Anda di halaman 1dari 11

1 Relevansi Kompetensi dalam...

(Ardiyanto dan Paryanto)

RELEVANSI KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK DI SMK


KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN TERHADAP KEBUTUHAN
INDUSTRI
COMPETENCY RELEVANCE IN PRACTICAL LEARNING IN SMK COMPETENCY ENGINEERING
SKILLS TO THE NEEDS OF INDUSTRY

Oleh: Ardiyanto dan Paryanto, Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta,
email: ardiyanto.2016@student.uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kompetensi pembelajaran praktik pemesinan di SMK, (2)
Mengetahui kompetensi SMK teknik pemesinan yang dibutuhkan oleh industri, (3) Mengetahui besar relevansi
kompetensi SMK teknik pemesinan terhadap kompetensi yang dibutuhkan industri. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif, metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket kuesioner dan
dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu:
(1) Kompetensi pembelajaran praktik pemesinan di SMK terdapat pada KI/KD SMK Kompetensi Keahlian
Teknik Pemesinan, dimana pada penelitian ini diambil kompetensi kelompok praktik pemesinan sebanyak 84
instrumen kompetensi yang dikelompokkan menjadi 19 kelompok kompetensi, (2) Kompetensi SMK Teknik
Pemesinan yang dibutuhkan oleh industri dapat diketahui dari tingkat persentase 19 kelompok kompetensi,
dimana diketahui seluruhnya dibutuhkan oleh industri, (3) Data yang ditunjukan oleh hasil persentase dari 19
kelompok kompetensi terdiri dari 84 instrumen kompetensi yang menjadi butir pertanyaan kepada
industri diperolah data dimana paling banyak menjawab sangat relevan sebanyak 64 (75%) kompetensi,
dan sebanyak 21 (25%) menjawab relevan. Secara umum kompetensi dalam pembelajaran praktik SMK
Teknik Pemesinan sangat relevan terhadap kebutuhan industri di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kata kunci: Relevansi, Kompetensi, Kebutuhan Industri

Abstract
This Research aims to: (1) Know the competence of learning Practices in vocational education in
SMK, (2) Knowing the competence of mechanical Engineering, (3) To know the competency of vocational
techniques for vocational training on the competencies that industry needs. The type of research is
quantitative descriptive, the collection methods used in this research include questionnaire and documentation.
The analytical techniques used are quantitative descriptive analyses. The results of this research are: (1)
Competence of learning practices in vocational SMK in the KI/KD SMK Competency Engineering expertise, in
which the research is taken competence of the machining practice group as many as 84 competency instruments
grouped into 19 competency groups, (2) the competence of vocational technical engineering that is needed by the
industry can be found from the percentage level of 19 competency groups, where it is known to be entirely required
by the industry, (3) data shown by the results of a percentage of 19 competency groups consisting of 84
competency instruments which are a question to the industry in which the most relevant answer is 64
(75%) competence, and as much as 21 (25%) Respond to relevant. In general, competence in learning
practice of vocational technical engineering is very relevant to the needs of industries in the special
region of Yogyakarta.

