Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA DI BENGKEL TEKNIK ELEKTRONIKA DAYA


DAN KOMUNIKASI SMK NEGERI 2 DEPOK
IMPLEMENTATION OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY MANAGEMENT
SYSTEMS AT ELECTRONICS POWER AND COMMUNICATION ENGINEERING
WORKSHOP OF SMK NEGERI 2 DEPOK

Oleh: Paulus Kusuma Setia, Ir. Satriyo Agung Dewanto S.T., S.Pd.T., M.Pd.
Prodi Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, (email:
pauluskusuma.2018@student.uny.ac.id)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di Bengkel Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi SMK Negeri 2 Depok
yang meliputi: (1) persiapan (2) pelaksanaan (3) evaluasi. Penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian adalah Ketua Jurusan, Kepala Bengkel dan Teknisi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner) dengan skala guttman dan selanjutnya
diverifikasi dengan dokumentasi. Hasil analisis data ditampilkan menggunakan grafik batang dan
dijelaskan secara ringkas menggunakan tabel persentase skor yang kemudian dikategorikan dan
dideskripsikan berdasarkan sub indikatornya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persiapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki persentase 32.5% yang tergolong dalam kriteria “kurang baik”;
(2) Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel Teknik Elektronika
Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki persentase 64.25% yang tergolong dalam kriteria
“cukup baik”; (3) Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel Teknik
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki persentase 33.33% yang tergolong dalam
kriteria “kurang baik”.
Kata kunci: Implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, persiapan, pelaksanaan,
evaluasi

Abstract
This study aims to determine the Implementation of the Occupational Safety and Health
Management System (SMK3) at Electronic Power and Communication Workshops of SMK Negeri 2
Depok which includes: (1) preparation (2) execution (3) evaluation. This research is a type of
quantitative descriptive research. The research subject is the Leader of the Department, the Head of
the Workshop and the Technician. In this study, the data collection technique used was a questionnaire
with a guttman scale and then verified by documentation. The results of data analysis are displayed in
the form of bar graphs and briefly explained using a score percentage table which are then
categorized and described based on the sub-indicators. The results showed: (1) Preparation of
Occupational Safety and Health Management System at Electronics Power and Communication
Engineering Workshop of SMKN 2 Depok has a percentage of 32.5% which is classified as “less
good”; (2) Execution of Occupational Safety and Health Management System at Electronics Power
and Communication Engineering Workshop of SMKN 2 Depok has a percentage of 64.25% which is
classified as “fairly good”; (3) Evaluation of Occupational Safety and Health Management System at
Electronics Power and Communication Engineering Workshop of SMKN 2 Depok has a percentage of
33.33% which is classified as “less good”.
Keyword: Implementation of the Occupational Safety and Health Management System, preparation,
execution,evaluation
PENDAHULUAN SMK adalah menghasilkan lulusan yang
kredibel, berkualitas dan profesional yang siap
Dalam era globalisasi, perkembangan berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
industri dan dunia bisnis mengalami kemajuan
pesat yang ditunjukan oleh peningkatan ilmu Pendidikan SMK bertujuan untuk
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. mempersiapkan SDM berdasarkan kebutuhan
Hal ini memicu tuntutan sumber daya manusia dunia kerja, oleh sebab itu dalam
(SDM) yang berkompeten dan memiliki standar menerapkannya memerlukan penyesuaian
sesuai dengan kualifikasi global. Sebagai negara berdasarkan situasi yang nyata dan relevan
berkembang, Indonesia perlu mengikuti era dengan dunia industri. Untuk itu, selain
globalisasi dengan tidak mengabaikan identitas, diberikan kemampuan hardskill siswa juga perlu
akhlak, dan integritas bangsa. Oleh Karena itu, dibekali dengan pelatihan softskill seperti
agar mampu bertahan dalam kompetisi global penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
yang semakin ketat, diperlukan usaha untuk Siswa SMK akan sering menemukan persoalan
memperbaiki, mengembangkan, dan terakit keselamatan kerja, baik itu di bengkel
meningkatkan mutu pendidikan guna praktikum maupun di industri nanti, sehingga
menyiapkan SDM yang berkualitas dalam dunia para siswa harus dibiasakan untuk menerapkan
industri dan dunia usaha. panduan kesehatan dan keselamatan kerja saat
melaksanakan kegiatan praktikum.
