Anda di halaman 1dari 12

PELAKSANAAN TEACHING FACTORY PADA PEOGRAM KEAHLIAN

TATA BUSANA DI SMK NU BANAT KUDUS


Siti Safiah1a. dan Dr. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd1b
Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang.
Sitisafiah12345@students.unnes.ac.id
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Teaching Factory,
serta faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Teaching Factory di SMK NU Banat
Kudus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan berpedoman wawancara,
observasi dan dokumentasi sebagai instrumen penelitian. Subyek penelitiannya Kepala
Sekolah, Ketua Program Keahlian Tata Busana, guru Tata Busana, dan siswa. Hasil
penelitian menunjukan bahwa 1) pelaksanaan Teaching Factory di SMK NU Banat Kudus
meliputi a) pembentukan manajemen untuk merencanakan sasaran, mengatur pekerjaan
dan kerjasama dengan industri; b) standar kompetensi sesuai kebutuhan industri; c) siswa
yang dilibatkan adalah seluruh siswa SMK NU Banat Kudus; d) media pembelajaran
merupakan produk yang akan dijadikan contoh dalam proses produksi; e) perlengkapan dan
peralatan digunakan untuk proses produksi/jasa; f) pengajar dari bidang akademik dan
pengalaman industri; g) proses produksi dilakukan dengan prosedur yang jelas; h)
pemasaran produk dilaksanakan dengan media cetak dan media elektronik; i) evaluasi
pelaksanaan dilakukan oleh koordinator Teaching Factory. 2) Faktor yang menghambat
struktur manajemen Teaching Factory masih menggunakan struktur organisasi
sekolah, manajemen waktu siswa yang berkurang karena pandemi, belum memiliki mesin
print kain. 3) Faktor yang mendukung menunjukan SDM yang unggul baik dari siswa
maupun pengajar, sarpras yang menunjang, jaringan pemasaran produk.

Kata kunci : Teaching Factory, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat.


IMPLEMENTATION OF TEACHING FACTORY IN THE FASHION EXPERTISE
PROGRAM AT VOCATIONAL HIGH SCHOOL NU BANAT KUDUS

ABSTRACT: This study aims to determine the implementation of Teaching Factory, as