Keywords: Relevance, Competence, Industrial supplies

PENDAHULUAN Usaha-Dunia Industri (DUDI) untuk menjadi


Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) tenaga kerja yang produktif. Telah banyak upaya
merupakan pendidikan formal yang telah diatur pemerintah dalam mempersiapkan SDM yang
oleh undang-undang dalam menyiapkan sumber siap memasuki dunia kerja, salah satu upaya
daya manusia (SDM) yang siap memasuki Dunia pemerintah adalah membangun lebih banyak
2 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume ..., Nomor ...., Tahun 2020
SMK. Tujuan SMK untuk mempersiapkan beberapa kali mengganti kurikulum. Dimana
generasi mandiri dan siap kerja dimana dalam penggantian kurikulum dimaksudkan untuk lebih
pembelajaran di SMK peserta didik dibekali mendekatkan atau menselaraskan dengan
pengetahuan dan keterampilan sehingga nantinya kebutuhan industri. Namun faktanya, meski
lulusan SMK setelah lulus dapat bekerja di kurikulum SMK telah diperbai beberapa kali
industri atau membuka lapangan pekerjaan agar sesuai dengan kebutuhan industri tetapi
sendiri. dalam kenyataan selalu mengalami
Tujuan pemerintah merencanakan ketertinggalan dari dunia kerja (Susanto,
program peningkatan jumlah Sekolah Menengah 1997:12 dalam Senggo Praduto, 2016). Hal ini
Kejuruan salah satunya menciptakan lebih terjadi mungkin saja karena terdapat kelemahan
banyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang ada pada SMK ataupun lulusan dari SMK
yang bisa langsung terserap Dunia Usaha-Dunia itu. Menurut Sukamto (1988) dalam Marita
Industri (DUDI) sebagai tenaga kerja. Tujuan Bahriani (2014) menyatakan bahwa kelemahan
tersebut telah tertuang dalam undang-undang pendidikan kejuruan adalah kesulitan dalam
No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal menempatkan lulusannya, memerlukan investasi
15 (penjelasan) yang berbunyi, “Pendidikan dan biaya penyelenggaraan yang mahal. Di
kejuan merupakan Pendidikan menengah yang samping itu menurut Susanto (1997:5),
mempersiapkan peserta didik terutama untuk kelemahan pendidikan kejuruan banyak
bekerja pada bidang tertentu”. Undang-undang disebabkan dalam proses penerimaan tenaga
tersebut tentunya bisa menjadi pegangan dimana kerja tenaga kerja, dimana sering terjadi rumusan
adanya SMK merupakan pendidikan kejuruan 10:2:1 artinya ada dua lowongan pekerjaan yang
yang menghasilkan lulusan siap kerja. diperebutkan oleh sepuluh orang pelamar
Perencanaan peningkatan jumlah SMK juga pekerjaan dan hanya satu orang pelamar yang
menunjukan bahwa pemerintah memiliki memenuhi kriteria kemudian diterima.
kepercayaan yang sangat tinggi terhadap Dikutip dari surat kabar Siaran
Pendidikan kejuruan agar dapat memainkan Indonesia, wakil ketua umum Apindo (Asosiasi
peran yang sangat strategis supaya trerwujudnya Pengusaha Indonesia ) Shinta Kamdani (2019)
angkatan tenaga kerja nasional yang mengatakan, “Tantangan utama bagi tenaga
terampil.lulusan SMK diharapkan menjadi kerja Indonesia adalah tidak sesuainya sistem
sumber daya manusia yang siap pakai, dalam arti pendidikan dengan kebutuhan industri, untuk itu
ketika peserta didik telah menyelesaikan sistem link and math sangat membantu sehingga
sekolahnya dapat menerapkan ilmu yang lulusan SMK bisa bekerja sesuai dengan yang
dipelajari pada bidang pekerjaan sesuai dengan dibutuhkan industri”. Dari pernyataan tersebut
kompetensi. disambung oleh wakil ketua umum Kadin
Selain meningkatkan jumlah Sekolah (Kamar Dagang dan Industri) Carmelita Hartoto
Menengah Kejuruan untuk menciptakan banyak (2019) yang meyakini bahwa industri masih
tenaga yang siap kerja, pemerintah juga sempat membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Hanya
3 Relevansi Kompetensi dalam... (Ardiyanto dan Paryanto)
saja pentingnya kualitas SDM yang sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan industri
dengan industri juga harus diperhatikan. Salah adalah pembelajaran praktik.
satu kualitas yang perlu diperhatikan untuk Praktik yang dilakukan di SMK
menunjang SDM adalah kualitas dari kompetensi khususnya kompetensi Teknik pemesinan adalah
SMK yang dibekali untuk lulusan agar sesuai sebuah pengenalan suatu ilmu dan pembiasaan
dengan kompetensi yang dibutuhkan indusri peserta didik untuk mempelajari, menggali, dan
sehingga SDM yang tersedia sesuai kualitasnya menerapkan apa yang diinginkan terwujud
dengan industri. Dari pernyataan yang menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Dengan
disampaikan tadi, merupakan beberapa pembelajaran praktik pemesinan diharapkan
permasalahan yang terjadi dalam dunia peserta didik dapat lebih terampil dalam
pendidikan hingga pembelajaran yang menggunakan ataupun mengoperasikan alat dan
