WHITE PAPER
WHITE PAPER
Dewan Redaksi
Penanggung Jawab
Direktur SMK, Dr. Ir. M. Bakrun, M.M
Ketua Redaksi
Arie Wibowo Khurniawan, S.Si, M.Ak.
Redaksi Pelaksana
Chrismi Widjajanti
Arfah Laidiah Razik
Meidhi Alkibzi
Farid Prasetyo Adi
Muhammad Abdul Majid
Ahmad Rofiuddin Syafaa
Editor
Gustriza Erda, S.Si, M.Si.
Mukhlas Rivai, S.Si, M.Si.
Online Redaksi
Muhammad Herdyka
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai kedisiplinan melalui implementasi model pembelajaran teaching
factory di SMK Metland. Teaching factory adalah konsep pembelajaran berbasis industri melalui sinergi sekolah dengan
industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar. Kajian ini merupakan penelitian
tindakan kelas menggunakan desain Kemmis & Taggart. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
observasi dan tes. Hasil Kajian menunjukkan terdapat peningkatan nilai kedisiplinan dan hasil belajar siswa. Terbukti dari
hasil observasi dan analisis data pada setiap siklusnya. Peningkatan keterampilan sosial siswa dapat dilihat dari
peningkatan persentase nilai kedisiplinan yang meningkat 10% dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa
dapat dilihat dari peningkatan ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 70% menjadi 85% pada siklus II. Berdasarkan
hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran teaching factory dapat meningkatkan nilai
kedisiplinan dan hasil belajar pada siswa tataboga kelas XI SMK Metland.
Kata Kunci: kedisiplinan, teaching factory, hasil belajar
Abstract
This study aims to determine how to improve the value of discipline through the implementation of the teaching factory
learning model at SMK Metland. Teaching factory is an industry-based learning concept through school synergy with industry
to produce competent graduates according to market the needs. This research is a classroom action research using Kemmis
& Taggart's design. The data collection technique is done by using observation and tests. The results showed that there was
an increase in the value of student disciplinary and the learning outcomes. It is proven from the results of observations and
data analysis in each cycle. The increase in student disciplinary can be seen from the development in the percentage of
discipline scores by 10% from cycle I to cycle II. The increase in student learning outcomes can be seen from additional in
completeness of learning outcomes in cycle I by 70% to 85% in cycle II. Based on the results of this study it can be concluded
that the application of the teaching factory learning model can improve the value of discipline and learning outcomes of
students in class XI of Metland vocational school.
lulusan yang kompeten tidak hanya link and match kebutuhan dunia industri. Teaching factory
namun juga Plug and Play maka dikembangkan membekali siswa tidak hanya dari sisi kompetensi
pembelajaran Teaching Factory. (competency based training) namun juga dari segi
kemampuan produksi barang dan jasa (production
Teaching factory merupakan suatu gabungan
based training). Teaching Factory mampu
dari pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi
mengantarkan siswa mencapai tahap kompeten
dan pembelajaran berbasis produksi (Fajaryati,
atau tahap dimana siswa pantas untuk diberikan
2012). Teaching factory mengintegrasikan aplikasi
kewenangan karena telah mampu melaksanakan
berorientasi pelatihan dengan pendekatan
tugas secara mandiri dengan prosedur yang
pemecahan masalah melaui proses praktik
berstandar dunia usaha dan dunia industri.
(Siswandi, 2015). Lebih lanjut teaching factory
adalah konsep pembelajaran berbasis industri Teaching factory meningkatkan dan
(produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dengan memperkuat nilai kedisiplinan siswa yang
industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dibutuhkan di industri. implementasi Teaching
sesuai dengan kebutuhan pasar (Direktorat Factory harus melibatkan tiga disiplin industri,
Pembinaan SMK, 2016). Penyelenggaraannya diantaranya (1) Disiplin waktu; memproduksi barang
memadukan hubungan antara belajar dan bekerja, atau jasa dengan waktu yang dijanjikan
tidak lagi memisahkan antara tempat penyampaian atau yang ditargetkan, (2) Disiplin mutu/kualitas;
teori dan praktik (Direktorat Pembinaan SMK, 2017). memproduksi barang atau jasa dengan kualitas
yang dijanjikan, presisi dan tepat komposisi, (3)
Teaching factory mampu menjembatani
Disiplin prosedur; mengikuti prosedur yang wajib
kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang
dilalui, karena melewatkan salah satu prosedur
diberikan sekolah dan kebutuhan industri
dapat berakibat buruk terhadap hasil produksi atau
(Kuswantoro, 2014). Hal ini mendorong terjadinya
kondisi mesin/peralatan.
