Anda di halaman 1dari 14

p-ISSN: 2599-1914 Volume 4 Nomor 3 Tahun 2021

e-ISSN: 2599-1132 DOI : 10.31604/ptk.v4i3.441-454

MANAJEMEN PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY DALAM


MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN SMK NEGERI 3
DAN SMK NEGERI 15 DI KOTA BANDUNG
Sofa Sari Miladiah, Cahya Syaodih, Dadi Permadi

Program Studi Administrasi Pendidikan, Pascasarjana, Universitas Islam Nusantara


ayanksofa@gmail.com .

Abstrak

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi,
kendala manajemen pembelajaran teaching factory dalam meningkatkan kompetensi lulusan serta
merancang solusi dalam menghadapi kendala. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuatitatif dengan
metode deskriptif. Pengumpulan data diperoleh menggunakan metode dokumentasi, wawancara, dan
observasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan pembelajaran melaksanakan kegiatan
In House Training, sinkronisasi kurikulum dengan IDUKA, menyusun silabus dan RPP, menganalisis
jumlah SDM yang tersedia dengan mata pelajaran yang akan dilaksanakan, menyusun jadwal blok dan
job sheet. (2) Pengorganisasian membuat struktur organisasi manajemen teaching factory untuk
menentukan tugas pokok dan fungsi setiap orang yang terlibat. (3) Pelaksanaan pembelajaran teaching
factory dilaksanakan dengan sistem dan jobdesc yang jelas melalui jobsheet yang telah disusun dalam
perencanaan pembelajaran teaching factory. (4) Evaluasi pembelajaran, guru melaksanakan pengawasan
pada setiap produk yang dihasilkan pada akhir proses pembelajaran walaupun bentuknya simulasi. (5)
Kendala yang dihadapi pada pembelajaran teaching factory yaitu belum adanya order yang berkelanjutan,
serta alat produksi yang belum lengkap sesuai standar industri. (6) Solusi yang dilakukan sekolah
mendorong seluruh warga sekolah untuk menumbuhkan jiwa enterprenership dengan menjadi marketing
agent dari unit produksi teaching factory. Simpulan dari penelitian ini bahwa model pembelajaran
teaching factory efektif untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan budaya kerja sesungguhnya dan berdampak positif bagi peningkatan kompetensi lulusan serta
dengan unit produksi yang ada, dapat menghasilkan produk yang berstandar industri dan layak jual.

Kata kunci: pembelajaran, teaching factory, SMK

Abstract

The special purpose of the study is to know planning, organizing, implementation, evaluation, constraints
of teaching factory learning management in improving graduate competence as well as devising solutions
in the face of constraints. The research used a quantitative approach with descriptive methods. Data
collection is obtained using documentation, interview, and observation methods. Research findings show
that (1) Learning planning executes in house training activities, curriculum synchronization with IDUKA,
Compiling syllabuses and RPP, analyzing the amount of HR available with subjects to be implemented,
compiling block schedules and job sheets. (2) Organizing creates a structure of teaching factory
management organizations to determine the principal tasks and functions of everyone involved. (3) The
implementation of teaching factory learning is implemented with a clear system and job description
through job sheet that has been structured in teaching factory learning planning. (4) Evaluation of
learning, teachers carry out supervision on each product produced at the end of the learning process even
if the form is simulated. (5) The constraints faced with teaching factory learning that is, there is no
sustainable order, as well as incomplete production tools according to industry standards. (6) The
solutions that schools do encourage the entire citizen of the school to cultivate the soul of
entrepreneurship by becoming the marketing agent of the teaching factory production unit. Research
conclusion is the teaching factory learning model is effective in increasing students' motivation in
participating in learning activities with a real work culture and has a positive impact on increasing

PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)│441


PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)
Vol 4 No 3 Tahun 2021 Hal 441-454
graduate competence and with existing production units, can produce industrial standard products and are
worthy of salling.

Keywords: learning, teaching factory, vocational school

PENDAHULUAN menjunjung tinggi tanaman untuk


belajar bagaimana membuat barang
Periode globalisasi memiliki dagangan seperti yang ditunjukkan oleh
efek yang membantu dan menghambat. disiplin logis mereka. Menampilkan
Efeknya terasa setiap kali kesempatan pabrik pengolahan adalah ide
untuk berpartisipasi dengan negara pembelajaran di lingkungan asli, dengan
asing dibuka seluas-luasnya. Dampak tujuan dapat menghubungkan manfaat
tidak bersahabat lainnya terasa ketika antara kebutuhan mekanis dan
mereka tidak bisa bersaing dengan informasi sekolah. Kemajuan
bangsa asing, karena Sumber Daya pembelajaran imajinatif dan praktik
Manusia (SDM) pada situasi ini lulusan yang bermanfaat adalah ide-ide teknik
SMK dianggap bagaimanapun juga pembelajaran yang ditempatkan untuk
memiliki keterampilan yang lemah. membantu para eksekutif dalam
Fondasi dari kekurangan SDM mewujudkannya sehingga sesuai
Indonesia dapat dilihat melalui dengan kebutuhan dunia modern.
kendaraan sekolah. Kontes dengan Di masa pandemi Covid-19,
negara yang berbeda dalam olahraga yang berdampak pada banyak
pertempuran untuk pekerjaan akan individu dibatasi, salah satunya adalah
dihadapi jika ada peningkatan di bidang olahraga instruktif. Dampak
instruksi. Upaya penguatan pelatihan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
harus ditingkatkan, sehingga pengajaran (KBM) di sekolah, khususnya sekolah
benar-benar ingin melibatkan wilayah profesi, menghadirkan kondisi yang
lokal yang lebih luas. Penguatan area merepotkan. Karena KBM ditujukan
lokal dengan kerangka pelatihan untuk SMK, tindakan hidup menjadi
memiliki keunggulan yang sama dalam sekolah profesional. Sedangkan siswa
hal persaingan di seluruh dunia. SMK memiliki 3 kemampuan yang
Salah satu tujuan SMK adalah ditunjukkan oleh jurusannya setelah
untuk merencanakan mahasiswa lulus. Artinya, asah kemampuan
menjadi orang yang berguna, siap sebelum lulus. Namun, di tengah
bekerja dengan bebas, mengisi pandemi Covid-19, latihan yang wajar,
kesempatan kerja di dunia industri, misalnya, pembinaan fasilitas industri
dunia usaha dan dunia kerja sebagai tidak bisa dilakukan secara ideal.
spesialis tingkat pusat sesuai dengan Menampilkan pembelajaran
program keahlian dan kemampuan yang pabrik manufaktur adalah sebuah ide
mereka pilih. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sedang
ini, berbagai strategi dan langkah yang berlangsung/sekolah profesional
tepat telah dilakukan. Salah satu strategi berbasis administrasi yang mengacu
yang digunakan adalah dengan pada prinsip dan teknik yang tepat
menerapkan pembelajaran berbasis dalam bisnis, dan dilakukan dalam
fasilitas industri. Menunjukkan siswa iklim seperti yang terjadi di industri.

