 10) Pekerjaan Atap, 11) tertentu (misal: pekerjaan kaca dan atap),
Pekerjaan Pemasangan Kaca, 12) Kesehatan dan sehingga aspek tersebut bukan merupakan obyek
Kebersihan Lingkungan Kerja, 13) Wajib Lapor, pengamatan dalam penelitian ini.
14) Penyediaan Ahli K3. Sistem manajemen
Kuesioner disebarkan kepada staff
keselamatan yang efektif membutuhkan
manajemen. Metode observasi dilakukan untuk
komitmen manajemen, tugas, tanggung jawab;
mendukung validitas data. Analisis Evaluasi
prosedur, mekanisme komunikasi; identifikasi
pelaksanaan penerapan K3 digunakan metode
bahaya, pencegahan dan pengendalian;
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Keselamatan
investigasi kecelakaan; pelatihan, dokumentasi
dan Kesehatan tenaga Kerja Nasional. Setiap
dan evaluasi efektivitas program (Keller & Keller,
elemen diberi nilai yang apabila „ya‟ bernilai (+1)
2009; Needleman, 2000).
dan „tidak‟ bernilai (0). Nilai tersebut
METODE menghasilkan frekuensi (jumlah) dan persentase
Penelitian dilakukan melalui survei yang menyimpulkan keberhasilan penerapan K3
terhadap proyek bangunan gedung di Surabaya. di proyek tersebut. Analisis kendala penerapan K3
Proyek yang mejadi obyek survey studi lapangan pada proyek pembangunan gedung yaitu faktor
adalah proyek swasta dengan fungsi sebagai penyebab ketidaksempurnaan penerapannya,
gedung universitas terdiri dari Masjid, Tempat menggunakan metode deskriptif kualitatif.
parkir Mahasiswa, Kantin dan Gedung Universitas
8 Lantai dengan total luas bangunan 254 m2 –
15.789 m2.

Komponen evaluasi K3 dikembangkan


Berdasarkan Pedoman Praktis Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi yang
Nilai proyek mencerminkan jenis Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
pelaksanaan konstruksi yang karakteristiknya bahwa tingkat penerapan K3 pada aspek
berbeda, sehingga penerapan K3 ditnjau penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah
perbedaanya berdasarkan skala proyek. Proyek- antara 20% sampai dengan 90%. Penggunaan
proyek yang menjadi obyek penelitian alat pelindung diri (APD) belum sepenuhnya
dikelompokkan menjadi proyek ”besar” (nilai diterapkan karena berkaitan dengan keterbatasan
proyek lebih dari Rp. 5 milyar), proyek ”sedang” anggaran, budaya pekerja yang belum terbiasa
(nilai proyek antara Rp. 1 dan 5 milyar), dan dengan penerapan K3, tingkat risiko rendah dan
proyek ”kecil” (nilai proyek kurang dari Rp. 1 lingkup kerja kecil. Beberapa perusahaan telah
milyar). Data pengamatan mencakup 2 proyek
besar, 2 proyek sedang, dan 6 proyek kecil.

menyediakan APD untuk pekerja, namun pekerja


tidak memakainya.

HASIL PEMBAHASAN Pengelolaan Kondisi Darurat


Sebagian besar responden penelitian (Tabel 1) Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
adalah mempunyai jabatan sebagai manajer bahwa tingkat penerapan K3 pada aspek
proyek (30%), diikuti manajer lapangan/ Site pengelolaan kondisi darurat adalah antara 50%
Manager (30%) dan supervisor (2%). Umur sampai dengan 100%. Alasan beberapa proyek
responden antara 27-52 tahun, dengan yang tidak ada informasi jalur evakuasi jika terjadi
pendidikan antara D3 sampai dengan S2.

Evaluasi Penerapan K3 pada proyek


pembangunan konstruksi di Surabaya adalah
sebagai berikut.

