PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sehubungan dengan perkembangan teknologi saat ini dan semakin
banyaknya berdirinya perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menutut adanya
hasil dan Sumber Daya Manusia yang baik dan berkualitas, maka diperlukan
tenaga kerja Profesial yang handal dan berpengalaman untuk mencapai target atau
sasaran tertentu dari perusahaan tersebut. Guna mengantisipasi hal tersebut bangsa
Indonesia harus bekerja keras untuk mempersiapkan serta menciptakan Sumber
Daya Manusia yang handal dan mampu mengembangkan keterampilan dan
keahlian yang profesional bagi setiap peserta didik. Sektor pendidikan mempunyai
peran penting didalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia dengan
menciptakan progam pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan pasar kerja.
Muncullah gagasan Praktek Kerja Lapangan(PKL) yang memberi
kesempatan bagi pelaksana pendidikan khususnya Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) untuk membina dan membimbing para siswa dalam kegiatan usaha serta
saling bekerja sama dengan dunia usaha/industri/instansi lain.
Adanya kesempatan kerja sama antara pihak sekolah dengan dunia
usaha/industri/instansi, maka kegiatan belajar mengajar akan dimungkinkan dapat
berlangsung pada dunia tempat usaha, di sekolah, dan di Dunia Kerja atau Dunia
Industri (DU/DI).
Praktek Kerja Lapangan memberikan nilai tambah yang sangat berarti, baik
bagi sekolah maupun dunia usaha. Bagi sekolah, siswa akan terlibat langsung
dalam kegiatan belajar mengajar pada kondisi yang nyata. Sebaliknya bagi dunia
usaha akan mendapatkan gambaran lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang
terampil sebagai tenaga kerja yang produktif dan siap pakai. Praktek Kerja
Lapangan pihak Sekolah Menengah Kejuruan harus dapat memanfaatkan dunia
usaha/industri/instansi, ini sebagai wahana pelatihan yang paling efektif bagi
pembentukan keterampilan dan sikap profesional para lulusan.
Ada dua pihak penting dalam mewujudkan siswa-siswi agar nantinya
dapat menjadi tenaga kerja yang professional dan berkualitas yaitu Lembaga
Pendidikan dan Lembaga Kerja (Industri/perusahan atau instansi tertentu) yang
secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program keahlian kejuruan.
Dengan demikian kedua belah pihak seharusnya terlibat dan bertanggung jawab
mulai dari tahap perencanaan program, tahap penyelenggaraan, sampai penilaian
dan penetuan kelulusan siswa.