Kualitas SDM bergantung pada tingkat
mutu pendidikan yang diperoleh. Definisi Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3
pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI adalah suatu ide dan upaya untuk memastikan
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem keutuhan mental dan fisik pekerja
Pendidikan Nasional yakni “Pendidikan adalah (Mangkunegara, 2002: 163). Oleh karena itu,
upaya yang disengaja dan terstruktur untuk K3 merupakan aspek penting yang diterapkan di
menciptakan lingkungan belajar dan proses industri maupun di bengkel sekolah terutama
pembelajaran yang memungkinkan keaktifan SMK dengan jurusan teknik. Pada saat
siswa dalam mengeksplorasi minat dan bakat melakukan praktik, para siswa menggunakan
mereka dalam aspek religiositas, pengendalian alat, perlengkapan, dan bahan kerja dengan
diri, personalitas, intelektual, tata krama, serta potensi bahaya. Umumnya, kecelakaan kerja
kemampuan yang dibutuhkan untuk diri sendiri, sering kali dipicu oleh situasi kerja yang tidak
masyarakat, dan negara”. Oleh karena itu, aman dan perilaku bahaya yang dilakukan oleh
perencanaan pendidikan harus disesuaikan para pekerja. Oleh sebab itu, implementasi
berdasarkan tuntutan dan kepentingan Sistem Manajemen K3 (SMK3) dalam dunia
masyarakat yang ada. Dengan demikian, pendidikan hendaknya disesuaikan berdasarkan
pemerintah mengembangkan Sekolah persyaratan penerapan Sistem Manajemen K3 di
Menengah Kejuruan (SMK) dengan beragam dunia usaha dan dunia industri.
jurusan untuk menghasilkan tenaga kerja yang
berkulitas dan profesional pada bidang masing- Kecelakaan merupakan peristiwa yang
masing. tidak terencana dan tidak terduga sehingga
menyebabkan cidera pada manusia, gangguan
SMK adalah institusi yang menyediakan pada proses produksi, serta kerusakan pada
pendidikan dan pelatihan kepada peserta didik. properti dan lingkungan sekitar (Gunawan,
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang 2015:8). Salah satu peluang terjadinya
Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kecelakaan juga diawali dari kurangnya
“Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan efisiensi manajemen K3, oleh sebab itu,
menengah yang mengarahkan peserta didik penerapan sistem manajemen K3 (SMK3) pada
untuk mengembangkan kemampuan pada dunia pendidikan harus ditingkatkan. Sesuai
bidang spesifik”. Dengan demikian, misi utama dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2012 tetang Penerapan Sistem Manajemen perencanaan untuk mencapai tujuan yang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebutkan diinginkan (Usman, 2002: 70). Oleh karena itu,
bahwa “Sistem manajemen K3 mencakup Implementasi K3 yang efektif menjadi peranan
penetapan K3, perencanaan K3, penerapan K3, penting dalam sektor pendidikan guna
pemantauan evaluasi K3, dan peninjauan serta membentuk tenaga kerja tingkat menengah yang
peningkatan K3”. Hal ini menunjukan bahwa kompeten agar mampu bersaing di industri.
sistem manajemen K3 bertujuan membangun Untuk itu dibutuhkan suatu manajemen yang
tempat kerja yang aman serta kegiatan kerja ampuh dan efektif dalam mengkontrol,
yang efisien, dan produktif. memantau, dan menumbuhkan kesadaran K3
kepada peserta didik supaya mampu
Berdasarkan persyaratan sistem menerapkannya dengan tepat.
manajemen K3 di industri, maka sistem
manajemen K3 dalam dunia pendidikan perlu Berdasarkan permasalahan di atas,
disempurnakan. Namun dalam penerapannya penulis tertarik untuk menjalankan penelitian
masih terdapat sekolah yang belum dengan judul “Implementasi Sistem Manajemen
memprioritaskan penerapan K3 dengan serius. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel
Berdasarkan observasi yang diamati oleh Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi SMK
peneliti saat melakuan program Praktik Negeri 2 Depok”.
Kependidikan (PK) di SMK Negeri 2 Depok
khususnya di Program Keahlian Teknik METODE PENELITIAN
Elektronika Daya dan Komunikasi, Perilaku Jenis penelitian
siswa terhadap K3 juga belum terlaksana
dengan yang diharapkan. Masih terlihat Metode penelitian yang dilakukan
beberapa peserta didik yang bersikap acuh merupakan penelitian deskriptif dengan
terhadap bahaya serta potensi bahaya K3 seperti pendekatan kuantitatif. Menurut Sudjana
bermain-main saat melaksanakan praktik, (2004:53) Penelitian deskriptif kuantitatif
mengabaikan penggunaan APD, dan merupakan penelitian yang ditunjukan untuk
menggunakan peralatan praktikum tanpa mendeskripsikan atau menjelaskan suatu
mempelajari penggunaan alat tersebut yang kondisi yang terjadi dengan melakukan
dapat mengakibatkan kerusakan alat praktikum
pencatatan serta penganalisaan data berupa
dan dapat mencederai. Selain itu, pihak sekolah
angka.