442
Sofa Sari Miladiah,dkk. Manajemen Pembelajaran Teaching Factory Dalam…

Hal ini sesuai dengan kualitas pelatihan 2020, maka dari itu sekolah dituntut
profesional dalam administrasi untuk bekerjasama dengan IDUKA
menunjukkan pelaksanaan pabrik, untuk beberapa program diantaranya,
khususnya: (1) siswa perencanaan untuk PKL, Sertifikasi Siswa, Magang Guru.
masuk lapangan kerja; (2) mengingat Pendidikan kejuruan harus mampu
kebutuhan dunia kerja yang "didorong mengajarkan kompetensi yang
oleh pasar"; (3) dominasi keterampilan memenuhi kebutuhan masa depan
yang dibutuhkan dunia kerja; (4) lulusan dengan melihat realitas tempat
prestasi belajar dalam "langsung" atau kerja dan teknologi yang berkembang.
pelaksanaan pekerjaan; (5) hubungan Pemerintah Indonesia sampai saat ini
yang nyaman dengan dunia kerja; (6) belum sepenuhnya layak untuk
responsif dan mengharapkan kemajuan memberikan kantor dan biaya yang
mekanis; (7) belajar sambil melakukan memuaskan bagi sekolah kejuruan,
dan pengalaman langsung; (8) sehingga mengurangi sifat lulusan
membutuhkan biaya usaha dan sekolah kejuruan. Cara berpikir ini
fungsional yang lebih menonjol memiliki saran bagi para pelaksana dan
daripada sekolah umum. program pendidikan dan pembelajaran
Saat ini industri perfilman sudah di SMK. Sekolah Menengah Kejuruan
sangat marak. Setiap bulan pasti akan harus disikapi dengan tujuan prinsip,
ada film-film berkualitas yang yaitu menyiapkan alumni yang siap
bermunculan, dan hal itu pasti memasuki dunia kerja dan dunia kerja.
membutuhkan seorang filmmaker di SMK para eksekutif harus dimaksudkan
dalamnya. Pada program keahlian untuk mencapai baik kelangsungan
multimedia terdapat sebuah kompetensi hidup dan kecakapan. Menyusun dan
yang mengarah ke ranah perfilman. melaksanakan program sedekat
Disinilah para siswa bisa mempelajari mungkin dengan kondisi lingkungan
bagaimana cara mengatur kamera, jenis- kerja merupakan tugas penting bagi
jenis kamera yang baik apa saja, SMK. Program pendidikan harus
bagaimana cara mendapatkan angle disusun tergantung pada kebutuhan
yang baik, color grading yang dunia kerja (request driven). Alat dan
memukau dan sebagainya. Bagaimana mesin untuk pelatihan harus diberikan
cara memasarkan di platform juga model yang sama pada dasarnya sebagai
menjadi salah satu materi pembelajaran dekat alam semesta kerja. Pembelajaran
teaching factory. Namun dikala di sekolah profesi hendaknya dilakukan
pandemi saat ini, ketika kegiatan tatap agar lulusan benar-benar siap memasuki
muka diganti dengan kegiatan daring, dunia kerja, dalam perasaan memiliki
maka kegiatan teaching factory pun informasi, kemampuan dan mentalitas
terhenti dengan sendirinya. Terhentinya yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
kegiatan tersebut mengakibatkan proses Peningkatan program pemerintah
teaching factory tidak dapat dilakukan dilakukan untuk mencapai tujuan ini
sebagaimana biasanya. Beberapa order melalui Teaching Factory.Penelitian ini
terhambat, seperti pembuatan ID card akan menitikberatkan pada manajemen
(kartu siswa kelas XI), pengembangan pembelajaran produktif dalam konteks
sistem digitalisasi absensi kehadiran pendekatan teaching factory di SMK
siswa, dan beberapa order lainnya. Negeri 3 Bandung dan SMK Negeri 15
Program teaching factory ini menjadi Bandung untuk meningkatkan
syarat bagi sekolah untuk terlaksananya kompetensi lulusan.
program Center of Excellence tahun