Alat Pelindung Diri di Tempat Kerja


keadaan darurat diantaranya adalah: kondisi
proyek yang berada di area terbuka sehingga
mudah dilakukan evakuasi jika ada kondisi
darurat. Informasi pada umumnya tersedia di pos
jaga atau ada briefing minimal satu kali seminggu.

K3 belum sepenuhnya diterapkan karena


Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui berkaitan dengan keterbatasan anggaran dan
bahwa tingkat penerapan K3 pada aspek budaya pekerja yang belum terbiasa dengan
Pekerjaan Struktur, Perancah, Tangga adalah penerapan K3. Penerapan K3 untuk
antara 50% sampai dengan 90%. Alasan belum pembangunan rumah dan ruko akan
banyak diterapkan diantaranya adalah: tidak ada mempengaruhi harga jual rumah yang
risiko pada bangunan rawan roboh, pekerjaan di dibebankan ke pembeli.
ketinggian lebih dari 2 meter belum dianggap
Perbedaan Penerapan K3 berdasarkan Skala
berisiko, prefrensi risiko yang berbeda.
Proyek
Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan Kerja Penelitian ini menggunaan sampel kecil,
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui namun hasil uji normalitas menggunakan metode
bahwa dari sebanyak 12 aspek yang berkaitan Kolmogorov-Smirnov Z test dperoleh Nilai Sig (p
dengan kesehatan dan kebersihan tempat kerja, Value) di atas 0,05 (Tabel 7) yang berarti data
sebanyak delapan aspek telah dilaku kan oleh terdistribusi normal. Sehingga analisis
semua proyek dengan tingkat penerapan 100%. menggunaan pendekatan statistik parametrik
Pemeriksan pekerja secara berkala hanya dalam pengujian beda rata-rata kelompok sampel.
dilakukan 8 perusahaan dari 10 perusahaan.
Selanjutnya, hasil uji beda rata-rata
disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8,
ditinjau dari penerapan APD, rata-rata penerapan
K3 pada proyek skala kecil (38,89%) lebih rendah
dibandingkan penerapan k3 pada proyek skala
sedang (81,25%) dan besar (100,00%). Ditinjau
dari pengelolaan kondisi darurat, rata-rata Hasil pengujian statistik perbedaan
penerapan K3 pada proyek skala kecil (56,94%) penerapan K3 berdasaran skala proyek (Tabel 8)
lebih rendah dibandingkan penerapan k3 pada ditemukan hasil bahwa penerapan K3 berbeda
proyek skala sedang (95,83%) dan besar pada semua aspek yaitu: penggunaan APD
(100,00%). Ditinjau dari Pekerjaan Struktur, (p=0,060), Kondisi Darurat, Pekerjaan Struktur,
Perancah, Tangga, rata-rata penerapan K3 pada Perancah, Tangga (p=0,040), Penggunaan Bahan
proyek skala kecil (0,36) lebih rendah Beracun dan Berbahaya (p=0,068), Kesehatan
dibandingkan penerapan k3 pada proyek skala dan Kebersihan Lingkungan Kerja (p=0,047).
sedang (87,30%) dan besar (94,44%). Ditinjau Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa
dari Penggunaan Bahan Beracun dan Berbahaya, penerapan K3 seiring dengan efisensi biaya dan
rata-rata penerapan K3 pada proyek skala kecil risiko. Efisensi biaya untuk menerapan dan risiko
(47,62%) lebih rendah dibandingkan penerapan untu tidap menerapkan K3 lebih besar pada
k3 pada proyek skala sedang (71.43%) dan besar proyek skala besar dibandingkan skala sedang
(100,00%). Ditinjau dari penerapan Kesehatan dan proyek skala kecil.
dan Kebersihan Lingkungan Kerja, rata-rata
penerapan K3 pada proyek skala kecil (83,33%)
lebih rendah dibandingkan penerapan k3 pada
proyek skala sedang (95.83%) dan besar
(100,00%).
KESIMPULAN DAN SARAN sedang dan kecil. Temuan ini dapat
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis diisebebkkan karena efisensi biaya untuk
penerapan K3 pada proyek pembangunan menerapan dan risiko untuk tidak
gedung di Surabaya maka dapat diambil menerapkan k3 lebih besar pada proyek
kesimpulan bahwa: skala besar dibandingkan skala sedang
1. Tingkat penerapan K3 pada aspek dan proyek skala kecil.
penggunaan alat pelindung diri (APD)
adalah sebesar 60%. Tingkat penerapan Berdasarkan hasil penelitian dapat di berikan
K3 pada aspek pengelolan Kondisi saran sebagai berikut:
darurat adalah sebesar 75%. Tingkat
1. Penyedia jasa konstruksi perlu untuk
penerapan K3 pada aspek Pekerjaan
mensosialisasikan dan membudayakan
Struktur, Perancah dan Tangga adalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
sebesar 66,7%. Tingkat penerapan K3
terhadap tenaga kerja sepanjang umur
pada aspek Penggunaan Bahan Beracun
proyek
dan Berbahaya adalah sebesar 62,9%.
2. penyedia konstruksi perlu
Tingkat penerapan K3 pada aspek
mengalokasikan anggaran terhadap
Kesehatan dan Kebersihan Lingkungan
penerapan K3 sesuai tingkat risiko yang
Kerja adalah sebesar 89,2%. Kendala
akan dihadapi
penerapan K3 pada umumnya adalah
3. monitoring untuk memastikan bahwa K3
keterbatasan anggaran, budaya pekerja
diterapkan di semua bidang pekerjaan
yang belum terbiasa dengan penerapan
dan para pekerja juga melaksanakan K3,
K3 serta dampak penerapan terhadap
agar mereka terhidar dari kecelakaan
biaya dan harga jual konstruksi property.
kerja. Penelitian selanjutnya dapat
memasukkkan faktor lain seperti: risiko,
2. Terdapat perbedaan penerapan k3
biaya implementasi yang dapat
berdasaran skala proyek. Rata-rata
mempengaruhi penerapan k3.
penerapan k3 lebih besar pada proyek
skala besar dibandingkan proyek skala
DOKUMENTASI