juga belum sepenuhnya peduli terhadap K3
yang ditandai dengan kurangnya rambu-rambu Waktu dan Tempat Penelitian
K3, minimnya sosialisasi K3 dan tidak tegasnya
instruktur untuk memberi tindakan pada siswa Penelitian ini dilaksanakan diprogram
yang mengingkari kode etik K3. keahlian Teknik Elektronika Daya dan
Komunikasi SMK Negeri 2 Depok Sleman yang
Kebiasaan yang buruk tidak dapat
beralamat di Jl. STM Pembangunan, Mrican,
berubah apabila metode bekerja masih
Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman,
mengabaikan K3. Kurangnya kepedulian
terhadap K3 dapat memicu Kecelakaan kerja, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei
dan tidak hanya berdampak pada pekerja 2023.
melainkan juga beresiko terhadap alat dan
Subyek Penelitian
tempat kerja itu sendiri. Oleh karena itu, dengan
menanamkan K3 pada siswa, diharapkan Subjek yang terlibat dalam penelitian ini
mereka akan selalu mengaplikasikan perilaku terdiri dari Ketua Jurusan, Kepala Bengkel, dan
K3 saat bekerja. Sehingga para siswa tidak Teknisi yang memiliki kapabilitas untuk
ceroboh dan dapat bertanggung jawab terhadap menyamaikan informasi secara komprehensif
apa yang dikerjakan. dan terlibat secara langsung dalam pelaksanaan
Implementasi adalah proses pelaksanaan, praktik.
tindakan, atau sistem yang diterapkan melalui
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
data
Penelitian yang dilaksanakan di SMK
Data dalam penelitian ini diperoleh Negeri 2 Depok pada jurusan Teknik
melalui pengisian angket yang diberikan kepada Elektronika Daya dan Komunikasi membahas
Pak Kartana selaku Ketua Jurusan, Ibu Dyah terkait implementasi sistem manajemen
selaku Kepala Bengkel, dan Pak Saptono Selaku keselamatan dan kesehatan kerja yang ditinjau
Teknisi. Data angket kemudian diverifikasi dari 3 variabel yaitu persiapan, pelaksanaan, dan
dengan data dokumentasi. Instrumen angket dan evaluasi.
dokumentasi terdiri dari 3 variabel yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Teknik Berikut ini ringakasan deskripsi
ketercapaian dari masing-masing variabel
pengumpulan data menggunakan angket dengan
implementasi sistem manajemen keselamatan
skala guttman (guttman scale) 2 pilihan dan
dan kesehatan kerja:
dokumentasi berupa foto dan dokumen yang
diperlukan untuk memverifikasi pertanyaan Persiapan Sistem Manajemen Keselamatan
angket. dan Kesehatan Kerja

Teknik Analisis Data Persiapan SMK3 diukur dengan 2


indikator yakni penetapan dan perencanaan.
Teknik analisis data menggunakan teknik
Berikut ini ringakasan deskripsi variabel
analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif
persiapan SMK3
kuantitatif digunakan untuk memahami
variabel-variabel secara mandiri baik satu Tabel 2. Ringkasan Deskripsi Persiapan SMK3
variabel maupun lebih tanpa membandingkan
ataupun mencocokan variabel tersebut dengan Variabel Indikator Skor (%)
variabel lain (Sugiyono, 2014:35). Penetapan 31.67%
Persiapan 32.5%
Perencanaan 33.33%
Untuk menganalisis angket yang
diperoleh, maka data tersebut akan diubah Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
dalam bentuk persentase dengan perhitungan persiapan SMK3 di Bengkel Elektronika Daya
rumus persentase sebagai berikut: dan Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki
persentase 32.5% yang tergolong dalam kriteria
kurang baik. Berikut ini penjelasan masing-
masing indikator pada variabel persiapan
Data yang persentase skor yang diperoleh
1. Penetapan
kemudian diterjemahkan dalam 4 kategori
predikat berdasarkan skala Kuantitatif menurut Penetapan K3 memiliki 2 sub indikator
Arikunto (1989) pada Tabel 1. yang terdiri dari kebijkaan K3, dan
kepemimpinan dan komitmen. Berdasarkan
Tabel 1. Kategori Persentase Skor hasil penelitian, indikator penetapan memiliki
persentase 31.67% yang termasuk dalam
Persentase Skor Kategori kategori kurang baik. Hasil ini dipengaruhi oleh
>75% ─ 100% Baik sub indikator kebijakan K3 yang kurang baik
>50% ─ 75% Cukup Baik dan sub indikator kepemimpinan dan komitmen
masih tidak baik.
