PELAKSANAAN TEACHING FACTORY PADA PEOGRAM KEAHLIAN
TATA BUSANA DI SMK NU BANAT KUDUS
Siti Safiah1a. dan Dr. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd1b Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Sitisafiah12345@students.unnes.ac.id ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Teaching Factory, serta faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Teaching Factory di SMK NU Banat Kudus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan berpedoman wawancara, observasi dan dokumentasi sebagai instrumen penelitian. Subyek penelitiannya Kepala Sekolah, Ketua Program Keahlian Tata Busana, guru Tata Busana, dan siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) pelaksanaan Teaching Factory di SMK NU Banat Kudus meliputi a) pembentukan manajemen untuk merencanakan sasaran, mengatur pekerjaan dan kerjasama dengan industri; b) standar kompetensi sesuai kebutuhan industri; c) siswa yang dilibatkan adalah seluruh siswa SMK NU Banat Kudus; d) media pembelajaran merupakan produk yang akan dijadikan contoh dalam proses produksi; e) perlengkapan dan peralatan digunakan untuk proses produksi/jasa; f) pengajar dari bidang akademik dan pengalaman industri; g) proses produksi dilakukan dengan prosedur yang jelas; h) pemasaran produk dilaksanakan dengan media cetak dan media elektronik; i) evaluasi pelaksanaan dilakukan oleh koordinator Teaching Factory. 2) Faktor yang menghambat struktur manajemen Teaching Factory masih menggunakan struktur organisasi sekolah, manajemen waktu siswa yang berkurang karena pandemi, belum memiliki mesin print kain. 3) Faktor yang mendukung menunjukan SDM yang unggul baik dari siswa maupun pengajar, sarpras yang menunjang, jaringan pemasaran produk.
Kata kunci : Teaching Factory, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat.
IMPLEMENTATION OF TEACHING FACTORY IN THE FASHION EXPERTISE PROGRAM AT VOCATIONAL HIGH SCHOOL NU BANAT KUDUS
ABSTRACT: This study aims to determine the implementation of Teaching Factory, as
well as the inhibiting and supporting factors for the implementation of Teaching Factory at SMK NU Banat Kudus. This research is a descriptive study, guided by interviews, observation and documentation as research instruments. The research subjects are the Principal, Head of the Fashion Design Expertise Program, Clothing Design teachers, and students. The results of the study show that 1) the implementation of Teaching Factory at SMK NU Banat Kudus includes a) the formation of management to plan goals, manage work and collaborate with industry; b) competency standards according to industry needs; c) the students involved are all students of SMK NU Banat Kudus; d) learning media is a product that will be used as an example in the production process; e) equipment and tools used for the production/service process; f) lecturers from academic and industrial experience; g) the production process is carried out with clear procedures; h) product marketing is carried out using print media and electronic media; i) evaluation of the implementation is carried out by the coordinator of the Teaching Factory. 2) Factors that hinder the management structure of Teaching Factory are still using the school organizational structure, student time management is reduced due to the pandemic, and do not have a cloth printing machine. 3) Supporting factors show superior human resources both from students and teachers, supporting infrastructure, product marketing network. Keywords: Teaching Factory, Supporting Factors, Inhibiting Factors. Pendahuluan pembelajaran di SMK berbasis produksi yang mengacu kepada Sekolah Menengah Kejuruan sebagai standard an prosedur yang berlaku di salah satu dari penyelenggara industri dan dilaksanakan dalam pendidikan di Indonesia memiliki suasana industri. pelaksanaan tujuan untuk mempersiapkan peserta Teaching Factory di SMK dapat didik agar dapat bekerja sesuai bidang menjembatani kesenjangan keterampilannya. Pendidikan kompetensi antara kebutuhan industri Menengah Kejuruan dituntut dan kompetensi yang dihasilkan oleh membentuk siswa yang memiliki sekolah. Orientasi Teaching Factory kemampuan soft skill dan hard skill diarahkan untuk meningkatkan yang baik, meningkatkan kualitas, yaitu keahlian dan keterampilan peserta didik. Direktorat kompetensi lulusan. Teaching PSMK dalam buku Grand Design Factory adalah kegiatan pengembangan Teaching Factory di pembelajaran siswa yang langsung SMK (2016, h.54) menjelaskan melakukan kegiatan produksi baik bahwa pendidikan kejuruan memiliki berupa barang atau jasa di dalam misi memberikan bekal pengetahuan lingkungan sekolah. Proses dan keterampilan kepada peserta penerapan Teaching Factory adalah didik untuk memasuki lapangan kerja dengan memadukan konsep bisnis sekaligus mengahsilkan tenaga kerja dan pendidikan kejuruan sesuai yang dibutuhkan oleh masyarakat. dengan progam keahlian yang relevan Usaha yang dapat dilakukan untuk dengan harapan terciptanya mencapai keberhasilan pembelajaran keberhasilan pembelajaran di di SMK salah satunya dengan sekolah. pelaksanaan pembelajaran berbasis produksi atau jasa yaitu Teaching Keberhasilan Teaching Factory di Factory. suatu sekolah dapat terlaksana jika pelaksanaan Teaching Factory sesuai Direktorat PSMK dalam buku Grand dengan panduan pelaksanaan Design pengembangan Teaching Teaching Factory. Hidayat D. dalam Factory di SMK ( 2016:2) bukunya yang berjudul TF-6M (2015, menjelaskan konsep Teaching h. 19) menjelaskan bahwa Factory merupakan suatu konsep pelaksanaan pembelajaran Jenis Penelitian menggunakan model 6 M atau enam Penelitian ini merupakan penelitian langkah efektif meningkatkan kualitatif yang dilakukan dengan cara kompetensi siswa baik kompetensi mengumpulkan data, menyajikan kognitif maupun kompetensi informasi yang akurat dan obyektif vokasional dalam mata pelajaran tentang pelaksanaan Teaching produktif, selain menggunakan model Factory di SMK NU Banat Kudus. pembelajaran enam langkah, data informasi yang diperoleh keberhasilan pelaksanaan Teaching digunakan untuk mendeskripsikan Factory juga ditentukan faktor pelaksanaan Teaching Factory di penghambat dan pendukung SMK NU Banat Kudus. pelaksanaan Teaching Factory. Waktu dan Tempat Penelitian Pembelajaran Teaching Factory memerlukan persiapan yang matang Penelitian ini dilakukan di SMK NU
karena pendekatan pembelajaran ini Banat Kudus. Pelaksanaannya yaitu
tidak hanya sebatas pada proses pada bulan 23 November – 15
belajar tentang kegiatan produksi Desember 2020.
industri, akan tetapi penerapan Subjek Penelitian
budaya industri menjadi hal penting Subjek penelitian ini adalah dalam pendekatan pembelajaran pengelola Teaching Factory yang Teaching Factory. Uraian latar meliputi: Kepala Sekolah SMK NU belakang masalah diatas, mendorong Banat Kudus, Ketua Program peneliti untuk mendeskripsikan Keahlian Tata Busana, Guru, Siswa pelaksanaan Teaching Factory di kelas XI TB. Sekolah Menengah Kejuruan Nahdlatul Ulama Banat Kudus yang Teknik Pengumpulan Data dituangkan dalam judul “ 1. Wawancara Pelaksanaan Teaching Factory Wawancara yang digunakan dalam Pada Program Keahlian Tata penelitian ini adalah wawancara Busana di SMK NU Banat Kudus”. terstruktur atau wawancara bebas METODE PENELITIAN terpimpin, yaitu wawancara dengan membuat pedoman pertanyaan yang menyajikan data yang diperoleh berisi pertanyaan-pertanyaan yang tersebut agar lebih bermakna dan menghendaki jawaban yang luas mudah dipahami. Arikunto S.( 2010, tentang pelaksanaan Teaching h. 300). Dalam penelitian ini analisis Factory di Program Keahlian Tata data yang dilakukan tahap tahap- Busana SMK NU Banat Kudus. tahap yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan 2. Observasi pnarikan kesimpulan. Teknik pengumpulan data juga 1. Pengumpulan Data dilakukan dengan Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek Data yang digunakan peneliti adalah yang diteliti baik secara langsung untuk mencatat semua data secara maupun tidak langsung untuk obyektif dan apa adanya sesuai memperoleh data yang harus dengan hasil pengamatan dilapangan dikumpulkan dalam penelitian ( yang meliputi pengamatan, observasi, Satori, 2015, h. 105). wawancara, dokumentasi, inventaris data. 3. Dokumentasi 2. Reduksi Data Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengmpulan data yang Proses pemilihan, penyususnan, dikumpulkan dan dihimpun serta pemutusan, perhatian dan dianalisis guna memberikan penyederhanaan, pengabstrakan dan kemudahan bagi peneliti untuk menstranformasi data kasar yang mencari pemecahan masalah muncul dari observasi, wawancara sekaligus sebagai bukti bahwa dan dokumentasi. penelitian ini benar dilakukan. 3. Penyajian Data Teknik Analisis Data Penyajian data ini dilakukan dengan Analisis data dalam penelitian ini cara mendeskripsikan data secara dilakukan sejak awal sampai akhir sistematis sesuai dengan tujuan penelitian, dengan cara ini diharapkan penelitian ini. terdapat konsistensi analisis data secara keseluruhan, untuk 4. Penarikan Kesimpulan dikorelasikan dengan kebutuhan industri. Kesimpulan yang terkait segera diverifikasi dengan cara melihat dan 3. Siswa mempertanyakan kembali dengan Siswa yang terlibat dalam melihat catatan dilapangan agar pelaksanaan pembelajaran Teaching memperoleh yang lebih tepat. Factory merupakan seluruh siswa HASIL PENELITIAN SMK NU Banat Kudus, karena Teaching Factory merupakan 1. Pembentukan manajemen pembelajaran yang ada di SMK NU Sasaran yang inggin dicapai dalam Bnat kudus, sehingga harapannya pelaksanaan Teaching Factory adalah seluruh produk hasil pembelajaran siswa mampu menghasilkan produk dapat terjual. atau jasa yang dibutuhkan masyarakat 4. Media Pembelajaran sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang diperoleh dari Media pembelajaran yang dimaksud produk atau jasa yang terjual. Tujuan merupakan media pengembangan dan sasaran dari pelaksanaan kompetensi berupa produk yang akan Teaching Factory kemudia dijadikan digunakan sebagai contoh dalam dasar dalam menentukan tindakan pembuatan produk. dengan menjalin kerjasama dengan 5. Penggunaan Perlengkapan dan pihak industri, menjalin kerjasama Peralatan yang baik dengan perusahaan Djarum Foundation yang merupakan salah Penggunaan perlengkpan dan
satu donatur resmi SMK NU Banat peralatan menunjukan daftar
Kudus selain dari dan BOS sekolah. peralatan, cara pemeliharaan,
pemanfaatan dan penggantian 2. Standar Kompetensi peralatan. Secara berkala, Standar kompetensi yang digunakan perlengkapan dan peralatan diperiksa oleh SMK NU Banat Kudus dalam sesuai prosedur perawatan. pelaksanaan Teaching Factory Pemeriksaan juga dialakukan merupakan penerapan dari standar sebelum dan sesudah peralatan kompetensi nasional yang kemudian digunakan oleh siswa. Alat-alat produksi tersebut terlihat sudah produksi. Langkah ketiga pada proses dimanfaatkan sesuai dengan produksi adalah menyatakan kesiapan fungsinya. Peralatan yang mengalami mengerjakan pesanan dari konsumen kerusakan saat pelaksanaan produksi dalam pelaksanaan Teaching Factory segera mungkin diganti dan dilaksanakan oleh ketua jurusan atau diperbaiki oleh teknisi sekolah guru. Langkah keempat dalam proses sehingga tidak mengganggu proses produksi adalah proses pengerjaan produksi yang sedang berjalan. pesanan , dalam hal ini guru berperan sebagai konsultan atau asesor yang 6. Pengajar memandu siswa dalam melaksanakan Kriteria pengajar yang terlibat dalam kerja dengan memperhatikan SOP pelaksanaan pembelajaran berbasis dan K3 dalam bekerja. Langkah Teaching Factory dipilih kelima dalam proses produksi adalah berdasarkan kualifikasi akademis, melakukan quality control, dalam pengalaman industri dan komitmen. proses ini guru berperan sebagai Sekolah juga memanfaatkan pengajar asesor atau konsultan yang memberi dari luar untuk menunjang arahan dan menilai siswa dalam keberhasilan pelaksanaan quality control. Produk yang telah pembelajaran berbasis Teaching melewati proses quality control dan Factory yakni dari organisasi dinyatakan layak jual, maka proses designer IFC. selanjutnya adalah penyerahan
7. Produksi produk kepada konsumen dengan
menerapkan pelayanan prima. Produksi diawali dengan adanya proses permintaan produk dari 8. Pemasaran
konsumen. Langkah kedua pada Pemasaran produk meliputi promosi
proses produksi adalah menganalisis produk, distribusi dan penentuan pesanan , dimana proses ini dilakukan harga produk. Promosi juga dengan membaca gambar, dilakukan melalui brosur, website menentukan bahan yang akan sekolah dan peliputan yang dilakukan digunakan, menentukan alat potong, oleh media cetak maupun media jenis mesin, menentukan rentang elektronik. harga serta K3 dalam pelaksanaan 9. Evaluasi Pelaksanaan 1. Pembentukan Manajemen
Evaluasi dilakukan oleh guru dengan Struktur manajemen Teaching
melakukan penilaian keja pada setiap Factory di SMK NU Banat Kudus bagian dalam pelaksanaan produksi. menggunakan struktur organisasi Tolak ukur keberhasilan sekolah yang sudah ada yang pembelajaran berbasis Teaching bertugas untuk merencanakan Factory dilihat berdasarkan sasaran dan tujuan yang mencakup pencapaian target, waktu segi usaha serta pendidikan, penyelesaian produk, kepuasan kerjasama dengan industri. konsumen dan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Rianaji Y. ( 2016, h. 66) pada Faktor penghambat dan skripsinya yang berjudul “ pendukung Pelaksanaan Teaching Factory di Faktor penghambat yaitu manajemen SMK N 2 Pengasih Kulon Progo” Teaching Factory belum tersusun menunjukan bahwa hasil dari secara mandiri sesuai dengan pelaksanaan Teaching Factory panduan, sehingga dalam pembagian berupa produk/ jasa dibutuhkan tugas masih kurang, manajemen aktu masyarakat serta dijadikan dasar siswa, sekolah belum memiliki sarana dalam menentukan tindakan dengan dan prasarana mesin print kain menjalin kerja sama dengan pihak sehingga masih membutuhkan jasa industri. orang luar dalam pembuatan kain. 2. Standar Kompetensi Faktor pendukung SDM yang berkompeten baik dari siswa maupun Teaching Factory di sekolah ini pengajar, adanya sarana dan menggunakan standar kompetensi prasarana yang mendukung dalam yang dibutuhkan oleh industri seperti pelaksanaan proses produksi, sekolah sikap kerja, penguasaan pengetahuan juga memiliki jaringan dalam dasar mendesain, membuat pola memasarkan produk, sehingga hingga menjahit dan keterampilan produk hasil pembelajaran dapat dalam bekerja. Kompetensi- habis terjual. kompetensi yang dibutuhkan telah Pembahasan disesuaikan dengan kualifikasi lulusan dalam standar nasional. Siswa 5. Penggunaan Perlengkapan dan dilibatkan dalam pelaksanaan Peralatan Teaching Factory, karena Pemanfaatan perlengkapan dan pembelajaran yang di SMK NU Banat peralatan juga telah sesuai dengan Kudus ini berbasis Teaching Factory, fungsinya masing-masing alat. Jika sehingga semua siswa telah melalui terjadi kerusakan alat produksi, seleksi yang berdasarkan penguasaan teknisi secara tanggap melakukan kompetensi kejuruan, minat untuk perbaikan atau penggantian. Teknisi terlibat, serta bakat untuk bertanggung jawab atas perlengkapan mengembangkan kompetensinya. dan peralatan sehingga 3. Siswa penggunaannya dapat terkontrol dengan baik. Siswa memiliki kualitas yang seimbang antara penguasaan Penelitian yang dilakukan oleh kompetensi, minat atau bakatnya Gunawan S. ( 2015) pada skripsinya dalam pelaksanaan pembelajaran yang berjudul “ Pelaksanaann Teaching Factory. Kuswantoro Teaching Factory dan Faktor-Faktor (2014,h. 25) menyatakan bahwa penghambat dan pendukung siswa dengan kualitas yang seimbang Teaching Factory di Program Studi antara akademis dan minat atau bakat Keahlian Teknik Audio Video SMK memperoleh kesempatan yang besar N 3 YOGYAKARTA” menunjukan untuk masuk dalam Teaching bahwa hal yang perlu diperhatikan Factory. dalam penggunaan perlengkapan dan peralatan Teaching Factory antara 4. Media Pembelajaran lain: 1) pemeliharaan perlengkapan Kuswantoro (2014,h. 25) dan peralatan, 2) pemanfaatan menjelaskan dalam bukunya bahwa peralatan, 3) penggantian media pembelajaran Teaching perlengkapan dan peralatan. Factory merupakan media 6. Pengajar pengembangan kompetensi yang berupa produk. Pengajar yang tergabung dalam pelaksanaan Teaching Factory telah memiliki kualifikasi akademis dan pengalaman di industri. Kedua hal produksi adalah proses pengerjaan tersebut dibutuhkan agar pengetahuan pesanan , dalam hal ini guru berperan dasar dapat dilaksanakan dan sebagai konsultan atau asesor yang dihubungkan dengan kondisi kerja di memandu siswa dalam melaksanakan industri. Kuswantoro (2014, h. 26) kerja dengan memperhatikan SOP mengatakan bahwa pengajar adalah dan K3 dalam bekerja. Langkah mereka yang memiliki kualifikasi kelima dalam proses produksi adalah akademis dan pengalaman dii melakukan quality control, dalam industri. proses ini guru berperan sebagai asesor atau konsultan yang memberi 7. Proses Produksi arahan dan menilai siswa dalam Produksi diawali dengan adanya quality control. Produk yang telah proses permintaan produk dari melewati proses quality control dan konsumen. Permintaan produk dinyatakan layak jual, maka proses dimulai dari pihak siswa sendiri yang selanjutnya adalah penyerahan mencari pesanan atau pesanan dari produk kepada konsumen dengan sekolah yang telah bekerjasama menerapkan pelayanan prima. dengan mitra yang ingin 8. Pemasaran Produk menggunakan jasa dari SMK NU Banat Kudus. Langkah kedua pada Proses selanjutnya adalah pemasaran proses produksi adalah menganalisis produk. Produk yang telah selesai pesanan , dimana proses ini dilakukan segera diinformasikan dan dengan membaca gambar, didistribusikan ke konsumen dengan menentukan bahan yang akan pelayanan yang baik. Pemasaran yang digunakan, menentukan alat potong, dilakukan dengan beberapa strategi jenis mesin, menentukan rentang seperti yang telah dijelaskan oleh harga serta K3 dalam pelaksanaan Gunawan S. dalam Skripsinya ( produksi. Langkah ketiga pada proses 2015). Strategi tersebut meliputi produksi adalah menyatakan kesiapan melakukan promosi, distribusi dan mengerjakan pesanan dari konsumen menetapkan harga yang dapat dalam pelaksanaan Teaching Factory diterima oleh konsumen. dilaksanakan oleh ketua jurusan atau 9. Evaluasi Pelaksanaan guru. Langkah keempat dalam proses Teaching Factory yang telah Pelaksanaan Teaching terlaksana akan dievaluasi secara per Factory pada Program Keahlian bagian dan secara keseluruhan. Tata Busana di SMK NU Banat Beberapa hal yang menjadi tolak ukur Kudus menunjukan pelaksanaan keberhasilan dalam pelaksanaan yang diawali dari pembentukan Teaching Factory di sekolah adalah manajemen Teaching Factory, pencapaian target, waktu melaksanakan standar penyelesaian dan kepuasan kompetensi sesuai kebutuhan konsumen. industri. Siswa yang terlibat dalam pelaksanaan Teaching Faktor penghambat dan Factory merupakan seluruh pendukung siswa yang ada di SMK NU Faktor penghambat yaitu manajemen Banat Kudus yang menggunakan Teaching Factory belum tersusun media pembelajaran langsung secara mandiri sesuai dengan berupa sampel produk yang akan panduan, sehingga dalam pembagian diproduksi. Proses produksi tugas masih kurang, manajemen aktu dijalankan sesuai dengan siswa, sekolah belum memiliki sarana prosedur kerja yang diterapkan dan prasarana mesin print kain mulai dari penerimaan pesanan sehingga masih membutuhkan jasa hingga proses pendistribusian orang luar dalam pembuatan kain. produk. Proses pemasaran Faktor pendukung SDM yang dilakukan dengan media sosial, berkompeten baik dari siswa maupun website resmi sekolah dll. pengajar, adanya sarana dan Evaluasi dilaksanakan dengan prasarana yang mendukung dalam melihat perkembangan dan pelaksanaan proses produksi, sekolah pencapaian siswa melalui hasil juga memiliki jaringan dalam nilai raport serta faktor memasarkan produk, sehingga penghambat dan faktor produk hasil pembelajaran dapat pendukung yang dijadikan tolak habis terjual. ukur keberhasilan pelaksanaan
PENUTUP pembelajaran Teachig Factory di
Simpulan SMK NU Banat Kudus.
Saran [4]. Dalyono. (2015). Psikologi Pendidikan. Jakarta : RinekaCipta. 1. Sekolah hendaknya menambah tenaga kerja dalam proses pelaksanaan [5]. Direktorat Pembinaan SMK, (2016). Teaching Factory, sehingga dalam [6]. Grand Design
pembagian tugas dan wewenang akan [7]. Pengembangan Teaching Factory
dan Technopark di SMK . (2016). terkoordinirdengan baik. Jakarta pusat. 2. Sekolah hendaknya membuat rencana [8]. Direktorat Pembinaan SMK, (2017). pengembangan TeachingFactory dengan Panduan Teknis Teaching Factory . Jakarta: target dan indikator yang jelas sehingga International Zusammenarbeit (GIZ) dapat dijadikan pedoman untuk . pengembangan berkelanjutan. [9]. Direktorat pembinaan SMK, K. (2017). Panduan Teknis 3. Sekolah hendaknya mengadakan Teaching Factory . Jakarta: evaluasi secara rutin sehingga dapat International Zusammenarbeit (GIZ) . mengevaluasi kegiatan yang dilakukan [10]. Direktorat Pembinaan SMK. (2017). serta mengatasi permasalahan yang Pedoman Pembelajaran ( Penerapan ditemui selama proses pelaksanaan Model-model Pembelajaran pada SMK) . Jakarta Pusat . Teaching Factory selain dari nilai raport [11]. Direktorat PSMK. (2017). Tatakelola siswa. Pelaksanaan Teaching Factory . Jakarta Pusat . DAFTAR PUSTAKA [1]. Arikunto, S. (2010). Posedur [12]. Fajaryati, N. (2012). Evaluasi Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta. Pelaksanaan Teaching Factory SMK di Surakarta . Jurnal [2]. Chatarina, A. R. (2016). Psikologi pendidikan vokasi, vol 2, nomor 3, Pendidikan. Semarang: UNNES 325-330. Press. [13]. Fitriani, M. (2018). Hubungan [3]. Chryssolouris. (2016). The Teaching kompetensi menjahit siswa dengan Factory A Manufacturing Education kepuasan konsumen pada Paradigm . CIRP CMS, 44-48. pembelajaran Teaching Factory kelas XI Tata Busana wirausaha di SMK buduran sidoarjo. e-Journal. Vol. 07 No. 01, 7-11. [14]. Fitrihana, N. (2017). Model bisnis kanvas untuk [15]. mengembangkan Teaching Factory di SMK tata busanaguna mendukung [16]. tumbuhnya industri kreatif. Jurnal taman vokasi, Vol. 5 No. 2, 212-216. [17]. Fitrihana, N. (2018). rancangan pembelajaran Teaching Factory di SMK Tata Busana. Home economics journal. vol. 2 No. 2, 56- 64. [18]. Gunawan, S. (2015). Pelaksanaan Teaching Factory dan Faktor Penghambat serta Pendukung Teaching Factory di Program Keahlian Teknik AudioVideo SMK N 3 Yogyakarta [19]. . Skripsi , 7. [20]. Kuswantoro, A. (2014). Teaching Fctory. Yogyakarta: Graha Ilmu. [21]. Moleong, L. J. (2016). Metodeologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya . [22]. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung : alfabeta.