ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang: (1)
Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa PELMO;
(2) Implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilaksanakan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan kemampuan
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (4)
Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan
lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi PELMO; serta (5) Pelaksanaan sertifikasi yang
dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK di
Jawa Tengah rata-rata menggunakan sistem blok. Hanya saja sistem yang digunakan
tidak sepenuhnya model blok atau dapat dikatakan sebagai sistem blok modifikasi. (2)
Jumlah lulusan SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah antara 95% sampai dengan
100%, dari rentang kelulusan tersebut yang terserap ke lapangan kerja yang cocok
dengan program keahliannya adalah 30% sampai dengan 50%,; masa tunggu
mendapatkan pekerjaan pertama rata-rata adalah 1-6 bulan; sisanya melanjutkan ke
Perguruan Tinggi, serta sebagian tidak diketahui kegiatannya; (3) Lulusan SMK PELMO
yang dibutuhkan oleh industri adalah operator mesin perkakas manual, operator mesin
CNC, las listrik, las argon, pengecoran logam serta telematika atau ICT, di samping itu di
butuhkan soft skill berupa ketekunan, komitmen, disiplin, serta kemampuan bekerjasama
(team work); (4) Sertifikat keahlian siswa SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah
diperoleh melalui tiga cara, yaitu Prakerin/PSG, Proyek Tugas Akhir (PTA), serta uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat yang diperoleh dari pelaksanaan
Prakerin/PSG dan sertifikat yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai pelengkap Ujian
Nasional. Sementara itu sertifikat yang diperoleh dari LSP merupakan bekal tambahan
siswa dalam rangka melamar pekerjaan.
Rekomendasi yang dapat diberikan : (1) Penyelarasan kurikulum (2) Tugas Akhir
(TA) disusun di tempat prakerin dengan mengamati salah satu permasalahan di industri
dan diuji dengan melibatkan pihak industri (3) Komunikasi antara BKK, Disnakertrans
dan Dinas Pendidikan perlu ditingkatkan kembali. Rekomendasi untuk sekolah : (1)
bahwa penyelenggaraan pembelajaran teori kejuruan dan praktik kejuruan dilaksnakan
secara fleksibel, tidak perlu mengikuti kelaziman, untuk mengoptimalkan pemanfaatan
bengkel (2) Model magang untuk SMK Negeri dapat menggunakan block release
modifikasi (3) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama dengan industri
dan asosiasi yang kompeten; (4) Memberdayakan semua komponen sekolah kearah
pencapaian visi dan misi sekolah. Rekomendasi untuk pemerintah (1) Memberikan
fasilitasi aksesibilitas kemitraan antara sekolah dan industri (2) Memberikan fasilitasi
guru untuk melakukan in service training dalam bidang keterampilan produktif.
Kata kunci : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); PELMO; Penyerapan Tenaga Kerja
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan,saat ini memasuki fase penting, yaitu fase
lulusan pendidikan kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam percaturan tenaga
kerja di wilayah regional Asia, baik dalam konteks Asean Free Trade Association
(AFTA) maupun Asean Free Labor Association (AFLA). Untuk ini upaya yang harus
dilakukan adalah melakukan penataan dan pembenahan semaksimal mungkin dalam
sektor pendidikan kejuruan, baik penataan dalam pola rekrutmen, pengembangan
program pendidikan dan pelatihan atau kurikulum, inovasi proses pendidikan dan
pelatihan, pengembangan evaluasi serta sertifikasi (HAR Tilaar, dalam Ace Suryadi).
Isu penting dalam konteks ini adalah seberapa besar penyelenggaraan pendidikan
kejuruan (SMK) relevan dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan tenaga
kerja, dunia usaha maupun industri. Fakta di lapangan mengindikasikan keadaan bahwa
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan berjalan dengan programnya sendiri,
di sisi lain dunia kerja/industri dan asosiasi profesi sering mengeluh bahwa kualitas
tenaga (lulusan) belum memenuhi tuntutan keahlian (kompetensi) yang diharapkan.
Gejala “mismatch” seperti ini pada akhirnya melahirkan lulusan “underqualified”.
Keadaan seperti ini cukup lama terjadi, bahkan sampai saat ini (Samsudi, 1997).
Gejala tersebut di Jawa Tengah saat ini juga dirasakan, termasuk program
keahlian Perkayuan, Elektronika dan Listrik, Mesin, serta Otomotif (Samsudi, 1997).