didapatkan semasa sekolah, oleh karenanya perlu mesin untuk mengerjakan job yang diberikan.
dipecahkan permasalahan tersebut, sesuai Dalam pengerjaan job atau tugas yang diberikan
dengan pernyataan Paryanto dan Asnawi (2012: tentu saja melatih peserta didik untuk terampil
86) dimana permasalahan-permasalahan yang serta dapat berfikir dibawah tekanan dan emosi,
timbul dalam pembelajaran memerlukan upaya dimana praktik yang dilakukan oleh peserta
serius dalam penanganannya agar pembelajaran didik dalam mengerjakan job terdapat beberapa
yang berkualitas dapat tercapai urutan pekerjaan dalam mencapai keberhasilan
Teknik Pemesinan merupakan salah satu pengerjaan job tersebut.
kompetensi keahlian yang ada di SMK. lulusan Urutan pengerjaan dalam mengerjakan
dari Teknik Pemesinan lebih banyak diarahkan job yang diberikan tercakup beberapa
untuk bekerja di industri manufaktur, industri kompetensi yang harus dicapai oleh peserta
pemesinan dan usaha pemesinan, namun banyak didik. Kompetensi itu secara tidak langsung telah
juga lulusan Teknik Pemesinan dapat terserap di dilakukan oleh peserta didik. Dalam hal ini
berbagai bidang pekerjaan. Dari sekian banyak kompetensi yang dilakukan dalam pengerjaan
pekerjaan yang dapat digeluti oleh lulusan job disampaikan melalui pembelajaran dan
Teknik Pemesinan seharusnya bisa mengurangi dilaksanakan serta dicapai saat peserta didik
angka pengangguran lulusan SMK serta melakukan praktik pemesinan. Oleh karenanya
peningkatan kualitas kerja sumber daya manusia kompetensi yang dilakukan dan dicapai peserta
di Indonesia. Namun karena kurang adanya didik di SMK harusnya relevan dengan
penyesuaian pembelajaran di sekolah terutama kompetensi yang dibutuhkan industri. Namun
pembelajaran praktik terhadap pekerjaan yang karena adanya penyimpangan antara tujuan
akan dihadapi lulusan di industri mengakibatkan Pendidikan kejuruan dengan realita serapan
lulusan belum memenuhi standar kompetensi tenaga kerja di industri tidak sesuai, yang salah
yang dibutuhkan industri. Pembelajaran di SMK satu akibatnya dari kompetensi yang dibutuhkan
yang sangat berpengaruh agar terpenuhinya industri belum tercapai di SMK bisa saja
pembelajaran praktik yang diterapkan di SMK
4 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume ..., Nomor ...., Tahun 2020
untuk mencapai kompetensi industri belum Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan
relevan, sehingga pembelajaran praktik yang apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau
dilakukan perlu ditingkatkan lagi dalam keadaan (Suharsimi Arikunto 2002)
menyesuaikan kompetensi di SMK dengan
kompetensi yang dibutuhkan industri agar Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 5 industri
lulusan SMK khususnya kompetensi Teknik
yang dalam pembuatan suatu produknya
pemesinan bisa terserap oleh Dunia Usaha-Dunia
menggunakan mesin bubut, frais, gerinda,
Industri (DU/DI).
NC/CNC dan CAM. Industri yang menjadi
Berdasarkan uraian diatas,
tempat penelitian yang dilakukan berada di
makapenelitian tentang relevansi kompetensi
Daerah Istimewa Yogyakarta, adapun industri
dalam pembelajaran praktik di SMK kompetensi
yang menjadi tempat penelitian yaitu PT. Delta
keahlian teknik pemesinan terhadap kebutuhan
Presisi Industri, PT. Hari Mukti Teknik, CV.
industri pemesinan di Daerah Istimewa
Karya Hidup Sentosa, CV. Rumah Mesin, dan
Yogyakarta perlu dilakukan untuk menggali
CV. Hendriansyah Racing Product. Waktu
tingkat relevansi kompetensi pembelajaran
penelitian yang dilakukan selama bulan Februari
praktik yang diajarkan di SMK terhadap
2020 hingga bulan April 2020 menyesuaikan
kebutuhan industri.
kesediaan industri tempat penelitian.
Berdasarkan latar belakang masalah dan
identifikasi masalah di atas, maka dapat
Target/Subjek Penelitian
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini Target atau subjek dalam penelitian ini
sebagai berikut: adalah 5 orang responden dari industri tempat
1. Seperti apa kompetensi pembelajaran penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta.
praktik pemesinan di SMK? Adapun pemeilihan responden merupakan
2. Seperti apa kompetensi SMK teknik wewenang pihak industri dalam menunjuk
pemesinan yang dibutuhkan oleh industri di seseorang untuk membantu penelitian.
D.I.Yogyakarta?
3. Seberapa besar relevansi kompetensi SMK Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
teknik pemesinan terhadap kompetensi yang
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
dibutuhkan industri di D.I.Yogyakarta?
angket (kuesioner) dan dokumentasi. Angket
kuesioner yang digunakan untuk memperoleh
METODE PENELITIAN
informasi dari responden mengenai hal-hal yang
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian diketahui, dimana jenis angket yang digunakan