443
PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)
Vol 4 No 3 Tahun 2021 Hal 441-454
Manajemen Pendidikan direalisasikan dan efek samping dari
Hasbullah dalam Kompri (2015) realisasi sehingga mencakup
bahwa Manajemen pendidikan adalah pengaturan. , mengkoordinasikan,
suatu proses yang merupakan daur melaksanakan dan menilai latihan yang
(siklus) penyelenggaraan pendidikan diidentifikasi dengan ukuran mendidik
dimulai dari perencanaan, diikuti oleh dan belajar untuk mencapai tujuan
pengorganisasian, pengarahan, sekolah yang ideal. Manajemen
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian pembelajaran yaitu semua upaya untuk
tentang usaha sekolah untuk mencapai mengarahkan ukuran pengajaran dan
tujuannya. Oleh karena itu, manajemen pembelajaran, untuk mencapai ukuran
pendidikan juga merupakan usaha untuk pendidikan dan pembelajaran yang kuat
melakukan pengelolaan sistem dan mahir.
pendidikan. Dengan memperhatikan
pengertian di atas, tampak bahwa Teaching Factory
manajemen pendidikan pada prinsipnya Teaching Factory atau disebut
merupakan suatu bentuk penerapan dalam PP No. 41 tahun 2015 “pabrik
manajemen atau administrasi sebgai dalam sekolah (teaching factory) adalah
seni dan ilmu untuk mengelola, sarana produksi yang dioperasikan
mengatur, dan mengalokasikan sumber berdasarkan prosedur dan standar
daya yang terdapat dalam dunia bekerja yang sesungguhnya untuk
pendidikan untuk mencapai tujuan menghasilkan produk sesuai dengan
pendidikan. kondisi nyata Industri dan tidak
berorientasi mencari keuntungan”.
Manajemen Pembelajaran Dalam Grand Design teaching factory
Sebagaimana ditunjukkan oleh SMK di definisikan sebagai “suatu
Mulyasa (2004), belajar pada dasarnya konsep pembelajaran di SMK berbasis
yaitu komunikasi antar siswa dan produksi/jasa yang mengacu kepada
keadaan mereka saat ini sehingga standar dan prosedur yang berlaku di
perilaku meningkat. Belajar yaitu industri dan dilaksanakan dalam
pekerjaan untuk melatih siswa belajar. suasana seperti yang terjadi di industri”,
Belajar juga dicirikan sebagai suatu dan dalam pelaksanaannya menuntut
rangkaian perubahan perilaku atau keterlibatan mutlak pihak industri
perspektif yang dibawa oleh sebagai pihak yang relevan menilai
pengalaman. Oleh karena itu belajar kualitas hasil pendidikan dari SMK.
merupakan suatu siklus yang Teaching factory juga harus melibatkan
dikoordinasikan oleh pengajar untuk Pemda/Pemkot/Pemprov maupun orang
membantu siswa belajar sekaligus tua dan masyarakat dalam perencanaan,
mendapatkan dan mengukur informasi, regulasi maupun implementasinya
kemampuan dan perspektif.
Pembelajaran direncanakan untuk METODE
membuat kondisi yang memungkinkan
siswa untuk mengetahui bagaimana Metode penelitian ini yaitu
mencapai tujuan pembelajaran. Dari dua menggunakan pendekatan kualititatif
implikasi gagasan dewan dan gagasan dengan penelitian deskriptif. Dapat
pembelajaran, cenderung dianggap diungkapkan mengenai penelitian
bahwa eksekutif pembelajaran adalah deskriptif yaitu penelitian yang
pekerjaan untuk mengontrol cara melakukan usaha untuk pendeskripsian
pembelajaran terjadi, apa yang mengenai gejala, kejadian yang telah

444
Sofa Sari Miladiah,dkk. Manajemen Pembelajaran Teaching Factory Dalam…

terlaksana pada saat sekarang atau untuk menentukan kelulusan siswa.


masalah aktual. Teknik pengumpulan Perencanaan program untuk
data dalam penelitian ini menggunakan berlangsungnya teaching factory yaitu
teknik pengumpulan data wawancara, adanya MoU dengan IDUKA untuk
observasi terlibat dan dokumentasi. mendorong berlangsungnya order
Teknik pengolahan data yang secara berkelanjutan. Penjajakan ini
digunakan pada penelitian ini yaitu telah berlangsung dengan Jonas Photo.
metode non statistik yaitu analisis data Jonas Photo akan memberikan orderan
deskriptif, artinya dari data yang pencetakan photo yang bersifat
diperoleh melalui penelitian tentang sederhana kepada teaching factory
pelaksanaan manajemen pembelajaran multimedia. Hal tersebut sebagai bagian
teaching factory dalam meningkatkan dari upaya sekolah untuk
kompetensi lulusan dilaporkan apa mengembangkan keberlangsungan
adanya. Hal ini dilakukan karena teaching factory.
penelitian ini tidak mencari hubungan
atau korelasi antara dua variabel atau Pengorganisasian
lebih. Tempat penelitian yang Pembelajaran Teaching Factory
digunakan pada penelitian ini yaitu Hasil penelitian mengenai
SMK Negeri 3 yang beralamat di Jl. pengorganisasian program teaching
Solontongan No. 10, Kota Bandung dan factory multimedia memberikan
SMK Negeri 15 yang beralamat di Jl. gambaran bahwa pengorganisasian
Gatot Subroto No.4, Kota Bandung. program kerja teaching factory sekolah
Waktu penelitian dimulai dari Maret sudah tersusun secara sistematis. Kerja
2021-Juli 2021. sama antara ketua kompetensi
keahlian/kepala jurusan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mengkoordinir terlaksananya
pembelajaran tentunya bersama ketua
Hasil Penelitian teaching factory, guru-guru produktif
Hasil Temuan di SMK 3 dan toolman di teaching factory
Negeri Bandung multimedia kemudian dilaporkan
Perencanaan Pembelajaran kepada pimpinan sekolah.
Teaching Factory
Sebelum Kegiatan Belajar Pelaksanaan Pembelajaran
Mengajar (KBM) berlangsung seluruh Teaching Factory
stakeholder bersama-sama membuat Sinkronisasi KI/KD dengan
perencanaan dan persiapan KBM dalam IDUKA dilaksanakan setiap awal tahun
kegiatan rapat koordinasi. Penyusunan ajaran baru. Pola pembelajaran yang
KBM juga didukung oleh sinkronisasi dilaksanakan diarahkan pada
kurikulum dengan IDUKA. pembelajaran berbasis industri. Materi
Perencanaan pembelajaran program diambil dari produk atau bagian produk
keahlian multimedia selanjutnya dan untuk tujuan pencapaian KI/KD
menganalisis dan mengusulkan tuntutan kurikulum (melalui
kebutuhan modul/buku dan sumber sinkronisasi kurikulum). Alat/bahan
belajar pendukung. Hal lain yang tidak praktik menggunakan bahan baku
kalah penting dalam kegiatan proses produksi yang terstandar sesuai
perencanaan, guru harus menyusun permintaan konsumen. Aktivitas
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran praktik merupakan unit
sebagai salah satu prinsip penilaian kerja dari teaching factory sebagai