perbaikan secara terus menerus (continuous
improvement) dalam hal teknologi (technology Penanaman nilai-nilai kedisiplinan merupakan
transfer), kurikulum dan budaya industri sehingga bagian dari latihan untuk mengendalikan diri,
berdampak terhadap lulusan yang kompeten dan karakter, atau keadaan yang tertib dan efisien
memiliki kemampuan yang sesuai dengan yang (Wiyani, 2013). Terkait dengan hal tersebut kiranya
disyaratkan oleh industri, yaitu sadar akan kualitas perlu dikaji tentang bagaimana efektivitas dan
dan efisiensi sebagaimana yang selalu diterapkan penerapan model pembelajaran teaching factory
dalam kegiatan industri. untuk meningkatkan nilai kedisiplinan di SMK
Metland.
Terdapat tiga faktor dalam konsep teaching
factory, diantaranya (1) pembelajaran yang biasa Berdasarkan pada paparan latar belakang
saja tidak cukup; (2) keuntungan siswa diperoleh masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
dari pengalaman praktik secara langsung; dan (3) kajian ini adalah (1) apakah penerapan model
pengalaman, pembelajaran berbasis team yang pembelajaran teaching factory dapat meningkatkan
melibatkan siswa, staf pengajar dan partisipasi nilai kedisiplinan di SMK Metland?; (2) apakah
industri memperkaya proses pendidikan dan penerapan model pembelajaran teaching factory
memberikan manfaat yang nyata bagi semua pihak dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI di
(Lamancusa, dkk, 2008). SMK Metland? selanjutnya tujuan penelitian
tindakan kelas ini untuk meningkatkan nilai disiplin
Konsep Teaching Factory ini mampu
dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
menjembatani kesenjangan kompetensi antara
pembelajaran teaching factory di SMK Metland.
kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah.
Hasil belajar menjadi penting mengingat hasil
Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktik
belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh
produktif merupakan konsep metode pendidikan
siswa setelah mengalami proses pembelajaran
yang berorientasi pada manajemen pengelolaan
(Anni, 2004).
siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan
3
WHITE PAPER
HASIL DAN PEMBAHASAN keseluruhan pada disiplin waktu adalah 68,5 dengan
kategori cukup.
Kegiatan pembelajaran dibuka dengan guru
mengucapkan salam, mengecek kehadiran Pada nilai kedisiplinan mutu/kualitas, rata-rata
dilanjutkan dengan memberi penjelasan tentang aspek teliti dalam menganalisis order adalah 70,
model pembelajaran teaching factory. teliti dalam mengerjakan order adalah 72, Selalu
melakukan pengecekan produk (quality control)
Dilakukan enam langkah model teaching
sebelum menyerahkan order adalah 69, dan
factory, diantaranya:
diperoleh rata-rata keseluruhan pada disiplin
1. Menerima pemberi order mutu/kualitas adalah 70,3 dengan kategori baik.
2. Menganalisis order.
Sedangkan nilai kedisplinan prosedur, nilai
3. Menyatakan kesiapan mengerjakan order.
rata-ratanya ditinjau dari aspek melakukan ke 6
4. Mengerjakan order.
prosedur adalah 72, aspek melakukan prosedur
5. Melakukan quality control.
sesuai urutan adalah 67, aspek melakukan
6. Menyerahkan order
pengerjaan produk sesuai prosedur adalah 70, dan
Tiap tim beranggota 5 siswa. Guru diperoleh rata-rata keseluruhan pada disiplin
membagikan lembar kerja sebagai bahan diskusi prosedur adalah 69,7 dengan kategori cukup.
dilanjutkan dengan presentasi tiap tim dan
Hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh dari
membuat kesimpulan. Pembelajaran dilanjutkan
tes yang dilakukan pada akhir siklus. Berdasarkan
mengerjakan kuis secara individu. Nilai kuis
data hasil belajar siklus I maka dapat direkap hasil
selanjutnya dikonfersi menjadi skor.
belajar sebagai berikut.