well as the inhibiting and supporting factors for the implementation of Teaching Factory
at SMK NU Banat Kudus. This research is a descriptive study, guided by interviews,
observation and documentation as research instruments. The research subjects are the
Principal, Head of the Fashion Design Expertise Program, Clothing Design teachers, and
students. The results of the study show that 1) the implementation of Teaching Factory at
SMK NU Banat Kudus includes a) the formation of management to plan goals, manage
work and collaborate with industry; b) competency standards according to industry needs;
c) the students involved are all students of SMK NU Banat Kudus; d) learning media is a
product that will be used as an example in the production process; e) equipment and tools
used for the production/service process; f) lecturers from academic and industrial
experience; g) the production process is carried out with clear procedures; h) product
marketing is carried out using print media and electronic media; i) evaluation of the
implementation is carried out by the coordinator of the Teaching Factory. 2) Factors that
hinder the management structure of Teaching Factory are still using the school
organizational structure, student time management is reduced due to the pandemic, and do
not have a cloth printing machine. 3) Supporting factors show superior human resources
both from students and teachers, supporting infrastructure, product marketing network.
Keywords: Teaching Factory, Supporting Factors, Inhibiting Factors.
Pendahuluan pembelajaran di SMK berbasis
produksi yang mengacu kepada
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai
standard an prosedur yang berlaku di
salah satu dari penyelenggara
industri dan dilaksanakan dalam
pendidikan di Indonesia memiliki
suasana industri. pelaksanaan
tujuan untuk mempersiapkan peserta
Teaching Factory di SMK dapat
didik agar dapat bekerja sesuai bidang
menjembatani kesenjangan
keterampilannya. Pendidikan
kompetensi antara kebutuhan industri
Menengah Kejuruan dituntut
dan kompetensi yang dihasilkan oleh
membentuk siswa yang memiliki
sekolah. Orientasi Teaching Factory
kemampuan soft skill dan hard skill
diarahkan untuk meningkatkan
yang baik, meningkatkan
kualitas, yaitu keahlian dan
keterampilan peserta didik. Direktorat
kompetensi lulusan. Teaching
PSMK dalam buku Grand Design
Factory adalah kegiatan
pengembangan Teaching Factory di
pembelajaran siswa yang langsung
SMK (2016, h.54) menjelaskan
melakukan kegiatan produksi baik
bahwa pendidikan kejuruan memiliki
berupa barang atau jasa di dalam
misi memberikan bekal pengetahuan
lingkungan sekolah. Proses
dan keterampilan kepada peserta
penerapan Teaching Factory adalah
didik untuk memasuki lapangan kerja
dengan memadukan konsep bisnis
sekaligus mengahsilkan tenaga kerja
dan pendidikan kejuruan sesuai
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
dengan progam keahlian yang relevan
Usaha yang dapat dilakukan untuk
dengan harapan terciptanya
mencapai keberhasilan pembelajaran
keberhasilan pembelajaran di
di SMK salah satunya dengan
sekolah.
pelaksanaan pembelajaran berbasis
produksi atau jasa yaitu Teaching Keberhasilan Teaching Factory di
Factory. suatu sekolah dapat terlaksana jika
pelaksanaan Teaching Factory sesuai
Direktorat PSMK dalam buku Grand
dengan panduan pelaksanaan
Design pengembangan Teaching
Teaching Factory. Hidayat D. dalam
Factory di SMK ( 2016:2)
bukunya yang berjudul TF-6M (2015,
menjelaskan konsep Teaching
h. 19) menjelaskan bahwa
Factory merupakan suatu konsep
pelaksanaan pembelajaran Jenis Penelitian
menggunakan model 6 M atau enam
Penelitian ini merupakan penelitian
langkah efektif meningkatkan
kualitatif yang dilakukan dengan cara
kompetensi siswa baik kompetensi
mengumpulkan data, menyajikan
kognitif maupun kompetensi
informasi yang akurat dan obyektif
vokasional dalam mata pelajaran
tentang pelaksanaan Teaching
produktif, selain menggunakan model
Factory di SMK NU Banat Kudus.
pembelajaran enam langkah,
data informasi yang diperoleh
keberhasilan pelaksanaan Teaching
digunakan untuk mendeskripsikan
Factory juga ditentukan faktor
pelaksanaan Teaching Factory di
penghambat dan pendukung
SMK NU Banat Kudus.
pelaksanaan Teaching Factory.
Waktu dan Tempat Penelitian
Pembelajaran Teaching Factory
memerlukan persiapan yang matang Penelitian ini dilakukan di SMK NU

karena pendekatan pembelajaran ini Banat Kudus. Pelaksanaannya yaitu

tidak hanya sebatas pada proses pada bulan 23 November – 15

belajar tentang kegiatan produksi Desember 2020.