445
PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)
Vol 4 No 3 Tahun 2021 Hal 441-454
hands on experience siswa. Siswa dan jam terbang, jumlah produk cacat
melakukan setiap tahapan teaching akan berkurang. Hal lain yang menjadi
factory dari perencanaan produksi - kendala yaitu belum adanya order yang
proses produksi- penanganan produk - secara berkelanjutan (continue). Hal itu
pemasaran produk. Siswa akan disadari oleh sekolah masih terbatasnya
dilibatkan dengan aspek target delivery, media promosi baik secara luring
cost, quality dan efisiensi yang terkait maupun daring. Bahkan kemungkinan
dengan customer expectation dan terhadap kepercayaan produk yang
satisfaction. Guru berperan sebagai dihasilkan oleh siswa SMK masih
quality control dan instruktur. belum mendapat ruang. Keterbatasan
Pelaksanaan Kerjasama teaching factory alat produksi tidak kalah menjadi
dengan IDUKA masih belum terlaksana masalah bagi keberlangsungan teaching
akibat pandemi. Jonas photo yang telah factory ini. Seperti ketika ada order
duduk bersama membicarakan spanduk, ID card, atau cetak photo
kemitraan ini batal dilaksanakan. Upaya dengan ukuran besar teaching factory
dalam peningkatan kerjasama dengan SMK Negeri 3 Bandung masih belum
IDUKA pada dasarnya cukup positif bisa secara mandiri memenuhi orderan
baik moril maupun materil. Upaya tersebut. Pengadaan alat yang memiliki
tersebut dapat saling memberi dan nilai beli tinggi di atas seratus juta
menerima/ win-win solution. menjadi kendala dengan anggaran yang
tersedia.

Evaluasi Pembelajaran Solusi Pembelajaran Teaching


Teaching Factory Factory
Dari hasil evaluasi, ada beberapa Kendala pertama yang dihadapi
program yang telah direncanakan yaitu masih ada guru di luar guru
namun pelaksanaannya masih tertunda. produktif yang belum memahami
Salah satunya yaitu MoU antara sekolah karakteristik pembelajaran teaching
dengan pihak IDUKA dalam hal ini factory maka solusi yang perlu
Jonas Photo Studio. Hal tersebut masih dibangun adalah sosialisasi kepada guru
belum terlaksana dikarenakan pandemi. di luar produktif harus terus digulirkan.
Selain itu, follow up atau tindak lanjut Guru produktif juga harus selalu
dengan IDUKA yang biasa dilakukan menjadi controlling atas kegiatan-
dengan berbagai kegiatan, tahun ini kegiatan yang dilakukan siswa terlebih
tidak dapat terlaksana akibat pandemi. di masa pandemi. Kendala kedua yaitu
masih adanya angka cacat produksi.
Kendala Pembelajaran Dalam kasus ini, guru sebagai instruktur
Teaching Factory dan kontrol kualitas (quality control)
Berdasarkan penelitian ini, harus melakukan pengawasan yang
produk cacat atau under quality masih ketat agar barang/jasa sebagai produk
menjadi kendala dalam pembelajaran permintaan konsumen dapat dihasilkan
teaching factory. Keterlibatan siswa dengan baik sesuai kualitas industri.
dalam produksi di unit produksi Kendala ketiga yaitu keterbatasan alat
teaching factory sangat mungkin masih produksi yang memiliki nilai beli tinggi.
menghasilkan angka cacat yang tinggi. Kendala ini terbentur oleh anggaran
Hal ini harus dimaklumi karena pada yang tersedia seperti BOS atau bantuan
dasarnya mereka masih belajar. Sebuah lainnya. Solusi dari permasalahan ini
proses alamiah, seiring dengan waktu perlu adanya jiwa heroik dari seorang

446
Sofa Sari Miladiah,dkk. Manajemen Pembelajaran Teaching Factory Dalam…

pemimpin. Kepala Sekolah selaku disesuaikan dengan kondisi,


headline harus bisa bergainning dengan karakteristik, potensi sekolah atau
pihak external. Solusi ini pernah disebut juga silabus implementatif. alam
berhasil dengan 91 adanya bantuan PC merencanakan pembelajaran teaching
Komputer 12 set Built Up. Sarana ini factory kompetensi multimedia,
tidak akan mampu direalisasikan penentuan KI/KD setiap mata pelajaran
sekolah jika hanya mengandalkan dana harus menunjang pada kegiatan
yang tersedia. Kendala terakhir yang teaching factory. Pembuatan jadwal
dihadapi yaitu belum adanya order yang blok harus dapat mencapai corporate
berkelanjutan. Dalam hal ini siswa dan culture dalam tujuan mengenai metode
guru-guru didorong untuk menjadi pembelajaran teaching factory,
marketing agent dari teaching factory diantaranya: kejujuran, percaya diri,
minimal untuk dirinya sendiri maupun disiplin, tanggung jawab, toleransi,
keluarga atau kerabat terdekat. Kepala kerjasama, dan lain-lain.
Sekolah juga ikut serta dalam
mempromosikan teaching factory di Pengorganisasian
kalangan rekan sejawat atau kerabat, hal Pembelajaran Teaching Factory
ini terus dilakukan agar teaching factory Seperti yang telah dipaparkan
dapat terus berjalan. SMK Negeri 13 pada uraian di sekolah sebelumnya
Bandung adalah salah satu contoh bahwa pengorganisasian memiliki peran
sekolah sesama yang telah yang penting dalam sebuah manajemen.
menggunakan produk dari teaching Pengelolaan teaching factory dipimpin
factory SMK Negeri 3 Bandung untuk oleh ketua kompetensi keahlian
pengadaan produk pas photo. Oleh multimedia atas komando dari waka
karena itu, dalam setiap diri guru SMK bidang sarana dan prasana. 95
khususnya harus terus diberikan Sinkronisasi dengan IDUKA pada
motivasi menjadi pribadi yang berjiwa kompetensi keahlian multimedia SMK
entrepreneurship untuk turut serta Negeri 15 Bandung belum terlaksana.
mengembangkan teaching factory yang Sinkronisasi kurikulum dengan IDUKA
telah dibangun, direncanakan, dan harus di SMK Negeri 15 Bandung berada
mendapat perhatian sebagai langkah pada kompetensi keahlian lainnya. (CL.
tindak lanjut bersama. 01A, 01B, 03)

