Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM TEACHING FACTORY SMK MUHAMMADIYAH MAJENANG

 TEFA SMK MUMA


 28/04/2018 18:24:48 WITA

PROGRAM TEACHING FACTORY


SMK MUHAMMADIYAH MAJENANG
 
I. Profil
A. Deskripsi Umum Teaching Factory
Nama Unit Kerja : Teaching Factory “ MENTARI”
Tanggal Berdiri : 10 Juli 2018
Jenis Kerja : Teching Factory
Produk : Barang dan Jasa
Email : smkmaarifnu2byl@yahoo.co.id

B. Riwayat Unit Kerja


Teaching Factory merupakan perpaduan dari pada konsep pembelajaran berbasis kompetensi
dan berbasis produksi (barang dan jasa) yang dibentuk pada tanggal 10 Juli 2018.

C. Visi dan Misi Unit Kerja


1. Visi
“Menghasilkan lulusan entrepreneur yang tangguh, memiliki jiwa yang mandiri dan berakhlak
terpuji”

2. Misi
Menghasilkan tamatan SMK yang memiliki jiwa entrepreneur yang siap mandiri dalam
upaya meningkatkan fungsi pendidikan sebagai lembaga pencetak generasi.
“Menyelenggarakan diklat dengan prinsip kemampuan dan profesionalisme melalui optimalisasi
kerja sama industri dalam rangka meningkatkan mutu serta daya saing lulusan”

D. Jenis Usaha yang Dikelola


Teaching Factory SMK Ma’arif NU 2 Boyolali begerak di bidang barang dan jasa, yaitu:

1. Pembuatan pin, mug, MMT, baliho, dll


2. Foto Ijazah, pre wedding, dll
3. Service computer dan print,
4. Jasa Video Shooting
5. Editing dan cetak foto
6. Penjualan ATK

Kami memilih usaha di bidang ini karena disesuaikan berdasarkan dengan paket keahlian yang
ada di SMK Ma’arif NU 2 Boyolali.

Kegiatan Pasar dan Pemasaran


A. Lingkungan Usaha
Di SMK Ma’arif NU 2 Boyolali jenis usaha dibidang barang dan jasa memiliki peluang yang
sangat menjanjikan, karena barang dan jasa adalah kebutuhan primer manusia, ditambah lagi
dengan banyaknya jumlah siswa/i SMK Ma’arif NU 2 Boyolali. Oleh karena itu kami bertekad
mengembangkan usaha barang dan jasa karena ditunjang dari banyaknya peluang dalam
mengembangkan jenis usaha ini.
 

B. Kondisi Pasar
Jika melihat kompetitor-kompetitor yang bergerak dibidang usaha yang sama, memang sudah
cukup banyak. Tetapi, kami menyiasatinya dengan inovasi berbeda dari produk-produk yang
sudah ada. Yaitu, dengan inovasi senyum, salam, sapa, sopan, santun, cepat, tepat, harga yang
ekonomis. Dengan ini, kami yakin produk dan jasa yang kami miliki mampu bersaing dan laku
dipasaran.

C. Rencana Pemasaran
Dengan usaha barang dan jasa yang sudah memiliki pelanggan tetap, maka kami akan
menambah pemasarannya dengan membuat brosur dan melakukan pemasaran online melalui
media social, sehingga akan ada banyak yang membantu untuk mengembangkan usaha ini. 

III. Aspek Produksi


A. Alokasi Usaha
Teaching Factory SMK Ma’arif NU 2 Boyolali berlokasi di Karangpakel Sumberagung Klego,
Boyolali. Dengan daerah pemasaran yaitu disekitar sekolah – sekolah dan masyarakat sekitar.