Foto Dokumentasi Wawancara dengan Pak Gatot selaku Kepala Pelaksana K3L pada Proyek
Konstruksi Pembangunan Gedung Universitas STIE Perbanas Wonorejo

Foto Dokumentasi sesi Survei ke Lapangan Pekerjaan


Foto Bersama dengan Pak Bambang selaku Team Leader dan Pak Gatot selaku Kepala Pelaksana
K3L
DAFTAR PUSTAKA

 Survei dan Wawancara, pada Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung Universitas dan Masjid
STIE PERBANAS Wonorejo
 Dokumentasi pribadi.

 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi


 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 09/PRT/M/2008 tentang SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta
 SKB Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986
tentang Pedoman Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
 Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

 Consultnet Ltd., 2011. Construction Site Safety (slide presentation).


http://www.consultnet.ie/Construction%20 Site%20Safety.ppt
 ILO (International Labour Organization), 2011. Occupational safety and health management in the
construction sector. http://socialprotection.itcilo.org/en/course s/Open_courses/A904155
 ILO (International Labour Organization), 2005. Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Bidang Konstruksi, Jakarta: ILO, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
dan Dewan Keselamatan dan Kesehatan tenaga Kerja Nasional
 Keller, S. J. & Keller, J. R., 2009. Construction Accidents Statistics.
http://www.2keller.com/library/constructio n- accident-statistics.cfm
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1980 tentang Pedoman Teknis K3 Konstruksi
Bangunan
 LaMontagne, A. D., Barbeau, E, Youngstrom, R. A., Lewiton, M., Stoddard, A.M., McLellan, D.,
Wallace, L.M. & Sorensen G., 2004. Assessing and intervening on OSH programmes: effectiveness
evaluation of the Wellworks-2 intervention in 15 manufacturing worksites. Occup Environ Med 61,
Hal: 651–660.
 Needleman, C., 2000. OSHA at the crossroads: conflicting frameworks for regulating OHS in the US.

Anda mungkin juga menyukai