Anda di halaman 1dari 5

TUGAS #2

MENGATASI KESENJANGAN ANTARA KOMPETENSI KEAHLIAN GURU


PRODUKTIF DENGAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI DI INDUSTRI

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah (PTK8113)

Dosen Pengampu : Prof. Drs. Soenarto MA,M.Sc.,Ph.D..

Oleh :

Dwiki Muda Yulanto


16702251026
S2 PTK A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
A. Pendahuluan dan Tujuan Penulisan
SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap
memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap kerja profesional di bidang
pekerjaannya. SMK harus mampu mengikuti perubahan yang terjadi di dunia kerja.
Perubahan yang dimaksud adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ada di dunia industri Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SMK. Guru dituntut untuk mampu
menyesuaikan kompetensi dan kinerjanya seiring dengan perubahan, oleh karena itu
guru harus selalu meningkatkan profesionalismenya. Salah satu langkah yang bisa
dilakukan adalah dengan memberikan kesempatan bagi guru untuk praktek kerja
industri dan magang di industri.
Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka tujuan dari penulisan paper ini
adalah:
1. Mengetahui masalah antara kompetensi guru dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di industri.
2. Mengetahui manfaat praktek kerja industri dan magang di industri terhadap
profesionalisme guru.
B. Pembahasan
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun
2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
SMK diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang langsung terserap dalam dunia
kerja. Lulusan yang dapat diserap oleh industri adalah lulusan yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan keinginan dunia industri. Salah satu kunci dari
berhasilya lulusan SMK adalah guru. Guru harus bisa menuntun peserta didik dalam
penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh
dunia kerja. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
mumpuni. Di lapangan pengalaman dan pengetahuan guru-guru sekolah menengah
kejuruan atau SMK yang bersentuhan dengan dunia usaha dan industri masih minim.
Padahal, pembelajaran di SMK yang mengutamakan penguasaan kompetensi dan
keterampilan itu membutuhkan para pendidik yang memahami perkembangan di
dunia luar sekolah. Hal ini disebabkan, guru SMK pada umumnya tidak banyak yang
mempunyai pengalaman kerja di industri.
SMK itu belajar untuk bisa mengerjakan, sedangkan di SMA siswa belajar
tahu. Tetapi pendekatan yang dilakukan guru di SMK masih banyak yang
belum bisa menyesuaikan dengan kebutuhan orang-orang yang siap kerja.
Kondisi ini terutama karena guru SMK umumnya tidak banyak yang punya
pengalaman terjun di dunia usaha dan industri yang terus berubah dan
berkembang," kata Marlock, Koordinator Lapangan Forum Peduli
Pendidikan Pelatihan Menengah Kejuruan Indonesia (FP3KI) di Jakarta,
Selasa (26/8) (Kompas. 2008).
Guru Mata Pelajaran Produktif SMK pada umumnya lulusan Sarjana Pendidikan
Teknik. Kompetensi lulusan tersebut biasanya lebih banyak mempelajari bidang
pendidikan daripada bidang tekniknya, sehingga keterampilanya dirasa masih kurang.
Dari data Departemen Pendidikan Nasional, sebanyak 120.764 guru SMK
berpendidikan S1 dan S2 sebanyak 1.691 guru. Masih ada 33.297 guru yang
berpendidikan SMA hingga DIII. Lulusan LPTK tingkat pendidikan S1 lebih
berorientasi ke aspek aspek akademik, sehingga lulusannya kurang tepat
mengajar di SMK yang mementingkan keterampilan (Kompas. 2008).
Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia usaha dan
industri sering berjalan lebih cepat daripada perkembangan Iptek yang ada di SMK
itu sendiri. Hal ini menyebabkan kompetensi keahlian yang diajarkan di SMK sering
mengalami kesenjangan dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia
industri sehingga lulusan SMK belum siap bekerja saat mereka lulus.
Peningkatan mutu pendidik SMK itu juga harus jadi fokus utama. Guru harus
bisa mentransfer keterampilan dan informasi perkembangan teknologi terbaru yang
dipakai industri. Jika guru terbatas untuk bisa bersentuhan dengan kalangan industri,
hal tersebut sulit terwujud. Dalam Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2016 disebutkan bahwa pemerintah memberikan akses luas untuk melakukan
program magang bagi pendidik. Saat ini pemerintah sangat mendorong guru untuk
melakukan magang di industri. Magang di industri diharapkan dapat menjadi jalan
keluar terhadap kurangnya pengalaman/pengetahuan guru tentang dunia industri.
Magang guru dapat meningkatkan relevansi kompetensi keahlian guru
produktif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada
di dunia usaha dan dunia industri. Guru dapat melihat secara nyata, tamatan
seperti apa yang dicari, yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri
itu nantinya (Nofindra, 2016).
Menurut Charles Prosser (dalam Sudira, 2014:195) menyatakan bahwa
Vocational education will be effective in proportion as the instructor has had
successful experiences in the application of skills and knowledge to the operations
and processes he undertakes to teach. Pendidikan kejuruan akan efektif jika guru
memiliki pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan
pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan. Guru diharapkan memiliki
pengalaman yang lebih tentang bidangnya, jika guru belum memiliki pengalaman
dianjurkan untuk menambah pengalamannya, dalam hal ini dengan menambah
pengalaman kerja di industri. Dengan memiliki pengalaman industri, guru dapat
mengajarkan kompetensi sesuai dengan tuntutan dunia kerja/industri.
Guru yang berpengalaman industri diharapkan juga dapat menciptakan
lingkungan latihan menyerupai keadaan lingkungan dunia kerja. Hal itu sejalan
dengan Teori Prosser (1925) menyatakan bahwa Vocational education will be
efficient in proportion as the environment in which the learner is trained is a replica
of the environment in which he must subsequently work. Misalnya, dalam praktek
guru membuat peraturan dan SOP sesuai dengan dunia kerja sesungguhnya.
Saat ini beberapa industri sudah berkomitmen untuk mendukung program
pemerintah berupa revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis
kompetensi link and match dengan industri. Salah satunya adalah PT. Petrokimia
Gresik telah memberikan pelatihan magang kepada guru SMK selama satu bulan.
Kegiatan magang ini diikuti oleh 66 orang guru dari sepuluh SMK (Petrokimia
Gresik, 2017).
Memberi kesempatan kepada para guru bidang studi keahlian kejuruan di
SMK untuk magang di dunia usaha dan industri yang relevan dengan kompetensi
yang diajarkannya atau dengan cara mendatangkan staf ahli sebagai guru tamu dari
dunia usaha dan industri yang ada merupakan salah satu cara mengatasi kesenjangan
kompetensi guru dengan kompetensi tuntuan dunia industri.
C. Kesimpulan
Kesenjangan antara kompetensi keahlian guru dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di industri dapat diatasi dengan program magang guru di
industri. Magang guru di industri dapat menambah pengalaman guru kerja di industri,
meningkatkan technical skill dan managerial skill para guru, mengetahui kompetensi
yang dibutuhkan industri, mengetahui prosedur kerja yang benar, dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di industri. Bertambahnya pengalaman guru di
industri sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru.

Anda mungkin juga menyukai