>25% ─ 50% Kurang Baik
>0% ─ 25% Tidak Baik Hasil penelitian angket menunjukan
bahwa kebijakan K3 di Bengkel Teknik
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2
Depok memiliki persentase 50%. Telah terdapat
kebijakan K3 dan telah dilakukan dalam proses Namun, belum ada prosedur identifikasi bahaya
konsultasi antar pengurus. Namun, tidak yang secara jelas tertulis. Hal ini menjadikan
terdapat kebijakan K3 secara tertulis, oleh identifikasi bahaya tidak dapat dirumuskan
karena itu kebijakan K3 tidak tersosialisasi secara jelas dan tidak terkoordinasi pada setiap
kepada seluruh pekerja dan peserta didik. tenaga kerja serta lingkungan Bengkel Teknik
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2
Hasil penelitian angket menunjukan Depok secara luas. Pada hasil penelitian angket
bahwa kepemimpinan dan komitmen memiliki Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
persentase 13.34%. Hal ini disebabkan karena Komunikasi SMKN 2 Depok sudah melakukan
belum terdapat pembentukan tim yang spesifik identifikasi bahaya, namun hasil dokumentasi
menangani K3 di Bengkel Teknik Elektronika tidak terdapat bukti yang mendukung hasil
Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok, penelitian angket yang menunjukan adanya
sehingga tidak ada tim K3 yang ditempatkan identifikasi bahaya.
dalam struktur organisasi yang dapat
merumuskan keputusan di Teknik Elektronika Hasil penelitian angket menunjukan
Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok. Selain bahwa tujuan dan program K3 di Bengkel
itu, dengan tidak dibentuknya tim K3 Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi
mengakibatkan pelaksanaan K3 menjadi tidak SMKN 2 Depok memiliki persentase 0%,
terkoordinasi dengan baik. Bengkel Teknik Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2 Komunikasi SMKN 2 Depok berlum
Depok juga belum menyediakan anggaran merencanakan tujuan dan program K3 sehingga
khusus dalam penerapan K3. Hasil penelitian penerapan K3 berjalan kurang terarah dan
angket juga menunjukan bahwa ketua jurusan pencapaian penerapan K3 akan sulit diukur.
dan kepala bengkel telah memperoleh pelatihan
K3 meskipun teknisi belum mendapatkan Pelaksanaan Sistem Manajemen
pelatihan K3. Namun, pada hasil penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dokumentasi tidak terdapat sertifikat K3 untuk Pelaksanaan SMK3 diukur dengan 3
membuktikan adanya pelatihan K3. indikator yakni jaminan kemampuan, sarana
2. Perencanaan prasarana, dan pengendalian bahaya. Berikut ini
ringakasan deskripsi variabel pelaksanaan
Perencanaan sistem K3 ialah tindak lanjut SMK3.
dari komitmen dan kebijakan K3. Indikator
perencanaan memiliki 2 sub indikator yang Tabel 3. Ringkasan Deskripsi Pelaksanaan
terdiri dari identifikasi bahaya, dan tujuan dan
program. Berdasarkan hasil penelitian, indikator Variabel Indikator Skor (%)
perencanaan memiliki persentase 33.33% yang
Jaminan
termasuk dalam kategori kurang baik. Hasil 55%
Kemampuan
tersebut hanya diperoleh dari pelaksanaan
Sarana
indentifikasi bahaya di Bengkel Teknik Pelaksanaan 77.77% 64.25%
Prasarana
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2
Pengendalian
Depok. Rendahnya pencapaian indikator 60%
Bahaya
perencanaan dikarenakan belum ada tujuan dan
SMK3
program K3.
Hasil penelitian angket menunjukkan Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
bahwa identifikasi bahaya di Bengkel Teknik pelaksanaan SMK3 di Bengkel Elektronika
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2 Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok
Depok memliki persentase 66.67%. Bengkel memiliki persentase 64.25% yang tergolong
Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi dalam kriteria cukup baik. Berikut ini
SMKN 2 Depok sudah mengidentifikasi bahaya penjelasan masing-masing indikator pada
yang terdapat di lingkungan dan area Bengkel. variabel pelaksanaan
1. Jaminan Kemampuan 2. Sarana Prasarana
Indikator jaminan kemampuan memiliki Indikator sarana prasarana memiliki 3 sub
2 sub indikator yang terdiri dari sumber daya indikator yang terdiri dari dokumentasi,
dan tanggung jawab, dan komunikasi dan lingkungan kerja, dan pemeliharaan sarana.
partisipasi peserta didik. Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil penelitian, indikator sarana
penelitian, indikator jaminan kemampuan prasarana memiliki persentase 77.77% yang
memiliki persentase 55% yang termasuk dalam termasuk dalam kategori baik. Pencapaian
kategori cukup baik. Pencapaian tersebut tersebut dipengaruhi oleh sub indikator
dipengaruhi oleh sub indikator sumber daya dan lingkungan kerja dan pemeliharaan sarana
komunikasi yang cukup baik dan sub indikator memiliki persentase yang baik. Namun yang
komunikasi dan partisipasi peserta didik yang membuat pencapaian sarana prasarana tidak
kurang baik. sempurna dikarenakan dokumentasi di Bengkel
Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi
Hasil penelitian angket menunjukan SMKN 2 Depok masih kurang baik.
sumber daya dan tanggung jawab K3 di
Bengkel Teknik Elektronika Daya dan Hasil penelitian angket menunjukan
Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki bahwa dokumentasi memiliki persentase
ketercapaian 60%. Bengkel Teknik Elektronika 33.33%. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok tidak Komunikasi SMKN 2 Depok telah terdapat
membentuk tim K3, sehingga tidak terdapat poster tentang K3, namun tidak adanya
personal K3 yang memiliki wewenang dan identifikasi dalam penyimpanan dan
bertanggung jawab dalam penangan K3, penggunaan dokumentasi K3 serta tidak
sehingga ketua jurusan, para guru, dan teknisi terdapat metode persetujuan, penerbitan,
masing-masing memiliki tanggung jawab K3. penyimpanan dan pemusnahan dokumen K3.
Pada hasil penelitian dokumentasi tidak terdapat
surat tugas K3 yang berikan kepada ketua Hasil penelitian angket menunjukan
jurusan, para guru, maupun teknisi. Hasil bahwa lingkungan kerja di Bengkel Teknik
dokumentasi yang dijadikan acuan hanya Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2
berupa RPP yang menunjukan bahwa guru Depok memiliki persentase 100%, hasil tersebut
memberikan apersepsi terkait K3 dan SOP diperoleh karena semua elemen yang harus
sebelum melaksanakan praktik. dilakukan pada lingkungan kerja telah
diimplementasi dengan baik, mulai dari
Hasil penelitian angket menunjukan menjaga kebersihan area bengkel setelah
komunikasi dan partisipasi peserta didik pembelajaran dilakukan, kemudian
memiliki persentase 50%. Terdapat penyingkiran barang yang tidak diperlukan,
pembelajaran K3 yang dilaksanakan peserta terdapat pengatur udara seperti ventilasi dan
didik serta terdapat media poster K3 untuk AC, memiliki pencahayaan yang baik pada
menyebarkan informasi K3 kepada peserta ruangan bengkel, penataan peralatan praktik
didik. Namun, dikarenakan Bengkel Teknik yang rapi. Di area bengkel, telah dipasang
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2 rambu-rambu tanda bahaya dan rambu-rambu
Depok tidak membentuk tim K3, maka tidak yang menunjukkan ruangan khusus yang tidak
ada penyebaran informasi terkait keberadaan dapat diakses oleh siswa. Selain itu tersedia juga
tim K3 dan tidak terdapat metode komunikasi fasilitas bengkel berupa air bersih dan MCK,
peserta didik dengan tim K3 mengenai dan telah dibuat tanda jalur evakuasi dan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. tersedia alat pemadam api ringan (APAR) di
Hasil penelitian dokumentasi mendukung beberapa titik area bengkel.
adanya penyebarluasan informasi K3 yang
dibuktikan dengan penempelan poster-poster K3 Hasil penelitian angket pemeliharaan dan
di dinding area bengkel, namun tidak ditemukan perbaikan sarana di Bengkel Teknik Elektronika
dokumen yang mendukung adanya Daya dan Komunikasi SMKN 2 memiliki
pembelajaran K3 oleh peserta didik. persentase 100%. Terdapat pengecekan
peralatan praktik secara berkala dan perbaikan Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2
peralatan apabila terdapat kerusakaan yang Depok juga telah menyediakan pelayanan
dilakukan oleh teknisi. Hasil penelitian angket kesehatan, namun belum memenuhi standar
didukung oleh hasil penelitian dokumentasi karena dalam tinjauan selama penelitian tidak
dengan adanya kartu inventaris ruangan daftar ada petugas yang berjaga ataupun dokter
isi alamari. periksa, sehingga mengakibatkan kualitas
pelayanan kesehatan menjadi tidak optimal.