Program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah merupakan unggulan, hal ini dibuktikan
dengan ditetapkannya program keahlian ini sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI). Dengan demikian, nampak adanya paradoks antara penetapan
RSBI dengan fakta adanya “mismatch”, sehingga muncul pertanyaan bagaimanakah
sesungguhnya kualitas penyelenggaraan pendidikan di SMK?. Keterkaitan antara
pendidikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja di industri merupakan
kombinasi pengaruh antara komponen pengatur, peserta pendidikan, penyelenggara
pendidikan serta dunia kerja. Keterkaitan antar komponen itu bersifat timbal balik.
Ketimpangan partisipasi di salah satu komponen, menyebabkan sistem tidak bekerja
optimal menyebabkan pengangguran berkelanjutan.
Merujuk uraian di atas, maka penelitian tentang ”Keterkaitan pendidikan dan
Penyediaan lapangan Kerja di Jawa Tengah” penting untuk dilaksanakan.
Sedangkan permasalahan penelitian adalah
1. Bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK)
Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif
(PELMO) dilakukan untuk mempersiapkan lulusan yang terampil?
2. Bagaimanakah kondisi kebutuhan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan
lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan
otomotif (PELMO)?
3. Bagaimanakah kondisi penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan
lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan
otomotif (PELMO)?
4. Bagaimanakah implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilakukan oleh
Dinas Pendidikan terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada
bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)?
5. Bagaimanakah kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa
pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)?
6. Bagaimanakah jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada
bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)?
7. Bagaimanakah sertifikasi yang dilakukan sehingga diperoleh tenaga terlatih yang
standar ?
Kerangka Pikir
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
Dinas
Pendidikan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk
mendeskripsikan dan menganalisis tentang Keterkaitan Pendidikan dan Penyediaan
Lapangan Kerja di Jawa Tengah.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini adalah dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi untuk mengambil data yang tercatat, pada data Pendidikan dan Lapangan
Kerja di Jawa Tengah.
Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencermati dan mensistematikakan data-data
yang diperoleh melalui wawancara, observasi maupun telaah dokumen. Analisis dalam
penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu selama di lapangan dan setelah dari
lapangan. Analisis di lapangan ditempuh dengan mempersempit fokus, menetapkan tipe
studi, mengembangkan pertanyaan analitik, menyusun komentar, dan telaah kepustakaan
yang relevan. Analisis setelah dari lapangan ditempuh dengan membuat kategori-kategori
masalah/temuan dari lapangan dengan cara menata sekuensi atau urutan penelaahannya.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah, industri, serta lembaga pemerintah yang
berkaitan langsung dengan ketenagakerjaan. Sekolah yang dijadikan populasi adalah
SMK bidang rekayasa, terutama untuk program studi Perkayuan, Elektronika, Listrik,
Mesin dan Otomotif. Penentuan lokasi mendasarkan pada asumsi bahwa memiliki SMK
yang maju serta didukung oleh adanya industri-industri yang selaras dengan program
studi PELMO, meliputi 10 lokasi di Jawa Tengah. Industri yang dijadikan populasi
penelitian bisa berada di Jawa Tengah maupun di luar Jateng. Lembaga pemerintah
dalam penelitian ini adalah Disnakertrans dan Dinas Pendidikan baik propinsi maupun
kabupaten/kota serta Kota tertentu pusat industri penampung lulusan SMK.Sepuluh
lokasi penelitian di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah ini dipilih didasarkan pada
kabupaten kota yang mampu menerapkan program ”Link and Match” diantaranya : Kota
Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kabupaten Klaten, Kabupaten Kudus,
Kabupaten Pati, Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap dan
Kabuapten Kendal.
SARAN
1. Penyelarasan kurikulum dalam komponen normatif, adaftif, dan dasar kejuruan
sebaiknya dilaksanakan dalam waktu dua tahun sekali agar terjadi pembaharuan
materi pembelajaran sehingga tidak ketinggalan dibandingkan kondisi di industri.
Wadah kegiatan ini sebaiknya adalah IHT, industri diundang ke sekolah untuk
bersama-sama menyusun kurikulum;
2. Penyelarasan kurikulum dalam komponen produktif, sebaiknya dilaksanakan dalam
setiap tahun, sebab perkembangan keterampilan di industri sangat cepat, metode
yang digunakan adalah guru produktif berkunjung ke industri dengan membawa
draft kurikulum yang selama ini telah dilaksanakan, industri diminta memberikan
masukan, yang kemudian digunakan sebagai rujukan untuk perubahan kurikulum;
3. Tugas Akhir (TA) yang disusun oleh siswa sebaiknya berasal dari industri tempat
prakerin, siswa diminta untuk mengamati salah satu permasalahan di industri untuk
diselesaikan dalam TA, selanjutnya penguji TA salah satunya berasal dari industri
tempat siswa prakerin; tidak seperti yang selama ini dilakukan yaitu TA tidak
berhubungan dengan prakerin;
4. Komunikasi antara BKK dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebaiknya
ditingkatkan kembali, dengan cara BKK secara tertib memberikan laporan yaitu tiga
bulan sekali, di sisi yang lain Disnakertrans secara rutin melakukan monitoring ke
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang dinamika BKK.
5. Rekomendasi untuk Sekolah
a. Penyelenggaraan pembelajaran teori kejuruan dan praktik kejuruan dasar dapat
dilaksanakan di awal semester, tidak perlu mengikuti kelaziman, hal ini
berkaitan dengan jadwal pemanfaatan bengkel, yaitu agar optimal, sebab
kadang-kadang sebagaian alat dan mesin ada yang rusak di permulaan semester;
b. Model Prakerin untuk SMK Negeri dapat digunakan block release modifikasi,
yaitu diadakan mulai klas satu pada akhir semester genap, selama satu bulan
dalam tiga tahun, khususnya untuk keterampilan yang tidak menuntut sekuens
materi yang sistematik, jumlah waktu magang tetap selama tiga bulan;
c. Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama dengan industri dan
asosiasi yang kompeten;
d. Memberdayakan semua komponen sekolah kearah pencapaian visi dan misi
sekolah
6. Rekomendasi untuk Pemerintah
a. Memberikan fasilitasi aksesibilitas kemitraan antara sekolah dan industri,
terutama dalam proses magang dan penempatan lulusan;
b. Memberikan fasilitasi guru untuk melakukan in service training dalam bidang
keterampilan produktif.
7. Komunikasi antara BKK dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebaiknya
ditingkatkan kembali, dengan cara BKK secara tertib memberikan laporan yaitu tiga
bulan sekali, di sisi yang lain Disnakertrans secara rutin melakukan monitoring ke
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang dinamika BKK.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, Kenneth B, 1989, Methods of Social Research, The Free Press, Collier
Macmillan, London
Balitbang Provinsi Jawa Timur, 2004, “Peluang dan Tantangan Mengatasi Pencaker di
Jatim” Jurnal Cakrawala, Edisi I, Bulan ke-6.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, PP No 31 2006 tentang Sistem Pelatihan
Kerja nasional.
Depdiknas, 2001, Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020, Jakarta, Ditjen,
Dikdasmen, Dit Dikmenjur.
Dunn, William, 2004, Public Policy Analyisis : An Introduction, Prentice Hall, Simin &
Shuster Company Engelwood Clifts, New York.
Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R., 1984, Curriculum Development in Vocational
and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn
and Bacon, Inc.
Gatot PH 2000 “Pendidikan Kejuruan” Makalah pada Konvensi Pendidikan Nasional di
UNJ.
Gusrizal 2002, “Pelaksanaan Uji Kompetensi SMK dan Implikasinya pada Instrumen
Mata Uji” dalam Buletin Pembelajaran No. 02 Tahun 25 Juni 2002.
Nolker, H., 1983, Pendidikan Teknologi Kejuruan : Pengajaran, kurikulum, dan
perencanaan, Jakarta, PT. Gramedia.
PP No. 23 Th. 2004 tentang “Badan Nasional Sertifikat Profesi”, Lembaran Negara R.I.
Tahun 2004 No 78, Tambahan Lembaran Negara R.I. No. 4408.
Purwadi, A. 1998, “Beberapa Gagasan tentang Reformasi Pendidikan Menengah
Kejuruan” Kajian Pendidikan dan Kebudayaan No. 014/V/September 1998
Jakarta, Balitbang, Depdikdbud.
Samsudi, 2004, “Pengembangan Model Sinkronisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Produktif SMK Bidang Rekayasa”, Laporan Penelitian Hibah Bersaing XII,
Lembaga Penelitian UNNES, Semarang.
Sidi, I., 2002 Menuju Masyarakat Pembelajar, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan,
Jakarta, Paramadina bekerjasama dengan Logos Wacana Ilmu.
Syaodih, N., 1997, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya.
Sudana, I Made, 1998, Pola Sinkronisasi Kurikulum SMK di Jawa Tengah, Laporan
Penelitian BBI, Jakarta, DP2M.
Sukamto, 1988, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi
Kejuruan, Jakarta, Proyek P2LPTK.
Suryadi, A., 1999, Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan, Jakarta, Balai Pustaka.
Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming
Inefficiency and Inequity, USA, University of Illionis, 1982, h.121.
Yin Cheong Cheng, 1996, School Effectiveness and School-Based Management: A
Mechanism for Development, Washington D.C, The Palmer Press.