deskriptif kuantitatif dengan metode survey. yaitu angket tertutup dengan menggunakan skala

Penelitian ini lebih ditekankan pada Linkert. Pada angket tertutup, responden tinggal

pengumpulan data, kemudian mendeskripsikan memilih jawaban yang telah disediakan dalam

kondisi sesungguhnya yang terjadi di lapangan. angket. Keterbatasan penelitian akibat pandemi
5 Relevansi Kompetensi dalam... (Ardiyanto dan Paryanto)
Covid-19, tidak semua industri bersedia Tabel 2. Skor Pengukuran Instrumen (Marita
melakukan penelitian dengan metode Bahriani: 2014)
wawancara. Oleh karenanya, selain menyajikan Penilaian Keterangan Skor
angket responden juga dapat mengisi beberapa SD Sangat Dibutuhkan 4
D Dibutuhkan 3
pertanyaan pendukung yang telah disediakan CD Cukup Dibutuhkan 2
setelah angket koesioner. Selain penggunaan TD Tidak Dibutuhkan 1

angket dan pertanyaan yang diberikan kepada


Teknik Analisis Data
responden, dokumentasi juga penting dilakukan Dalam penelitian ini, data yang diperoleh
dalam mengumpulkan data penelitian. merupakan data empirik atau data lapangan. Jika
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan dilihat dari kemungkinan pengukuran, data
data dengan cara mengumpulkan dokumen- penelitian ini merupakan data kuantitatif
dokumen yang dapat mendukung data penelitian. deskriptif. Untuk mendeskripsikan atau
Dokumen tersebut dapat berupa catatan, KI/KD memperoleh data penelitan dilakukan dengan
SMK Teknik Pemesinan, gambar, ataupun foto. menggunakan uji statistik deskriptif. Perhitungan
Instrumen Pengumpulan Data data dilakukan dengan bantuan program
Instrumen pengumpulan data yang
Microsoft Excell 2016.
digunakan merupakan instrumen Likert skala 4.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
relevansi materi pembelajaran praktik pemesinan
Tabel 1. Tabel Kategori Likert Skala Empat sesuai dengan KI/KD Teknik pemesinan dengan
(Sugiyono, 2007: 184) kompetensi yang dibutuhkan oleh industri
Penilaian Keterangan Skor pemesinan bidang pekerjaan bubut, frais,
SS Sangat Setuju 4 gerinda, NC/CNC dan CAM. Langkah
S Setuju 3
KS Kurang Setuju 2 selanjutnya adalah menganalisis data yang diolah
TS Tidak Setuju 1 secara verbal sehingga hasil penelitian mudah

Dari dasar skala Likert sesuai tabel diatas, dipahami. Dalam mengidentifikasi digunakan

dilakukan variasi instrumen yang berupa angket. patokan rata-rata ideal (Mi) dan standar devisiasi

Angket yang digunakan adalah angket tertutup ideal (SDi) sesuai dengan skala dari Anas

dengan skala bertingkat sebagai pedoman untuk Sudjono (2008: 175).

mengajukan pertanyaan dengan alternative 4 Tabel 3. Kaegori Penilaian Kompetensi

(empat) jawaban, yaitu: Sangat Dibutuhkan No. Taraf Persentase Kategori


1. x > Mi + 1,5 SDi Sangat Relevan
(SD), Dibutuhkan (D), Cukup Dibutuhkan (CD), 2. Mi ≤ x ≤ Mi + 1,5 SDi Relevan
dan Tidak Dibutuhkan (TD). Responden dapat 3. Mi – 1,5 SDi ≤ x < Mi Cukup Relevan
memilih jawaban dari empat pilihan sesuai 4. x < Mi – 1,5 SDi Tidak Relevan
dengan kebutuhan industri. Penilaian jawaban Keterangan:
responden bergerak dari skor 1 sampai 4 dengan x = Nilai skor yang diperoleh
perincian sesuai tabel 2. Mi = Rata-rata ideal
6 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume ..., Nomor ...., Tahun 2020
1 CNC
= x (Skor tertinggi ideal + Skor
2
terendah ideal) 12. Pemahaman dasar CAM CNC bubut
SDi = Standar Devisiasi ideal
1 Penggunaan perintah perangkat
= x (Skor tertinggi ideal – Skor
6 13.
terendah ideal) lunak CAM CNC bubut

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penggunaan G code CAM CNC


14.
Hasil Penelitian bubut

Hasil penelitian mengacu pada angket 15. Eksekusi program ke CNC bubut
yang diisi oleh 5 orang responden perwakilan
16. Pemahaman dasar CAM CNC frais
dari masing-masing industri tempat penelitian di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari angket Pengunaan perintah perangkat lunak
17.
tersebut diperoleh data kuantitatif yang CAM CNC frais
kemudian ditabulasikan dalam tabel dan
18. Penggunaan G code CAM CNC frais
dianalisis. Adapun hasil perhitungan tersebut
terbagi menjadi 19 kelompok kompetensi sesuai 19. Eksekusi program ke CNC frais

pada tabel 3.
Tabel 3. Kelompok Kompetensi Pada 19 kelompok kompetensi sesuai dari data
No Kompetensi yang didapatkan, diketahui rincian rata-rata

1. Pemahaman dasar mesin bubut persentase kompetensi yang disajikan pada tabel
berikut.
2. Penggunaan dasar mesin bubut
Tabel 4. Rata-rata Persentase Kompetensi yang
Penggunaan mesin bubut dalam Dibutuhkan Industri Pemesinan di DIY
3.
pembuatan benda kerja Rata-rata
No Kompetensi
Persentase
4. Pemahaman dasar mesin frais
Pemahaman dasar mesin
5. Penggunaan dasar mesin frais 1. 92,5%
bubut
Penggunaan mesin frais dalam
6. Penggunaan dasar mesin
pembuatan benda kerja 2. 80%
bubut
7. Penggunaan mesin gerinda datar
Penggunaan mesin bubut
8. Penggunaan Mesin gerinda silindris 3. dalam pembuatan benda 80%

9. Materi dasar CNC kerja

Membuat benda sederhana dengan Pemahaman dasar mesin


10. 4. 95%
CNC frais

11. Memperbaiki setting dan parameter 5. Penggunaan dasar mesin 95%


7 Relevansi Kompetensi dalam... (Ardiyanto dan Paryanto)
frais frais

Penggunaan mesin frais


6. dalam pembuatan benda 78,75% Setelah diketahui persentase kelompok
kerja kompetensi yang dibutuhkan industri, kemudian
dihitung untuk ditentukan tingkat relevansi
Penggunaan mesin gerinda
7. 90% kompetensi dalam pembelajaran praktik di SMK
datar
kompetensi keahlian teknik pemesinan terhadap
Penggunaan Mesin gerinda kebutuhan industri. Hasil dari perhitungan untuk
8. 79%
silindris menentukan tingkat relevansi dikategorikan