3. Pengendalian bahaya Hasil penelitian dokumentasi yang mendukung
Indikator pengendalian bahaya memiliki adanya layanan kesehatan hanya berupa UKS
5 sub indikator yang terdiri dari pelaporan dan dan P3K, namun tidak terdapat kartu asuransi
pencatatan kecelakaan kerja, pemantauan siswa saat melakukan dokumentasi.
kesehatan, Pengawasan, P3K, dan kesiapan Hasil penelitian angket menunjukan
keadaan darurat dan bencana. Berdasarkan hasil bahwa pengawasan di Bengkel Teknik
penelitian, indikator pengendalian bahaya Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2
memiliki persentase 60% yang termasuk dalam Depok meliliki ketercapaian 66.67%. Peserta
kategori cukup baik. Pencapaian tersebut didik telah mendapatkan pengawasan
dipengaruhi oleh sub indikator kesiapan berdasarkan tingkat resiko saat melaksanakan
keadaan darurat yang telah dilaksanakan dengan praktik. Namun, belum ada keterlibatan guru
baik, kemudian pada sub indikator pemantauan untuk melakukan inspeksi bahaya pada penyakit
kesehatan dan pengawasan sudah dilakukan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Guru
dengan cukup baik, namun untuk sub indikator juga tidak diwajibkan untuk menyampaikan
pelaporan kecelakan kerja dan P3K di Bengkel laporan dan saran kepada ketua jurusan. Hasil
Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi penelitian dokumentasi yang mendukung
SMKN 2 Depok masih dilaksanakan kurang adanya pengawasan adalah penyertaan aspek
baik. K3 dalam pengantar jobsheet praktik yang
Hasil penelitian angket menunjukan menunjukan bahwa guru sudah melakukan
bahwa pelaporan dan pencatatan kecelakaan identifikasi bahaya beserta upaya
kerja di Bengkel Teknik Elektronika Daya dan pengendaliannya.
Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki Hasil penelitian angket menunjukan
persentase 33.33%. Pencatatan kecelakaan kerja bahwa Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
telah dilakukan apabila terjadi kecelakaan kerja, (P3K) memiliki persentase 33.33%, Bengkel
namun belum terdapat prosedur yang jelas Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi
dalam mencatat kecelakaan kerja dan belum SMKN 2 Depok telah menyediakan kotak P3K
mencatat ketidaksesuaian serta identifikasi dan perlengkapannya, namun belum ada
sumber bahaya dari setiap kecelakaan personel yang secara khusus bertanggung jawab
Pencatatan kecelakaan kecelakaan kerja hanya dalam penanganan P3K. Selain itu instruktur
dilakukan sederhana seperti menuliskan nama juga belum mengikuti pelatihan P3K. Hal ini
korban dan derita yang dialami seperti yang menyebabkan hasil penelitian pada P3K
ditemukan pada hasil dokumentasi berupa menjadi rendah. Hasil penelitian angket ini
catatan kecelakaan kerja yang ditempel pada hanya didukung dengan hasil penelitian
pintu ruangan bengkel. dokumentasi berupa foto kotak P3K.
Hasil penelitian angket menunjukan Hasil penelitian angket menunjukan
bahwa pemantauan kesehatan memiliki
bahwa kesiapan keadaan darurat atau bencana
persentase 66.67%. Bengkel Teknik Elektronika
memiliki persentase 100% Bengkel Teknik
Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok telah
menyediakan asuransi kesehatan untuk peserta Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2
didik agar pihak asuransi dapat menanggung Depok sudah membuat rambu jalur evakuasi,
biaya pengobatan apabila peserta didik nomor darurat, dan menyediakan APAR jika
mengalami kecelakaan kerja. Bengkel Teknik terjadi kebakaran. Perserta didik Telah
mendapatkan pelatihan simulasi jika terjadi tidak dilakukan dengan prosedur dan metode
keadaan darurat atau bencana bersama BPBD yang sesuai dengan standar peraturan dan tidak
Kabupaten Sleman dengan mengadakan melibatkan personel yang memiliki pemahaman
sosialisasi dan simulasi gempa. Hasil ini K3. Selain itu evaluasi K3 dan tindak lanjut
didukung oleh hasil penelitian dokumentasi program perbaikan penerapan K3 tidak
berupa foto APAR, jalur evakuasi. Pada hasil disosialisasi kepada warga bengkel. Pada hasil
penelitian dokumentasi tidak terdapat bukti
penelitian dokumentasi juga terdapat poster
yang mendukung adanya evaluasi di Bengkel
kegiatan simulasi bencana dan foto dokumentasi
Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi
kegiatan simulasi bencana yang dilaksanakan SMKN 2 Depok.
oleh peserta didik.