B. Proses Waktu Kegiatan Teaching Factory


Dalam melakukan pekerjaan dilakukan dengan rincian sebagai berikut:

Hari : Senin – Sabtu


Waktu : 07:00 – 14:00 WIB
 

IV. Latar Belakang Teaching Factory SMK Ma’arif NU 2 Boyolali


Saat ini pendidikan kejuruan sedang dihadapkan pada pemasalahan yang serius yaitu belum
terserapnya secara optimal lulusan sekolah menengah kejuruan oleh dunia usaha dan dunia
industri. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3 sudah diamanatkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

 Merujuk pada fungsi pendidikan diatas, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin global. Demikian juga halnya dengan pendidikan di Majenang yang masih perlu
pembenahan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia, maka pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan (Pemda, Orang Tua,
Masyarakat dan Instansi Pendidikan / sekolah) harus berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus terprogram dan melalui jalur
yang tepat agar yang dihasilkan benar – benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam
dunia global.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa SMK adalah lembaga pendidikan yang berfungsi
sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidangnya harus bisa selaras dengan
kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing. Oleh karena itu peningkatkan sumber daya
manusia (skill / keahlian) harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan kualitas
lulusannya.
Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan di Majenang dapat berakibat produktifitas tenaga
kerja terampil di dunia industri semakin terpuruk. Kepercayaan dunia industri semakin
berkurang sehingga lulusan yang terserap juga sedikit. Faktor-faktor penyebabnya adalah :

1. Kurikulum yang terus berubah menyebabkan kondisi di lembaga pengelola pendidikan


kejuruan semakin terbebani;
2. Belum adanya sumber pembiayaan yang memadai sehingga kebutuhan proses
pendidikan di sekolah tidak maksimal;
3. Rekruitmen guru yang terkesan asal “jadi” dan syarat dengan muatan politis sehingga
tidak sesuai dengan kompetensi /kualitas yang dibutuhkan;
4. Kurangnya kepedulian baik pemda, guru, orang maupun masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Kondisi tersebut secara tidak langsung dapat berakibat lembaga pendidikan kejuruan tidak siap
dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Seharusnya Sebagai lembaga pendidikan yang
mendidik calon tenaga kerja, keunggulan yang dikembangkan oleh sekolah menengah kejuruan
diutamakan pada keunggulan skill Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mencapai hal tersebut
SMK harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada
peningkatan tamatan yang benar-benar profesional, memiliki etos kerja, disiplin dan tetap
menjunjung tinggi serta berakar pada budaya bangsa.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka pendidikan yang paling sesuai untuk
meningkatkan hal tersebut adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia industri dengan
penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan industri. Dunia industri yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran
sekolah menengah kejuruan mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Oleh karena itu lembaga
pendidikan kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaraan
yang tepat dan sesuai dengan keinginan dunia industri. Salah satu model pendidikan yang cocok
adalah dengan menerapkan teaching factory dalam proses belajar di SMK.

Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya, sehingga
dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan
sekolah. Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep metode
pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar
selaras dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI, 2007).

Program Teaching Factory (TEFA) merupakan perpaduan pembelajaran yang sudah ada yaitu
Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT), dalam pengertiannya
bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan
berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang
sesuai dengan tuntutan pasar/ konsumen.

Dalam pengertian sederhaa teaching factory adalah pembelajaran berorientasi bisnis dan
produksi. Proses penerapan program teaching factory adalah dengan memadukan konsep bisnis
dan pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang relevan, misalnya : pada
kompetensi ketenagalistrikan melalui kegiatan produksi lampu LED maka proses pembuatan,
dan finishing dikerjakan oleh peserta didik.

Sebagai perwujudan nyata/implementasi UU No. 20 tahun 2003 untuk meningkatkan kualitas


lulusan SMK di Majenang maka sejak tahun 2016 SMK Muhammadiyah Majenang telah
menerapkan konsep teaching factory dalam pembelajaran di sekolah. Untuk mendukung
program ini, SMK Muhammadiyah Majenang bermitra dengan Dunia Usaha sebagai mitra
dalam menunjang keberhasilan Program Teaching Factory.