9. Materi dasar CNC 96,67% sesuai dengan bidang pembelajaran praktik


pemesinan di SMK Kompetensi Keahlian Teknik
Membuat benda sederhana
10. 82,5% Pemesinan, adapun hasil tersebut berupa
dengan CNC
persentase yang disajikan pada masing-masing
Memperbaiki setting dan tabel sesuai bidang pembelajaran praktik
11. 95%
parameter CNC pemesinan di SMK.
Tabel 5. Persentase Relevansi Instrumen
Pemahaman dasar CAM
12. 95% Kompetensi Pembelajaran Praktik Pemesinan
CNC bubut
Bubut
Penggunaan perintah Tingkat Jumlah
No. Persentase
13. perangkat lunak CAM 94,2% Relevansi Instrumen
CNC bubut 1. Sangat Relevan 11 57,9%
2. Relevan 8 42,1%
Penggunaan G code CAM
14. 93,3% 3. Cukup Relevan 0 0
CNC bubut
4. Tidak Relevan 0 0
Eksekusi program ke CNC
15. 95% Jumlah 19 100%
bubut

Pemahaman dasar CAM Tabel 6. Persentase Relevansi Instrumen


16. 95%
CNC frais Kompetensi Pembelajaran Praktik Pemesinan
Frais
Pengunaan perintah
Tingkat Jumlah
17. perangkat lunak CAM 98% No. Persentase
Relevansi Instrumen
CNC frais
1. Sangat Relevan 13 59%
Penggunaan G code CAM 2. Relevan 9 41%
18. 100%
CNC frais 3. Cukup Relevan 0 0
4. Tidak Relevan 0 0
19. Eksekusi program ke CNC 100%
Jumlah 22 100%
8 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume ..., Nomor ...., Tahun 2020

Tabel 7. Persentase Relevansi Instrumen Pembahasan


Kompetensi Pembelajaran Praktik Pemesinan Hasil penelitian relevansi kompetensi ini
Gerinda mengindikasikan bahwa kompetensi dalam
Tingkat Jumlah pembelajaran praktik SMK teknik pemesinan
No. Persentase
Relevansi Instrumen secara keseluruhan sangat relevan terhadap
1. Sangat Relevan 6 66,67% kebutuhan industri. Hal ini ditunjukan dengan
2. Relevan 3 33,33% hasil persentase dari masing-masing bidang
3. Cukup Relevan 0 0 pembelajaran praktik pemesinan di SMK sesuai
4. Tidak Relevan 0 0 pada beberapa pie chart sebagai berikut:
Jumlah 9 100%
1. Pemesinan Bubut
Tabel 8. Persentase Relevansi Instrumen
Kompetensi Pembelajaran Praktik Pemesinan
NC/CNC dan CAM Sangat Relevan
42.10% Relevan
Tingkat Jumlah
No. Persentase 57.90% Cukup Relevan
Relevansi Instrumen
Tidak Relevan
1. Sangat Relevan 33 97,1%
2. Relevan 1 2,9%
3. Cukup Relevan 0 0 Gambar 1. Pie Chart Relevansi Kompetensi
4. Tidak Relevan 0 0 dalam Pembelajaran Praktik Pemesinan Bubut
Jumlah 34 100% terhadap Kebutuhan Industri
2. Pemesinan Frais
Hasildari masing-masing pembelajaran praktik
pemesinan di SMK diperjelas kembali dengan
menghitung tingkat persentase relevansi seluruh Sangat Relevan
instrumen kompetensi sehingga didapatkan hasil 40.90% Relevan
59.10%
seperti pada tabel dibawah ini. Cukup Relevan

Tabel 9. Persentase Relevansi Instrumen Tidak Releva

Kompetensi yang Dibutuhkan Industri


Tingkat Jumlah
No. Persentase
Relevansi Instrumen
Gambar 2. Pie Chart Relevansi Kompetensi
1. Sangat Relevan 63 75% dalam Pembelajaran Praktik Pemesinan Frais
2. Relevan 21 25% terhadap Kebutuhan Industri
3. Cukup Relevan 0 0 3. Pemesinan Gerinda
4. Tidak Relevan 0 0
Jumlah 84 100%
9 Relevansi Kompetensi dalam... (Ardiyanto dan Paryanto)
mempersiapkan seseorang agar mampu bekerja
pada suatu kelompok pekerjaan tertentu. Untuk
33.33 Sangat Relevan lebih jelas terkait persentase tingkat relevansi
Relevan
66.6 dapat dilihat pada pie chart berikut:
Cukup Relevan
7
Tidak Relevan