SIMPULAN DAN SARAN
Evaluasi Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Simpulan

Evaluasi SMK3 diukur dengan 1 Sesuai dengan pengolahan data beserta


indikator yaitu evaluasi kinerja K3. Berikut ini pembahasan terkait implementasi sistem
ringakasan deskripsi ketercapaian variabel manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di
evaluasi SMK3. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
Komunikasi SMKN 2 Depok, maka penelitian
Tabel 4. Ringkasan Deskripsi Evaluasi SMK3 ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Variabel Indikator Skor (%) 1. Persiapan sistem manajemen keselamatan
Evaluasi Kinerja dan kesehatan kerja yang tergolong dalam
Evaluasi 33.33% kategori “kurang baik” karena hanya
K3
memiliki persentase 32.5%. Pada variabel
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persiapan SMK3 di Bengkel Teknik
evaluasi SMK3 di Bengkel Elektronika Daya Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN
dan Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki 2 Depok memiliki 2 (dua) indikator. Yaitu
persentase 33.33% yang tergolong dalam indikator penetapan dan perencanaan.
kriteria kurang baik. Berikut ini penjelasan
indikator pada variabel evaluasi Indikator penetapan K3 di Bengkel Teknik
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN
1. Evaluasi Kinerja K3 2 Depok memiliki persentase 31.67% yang
termasuk dalam kategori kurang baik.
Evaluasi kinerja K3 ditinjau berdasarkan
Ditunjukkan dengan persentase kebijakan
audit dan tindak lanjut evaluasi. Hasil penelitian
K3 50% (kurang baik) dan persentase
angket menunjukan bahwa audit internal dan
kepemimpinan dan komitmen 13.34%
tindak lanjut evaluasi di Bengkel Teknik
(tidak baik).
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2
Depok memiliki persentase 33.33% yang Indikator perencanaan K3 di Bengkel
termasuk dalam kategori kurang baik. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi
Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki persentase
SMKN 2 Depok tidak membuat kebijakan K3 33.33% yang termasuk dalam kategori
secara tertulis sehingga tidak terdapat evaluasi kurang baik. Ditunjukkan dengan
K3 secara tertulis. persentase identifikasi bahaya 66.67%
(cukup baik) dan persentase tujuan dan
Berdasarkan hasil angket, Bengkel
program 0% (tidak baik).
Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi
SMKN 2 Depok telah melakukan Audit dan 2. Pelaksanaan sistem manajemen
evaluasi kinerja K3 secara berkala dan keselamatan dan kesehatan kerja tegolong
menindak lanjut evaluasi K3 dengan program dalam kriteria “cukup baik” dengan
perbaikan penerapan K3. Namun, audit internal persentase 64.25%. Pada variabel
pelaksanaan SMK3 di Bengkel Teknik Saran
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN
2 Depok memiliki 3 (tiga) indikator. Yakni Berdasarkan kesimpulan, pembahasan, dan
indikator jaminan kemampuan, sarana keterbatasan dalam menginterprestasikan hasil
prasarana, dan pengendalian bahaya. penelitan maka, dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
Indikator jaminan kemampuan K3 di
Bengkel Teknik Elektronika Daya dan 1. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki Komunikasi SMKN 2 Depok perlu
persentase 55% yang termasuk dalam membuat kebijakan K3 secara tertulis agar
kategori cukup baik. Ditunjukkan dengan dapat tersosialisasi kepada seluruh tenaga
persentase sumber daya dan tanggung kerja dan dapat dievaluasi secara berkala.
jawab 60% (cukup baik) dan persentase 2. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
komunikasi dan partisipasi peserta didik Komunikasi SMKN 2 Depok perlu
50% (kurang baik). membentuk organisasi atau tim K3 dengan
Indikator sarana prasarana K3 di Bengkel personil yang terkualifikasi penanganan K3
Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi dan diberi tanggung jawab dalam
SMKN 2 Depok memiliki persentase merencanakan dan melaksanakan K3.
77.77% yang termasuk dalam kategori 3. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
baik. Ditunjukkan dengan persentase Komunikasi SMKN 2 Depok perlu
dokumentasi 33.33% (kurang baik), membuat prosedur identifikasi bahaya
persentase lingkungan kerja 100% (baik), secara tertulis agar identifikasi dapat
dan persentase pemeliharaan dan perbaikan dipetakan secara jelas dan terkoordinasi
sarana 100% (baik). kepada seluruh tenaga kerja.