industri, akan tetapi penerapan Subjek Penelitian


budaya industri menjadi hal penting
Subjek penelitian ini adalah
dalam pendekatan pembelajaran
pengelola Teaching Factory yang
Teaching Factory. Uraian latar
meliputi: Kepala Sekolah SMK NU
belakang masalah diatas, mendorong
Banat Kudus, Ketua Program
peneliti untuk mendeskripsikan
Keahlian Tata Busana, Guru, Siswa
pelaksanaan Teaching Factory di
kelas XI TB.
Sekolah Menengah Kejuruan
Nahdlatul Ulama Banat Kudus yang Teknik Pengumpulan Data
dituangkan dalam judul “
1. Wawancara
Pelaksanaan Teaching Factory
Wawancara yang digunakan dalam
Pada Program Keahlian Tata
penelitian ini adalah wawancara
Busana di SMK NU Banat Kudus”.
terstruktur atau wawancara bebas
METODE PENELITIAN
terpimpin, yaitu wawancara dengan
membuat pedoman pertanyaan yang menyajikan data yang diperoleh
berisi pertanyaan-pertanyaan yang tersebut agar lebih bermakna dan
menghendaki jawaban yang luas mudah dipahami. Arikunto S.( 2010,
tentang pelaksanaan Teaching h. 300). Dalam penelitian ini analisis
Factory di Program Keahlian Tata data yang dilakukan tahap tahap-
Busana SMK NU Banat Kudus. tahap yaitu: pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan
2. Observasi
pnarikan kesimpulan.
Teknik pengumpulan data juga
1. Pengumpulan Data
dilakukan dengan Observasi adalah
pengamatan terhadap suatu objek Data yang digunakan peneliti adalah
yang diteliti baik secara langsung untuk mencatat semua data secara
maupun tidak langsung untuk obyektif dan apa adanya sesuai
memperoleh data yang harus dengan hasil pengamatan dilapangan
dikumpulkan dalam penelitian ( yang meliputi pengamatan, observasi,
Satori, 2015, h. 105). wawancara, dokumentasi, inventaris
data.
3. Dokumentasi
2. Reduksi Data
Dokumentasi merupakan salah satu
teknik pengmpulan data yang Proses pemilihan, penyususnan,
dikumpulkan dan dihimpun serta pemutusan, perhatian dan
dianalisis guna memberikan penyederhanaan, pengabstrakan dan
kemudahan bagi peneliti untuk menstranformasi data kasar yang
mencari pemecahan masalah muncul dari observasi, wawancara
sekaligus sebagai bukti bahwa dan dokumentasi.
penelitian ini benar dilakukan.
3. Penyajian Data
Teknik Analisis Data
Penyajian data ini dilakukan dengan
Analisis data dalam penelitian ini
cara mendeskripsikan data secara
dilakukan sejak awal sampai akhir
sistematis sesuai dengan tujuan
penelitian, dengan cara ini diharapkan
penelitian ini.
terdapat konsistensi analisis data
secara keseluruhan, untuk
4. Penarikan Kesimpulan dikorelasikan dengan kebutuhan
industri.
Kesimpulan yang terkait segera
diverifikasi dengan cara melihat dan 3. Siswa
mempertanyakan kembali dengan
Siswa yang terlibat dalam
melihat catatan dilapangan agar
pelaksanaan pembelajaran Teaching
memperoleh yang lebih tepat.
Factory merupakan seluruh siswa
HASIL PENELITIAN SMK NU Banat Kudus, karena
Teaching Factory merupakan
1. Pembentukan manajemen
pembelajaran yang ada di SMK NU
Sasaran yang inggin dicapai dalam Bnat kudus, sehingga harapannya
pelaksanaan Teaching Factory adalah seluruh produk hasil pembelajaran
siswa mampu menghasilkan produk dapat terjual.
atau jasa yang dibutuhkan masyarakat
4. Media Pembelajaran
sehingga dapat menghasilkan
keuntungan yang diperoleh dari Media pembelajaran yang dimaksud
produk atau jasa yang terjual. Tujuan merupakan media pengembangan
dan sasaran dari pelaksanaan kompetensi berupa produk yang akan
Teaching Factory kemudia dijadikan digunakan sebagai contoh dalam
dasar dalam menentukan tindakan pembuatan produk.
dengan menjalin kerjasama dengan
5. Penggunaan Perlengkapan dan
pihak industri, menjalin kerjasama
Peralatan
yang baik dengan perusahaan Djarum
Foundation yang merupakan salah Penggunaan perlengkpan dan

satu donatur resmi SMK NU Banat peralatan menunjukan daftar

Kudus selain dari dan BOS sekolah. peralatan, cara pemeliharaan,


pemanfaatan dan penggantian
2. Standar Kompetensi
peralatan. Secara berkala,
Standar kompetensi yang digunakan perlengkapan dan peralatan diperiksa
oleh SMK NU Banat Kudus dalam sesuai prosedur perawatan.
pelaksanaan Teaching Factory Pemeriksaan juga dialakukan
merupakan penerapan dari standar sebelum dan sesudah peralatan
kompetensi nasional yang kemudian digunakan oleh siswa. Alat-alat
produksi tersebut terlihat sudah produksi. Langkah ketiga pada proses
dimanfaatkan sesuai dengan produksi adalah menyatakan kesiapan
fungsinya. Peralatan yang mengalami mengerjakan pesanan dari konsumen
kerusakan saat pelaksanaan produksi dalam pelaksanaan Teaching Factory
segera mungkin diganti dan dilaksanakan oleh ketua jurusan atau
diperbaiki oleh teknisi sekolah guru. Langkah keempat dalam proses
sehingga tidak mengganggu proses produksi adalah proses pengerjaan
produksi yang sedang berjalan. pesanan , dalam hal ini guru berperan
sebagai konsultan atau asesor yang
6. Pengajar
memandu siswa dalam melaksanakan
Kriteria pengajar yang terlibat dalam kerja dengan memperhatikan SOP
pelaksanaan pembelajaran berbasis dan K3 dalam bekerja. Langkah
Teaching Factory dipilih kelima dalam proses produksi adalah
berdasarkan kualifikasi akademis, melakukan quality control, dalam
pengalaman industri dan komitmen. proses ini guru berperan sebagai
Sekolah juga memanfaatkan pengajar asesor atau konsultan yang memberi
dari luar untuk menunjang arahan dan menilai siswa dalam
keberhasilan pelaksanaan quality control. Produk yang telah
pembelajaran berbasis Teaching melewati proses quality control dan
Factory yakni dari organisasi dinyatakan layak jual, maka proses
designer IFC. selanjutnya adalah penyerahan