Sangat Rel-
25% evan
Gambar 3. Pie Chart Relevansi Kompetensi Relevan
75% Cukup Rel-
dalam Pembelajaran Praktik Pemesinan Gerinda
evan
terhadap Kebutuhan Industri Tidak Relevan
4. Pemesinan NC/CNC dan CAM

Gambar 1. Pie Chart Relevansi Kompetensi


2.90% dalam Pembelajaran Praktik di SMK
Sangat Relevan
Relevan Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan
Cukup Relevan
97.10% Terhadap Kebutuhan Industri
Tidak Relevan

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 4. Pie Chart Relevansi Kompetensi Kesimpulan


Kompetensi pembelajaran praktik
dalam Pembelajaran Praktik Pemesinan
pemesinan di SMK telah ditetapkan dalam
NC/CNC dan CAM terhadap Kebutuhan Industri
KI/KD SMK Kompetensi Keahlian Teknik
Pemesinan. Pada kompetensi yang telah ada
Dari hasil masing-masing pembelajaran praktik,
tentunya sudah dirancang dan ditetapkan agar
dimana seluruhnya terdapat 84 kompetensi yang
lulusan memiliki bekal kompetensi yang dapat
menjadi instrumen pertanyaan, diketahui hasil
diterapkan di industri. kompetensi pembelajaran
sebanyak 63 (75%) kompetensi masuk dalam
praktik pemesinan SMK dalam KI/KD SMK
kategori sangat relevan dan sebanyak 21 (25%)
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan dapat
masuk dalam kategori relevan. berdasarkan data
dijadikan bahan dalam membuat materi
tersebut, dapat diketahui bahwa kompetensi
pembelajaran praktik oleh guru kepada siswa
dalam pembelajaran praktik SMK Teknik
agar siswa memiliki kompetensi sesuai
Pemesinan relevan terhadap kebutuhan industri.
kebutuhan industri.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardiman
Dalam penelitian ini, diambil kompetensi
dalam Suratijo (2018), dimana pendidikan
kelompok praktik pemesinan dalam KI/KD SMK
kejuruan harus dilaksanakan sesuai dengan
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan yaitu
kebutuhan dunia industri karena tujuan dari
teknik pemesinan bubut, frais, gerinda, NC/CC
dunia pendidikan kejuruan untuk
dan CAM yang kemudian dikelompokkan
10 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume ..., Nomor ...., Tahun 2020
menjadi 19 kelompok kompetensi yang memiliki Berdasarkan hasil penelitian yang
jumlah instrumen kompetensi yang berbeda- diperoleh, pembahasan dan kesimpulan pada
beda, dimana untuk jumlah seluruh instrumen bagian sebelumnya, maka saran yang dapat
kompetensi adalah 84 instrumen untuk diteliti dikemukakan adalah sebagai berikut:
kompetensi yang dibutuhkan industri serta 1. Bagi SMK Kompetensi Keahlian Teknik
tingkat relevansi kompetensi SMK teknik Pemesinan
pemesinan terhadap kompetensi yang a. Guru hendaknya mengamati celah
dibutuhkan industri di D.I.Yogyakarta. kekurangan dalam sebuah pembelajaran
Kompetensi yang terdapat di KI/KD praktik agar nantinya lulusan benar-benar
SMK Teknik Pemesinan bidang pekerjaan memiliki kompetensi yang dibutuhkan
pemesinan bubut, pemesinan frais, pemesinan oleh industri.
gerinda, pemesinan NC/CNC dan CAM yang b. Kompetensi yang memiliki tingkat
dikelompokkan menjadi 19 kelompok relevansi tinggi hendaknya lebih
kompetensi kemudian masing-masing instrumen dikembangkan penyampaian materinya
kompetensinya dijadikan sebagai instrumen agar siswa benar-benar memiliki
penelitian dalam mendapatkan data dari industri. kompetensi tersebut sebagai bekal kerja
Tiap instrumen kompetensi dikelompokkan di industri.
berdasarkan bidang pekerjaan dan penyesuaian 2. Bagi Industri