Hasil Temuan di SMK Negeri Pelaksanaan Pemebelajaran


15 Bandung Teaching Factory
Perencanaan Pembelajaran Pembelajaran dilakukan oleh
Teaching Factory guru sebagai instruktur, maenggunakan
Pada perencanaan menegenai alat yang sudah disesuaikan dengan
proses pembelajaran seorang pendidik mata pelajaran tersebut, sehingga
perlu menyiapkan berbagai perangkat menghasilkan produk yang diharapkan
pembelajaran yaitu silabus, RPP, atau dipesan sesuai order. Berikut
persiapan media dan persiapan skema pembelajarannya. Hasil akhir
instrumen penilaian sebelum melakukan dari proses pembelajaran teaching
proses pembelajaran. Silabus yang factory berupa produk berupa barang
diterapkan untuk penyesuaian dengan maupun jasa. Produk tersebut
kurikulum 2013 yang sudah dijalankan seharusnya layak jual sehingga mampu
oleh sekolah. Silabus diuraikan menghasilkan nilai tambah. Selama ini
berdasarkan kurikulum yang pembelajaran teaching factory masih

447
PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)
Vol 4 No 3 Tahun 2021 Hal 441-454
sebatas simulasi. Adapun untuk project tuntutan tugas. Belum selayaknya
yang dikerjakan masih dalam ranah pembelajaran by order.
mendukung publikasi maupun
dokumentasi teaching factory pada Solusi Pembelajaran Teaching
program keahlian lain di sekolah. Factory
Solusi dari kendala pertama
Evaluasi Pemebelajaran mengenai pengadaan guru yang
Teaching Factory memiliki basic pendidikan multimedia
Hasil penelitian yaitu sekolah disiasati dengan adanya guru yang
sebetulnya mampu memproduksi, terpanggil mengikuti program keahlian
namun kegiatan pemasarannya belum ganda dari Direktorat. Guru tersebut
terlaksana secara optimal, sehingga mengikuti diklat serta magang langsung
produk hasil pembelajaran teaching di industri dengan total waktu kegiatan
factory belum bisa menghasilkan nilai kurang lebih selama satu tahun.
tambah secara material untuk teaching Sehingga guru tersebut menjadi guru
factory. professional dengan dimilikinya
sertifikat pendidik dan sertifikat
Kendala Pembelajaran kompetensi. Solusi dari kendala lain,
Teaching Factory walaupun pembelajaran belum by order
Mengelola SMK sebetulnya namun pembelajaran dibuat simulasi
bukanlah tanpa kendala. Sebagain dari layaknya menghadapi konsumen.
kendala yang ada saat ini adalah kurang Project yang dikerjakan selama ini
tersedianya guru berkompeten yang untuk penguatan kompetensi siswa
memiliki pengalaman industri. Jobdesc masih berupa project internal untuk
yang masih belum terorganisir akibat mendukung kegiatan sekolah dari sisi
belum adanya struktur organisasi yang publikasi dan dokumentasi. Sehingga,
jelas. Pembagian tugas mengajar guru siswa tetap termotivasi untuk
produktif masih dikatakan belum mengerjakan tugas-tugas tersebut sesuai
optimal sebab jumlah guru produktif dengan standar IDUKA.
yang masih minim. Dengan jumlah
siswa kurang lebih 180 orang PEMBAHASAN
berbanding guru produktif yang tersedia
hanya 3 orang. Dengan begitu ada guru Perencanaan Pembelajaran
dari mata pelajaran lain yang Teaching Factory
diikutsertakan pada program keahlian Suandy (2001:2) menyatakan
ganda untuk mengembangkan bahwa secara umum perencanaan
pelaksanaan pembelajaran teaching adalah langkah menentukan suatu
factory dan mempersiapkan kualitas tujuan kelompok yang di dalamnya
guru mengenai pengelolaan terdapat tata cara pelaksanaan dan
pembelajaran berbasis teaching factory operasi (Tindakan) yang diperlukan
dengan kurikulum industri. untuk mencapai tujuan bersama.
Ketersediaan sarana dan prasarana juga Perencanaan pembelajaran teaching
masih menjadi kendala sebab factory disusun bersama oleh pengelola
pengadaan sarana dan prasarana belum dipimpin oleh Kepala Sekolah dengan
seluruhnya dimiliki. Hal lain yang second linenya kemudian
menjadi kendala pembelajaran teaching disosialisasikan kepada guru-guru.
factory masih bersifat praktik sebagai Program yang direncanakan harus diatur
agar tidak terjadi benturan kebijakan.