Program Teaching Factory merupakan langkah positif yang ditawarkan pihak SMK
Muhammadiyah Majenang kepada siswa dan orang tua murid guna mengembangkan jiwa
enterpreneur, dengan harapan tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK) mampu menjadi aset
daerah dan bukan menjadi beban daerah Majenang.
Teaching factory merupakan suatu konsep pembelajaran pada tingkat yang sesungguhnya, untuk
itu ada beberapa elemen penting dalam teaching factory yang perlu dikembangkan yaitu :

1) Standar Kompetensi
Standar kompetensi yang digunakan dalam pelaksanaan teaching factory adalah kompetensi-
kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri. Dengan pengajaran yang berbasis
kompetensi pada industri diharapkan siswa siap menghadapi tuntutan kebutuhan dunia industri.

2) Peserta didik
Penggolongan peserta didik / siswa dalam proses teaching factory adalah berdasarkan kualitas
akademis dan bakat/minat. Siswa dengan kualitas yang seimbang antara akademis dan
ketrampilan bakat/minat memperoleh prosentase yang besar untuk masuk dalam program ini.
Siswa yang kurang dalam dua hal tersebut direkomendasikan untuk mengambil bagian yang
termudah.

3) Media belajar
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses teaching factory menggunakan pekerjaan
produksi sebagai media untuk proses pembelajaran. Pekerjaan Produksi dapat berupa industrial
order atau standard products. Produk ini harus dipahami terlebih dahulu oleh instruktur sebagai
media untuk pengembangan kompetensi melalui fungsi produk, dimensi, toleransi, dan waktu
penyelesaian.

4) Perlengkapan dan Peralatan (Toolkit)


Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Pemeliharaan perlengkapan dan peralatan yang maksimal;


2. Investasi untuk kegiatan teaching factory;
3. Manfaatkan untuk memfasilitasi pengembangan kompetensi siswa bersamaan dengan
penyelesaian pekerjan “Production” pada tingkat kualitas terbaik;
4. Pengawasan atas peralatan dan perlengapan yang sudah tidak efektif untuk kecepatan
dan ketelitian proses produksi.
5) Instruktur/Pengajar
Instruktur / pengajar adalah mereka yang memiliki kualifikasi akademis dan juga memiliki
pengalaman industri. Dengan demikian mereka mampu mentransformasikan pengetahuan dan
“know how” sekaligus men”supervisi” proses untuk dapat menyajikan “finished products on
time”.

6) Penilaian Prestasi Belajar


Dalam penilaian prestasi belajar, teaching factory menilai siswa yang berkompeten melalui
“penyelesaian produk”. Standar penilaian yang digunakan harus mengacu kepada pabrik yang
mengeluarkan komponen / peralatan.

7) Pengakuan Kompetensi
Teaching Factory menilai kompetensi siswa menggunakan National Competency assessment,
dimana asesor bersertifikat melakukan observasi pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
tugas pekerjaan di bawah badan standar kompetensi nasional. Guna mendukung program
teaching factory maka SMK Muhammadiyah Majenang telah menyiapkan berbagai unsur
penunjang diantaranya :

Instruktur/guru yang akan mendampingi kegiatan teaching factory adalah guru-guru SMK
Muhammadiyah Majenang yang telah berserifikat sebagai assesor sesuai dengan bidang
keahliannya masing-masing.

Berkenaan dengan teaching factory, SMK Muhammadiyah Majenang bersedia bekerjasama


dengan SMK-SMK baik negeri maupun swasta di Majenang yang berkeinginan
mengembangkan teaching factory dalam proses pembelajaran di SMK, semoga melalui teaching
factory ini dapat memberikan bekal siswa SMK supaya mereka dapat menjadi SDM yang
berkompeten dalam bidangnya dan pada akhirnya “alumni SMK” dapat terserap oleh dunia
usaha dan industri.
Salam SMK Muma Bisa !!!!

Anda mungkin juga menyukai