Siklus I Tabel 3. Rekapitulasi Tes Hasil Belajar Siklus I
Selama pembelajaran berlangsung dilakukan No Kategori Hasil
pengamatan terhadap nilai kedisiplinan siswa 1 Nilai rata-rata 71,8
menggunakan lembar observasi. Hasl observasi
disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut. 2 Jumlah siswa yang tuntas 18
3 % ketuntasan klasikal 60
Sumber: Data hasil kajian yang diolah
34% 33%
Disiplin Waktu
Disiplin Mutu Berdasarkan rekapitulasi nilai tes hasil belajar
Disiplin Prosedur pada siklus I, diperoleh rata-rata tes hasil belajar
adalah 71,8 dan jumlah siswa yang tuntas belajar
33%
atau memperoleh nilai tes ≥72 sebanyak 18 siswa
Gambar 1. Grafik Observasi Nilai Disiplin Siklus I yang berarti ketuntasan klasikal baru mencapai
60%. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan
Berdasarkan gambar di atas maka diperoleh dalam persentase ketuntasan klasikal jika
penjelasan bahwa dari 33% siswa mempunyai nilai dibandingkan dengan nilai PAS dengan ketuntasan
disiplin waktu, 33% siswa mempunyai nilai disiplin klasikal yang hanya sebesar 32%. Namun demikian
mutu, dan 34% siswa mempunyai nilai disiplin peningkatan hasil belajar pada siklus I belum
prosedur. Dijabarkan lebih lanjut, dari jumlah 30 mencapai target dalam kajian yaitu ketuntasan
siswa, yang memiliki dengan nilai kedisiplinan klasikal sebesar 80% .
waktu, rata-rata pada aspek Tepat waktu dalam Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
menerima order adalah 71, Tepat dalam observasi dan tes hasil belajar, maka kajian perlu
menganalisis order 68, Tepat waktu dalam dilanjutkan pada siklus II. Hasil refleksi siklus I dan
mengerjakan order adalah 67, Tepat waktu dalam rencana tindakan siklus II adalah sebagai berikut.
menyerahkan order, dan diperoleh rata-rata
5
WHITE PAPER
Berdasarkan rekapitulasi nilai tes hasil belajar peningkatan dalam nilai kedisiplinan dan hasil
pada siklus II diketahui bahwa nilai rata-rata tes belajar siswa. Peningkatan nilai kedisiplinan dan
hasil belajar adalah 84,25 dan jumlah siswa yang hasil belajar telah mencapai indikator keberhasilan,
tuntas belajar atau memperoleh nilai tes ≥72 maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan dan
sebanyak 24 siswa yang berarti ketuntasan klasikal dinyatakan selesai pada siklus II.
baru mencapai 80%. Hasil ini menunjukkan adanya 25
peningkatan dalam persentase ketuntasan klasikal 24
20
jika dibandingkan hasil belajar pada siklus I.
15 18 Siklus I
Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar
10 Siklus II
pada siklus II mencapai 80%. Terdapat kenaikan
sebesar 20% dari ketuntasan klasikal hasil belajar 5
siklus I. Hal ini berarti pada siklus II sudah mencapai 0
persentase ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu Ketuntasan
80%. Dengan demikian, hasil belajar siswa Gambar 3. Grafik Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar
Siklus I dan II
dinyatakan tuntas.
PUSTAKA ACUAN
Anni, Catharina Tri. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press, 2004).
Badan Pusat Statistik. (2020). Februari 2020: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1672/februari-2020--tingkat-pengangguran-terbuka--
tpt--sebesar-4-99-persen.html. (Diakses pada tanggal 20 Nov 2020).
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2016). Grand Design Pengembangan Teaching Factory dan
Technopark di SMK. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. (2017). Tata Kelola Pelaksanaan Teaching Factory. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Fajaryati, N. (2012). Evaluasi Pelaksanaan Teaching Factory SMK di Surakarta. Jurnal Pendidikan Vokasi. 2 (3).
Hlm 325-337.
Kemmis & Taggart. (1988). The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press
Khurniawan, Arie Wibowo. 2020. Mencermati Kembali, Anomali Angka Pengangguran SMK di Indonesia.
http://ariewibowo.id/mencermati-kembali-anomali-angka-pengangguran-smk-di-indonesia/. (diakses 26
Nov 2020)
Kuswantoro, Agung. (2014). Teaching Factory: Rencana dan Nilai Entrepreneurship. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lamancusa, J.S., Zayas, J.L., Soyster, A., Morel, L.J.S., & Jorgensen. (2008). The Learning Factory: Industry-
Partnered Active Learning. Journal of Engineering Education.
Setiawan, Agung. (2013). Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit
Umum Daerah Kanjuruan Malang. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol 1, No 4.
Siswandi, Galfri & Sukoco. 2015. Pengembangan Model Teaching factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya
Palangka Raya. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4.
Wiyani, Novan Ardy. (2013). Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasinya untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif.
Jakarta: Ar-Ruzz media.