Indikator Pengendalian Bahaya K3 di 4. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
Bengkel Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN 2 Depok perlu
Komunikasi SMKN 2 Depok memiliki merencanakan tujuan dan program K3 agar
persentase 60% yang tergolong dalam pencapaian K3 dapat diukur dalam waktu
kriteria cukup baik. Ditunjukkan dengan tertentu dan memudahkan dalam
persentase pelaporan dan pencatatan mengevaluasi kebijakan K3.
kecelakaan kerja 33.33% (kurang baik),
persentase pemantauan kesehatan 66.67% 5. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
(cukup baik), persentase pengawasan Komunikasi SMKN 2 Depok perlu menata
66.67% (cukup baik), persentase P3K penerbitan dan penyimpanan dokumen agar
33.33% (kurang baik), persentase kesiapan saat dibutuhkan dokumen mudah
keadaan darurat atau bencana 100% (baik). ditemukan
3. Evaluasi sistem manajemen keselamatan 6. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
dan kesehatan kerja termasuk dalam Komunikasi SMKN 2 Depok perlu
kriteria “kurang baik” dengan persentase melakukan pelaporan ketidaksesuaian dan
33.33%. Pada variabel evaluasi SMK3 di identifikasi sumber bahaya terhadap setiap
Bengkel Teknik Elektronika Daya dan kecelakaan agar dapat dievaluasi dan
Komunikasi SMKN 2 Depok hanya ditindak lanjut.
memiliki 1 (satu) indikator yaitu evaluasi
7. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
kinerja K3 yang ditinjau berdasarkan audit
Komunikasi SMKN 2 Depok perlu
dan tindak lanjut evaluasi yang memiliki
menyediakan dokter periksa atau petugas
persentase 33.33% (kurang baik).
agar pelayanan kesehatan lebih maksimal.
8. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan
Komunikasi SMKN 2 perlu menyediakan
petugas khusus yang bertanggung jawab 12. Penelitian yang dilaksanakan hanya
dalam penanganan P3K dan memberikan menggunakan angket dan dokumentasi
pelatihan P3K pada para guru. sebagai teknik pengumpulan data. Oleh
karena itu, peneliti selanjutnya disarankan
9. Bengkel Teknik Elektronika Daya dan menggunakan metode pengumpulan data
Komunikasi SMKN 2 Depok perlu dengan wawancara agar data yang
meningkatkan proses evaluasi dengan dihasilkan dapat lebih jelas.
melibatkan personel K3 dan
mendokumentasikan hasil dan tindak lanjut DAFTAR PUSTKA
evaluasi.
Depdikbud. (2003). Undang-Undang RI Nomor
10. Penelitian terkait implementasi sistem 20, Tahun 2003, tentang Sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan Pendidikan Nasional .
kerja di SMKN 2 Depok hanya dilakukan
di Bengkel Teknik Elektronika Daya dan Gunawan. F., & Waluyo (2015). Risk Based
Komunikasi. Oleh karena itu, peneliti Behavioral Safety: Membangun
selanjutnya disarankan untuk melakukan Kebersamaan Untuk Mewujudkan
penelitian di seluruh bengkel yang ada di Keunggulan Operasi. Jakarta: PT
SMKN 2 Depok sehingga dapat Gramedia Pustaka Utama.
menggambarkan implementasi sistem Kemenakertrans. (2012). Peraturan Pemerintah
manajemen keselamatan dan kesehatan Nomor 50 Tahun 2012 tetang
kerja di SMKN 2 Depok dengan lebih Penerapan Sistem Manajemen
jelas. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
11. Penelitian yang dilaksanakan hanya Mangkunegara, A. P. (2002). Manajemen
terbatas dalam mengetahui implementasi Sumber Daya Manusia. Perusahaan.
sistem manajemen keselamatan dan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
kesehatan kerja di Bengkel Teknik
Elektronika Daya dan Komunikasi SMKN Sudjana, N. (2004). Penelitian dan Penilaian
2 Depok. Oleh karena itu, peneliti Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
selanjutnya disarankan untuk Algesindo.
mengembangkan penelitian dengan
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
melakukan penelitian terkait tindak lanjut
kuantitatif, kualitatif dan R & D.
dan langkah perbaikan pada hasil
Bandung: Alfabeta.
implementasi sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja Bengkel Usman, N. (2002). Konteks Implementasi
Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Grasindo.
SMKN 2 Depok.

Anda mungkin juga menyukai