448
Sofa Sari Miladiah,dkk. Manajemen Pembelajaran Teaching Factory Dalam…

Dalam sudut pandang islam diistilahkan upaya untuk fokus pada optimalisasi
dengan kata Al-tadbir (pengaturan). sumber daya (kurikulum, sumber daya
Pembelajaran teaching factory juga manusia, sarana dan prasarana, serta
memiliki aturan yang diterbitkan oleh anggaran) agar menjadi lebih efisien,
Direktorat Pembinaan Sekolah yang diatur melalui sistem rotasi dalam
Menengah Kejuruan (PSMK) dalam penyelenggaraan kegiatan teori dan
Tata Kelola Pelaksanaan Teaching praktik. Utamanya dalam hal
Factory. Di dalam tata kelola penggunaan peralatan praktik dan dalam
pelaksanaan dijelaskan mengenai proses pembelajaran yang berlangsung
parameter yang menjadi dasar program secara terus menerus (continuous).
pembelajaran teaching factory
diantaranya; Manajemen, Pengorganisasian
Sarana/Prasarana, Pola Pembelajaran, Pembelajaran Teaching Factory
SDM, dan Hubungan Industri harus Wijaya (2013) mengemukakan
terintegrasi satu sama lain. Perencanaan bahwa model pengelolaan teaching
dilakukan sebelum memasuki kegiatan factory SMK sesuai dengan kebutuhan
belajar mengajar tahun ajaran baru. dunia usaha dan industri yang
Perencanaan dimusyawarahkan bersama dirumuskan dan diuji coba bersama
dalam kegiatan In House Training kelompok model guru, pengelola SMK,
(IHT). Pada kegiatan IHT, guru dan stakeholder/dunia usaha dan
menyusun administrasi berupa silabus, industri). Pengorganisasian (organizing)
RPP, jadwal blok, serta pola dalam teaching factory sesuai tujuan
pembelajaran yang tidak menjadikan teaching factory yaitu meningkatkan
guru sebagai center of learner. Hal itu kompetensi lulusan sekaligus memenuhi
sejalan dengan pendapat Dimmock kebutuhan IDUKA. Untuk mencapai
dalam Briggs and Sommefeldt (2002) tujuan tersebut, komitmen dan fungsi
“The teacher forms a partnership with manajemen menjadi ujung tombak
the student. The teacher present ideas to pengelolaan teaching factory. Kepala
stimulate student to think and problem sekolah harus mampu menentukan
solve. Each student has a clearly SDM yang visioner dan mampu bekerja
defined role, and these roles may be sama dengan baik. Hal tersebut
rotated.” Silabus dan RPP disusun sependapat dengan Syafrudin (2017:36)
secara implementatif sesuai dengan bahwa proses dan aktivitas dalam
kemampuan dan kondisi sekolah. Hal organisasi adalah mempertemukan
tersebut sesuai dengan pendapat efektivitas individu manajer dan pekerja
Budiningsih (2004:96) salah satu modal yang bermuara pada pencapaian akhir
dasar dalam melaksanakan proses organisasi. Dalam menentukan SDM
pembelajaran agar sesuai dengan yang menempati posisi sebagai
kebutuhan peserta didik dan tujuan pengelola teaching factory, kepala
Pendidikan adalah dengan sekolah sebagai pemimpin bersikap
mengembangkan kurikulum melalui demokratis dengan diadakannya voting
perangkat pembelajaran yang akan oleh warga sekolah. Hal tersebut
digunakan guru. Dalam pembelajaran dilakukan sebagai bentuk transparasi
teaching factory digunakan bentuk pimpinan sekolah. Setelah ditetapkan
penjadwalan yang disebut block beberapa orang guru sebagai pengelola
schedule atau sistem penjadwalan blok. teaching factory, kepala sekolah sebagai
Sesuai dengan tata kelola teaching pemimpin memberikan pengarahan
factory, jadwal blok dimaknai sebagai serta pelatihan untuk memberikan

449
PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)
Vol 4 No 3 Tahun 2021 Hal 441-454
motivasi dan bersama-sama perkembangan teknologi yang sesuai
menciptakan strategi atau kebijakan dengan industri. Sinkronisasi dilakukan
untuk membawa guru memiliki misi guna meningkatkan mutu pembelajaran
yang sama. Dua gaya kepemimpianan di sekolah. Pembelajaran teaching
tersebut sejalan dengan pendapat factory juga tidak hanya mengandalkan
Harsey Blancard dalam Permadi (2010). guru secara internal, namun juga
Sekolah harus memfasilitasi pendidikan mengundang IDUKA atau alumni yang
dan pelatihan guru, serta guru yang telah berhasil untuk berbagi pengalaman
bersangkutan harus bersedia untuk dan ilmu dengan para siswa. Hal itu
selalu meningkatkan kompetensi untuk menciptakan suasana
mengajarnya. Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,
Efektif, menyenangkan, dan Bermakna
Pelaksanaan Pembelajaran (PAKEMB) seperti yang disampaikan
Teaching Factory Husaini Usman (2006).
Pelaksanaan merupakan salah
satu fungsi manajemen yang sangat Evaluasi Pembelajaran
penting, karena tanpa pelaksanaan Teaching Factory
terhadap apa yang telah direncanakan Disas (2018) mengatakan bahwa
dan diorganisasikan tidak akan pernah konsep link and match antara lembaga
menjadi kenyataan (Salirawati, 2009). pendidikan dan dunia kerja dianggap
Perwujudan silabus yang selanjutnya ideal. Namun, menjalankan link and
diturunkan menjadi RPP tampak match dengan IDUKA sebagai
dilaksanakan dalam proses partnership bukanlah hal yang
pembelajaran. Menurut UU RI Nomor sederhana. IDUKA adalah salah satu
20 Tahun 2003 tentang Sistem komponen yang harus bergerak
Pendidikan Nasional, pembelajaran simultan untuk mensukseskan program
adalah proses interaktif peserta didik teaching factory. Di situasi pandemi
dengan pendidik dan sumber belajar seperti saat ini, IDUKA tidak membuka
pada lingkungan belajar. Dalam “kran” penyerapan lulusan yang lebar,
pelaksanaan pembelajaran teaching akibatnya sekolah yang biasanya sudah
factory telah terjadi interaksi antara bekerjasama setiap tahun dengan
guru professional sesuai amanat UU IDUKA tidak bisa menyalurkan
No. 20 tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2 lulusannya. Hal lain yang tidak
disebutkan bahwa pendidik merupakan terlaksana dalam perencanaan yaitu job
tenaga profesional yang bertugas fair. Setiap tahun sekolah rutin bekerja
merencanakan dan melakukan proses sama dengan IDUKA menggelar acara
pembelajaran, menilai hasil job fair bagi para lulusan, bahkan ada
pembelajaran, melakukan bimbingan IDUKA yang langsung melakukan
dan pelatihan. Sebagian besar guru di screening di sekolah. Namun, akibat
sekolah objek telah memiliki kriteria pandemi program tersebut tidak dapat
yang disyaratkan dalam undang-undang terlaksana. Kesempatan praktik industri
tersebut, karena guru-guru telah atau magang juga terhambat, padahal
memiliki sertifikat pendidik. program tersebut sangat meberikan
Sinkronisasi KI/KD antara sekolah dampak positif bagi siswa dalam
dengan IDUKA dilaksanakan setiap pengalaman maupun kompetensi siswa
awal tahun ajaran baru sebulum KBM yang bertambah. Hal ini menjadikan
berlangsung. Hal tersebut dilakukan pembelajaran teaching factory tidak
agar guru up to date mengetahui bisa berjalan secara maksimal. Jumlah