terhadap materi pembelajaran praktik SMK a. Dukungan dari pihak industri kepada
Teknik Pemesinan. Dari 19 kelompok SMK sangat diperkukan, bila mungkin
kompetensi tersebut diketahui bahwa seluruhnya terus menjalin kerja sama dengan SMK
dibutuhkan oleh industri. Pernyataan tersebut agar lulusan SMK memiliki kompetensi
diketahui dari kompetensi pada KI/KD SMK yang dibutuhkan industri dan angka
teknik pemesinan sebagian besar memiliki pengangguran lulusan SMK menurun
tingkat relevansi sangat relevan dan relevan. bahkan tidak ada.
Data yang ditunjukan oleh hasil b. Untuk masa yang akan dating,
persentase dari 84 instrumen kompetensi yang diharapkan industri ikut berperan dalam
menjadi butir pertanyaan kepada industri mempersiapkan materi yang akan
diperolah data dimana paling banyak menjawab diajarkan kepada siswa sebagai salah satu
sangat relevan sebanyak 63 (75%) kompetensi, bagian dari Link and Match.
dan sebanyak 21 (25%) menjawab relevan. c. Berikan kesempatan kepada mahasiswa
Secara umum kompetensi dalam pembelajaran dalam melakukan penelitian secara online
praktik SMK Teknik Pemesinan sangat relevan bahkan dalam masa pandemi akibat
terhadap kebutuhan industri di Daerah Istimewa COVID-19. Karena data yang diperlukan
Yogyakarta. menjadi salah satu modal utama
mahasiswa melakukan penelitian lebih
Saran
lanjut.
11 Relevansi Kompetensi dalam... (Ardiyanto dan Paryanto)
3. Bagi peneliti selanjutnya 0/agar -tak-menganggur-smk-harus-
mengikuti-perkembangan-industri.html.,
Bagi peneliti selanjutnya yang
pada 8 Februaru 2020.
minat melakukan penelitian sejenis,
Senggo Praduto. (2016). Relevansi Materi
diharapkan mampu melakukan
Pembelajaran Teknik Pemesinan CNC di
pengembangan pada hasil penelitian ini. SMK N 2 Klaten dengan Kebutuhan
Industri Pemesinan. Tugas Akhir Skripsi,
Pengembangan dapat dilakukan dengan
Universitas Negeri Yogyakarta.
memperbanyak sampel penelitian,
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
responden maupun metode penelitian yang
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
dapat menggali lebih mendalam mengenai Bandung: Alfabeta.
kompetensi yang dibutuhkan oleh industri. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
DAFTAR PUSTAKA Cipta.
Anas Sudjono. (2008). Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Asnawi dan Paryanto. (2012). Penerapan Metode


Tutorial untuk Meningkatkan
Kompetensi Teori Pemesinan Sebagai
Penunjang Pelaksanaan Praktik
Pemesinan, di Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta. Prosiding,
Seminar Nasional Pendidikan Teknik
Mesin yang diselenggarakan oleh FT
UNY, tanggal 2 Juni 2012. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

A.S. Susanto. (1997). Pengantar Sosiologi dan


Perubahan Sosial. Bina Cipta. Jakarta.

BPS D.I. Yogyakarta. (2017). Keadaan


Ketenagakerjaan D.I. Yogyakarta: Pada
Agustus 2017 Tingkat Pengangguran
Terbuka Sebesar 2,72 Persen. Diakses
dari www.yogyakarta.bps.go.id, pada 8
Februari 2020.

Depdikbud. (2009). Undang-Undang No. 20


Pasal 15, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Marita Bahriani. (2014). Relevansi Kurikulum


SMK N 1 Godean dengan Pelaksanaan
Praktek Kerja Industri. Tugas Akhis
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurul Zubaedah. (2019). Agar Tak Menganggur,


SMK Harus Ikut Perkembangan Industri.
Diakses dari
https://economy.okezone.com/2019/06/2

Anda mungkin juga menyukai