7. Produksi produk kepada konsumen dengan


menerapkan pelayanan prima.
Produksi diawali dengan adanya
proses permintaan produk dari 8. Pemasaran

konsumen. Langkah kedua pada Pemasaran produk meliputi promosi


proses produksi adalah menganalisis produk, distribusi dan penentuan
pesanan , dimana proses ini dilakukan harga produk. Promosi juga
dengan membaca gambar, dilakukan melalui brosur, website
menentukan bahan yang akan sekolah dan peliputan yang dilakukan
digunakan, menentukan alat potong, oleh media cetak maupun media
jenis mesin, menentukan rentang elektronik.
harga serta K3 dalam pelaksanaan
9. Evaluasi Pelaksanaan 1. Pembentukan Manajemen

Evaluasi dilakukan oleh guru dengan Struktur manajemen Teaching


melakukan penilaian keja pada setiap Factory di SMK NU Banat Kudus
bagian dalam pelaksanaan produksi. menggunakan struktur organisasi
Tolak ukur keberhasilan sekolah yang sudah ada yang
pembelajaran berbasis Teaching bertugas untuk merencanakan
Factory dilihat berdasarkan sasaran dan tujuan yang mencakup
pencapaian target, waktu segi usaha serta pendidikan,
penyelesaian produk, kepuasan kerjasama dengan industri.
konsumen dan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh
Rianaji Y. ( 2016, h. 66) pada
Faktor penghambat dan
skripsinya yang berjudul “
pendukung
Pelaksanaan Teaching Factory di
Faktor penghambat yaitu manajemen SMK N 2 Pengasih Kulon Progo”
Teaching Factory belum tersusun menunjukan bahwa hasil dari
secara mandiri sesuai dengan pelaksanaan Teaching Factory
panduan, sehingga dalam pembagian berupa produk/ jasa dibutuhkan
tugas masih kurang, manajemen aktu masyarakat serta dijadikan dasar
siswa, sekolah belum memiliki sarana dalam menentukan tindakan dengan
dan prasarana mesin print kain menjalin kerja sama dengan pihak
sehingga masih membutuhkan jasa industri.
orang luar dalam pembuatan kain.
2. Standar Kompetensi
Faktor pendukung SDM yang
berkompeten baik dari siswa maupun Teaching Factory di sekolah ini
pengajar, adanya sarana dan menggunakan standar kompetensi
prasarana yang mendukung dalam yang dibutuhkan oleh industri seperti
pelaksanaan proses produksi, sekolah sikap kerja, penguasaan pengetahuan
juga memiliki jaringan dalam dasar mendesain, membuat pola
memasarkan produk, sehingga hingga menjahit dan keterampilan
produk hasil pembelajaran dapat dalam bekerja. Kompetensi-
habis terjual. kompetensi yang dibutuhkan telah
Pembahasan disesuaikan dengan kualifikasi
lulusan dalam standar nasional. Siswa 5. Penggunaan Perlengkapan dan
dilibatkan dalam pelaksanaan Peralatan
Teaching Factory, karena
Pemanfaatan perlengkapan dan
pembelajaran yang di SMK NU Banat
peralatan juga telah sesuai dengan
Kudus ini berbasis Teaching Factory,
fungsinya masing-masing alat. Jika
sehingga semua siswa telah melalui
terjadi kerusakan alat produksi,
seleksi yang berdasarkan penguasaan
teknisi secara tanggap melakukan
kompetensi kejuruan, minat untuk
perbaikan atau penggantian. Teknisi
terlibat, serta bakat untuk
bertanggung jawab atas perlengkapan
mengembangkan kompetensinya.
dan peralatan sehingga
3. Siswa penggunaannya dapat terkontrol
dengan baik.
Siswa memiliki kualitas yang
seimbang antara penguasaan Penelitian yang dilakukan oleh
kompetensi, minat atau bakatnya Gunawan S. ( 2015) pada skripsinya
dalam pelaksanaan pembelajaran yang berjudul “ Pelaksanaann
Teaching Factory. Kuswantoro Teaching Factory dan Faktor-Faktor
(2014,h. 25) menyatakan bahwa penghambat dan pendukung
siswa dengan kualitas yang seimbang Teaching Factory di Program Studi
antara akademis dan minat atau bakat Keahlian Teknik Audio Video SMK
memperoleh kesempatan yang besar N 3 YOGYAKARTA” menunjukan
untuk masuk dalam Teaching bahwa hal yang perlu diperhatikan
Factory. dalam penggunaan perlengkapan dan
peralatan Teaching Factory antara
4. Media Pembelajaran
lain: 1) pemeliharaan perlengkapan
Kuswantoro (2014,h. 25) dan peralatan, 2) pemanfaatan
menjelaskan dalam bukunya bahwa peralatan, 3) penggantian