450
Sofa Sari Miladiah,dkk. Manajemen Pembelajaran Teaching Factory Dalam…

guru yang masih belum optimal menjadi sekolah masih terbatasnya media
bahan evaluasi pada penelitian ini. promosi, sehingga masyarakat luas
Sebab dalam tata kelola pelaksanaan belum mengenal. Guru yang juga
teaching factory idealnya rasio guru berperan sebagai marketing agent belum
siswa untuk alat kerja 1 : 6-12 siswa, bisa melakukan promosi secara
sedangkan untuk kerja manual 1 : 12-20 maksimal, sebab banyaknya tuntutan
siswa. Sekolah telah memiliki sarana administrasi dan pekerjaan yang cukup
dan prasarana yang mendukung dalam menyita waktu dan tenaga sehingga
pelaksanaan pembelajaran teaching belum bisa fokus. Kendala lain yaitu
factory walau belum sepenuhnya presentase produk cacat atau under
terpenuhi, seperti mesin printing digital quality, sebab dalam hal ini siswa masih
dan alat lainnya. Namun secara standar belum seluruhnya memahami kondisi
minimal sarana dan prasarana yang dan budaya kerja. Maka jika sedang ada
tersedia sudah mendukung, seperti; order sering kali delivery time menjadi
counter teaching factory sebagai permasalahan. Struktur organisasi yang
bangunan khusus menerima pelanggan, belum dirancang juga menjadi kendala,
alat praktik, studio audio video, sebab hal tersebut menjadikan
laboratorium komputer multimedia, komunikasi dan koordinasi yang tidak
serta studio photo. Hal itu sejalan efektif. Guru-guru di luar mata
dengan pendapat (Suryosubroto, pelajaran produktif belum sepenuhnya
2004:114) bahwa sarana pendidikan memahami karakteristik pembelajaran
adalah segala sarana fisik yang teaching factory, sehingga kerap siswa
mendukung kegiatan pendidikan. yang sedang melaksanakan project
Dalam Tatakelola Pelaksanaan teaching teaching factory tidak bisa dimaklumi
factory ciri sekolah yang menjalankan oleh guru-guru di luar guru produktif
teaching factory, yaitu sarana dan
prasarana yang dimiliki di sebuah Solusi Pembelajaran Teaching
sekolah 60-70% dipergunakan untuk Factory
kegiatan produksi, kegiatan bisnis yang Guru-guru didorong untuk
dilakukan hanya operasional bisnis dan menjadi marketing agent dari teaching
produksi, dan pendapatan yang dimiliki factory minimal untuk dirinya sendiri
tersebut berbeda dengan ciri sekolah maupun keluarga atau kerabat terdekat.
yang melaksanakan pendidikan berbasis Kepala Sekolah juga ikut serta dalam
produksi dimana 90% sarana dan mempromosikan teaching factory di
prasarana yang dimiliki dipergunakan kalangan rekan sejawat atau kerabat, hal
untuk kegiatan produksi, proses bisnis ini terus dilakukan agar teaching factory
yang dilakukan lengkap dengan dapat terus berjalan. Dalam setiap diri
pendukung bisnis dan pendapatan yang guru SMK khususnya, harus terus
dihasilkan mampu untuk menutup diberikan motivasi menjadi pribadi
pembiayaan operasional sekaligus yang berjiwa entrepreneurship untuk
sebagai investasi. turut serta mengembangkan teaching
factory yang telah dibangun,
Kendala Pembelajaran direncanakan, dan harus mendapat
Teaching Factory perhatian sebagai langkah tindak lanjut
Dari hasil penelitian kendala bersama. Sosialisasi kepada guru di luar
yang dihadapi sekolah yaitu belum produktif harus terus digulirkan. Guru
adanya order secara berkelanjutan produktif juga harus selalu menjadi
(continue). Hal tersebut disadari oleh controlling atas kegiatan-kegiatan yang

451
PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)
Vol 4 No 3 Tahun 2021 Hal 441-454
dilakukan siswa terlebih di masa factory, sekolah harus selalu
pandemi. Dalam kasus cacat produksi, memotivasi guru untuk mengikuti
guru sebagai instruktur dan kontrol upgrading baik yang dilaksanakan oleh
kualitas (quality control) harus pemerintah pusat maupun pihak swasta
melakukan pengawasan yang ketat agar (external).
barang/jasa sebagai produk permintaan Kegiatan pembelajaran teaching
konsumen dapat dihasilkan dengan baik factory dilaksanakan dengan sistem dan
sesuai kualitas industri. Solusi dari jobdesc yang jelas melalui jobsheet
kendala anggaran, perlu adanya jiwa yang telah disusun dalam perencanaan
heroic dari seorang pemimpin. Kepala pembelajaran teaching factory. Sistem
Sekolah selaku headline harus bisa dibangun guna memudahkan
bergainning dengan pihak external. penggunanya untuk meminimalisir
Untuk pengadaan sarana, sekolah tidak human error. Pelaksanaan pembelajaran
bisa berdiam diri menunggu anggaran teaching factory dilakukan oleh siswa
yang digulirkan oleh pusat. Sekolah dengan bimbingan guru sebagai
juga harus mampu bermanuver dengan instruktur pembelajaran menggunakan
pihak lain. alat/media yang tersedia sekaligus
quality control dari hasil akhir
SIMPULAN pembelajaran yaitu produk (barang/jasa)
Pembelajaran teaching factory
Perencanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan sumber daya
disusun pada awal tahun ajaran baru (SDM, biaya, alat, bahan, manajemen)
sebelum kegiatan belajar mengajar yang mumpuni, pemasaran,
berlangsung. Penyusunan administrasi perancangan inovasi produk, proses
dan manjerial pembelajaran produksi, pemeriksaan kualitas,
dilaksanakan oleh seluruh warga penjualan produk, layanan purna jual,
sekolah dalam kegiatan In House hingga inovasi berkelanjutan sebagai
Trainingm (IHT). Penyusunan rencana faktor pendukung keberlangsungan unit
pembelajaran teaching factory produksi teaching factory by order. Jika
dilakukan sinkronisasi KI/KD dengan belum ada order, maka sekolah
pihak IDUKA. Analisis dan sinkronisasi melakukan simulasi agar pembelajaran
administrasi pembelajaran akan teaching factory tetap pada hakikatnya
dipetakan untuk pengajuan pengadaan yaitu menghasilkan produk pada proses
sarana, media atau alat yang akhir pembelajaran.
mendukung pembelajaran teaching Kendala yang dihadapi pada
factory pembelajaran teaching factory yaitu
Untuk mencetak lulusan yang belum adanya order yang berkelanjutan,
kompeten, maka pembelajaran perlu sehingga pembelajaran masih sampai
diorganisasi dengan baik sesuai pada tahap simulasi. Pengadaan alat
prosedur yang telah ditetapkan dalam produksi yang belum lengkap juga
tata kelola pelaksanaan teaching masih menjadi kendala, karena
factory. Pengelolaan teaching factory anggaran yang belum memungkinkan
perlu dibentuk struktur organisasi untuk pengadaan alat dengan harga
khusus untuk menentukan tugas pokok mahal namun belum terlalu produktif.
dan fungsi setiap orang yang terlibat. Guru yang belum memahami
Dalam peningkatan kemampuan guru karaktristik pembelajaran teaching
khususnya yang terlibat dalam factory juga menjadi kendala, sebab
pengelolaan dan pelaksanaan teaching kegiatan siswa dalam melaksanakan

452
Sofa Sari Miladiah,dkk. Manajemen Pembelajaran Teaching Factory Dalam…

project di luar jam pelajaran kerap Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam. (1432


menjadi dinamika. H). Ibnu Rajab Al-Hambali.
Guru-guru didorong untuk Beirut:Muassasah Ar-Risalah.
menjadi marketing agent dari teaching Jewell, L. N., dkk. (1992). Psikologi
factory minimal untuk dirinya sendiri Industri/Organisasi Modern.
maupun keluarga atau kerabat terdekat. Alih bahasa A. Hadyana
Kepala Sekolah juga ikut serta dalam Pudjaatmaka, Meitasari.
mempromosikan teaching factory di Contemporary Industrial/
kalangan rekan sejawat atau kerabat, hal Organizational Psychology.
ini terus dilakukan agar teaching factory Jakarta: Arcan.
dapat terus berjalan. Guru-guru juga Kompri. (2015). Manajemen
terus diberi upgrading untuk Pendidikan. Bandung: CV.
peningkatan kompetensi keilmuannya. Alfabeta.
Kriyantono, Rachmat. (2009). Teknik
Praktis Riset Komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Kencana.
Manullang. (2012). Dasar-
Arifin, M. (2000). Filsafat Pendidikan Dasar Manajemen.
Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Yogyakarta: Gadjah
Atmodiwirio, Soebagio. (2000). Mada University Press.
Manajemen Pendidikan Masram, dkk. (2015). Manajemen
Indonesia. Jakarta: Ardadizya Sumberdaya Manusia. Sidoarjo:
Jaya. Zivatama Publishing.
Bungin, M. Burhan. (2007). Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi
Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif. Bandung:
Kualitatif, Jakarta: PT. Raja RemajaRosdakarya.
Grafindo Persada. Mudyahardjo, Redja. (2002).
Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Pembelajaran. Yogyakarta: Raja GrafindoPersada.
Rineka Cipta. Daft, Richard L. Mulyasa, E. (2004). Kurikulum
(2010). Management. New Berbasis Kompetensi, Bandung: Rem
Jersey: Prentice Hall. Nazir. (1988). Metode Penelitian.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nomor 20, Tahun 2013. Sistem Permadi, D. (2011). Manajemen
Pendidikan Nasional. Jakarta: Berbasis Sekolah Dan
Depdiknas. Kepemimpinan Mandiri Kepala
Direktorat PSMK. (2009). Roadmap Sekolah. Bandung: PT. Sarana
Pengembangan SMK 2010- Panca Karya Nusa.
2014. Jakarta: Departemen Permadi, D., dkk. (2013). Panduan
Pendidikan Nasional. Menjadi Guru Profesional.
Direktorat PSMK. (2017). Tatakelola Bandung: CV.Nuansa Aulia.
Pelaksanaan Teaching Factory. Permendiknas RI. (2007). Peraturan
Jakarta: Direktorat Jenderal Menteri Pendidikan Nasional
Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Kementerian Pendidikan dan Standar Nasional Pendidikan.
Kebudayaan RI. Poerwandari, E. K. (2009). Pendekatan
Kualitatif Untuk Penelitian

453
PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran)
Vol 4 No 3 Tahun 2021 Hal 441-454
Perilaku Manusia. Depok:
LPSP3 UI.
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan
Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.
Silcock, P., et al. (2001). The
Management Consequences of
Different Models of Teaching
and Learning. In Middlewood
and Burton (eds.). Managing the
Curriculum. London: Paul
Chapman.
Spencer, L. M., et al. (1993).
Competence at Work: Models
for Superior Performance. New
York: John Wiley & Sons.
Suandy, E. (2001). Perencanaan Pajak.
Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2005). Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung:
CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. (2010).
Administrasi Pendidikan.
Bandung: PT. RefikaAditama.
Undang-Undang RI. (2009). Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Jakarta:
Sinar Grafika.
Usman, Husaini. (2006). Manajemen:
Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara

454

Anda mungkin juga menyukai