KEJURUAN
Faktor Teknologi
Dosen : Dr. Istanto Wahyu Djatmiko
Anggota :
1. Pramanthana AP
16505247005
2. Sidiq Pamungkas
16505247008
3. Fajar Agung W
16505247007
4. Prayoga NA
16501247008
5. Hasbi Asman
16505247006
ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Manajemen prasarana dan
sarana sangat diperlukan dalam menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus
menunjang pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan
pemahaman konseptual yang jelas agar dalam implementasinya tidak salah arah.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan
nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu
mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada
peserta didik pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan
bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam
kariernya sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan kejuruan
diorientasikan pada permintaan pasar kerja. Orientasi berdasarkan permintaan pasar
dapat
dilakukan
dengan
pengembangan
kurikulum
yang
mempertimbangan
SMK harus berstandar dan selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat
bagi peserta didik. Contoh sederhana prasarana yang ada seperti halnya :
1. Untuk jurusan teknik otomotif, pada praktik bengkel sekolah menyediakan fasilitas
mobil yang digunakan langsung untuk praktik siswa.
2. Untuk jurusan teknik sipil, sekolah menyediakan meja gambar untuk gambar manual,
kemudian lab komputer untuk menunjang siswa yang tidak memiliki fasilitas pribadi.
Selain itu jurusan teknik sipil juga menyediakan lab bahan.
3. Kemudian untuk jurusan elektro, mesin dan jurusan teknologi yang lain menyesuaikan
prasarana pada bidang masing-masing.
Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan dunia
industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana. Ketersediaannya bengkel
yang lengkap dengan alat dan bahannya akan memberikan pengalaman belajar yang
hampir sama dengan di lapangan sehingga ketika peserta didik berinteraksi langsung
dengan dunia industri, telah memiliki kemandirian dan keterampilan kerja sesuai yang
diharapkan.
Tidak semua sekolah kejuruan dapat melakukan hal tersebut karena masalah
pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama dengan industri sangat diperlukan untuk
mewujudkan hal ini. Sehingga untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. praktek industri yaitu peserta didik melakukan kegiatan belajar di industri karena tidak
tersedianya alat dan bahan di sekolah,
2. PSG yaitu pendidikan dual system yaitu peserta didik belajar di industri dan di sekolah,
dan
3. Prakerin yaitu kegiatan belajar/praktek
sepenuhnya di industri.
Sumber :
http://nrkamri.blogspot.co.id/p/prinsip-karakteristik-dan-asumsi.html
Soenaryo dkk, 2002, Sejarah Pendidikan dan Kejuruan Di Indonesia, Jakarta