media pembelajaran Teaching perlengkapan dan peralatan.
Factory merupakan media
6. Pengajar
pengembangan kompetensi yang
berupa produk. Pengajar yang tergabung dalam
pelaksanaan Teaching Factory telah
memiliki kualifikasi akademis dan
pengalaman di industri. Kedua hal produksi adalah proses pengerjaan
tersebut dibutuhkan agar pengetahuan pesanan , dalam hal ini guru berperan
dasar dapat dilaksanakan dan sebagai konsultan atau asesor yang
dihubungkan dengan kondisi kerja di memandu siswa dalam melaksanakan
industri. Kuswantoro (2014, h. 26) kerja dengan memperhatikan SOP
mengatakan bahwa pengajar adalah dan K3 dalam bekerja. Langkah
mereka yang memiliki kualifikasi kelima dalam proses produksi adalah
akademis dan pengalaman dii melakukan quality control, dalam
industri. proses ini guru berperan sebagai
asesor atau konsultan yang memberi
7. Proses Produksi
arahan dan menilai siswa dalam
Produksi diawali dengan adanya quality control. Produk yang telah
proses permintaan produk dari melewati proses quality control dan
konsumen. Permintaan produk dinyatakan layak jual, maka proses
dimulai dari pihak siswa sendiri yang selanjutnya adalah penyerahan
mencari pesanan atau pesanan dari produk kepada konsumen dengan
sekolah yang telah bekerjasama menerapkan pelayanan prima.
dengan mitra yang ingin
8. Pemasaran Produk
menggunakan jasa dari SMK NU
Banat Kudus. Langkah kedua pada Proses selanjutnya adalah pemasaran
proses produksi adalah menganalisis produk. Produk yang telah selesai
pesanan , dimana proses ini dilakukan segera diinformasikan dan
dengan membaca gambar, didistribusikan ke konsumen dengan
menentukan bahan yang akan pelayanan yang baik. Pemasaran yang
digunakan, menentukan alat potong, dilakukan dengan beberapa strategi
jenis mesin, menentukan rentang seperti yang telah dijelaskan oleh
harga serta K3 dalam pelaksanaan Gunawan S. dalam Skripsinya (
produksi. Langkah ketiga pada proses 2015). Strategi tersebut meliputi
produksi adalah menyatakan kesiapan melakukan promosi, distribusi dan
mengerjakan pesanan dari konsumen menetapkan harga yang dapat
dalam pelaksanaan Teaching Factory diterima oleh konsumen.
dilaksanakan oleh ketua jurusan atau
9. Evaluasi Pelaksanaan
guru. Langkah keempat dalam proses
Teaching Factory yang telah Pelaksanaan Teaching
terlaksana akan dievaluasi secara per Factory pada Program Keahlian
bagian dan secara keseluruhan. Tata Busana di SMK NU Banat
Beberapa hal yang menjadi tolak ukur Kudus menunjukan pelaksanaan
keberhasilan dalam pelaksanaan yang diawali dari pembentukan
Teaching Factory di sekolah adalah manajemen Teaching Factory,
pencapaian target, waktu melaksanakan standar
penyelesaian dan kepuasan kompetensi sesuai kebutuhan
konsumen. industri. Siswa yang terlibat
dalam pelaksanaan Teaching
Faktor penghambat dan
Factory merupakan seluruh
pendukung
siswa yang ada di SMK NU
Faktor penghambat yaitu manajemen Banat Kudus yang menggunakan
Teaching Factory belum tersusun media pembelajaran langsung
secara mandiri sesuai dengan berupa sampel produk yang akan
panduan, sehingga dalam pembagian diproduksi. Proses produksi
tugas masih kurang, manajemen aktu dijalankan sesuai dengan
siswa, sekolah belum memiliki sarana prosedur kerja yang diterapkan
dan prasarana mesin print kain mulai dari penerimaan pesanan
sehingga masih membutuhkan jasa hingga proses pendistribusian
orang luar dalam pembuatan kain. produk. Proses pemasaran
Faktor pendukung SDM yang dilakukan dengan media sosial,
berkompeten baik dari siswa maupun website resmi sekolah dll.
pengajar, adanya sarana dan Evaluasi dilaksanakan dengan
prasarana yang mendukung dalam melihat perkembangan dan
pelaksanaan proses produksi, sekolah pencapaian siswa melalui hasil
juga memiliki jaringan dalam nilai raport serta faktor
memasarkan produk, sehingga penghambat dan faktor
produk hasil pembelajaran dapat pendukung yang dijadikan tolak
habis terjual. ukur keberhasilan pelaksanaan

PENUTUP pembelajaran Teachig Factory di

Simpulan SMK NU Banat Kudus.


Saran [4]. Dalyono. (2015). Psikologi
Pendidikan. Jakarta : RinekaCipta.
1. Sekolah hendaknya menambah tenaga
kerja dalam proses pelaksanaan [5]. Direktorat Pembinaan SMK, (2016).
Teaching Factory, sehingga dalam [6]. Grand Design

pembagian tugas dan wewenang akan [7]. Pengembangan Teaching Factory


dan Technopark di SMK . (2016).
terkoordinirdengan baik. Jakarta pusat.
2. Sekolah hendaknya membuat rencana [8]. Direktorat Pembinaan SMK, (2017).
pengembangan TeachingFactory dengan Panduan Teknis Teaching Factory
. Jakarta:
target dan indikator yang jelas sehingga International Zusammenarbeit (GIZ)
dapat dijadikan pedoman untuk .
pengembangan berkelanjutan. [9]. Direktorat pembinaan SMK, K.
(2017). Panduan Teknis
3. Sekolah hendaknya mengadakan Teaching Factory . Jakarta:
evaluasi secara rutin sehingga dapat International Zusammenarbeit (GIZ)
.
mengevaluasi kegiatan yang dilakukan
[10]. Direktorat Pembinaan SMK. (2017).
serta mengatasi permasalahan yang
Pedoman Pembelajaran ( Penerapan
ditemui selama proses pelaksanaan Model-model Pembelajaran pada
SMK) . Jakarta Pusat .
Teaching Factory selain dari nilai raport
[11]. Direktorat PSMK. (2017). Tatakelola
siswa.
Pelaksanaan Teaching
Factory . Jakarta Pusat .
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Arikunto, S. (2010). Posedur [12]. Fajaryati, N. (2012). Evaluasi
Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta. Pelaksanaan Teaching
Factory SMK di Surakarta . Jurnal
[2]. Chatarina, A. R. (2016). Psikologi pendidikan vokasi, vol 2, nomor 3,
Pendidikan. Semarang: UNNES 325-330.
Press.
[13]. Fitriani, M. (2018). Hubungan
[3]. Chryssolouris. (2016). The Teaching kompetensi menjahit siswa dengan
Factory A Manufacturing Education kepuasan konsumen pada
Paradigm . CIRP CMS, 44-48. pembelajaran Teaching Factory kelas
XI Tata Busana wirausaha di SMK
buduran sidoarjo. e-Journal. Vol. 07
No. 01, 7-11.
[14]. Fitrihana, N. (2017). Model bisnis
kanvas untuk
[15]. mengembangkan Teaching Factory di
SMK tata busanaguna mendukung
[16]. tumbuhnya industri kreatif. Jurnal
taman vokasi, Vol. 5 No. 2, 212-216.
[17]. Fitrihana, N. (2018). rancangan
pembelajaran Teaching
Factory di SMK Tata Busana. Home
economics journal. vol. 2 No. 2, 56-
64.
[18]. Gunawan, S. (2015). Pelaksanaan
Teaching Factory dan Faktor
Penghambat serta Pendukung
Teaching
Factory di Program Keahlian Teknik
AudioVideo SMK N 3 Yogyakarta
[19]. . Skripsi , 7.
[20]. Kuswantoro, A. (2014). Teaching
Fctory. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[21]. Moleong, L. J. (2016). Metodeologi
Penelitian Kualitatif . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya .
[22]. Sugiyono. (2012). Memahami
Penelitian Kualitatif . Bandung :
alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai