Anda di halaman 1dari 41

HALAMAN JUDUL

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


BIDANG KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI

DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA


SENSOR DAN TRANDUSER

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


SMK NEGERI 5 BANJARMASIN
HALAMAN FRANCIS

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


BIDANG KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI

DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA


SENSOR DAN TRANDUSER

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


SMK NEGERI 5 BANJARMASIN
KATA PENGANTAR

Modul DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA Sub SENSOR DAN


TRANDUSER digunakan sebagai panduan kegiatan belajar untuk membentuk
salah satu kompetensi, yaitu kompetensi Perancang Rangkaian Elek pada Bidang
Keahlian Teknik Elektronika Program Keahlian Teknik Elektronika Industri

Modul ini terdiri atas 2 Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas


tentang definisi, jenis sensor dan tranduser, serta Kegiatan Belajar 2 membahas
tentang penentuan kondisi operasi sensor.

Banjarmasin, 06 Oktober 2018

Penyusun,

Tim ELKATAMA
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................1


HALAMAN FRANCIS ..................................................................................................2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................3
DAFTAR ISI ...................................................................................................................4
GLOSARIUM .................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................7
A. Deskripsi Judul .......................................................................................7
B. Prasyarat ..................................................................................................7
C. Petunjuk Penggunaan Modul .............................................................7
1. Petunjuk bagi Peserta Diklat .......................................................7
2. Petunjuk bagi Guru ........................................................................8
D. Tujuan Akhir ............................................................................................8
BAB II PEMBELAJARAN .........................................................................................11
A. Rencana Belajar Peserta Diklat .......................................................11
B. Kegiatan Belajar I ................................................................................12
1. Kompetensi Dasar .......................................................................12
2. Indicator Pencapaian Kompetensi ...........................................12
3. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ................................................12
4. Uraian Materi Sensor dan Tranduser .....................................13
5. Rangkuman....................................................................................20
6. Tugas ...............................................................................................21
7. Tes Formatif ...................................................................................23
8. Kunci Jawaban Formatif .............................................................23
9. Lembar Kerja .................................................................................25
C. Kegiatan Belajar II ...............................................................................26
1. Kompetensi Dasar .......................................................................26
2. Indicator Pencapaian Kompetensi ...........................................26
3. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ................................................27
4. Uraian materi sensor dan tranduser .......................................27
5. Rangkuman....................................................................................34
6. Tugas ...............................................................................................34
7. Tes formatif ....................................................................................35
8. Kunci jawaban formatif ...............................................................35
9. Lembar kerja ..................................................................................35
III. LEMBAR EVALUASI ...........................................................................................36
A. Pertanyaan ............................................................................................36
B. Kunci Jawaban Lembar Evaluasi ....................................................36
C. Kriteria Kelulusan .................................................................................37
1. Kognitif Skill ...................................................................................38
2. Psikomotor Skill ............................................................................38
3. Attitude Skill ...................................................................................39
D. Batasan Waktu Yang Telah Ditetapkan ........................................39
BAB IV PENUTUP......................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................41
GLOSARIUM
BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi Judul
Dasar Listrik dan Elektronika sub sensor dan tranduser
merupakan modul yang memiliki ruang lingkup meliputi berbagai
komponen sensor dan komponen tranduser serta penjelasan prinsip
kerjanya dan contoh-contoh bentuk dari sensor dan tranduser.
Dalam modul ini terdapat 2 (dua) Kegiatan Belajar yang masing-
masing memberikan kompetensi di bidang Dasar Listrik dan elektronika
sub sensor dan tranduser.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat dapat
mengetahui dan menerapkan macam-macam sensor dan transducer
berbagai macam sensor dan tranduser dengan baik.
B. Prasyarat
Untuk mempelajari modul Dasar Listrik dan Elektronika Sub sensor
dan tranduser memerlukan kemampuan awal yang harus dimiliki
peserta diklat, yaitu:
1. Peserta diklat telah mengetahui dan menguasai komponen
elektronika.
2. Peserta diklat telah mengetahui dan menguasai alat ukur elektronik.
3. Peserta diklat telah memahami gambar rangkaian elektronika.
4. Peserta diklat telah mengenal berbagai alat ukur seperti multimeter,
dan mengoperasikan osciloscope.

C. Petunjuk Penggunaan Modul


1. Petunjuk bagi Peserta Diklat
Langkah-langkah dalam mempelajari modul ini:
a. Persiapkan dan periksalah kondisi alat dan bahan yang akan
digunakan dalam setiap kegiatan belajar!
b. Bacalah lembar informasi pada setiap kegiatan belajar
dengan seksama sebelum mengerjakan lembar kerja yang
ada dalam modul!
c. Lakukan langkah kerja sesuai dengan urutan yang telah
ditentukan!
d. Konsultasikan rangkaian yang akan diuji kepada instruktur
sebelum dihubungkan ke sumber tegangan!
e. Mengerjakan soal-soal baik yang ada dalam lembar latihan
pada setiap kegiatan belajar!
2. Petunjuk bagi Guru
a. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar
b. Membimbing siswa melalui tugas-tugas pelatihan yang
dijelaskan dalam tahap belajar
c. Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik baru, dan
menjawab pertanyaan siswa mengenai proses belajar siswa
d. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber
tambahan lain yang diperlukan untuk belajar
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan
f. Merencanakan seorang ahli/pendamping guru dari tempat
kerja untuk membantu jika diperlukan

D. Tujuan Akhir

Setelah menyelesaikan modul ini, diharapkan peserta diklat dapat


mempergunakan sensor dan tranduser sesuai dengan jenis dan
fungsinya.
E. Kompetensi
Modul ini merupakan kompetensi dasar listrik dan elektronika sub memahami
macam-macam sensor dan transducer Jenis- yang menjadi salah satu unsur untuk
membentuk kompetensi perancang rangkaian elektronika. Uraian subkompetensi
ini dijabarkan seperti di bawah ini.

Kompetensi Kriteria Lingkup Materi Pokok Pembelajaran


Dasar Unjuk Kerja Belajar Sikap Pengetahuan Ketrampilan

3.19
Memahami  Sensor dan  Pengetah  Sikap  Sensor dan  Pengujian sensor
macam-macam tranduser uan social tranduser elektronik, optik,
sensor dan dapat sensor dan mekanik
transducer dipergunakan dan spiritual  Pengujian
sesuai jenis transduser tranduser

4.19 dan fungsinya

Menerapkan
macam-macam
sensor dan
transducer
F. Cek Kemampuan
Sebelum mempelajari modul ini, isilah cek list () kemampuan yang telah peserta
diklat miliki dengan sikap jujur dan dapat dipertanggungjawabkan :

Sub Pertanyaan Keterangan


Kompetensi
3.19 1. Sebutkan klasifikasi sensor?
Memahami 2. Sebutkan macam-macam sensor ?
macam- 3. Apa yang dimaksud sensor RTD?
macam sensor 4. Apa yang anda ketahui tentang proximity
dan transducer sensor
5. Menggunakan apa untuk medeteksi
4.19 temperature yang diatas 100 derajat?
Menerapkan 6. Jelaskan apa yang dimaksud sensor PT
macam- 100?
macam sensor 7. Rancanglah rangkaian sederhana
dan transducer dengan menggunakan sensor yang anda
ketahui?
BAB II PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Diklat


Kompetensi : Dasar Listrik dan Elektronika
Sub Kompetensi : Menguasai Jenis-Jenis Sensor dan Tranduser

Tanda
Tempat Alasan
Tanggal Waktu Tangan
Jenis Kegiatan Belajar Perubahan
Guru

Kegiatan

Belajar 1 :

Menjelaskan
definisi, jenis dan
fungsi sensor dan
tranduser

Kegiatan

Belajar 2 :

Menentukan
kondisi sensor
B. Kegiatan Belajar I
1. Kompetensi Dasar
3.19 Memahami macam-macam sensor dan transducer
4.19 Menerapkan macam-macam sensor dan transducer

2. Indicator Pencapaian Kompetensi


3.19.1. Menjelaskan definisi sensor dan tranduser.
3.19.2. Menunjukkan jenis dan symbol dari macam-macam Sensor.
3.19.3. Menjelaskan fungsi macam-macam sensor.
3.19.4. Mengartikan konsep cara kerja macam macam sensor.
3.19.5. Menentukan kondisi operasi berbagai sensor.
3.19.6. Membangun rangkaian aplikasi sederhana yang menggunakan
sensor.

4.19.1. Mengidentifikasikan simbol berbagai macam sensor.


4.19.2. Menunjukkan berbagai macam sensor berdasarkan fungsi dan
klasifikasi.
4.19.3. Melakukan pemeriksaan kondisi operasi berbagai macam sensor
pendeteksi posisi. kecepatan sudut, proximity, beban dan tekanan
mekanik, suhu, level dan aliran.
4.19.4. Merancang rangkaian aplikasi sederhana menggunakan berbagai
macam sensor.

3. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah peserta didik
terampil dengan:
a. Melalui aktivitas tanya jawab peserta didik dapat menjelaskan definisi
sensor dan tranduser dengan tepat dan cermat
b. Melalui aktivitas ceramah interaktif peserta didik dapat mengidentifikasi
berbagai jenis sensor dengan tepat dan cermat
c. Melalui diskusi kelompok peserta didik mampu menunjukkan symbol
berbagai jenis berdasar fungsi dan klasifikasi dengan tepat
4. Uraian Materi Sensor dan Tranduser
a. Pengertian Sensor dan tranduser
Sensor, transduser dan Aktuator merupakan elemen sistem otomasi
pada level 1, yaitu level paling bawah dari sistem otomasi. Sama seperti sistem
tubuh manusia, dimana manusia mempnyai panca indra atau lima sistem indra,
yaitu indra perasa, indra penglihatan, indra pendengaran, indra peraba, indra
penciuman, maka fungsi dari sensor & transduser pada sistem otomasi meng
indra besaran fisis yang penting untuk suatu proses atau sering disebut sebagai
parameter proses. Parameter proses itu bisa berupa, tekanan, aliran, level,
temperatur, berat, berat jenis, sebutkan semua besaran / parameter fisika
adalah potensial merupakan parameter yang penting dalam proses
manufakturing atau proses produksi. Besaran fisis ini di indra dan diolah oleh
level ke 2 dari hirarki sistem otomasi, yaitu sistem Sensor Dan Aktuator / sistem
pengendali. Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan
besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk
memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, sistem pengontrolan,
maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu
sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer.
Sensor adalah sesuatu yang digunakan untuk mendeteksi adanya
perubahan lingkungan fisik atau kimia. Variabel keluaran dari sensor yang
diubah menjadi besaran listrik disebut Transduser. Pada saat ini, sensor
tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil dengan orde nanometer.
Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat
energi.
Sebelum memahami dan menerapkan penggunaan sensor secara rinci
maka perlu mempelajari sifat-sifat dan klasifikasi dari sensor secara umum.
Sensor adalah komponen listrik atau elektronik, dimana sifat atau karakter
kelistrikannya diperoleh atau diambil melalui besaran listrik (contoh: arus listrik,
tegangan listrik atau juga bisa diperoleh dari besaran bukan listrik, contoh:
gaya, tekanan yang mempunyai besaran bersifat mekanis, atau suhu bersifat
besaran thermis, dan bisa juga besaran bersifat kimia, bahkan mungkin bersifat
besaran optis).
Sistem kendali / sistem Sensor Dan Aktuator (level 2 hirarki sistem
otomasi) setelah memproses masukan (input) dari sensor transduser,
memberikan keluaran (output) biasanya berupa sinyal penggerak pada
Actuator (penggerak).
Sensor adalah alat untuk mendeteksi / mengukur suatu besaran fisis
berupa variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia dengan diubah
menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor itu sendiri terdiri dari transduser
dengan atau tanpa penguat/pengolah sinyal yang terbentuk dalam satu sistem
pengindera.
Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan
kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian
akan diolah oleh kontroller sebagai otaknya. Sensor merupakan transducer
yang digunakan untuk mendeteksi kondisi suatu proses. Yang dimaksud
transducer yaitu perangkat keras untuk mengubah informasi suatu bentuk
energi ke informasi bentuk energi yang lain secara proporsional. Contoh sensor
untuk mengukur level BBM dalam tangki mobil, besaran level/ posisi di
konversikan ke sinyal transducer yang ada pada dashboard mobil menjadi
besaran tahanan kemudian diubah ke besaran listrik untuk ditampilkan D
Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi
untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan
suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi,
energi mekanik dan sebagainya Contoh; Mata adalah sensor penglihatan,
telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai sensor peraba pada tubuh
manusia, sedangkan thermistor adalah sensor panas, LDR (light dependent
resistance) sebagai sensor cahaya, pada sistem otomasi. Transduser adalah
alat yang mengubah suatu energi dari satu bentuk ke bentuk lain, yang
merupakan elemen penting dalam sistem pengendali. Secara umum
transduser dibedakan atas dua prinsip kerja yaitu: pertama, Transduser Input
dapat dikatakan bahwa transduser ini akan mengubah energi non-listrik
menjadi energi listrik. Kedua, Transduser Output adalah kebalikannya,
mengubah energi listrik ke bentuk energi non-listrik. William D.C, (1993),
mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu
energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut
dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi
berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic
(radiasi) atau thermal (panas). Contoh; generator adalah transduser yang
merubah energi mekanik menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang
merubah energi listrik menjadi energy mekanik, dan sebagainya.
b. Peryaratan Umum Sensor dan Transduser
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai
dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum
sensor berikut ini: (D Sharon, dkk, 1982)
1) Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang
berubah secara kontinyu sebagai tanggapan (response) terhadap
masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor
panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang
dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara
tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya
berupa sebuah grafik. Gambar 1.1 memperlihatkan hubungan dari dua
buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar 1.1 (a).
memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 1.1(b). adalah
tanggapan non-linier.

2) Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor
terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan
dengan bilangan yang menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan
unit perubahan masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki
kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti
perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan
satu volt ada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki
kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali
dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi
sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka
sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran kese
luruhan. Sensor dengan tanggapan paga gambar 1.1(b) akan lebih peka
pada temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah.

3) Tanggapan Waktu (time response)


Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat
tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh,
instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah
termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya
adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit
demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar
1.2(a). Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan
dalam satuan hertz (Hz). {1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz
berarti 1000 siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat
temperatur berubah secara lambat, termometer akan mengikuti
perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi apabila perubahan
temperatur sangat cepat lihat gambar 1.2(b) maka tidak diharapkan
akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia
bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata
Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi
sebuah sensor. misalnya “satu milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan
frekuensi dapat pula dinyatakan dengan “decibel (db)”, yaitu untuk
membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu dengan daya
keluaran pada frekuensi referensi.

c. Jenis Sensor dan Transduser


Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai
kemajuan teknologi otomasi, semakin komplek suatu sistem otomasi
dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan. Robotik
adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini
sensor yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu:
(D Sharon dkk, 1982)
1) Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.
Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan,
dan akselerasi berbagai sambungan mekanik pada robot, dan
merupakan bagian dari mekanisme servo.
2) External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.
Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:
a) Untuk keamanan dan
b) Untuk penuntun.

d. Klasifikasi Transduser (William D.C, 1993)


1) Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya
memerlukan satu sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple,
photovoltatic, termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya
suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini
transduser berperan sebagai sumber tegangan.
2) External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan
sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh:
RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb. Tabel berikut
menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat
kelistrikannya.

e. Klasifikasi sensor berdasar konversi sinyal


Sensor dibedakan sesuai dengan aktifitas sensor yang didasarkan
atas konversi sinyal yang dilakukan dari besaran sinyal bukan listrik (non
electric signal value) ke besaran sinyal listrik (electric signal value) yaitu :
sensor aktif (active sensor) dan sensor pasif (passive sensor). Berikut
gambar 3.1 Sifat dari sensor berdasarkan klasifikasi sesuai fungsinya.

1) Sensor Aktif (active sensor)


Sensor aktif adalah suatu sensor yang dapat mengubah langsung
dari energi yang mempunyai besaran bukan listrik (seperti: energi
mekanis, energi thermis, energi cahaya atau energi kimia) menjadi
energi besaran listrik. Sensor ini biasanya dikemas dalam satu kemasan
yang terdiri dari elemen sensor sebagai detektor, dan piranti pengubah
sebagai transducer dari energi dengan besaran bukan listrik menjadi
energi besaran listrik.
Sensor-sensor yang tergolong sensor aktif ini banyak macam dan
tipe yang dijual di pasaran komponen elektronik (sebagai contoh:
thermocouple, foto cell atau yang sering ada di pasaran LDR “Light
Dependent Resistor”, foto diode, piezo electric, foto transistor, elemen
solar cell, tacho generator, dan lainlainnya).Prinsip kerja dari jenis
sensor aktif adalah menghasilkan perubahan resistansi/tahanan listrik,
perubahan tegangan atau juga arus listrik langsung bila diberikan suatu
respon penghalang atau respon penambah pada sensor tersebut
(contoh sinar/cahaya yang menuju sensor dihalangi atau ditambah
cahayanya, panas pada sensor dikurangi atau ditambah dan lain-
lainnya).

2) Sensor Pasif
Sensor pasif bersifat mengubah energi, apabila energi yang
dikeluarkannya diperoleh seluruhnya dari sinyal masukan.

f. Klasifikasi dari Sensor berdasarkan fungsi dan penggunaan


Secara umum berdasarkan fungsi sensor dapat dikelompokan
menjadi 3 bagian yaitu:
1) Sensor kimia
Sensor kimia mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan cara
mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik. Biasanya melibatkan
beberapa reaksi kimia. Contoh sensor kimia adalah sensor pH, sensor
Oksigen, sensor ledakan, dan sensor gas.
2) Sensor Fisika
Sensor fisika mendeteksi besaran suatu besaran berdasarkan
hukum-hukum fisika. Contoh sensos fisika adalah sensor cahaya,
sensor suara, sensor gaya, sensor tekanan, sensor getaran/vibrasi,
sensor gerakan, sensor kecepatan, sensor percepatan, sensor gravitasi,
sensor suhu, sensor kelembaban udara, sensor medan listrik/magnit.
3) Sensor Biologi
Sensor pengukuran molekul dan biomolekul: toxin, nutrient,
pheromone sensor pengukuran tingkat glukosa, oxigen, dan osmolitas
sensor pengukuran protein dan hormone.
Secara umum berdasarkan penggunaannya sensor dapat dikelompokan
menjadi 3 bagian yaitu:
1) Sensor thermal (panas) 1
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi
gejala perubahan panas/ temperature/ suhu pada suatu dimensi benda
atau dimensi ruang tertentu. Contohnya; bimetal, termistor, termokopel,
RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier, photovoltaik,
infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
2) sensor mekanis
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan
gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak
lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb. Contoh; strain gage,
linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer,
load cell, bourdon tube.
3) Sensor optik (cahaya)
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi
perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias
cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Contoh; photo cell, photo
transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer
5. Rangkuman
Sama seperti sistem tubuh manusia, dimana manusia mempnyai panca indra
atau lima sistem indra, yaitu indra perasa, indra penglihatan, indra pendengaran, indra
peraba, indra penciuman, maka fungsi dari sensor & transduser pada sistem otomasi
meng indra besaran fisis yang penting untuk suatu proses atau sering disebut sebagai
parameter proses. Sensor merupakan transducer yang digunakan untuk mendeteksi
kondisi suatu proses. Yang dimaksud transducer yaitu perangkat keras untuk
mengubah informasi suatu bentuk energi ke informasi bentuk energi yang lain secara
proporsional. Contoh sensor untuk mengukur level BBM dalam tangki mobil, besaran
level/ posisi di konversikan ke sinyal transducer yang ada pada dashboard mobil
menjadi besaran tahanan kemudian diubah ke besaran listrik untuk ditampilkan. D
Sharon, dkk (1982),

Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala


atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik,
energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik Peryaratan Umum Sensor
dan Transduser adalah

a. Tanggapannya liner atau non linier.


b. Sensitivitas
c. Tanggapan Waktu (time response)

Klasifikasi dari Sensor adalah:

1. Sensor kimia
a. sensor pH
b. sensor Oksigen
c. sensor ledakan,
d. sensor gas.
2. Sensor Fisika
a. sensor thermal (panas)
b. sensor mekanis
c. sensor optik (cahaya)
3. Sensor Biologi
a. sensor pengukuran molekul dan biomolekul: toxin, nutrient, pheromone
b. sensor pengukuran tingkat glukosa, oxigen, dan osmolitas
c. sensor pengukuran protein dan hormon

6. Tugas
1. Tugas sensor
a. dimana letak sensor dari gambar berikut:
b. Peserta didik mengelompokan jenis sensor sesuai dengan fungsinya.

c. Peserta didik mengklasifikasi dari masing masing sensor yang disediakan


oleh pendidik
7. Tes Formatif
8. Kunci Jawaban Formatif
a. Panca Indera sebagai sensor
Cara mudah untuk memahami cara kerja sensor salah satunya
dengan menganalogikan sensor melalui panca indra manusia. Karena,
tubuh manusia mempunyai indra yang berfungsi sebagai reseptor atau
penerima rangsangan dari lingkungan sekitar, seperti halnya sensor.
Manusia mempunyai lima macam indera (panca indera) yaitu indera
penglihatan (mata), indera pendengaran dan keseimbangan (telinga), indera
penciuman/pembau (hidung), indera pengecap (lidah), serta indera peraba
dan perasa (kulit).
1) Mata (Indra Penglihatan)
Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan
sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali
benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat. Selain itu Mata
adalah organ penglihatan yang menerima rangsangan berupa cahaya.
Jadi, mata dapat di analogikan dengan sensor cahaya, karena jika tidak
ada cahaya kita tidak dapat melihat lingkungan sekitar dalam bentuk
gambar
2) Telinga (Indra Pendengaran)
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar
suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui /
mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya
dengan mata kepala kita sendiri. Jadi, mata dapat dianalogikan dengan
sensor suara yang dapat mengidenfikasi dengan cara mendengar
sesuatu bunyi/suara.
3) Hidung (Indra Penciuman)
Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali
lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu
dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang
masih segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan
tersebut. Jadi, hidung dapat dianalogikan sebagai sensor gas, karena
jika ada gas yang bocor maka sensor gas tersebut dapat mengetahui,
sebagai mana fungsi hidung.
4) Lidah (Indra Pengecap)
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan
rangsangan rasa dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita.
Lidah dapat merespon berbagai jenis dan macam rasa seperti rasa
manis, rasa pahit, rasa asam dan rasa asin. Jadi, lidah dapat
dianalogikan sebagai sensor kimia karena sensor kimia hanya bisa
mendeteksi reaksi kimia.
5) Kulit (Indra Peraba)
Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan
temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, panas, dingin dan lain
sebagainya. Dan kulit ini merupakan alat indra yang peka terhadap
rangsangan. Jadi, kulit dapat dianalogikan sebagai sensor suhu yang
sebagaimana dapat mendeteksi suhu.

b. syarat sensor

1) Tanggapannya liner atau non linier.


2) Sensitivitas
3) Tanggapan Waktu (time response)

c. Klasifikasi sensor
1) Sensor kimia
2) Sensor Fisika
3) Sensor Biologi

d. Penggunaan sensor fisika ada :


1) sensor thermal (panas)
2) sensor mekanis
3) sensor optik (cahaya)

9. Lembar Kerja
Peserta didik bertugas mencari gambar dan membuat flowchart dinding
A0 menempelkan gambar sensor dan diklasifikasikan menurut Sensor Kimia,
Fisika dan Biologi
C. Kegiatan Belajar II

1. Kompetensi Dasar
3.19 Memahami macam-macam sensor dan transducer
4.19 Menerapkan macam-macam sensor dan transducer

2. Indicator Pencapaian Kompetensi


3.19.7. Menjelaskan definisi sensor dan tranduser.
3.19.8. Menunjukkan jenis dan symbol dari macam-macam Sensor.
3.19.9. Menjelaskan fungsi macam-macam sensor.
3.19.10. Mengartikan konsep cara kerja macam macam sensor.
3.19.11. Menentukan kondisi operasi berbagai sensor.
3.19.12. Membangun rangkaian aplikasi sederhana yang menggunakan
sensor.
4.19.5. Mengidentifikasikan simbol berbagai macam sensor.
4.19.6. Menunjukkan berbagai macam sensor berdasarkan fungsi dan
klasifikasi.
4.19.7. Melakukan pemeriksaan kondisi operasi berbagai macam sensor
pendeteksi posisi. kecepatan sudut, proximity, beban dan tekanan
mekanik, suhu, level dan aliran.
4.19.8. Merancang rangkaian aplikasi sederhana menggunakan berbagai
macam sensor.

3. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah peserta didik
terampil dengan:
a. Melalui aktivitas diskusi kelompok peserta didik dapat menjelaskan
kondisi operasi berbagai macam sensor pendeteksi posisi. kecepatan
sudut, proximity, beban dan tekanan mekanik, suhu, level dan aliran
sensor dan tranduser dengan tepat dan cermat
b. Melalui aktivitas ceramah interaktif peserta didik dapat mengidentifikasi
kondisi operasi berbagai macam sensor pendeteksi posisi. kecepatan
sudut, proximity, beban dan tekanan mekanik, suhu, level dan aliran
sensor dan tranduser dengan tepat dan cermat berbagai jenis sensor
dengan tepat dan cermat
c. Melalui aktivitas praktik peserta didik mampu melakukan pemeriksaan
kondisi operasi berbagai macam sensor pendeteksi posisi. kecepatan
sudut, proximity, beban dan tekanan mekanik, suhu, level dan aliran
berbagai jenis berdasar fungsi dan klasifikasi dengan tepat
d. Melalui aktivitas praktik, peserta didik mampu merancang rangkaian
aplikasi sederhana menggunakan berbagai macam sensor.

4. Uraian materi sensor dan tranduser

a. Pengertian Tranduser
Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang
berarti mengubah. Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai
suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi yang
lain. Bagian masukan dari transduser disebut “sensor ”, karena bagian
ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya
menjadi bentuk energi yang lain.

Radiasi Radiasi

Mekanik Mekanik
T
S
Panas R Panas
E A
N N
Listrik S Listrik
S D
U
Magnetik O Magnetik
S
R E
Kimia R Kimia

Gambar 11. Gambaran Umum Masukan–Keluaran Transduser


Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Transduser pasif, yaitu


transduser yang dapat bekerja
bila mendapat energi tambahan
dari luar.
2) Transduser aktif, yaitu
transduser yang bekerja tanpa
tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan
diubah itu sendiri.

Untuk jenis transduser pertama,


contohnya adalah thermistor. Untuk
mengubah energi panas menjadi
energi listrik yaitu tegangan listrik,
maka thermistor harus dialiri arus
listrik. Ketika hambatan thermistor
berubah karena pengaruh panas,
maka tegangan listrik dari
thermistor juga berubah. Adapun
contoh untuk transduser jenis yang
kedua adalah termokopel. Ketika
menerima panas, termokopel
langsung meng-hasilkan tegangan
listrik tanpa membutuhkan energi
dari luar.

Gambar. Berbagai macam Tranduser


yang Banyak Digunakan

1) Pemilihan Transduser

Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan


pemakai dan lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih
transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada beban lebih.
2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik
masukan-keluaran yang linier.
3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak
begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti
masukan dengan bentuk dan besar yang sama.
5. Repeatability : yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali
keluaran yang sama ketika digunakan untuk mengukur besaran
yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama.
6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik
transduser sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata
seringkali menjadi kendala serius, sehingga perlu juga
dipertimbangkan.

Diantara beberapa karakteristik transduser di atas, akan dibahas lebih


mendalam tentang linieritas.
b. Menentukan Piranti-piranti Pendeteksi Posisi

Industrial Control System (ICS) secara tipikal digunakan di berbagai


jenis industri seperti ketenagalistrikan, air kemasan, minyak dan gas,
transportasi, kimia, farmasi, kertas & pulp, makanan & minuman, serta
discrete manufacturing (seperti, industri otomotif, dan aerospace). Industrial
control system, mencakup beberapa sub sistem seperti, Supervisory Control
And Data Acquisition (SCADA) system DCS (distributed control system), dan
konfigurasi sistem kontrol lainnya, seperti sistem PLC (Programmable Logic
Controller) dan sistem PAC (Programmable Automation Controller) yang
banyak dijumpai di sector industrial control. Penjelasan SCADA dan DCS
yang lebih rinci akan diberikan pada semester berikutnya.

DCS lazimnya digunakan untuk mengontrol sistem produksi yang


berada dalam suatu area terbatas seperti pabrik makanan & minuman,
pabrik nikel, dan kilang minyak yang banyak menerapkan sistem supervisory
and regulatory control.
PLC merupakan piranti solid state berbasis komputer yang digunakan
untuk mengontrol peralatan dan proses produksi di industri. PLC
merupakan komponen dari sistem kontrol yang digunakan pada system
SCADA dan DCS. Di lain kesempatan PLC juga sering digunakan sebagai
komponen utama pada konfigurasi sistem control yang lebih kecil yang
menyediakan operasi kontrol berbasis proses diskrit (discrete-based
manufacturing) seperti lini produksi perakitan engine block di industri
otomatif dan power plant soot blower control. PLC digunakan secara
ekstensif di hampir keseluruhan proses industri. PLC lazim digunakan pada
aplikasi discrete control untuk mengontrol aplikasi spesifik dan biasanya
menyediakan regulatory control. PLC digunakan pada system SCADA dan
DCS sebagai pengontrol seluruh komponen pada sistem hirarki untuk
memberikan local manajemen proses feedback control seperti yang
diuraikan pada sesi sebelumnya.
1) PLC dalam suatu Sistem Otomasi Industri
Pada kasus sistem SCADA, PLC memerankan fungsi sama
sebagai RTU (Remote Terminal Unit). Pada saat digunakan pada
sistem DCS, PLC diimplementasikan sebagai local controller pada
skema supervisory control. PLC juga diimplementasikan sebagai
komponen utama pada konfigurasi sistem kontrol yang lebih kecil. PLC
memiliki user-programmable memory untuk menyimpan instruksi-
instruksi untuk mengimplementasikan berbagai fungsi spesifik, seperti
I/O control, logic, timing, counting, proportional-integral-derivative (PID)
control, communication, arithmetic, and data & file processing. Gambar
1.1 memperlihatkan pengontrolan proses manufaktur yang dilakukan
oleh PLC melalui jaringan fieldbus. PLC dapat diakses melalui sebuah
programming interface yang terletak di suatu engineering workstation,
dan data disimpan di dalam suatu data historian, yang keseluruhannya
terhubung pada LAN.
Proses industri berbasis manufaktur secara tipikal dapat dibagi
menjadi dua proses utama, yaitu: (1) Proses Manufaktur Kontinyu
(Continuous Manufacturing Processes), dan (2) Proses Manufaktur
Pengolahan Bahan Mentah (Batch Manufacturing Processes).

2) Proses Manufaktur Kontinyu.


Proses manufaktur ini berlangsung secara kontinyu, tetapi
seringkali diselingi juga dengan proses transisi untuk memperoleh
produk dengan tingkat yang berbeda- beda. Tipikal proses manufaktur
secara kontinyu ini adalah distribusi bahan bakar minyak atau uap
superheat pada suatu power plant, kilang minyak dan proses
destilasi di pabrik kimia.

3) Proses Manufaktur Pengolahan Bahan Mentah.


Proses ini terdiri dari beberapa tahap proses yang berbeda, pada
saat menangani bahan baku (bahan mentah) yang akan diproses. Pada
proses manufaktur ini, ada`perbedaan antara tahap awal proses (start
step) dan tahap akhir proses (end step) dan memungkinkan adanya
operasi yang tetap (steady state) selama tahap pertengahan proses.
Tipikal proses manufaktur berbasis proses manufaktur batch mencakup
proses manufaktur di industri makanan dan minuman.
Dilihat dari sisi urutan tahapan proses (step-sequence process),
proses produksi di industri berbasis manufaktur juga dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu (1) industri manufaktur berbasis diskrit (discrete-
based manufacturing industry), dan (2) industri manufaktur berbasis
proses (process-based manufacturing industry). Industri manufaktur
berbasis diskrit secara tipikal dilaksanakan melalui beberapa tahapan
(step) dalam suatu peralatan tunggal untuk menghasilkan produk
akhir. Contoh tipikal dari industri manufaktur seperti ini adalah industri
perakitan piranti elektronik dan mekanik serta peralatan suku cadang
mesin. Kedua tipe industri manufaktur di atas lazimnya menggunakan
sistem kontrol, sensor dan jaringan yang sama.
Walaupun sistem kontrol yang digunakan pada industri
terdistribusi dan industri manufaktur memiliki kesamaan dalam operasi,
tetapi tetap memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Perbedaan
pertama dan utama adalah kalau sub sistem DCS atau sub sistem PLC,
lazimnya diletakkan pada area pabrik yang lebih terbatas, sedangkan
pada sistem SCADA tersebar secara geografis pada beberapa area
yang berbeda. Sistem komunikasi data pada system DCS dan PLC
lazimnya menggunakan teknologi jaringan area lokal atau local area
network (LAN) yang lebih reliabel dan lebih cepat dibandingkan dengan
sistem komunikasi jarak jauh (long-distance communication system)
yang digunakan pada sistem SCADA.
Pada kenyataannya, sistem SCADA didisain khusus untuk
menanangani tantangan-tantangan yang ada pada sistem komunikasi
jarak seperti data tertunda dan data hilang yang muncul pada berbagai
media komunikasi yang digunakan. Sistem DCS dan PLC biasanya lebih
banyak menerapkan closed loop control system dibandingkan sistem
SCADA karena pengontrolan proses manufaktur di industri secara tipikal
lebih rumit dan komplikatif dibandingkan sistem supervisory control pada
system terdistribusi dalam area yang lebih luas.
5. Rangkuman

Besaran yang Diukur Piranti Input Piranti Output


(Sensor (Aktuator)
Light Level Light Dependant Resistor Lights & Lamps
)
(LDR) LED's & Displays
Photodiod Fibre Optics
Photo-transistor
e
Solar Cell
Temperature Thermocoupl Heater
e
Fan
Thermistor
Thermosta
Force/Pressure Strain
t Lifts & Jacks
Gauge
Resistive temperature Electromagne
Pressure
detectors t
Position Potentiomete
Switch Motor
r
(RTD) Vibration
Load Solenoid
Encoders Reflective/Slotted
Cells Panel
Opto-switch LVDT
Meters
Spee Tacho-generator AC and DC Motors
d
Reflective/Slotted Opto-coupler Stepper Motor Brake
Doppler Effect Sensors,

Sound Carbon Microphone Loudspeaker


Bell
Piezo-electric Crystal
Buzzer

6. Tugas
a. Apakah diaplacement transducer itu?, uraikan jawabanmu secara
sistematik!
b. Di mana displacement transducer digunakan? Uraikan jawabanmu dan
lengkapi dengan contoh nyata yang ada di lingkungan industri!
7. Tes formatif
a. Jelaskan fungsi sensor Limit switch?
b. Gambarkan symbol Limit switch?
c. Jelaskan macam macam sensor Limit switch?
d. Jelaskan aplikasi dari Limit switch?

8. Kunci jawaban formatif

a. Limit switch adalah suatu tombol atau katup atau indicatormekanik yang
diletakkan pada suatu tempat yang digerakkan ketika suatu bagian
mekanik berada di ujung sesuai dengan pergerakan yang diinginkan.
b. Simbol dari Limit switch

c. Jenis Limit switch


1. Tombol tekan
2. Tombol fleksibel
3. Roller

d. Aplikasi dari limit switch untuk :


1. Sensor door open/close.
2. Sensor cylinder up/down.
3. Sensor Safety equipment (emergency stop).
4. Sensor position.

9. Lembar kerja

Peserta didik bertugas menerapkan dalam praktik rangkaian sensor


sederhana.
III. LEMBAR EVALUASI

A. Pertanyaan
1. Bila hubungan masukan – keluaran suatu transduser adalah logaritmik, artinya
untuk masukan yang berubah secara linier mengapa demikian?
2. Rancanglah suatu detektor cahaya sederhana dengan menggunakan
fotokonduktif, sebuah transistor sebagai saklar, relay kecil dan suatu beban.
Selanjutnya, modifikasi rangkaian tersebut sehingga dapat digunakan dalam
keadaan terang dan gelap

B. Kunci Jawaban Lembar Evaluasi


1. Mengikuti keluaran transduser dengan suatu penguat anti logaritmis.
2. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Tentukan tipe relay yang tepat untuk beban R L
b. Untuk tegangan catu dipilih 9 volt, dan spesifikasi relay di atas diketahui,
dipilih tipe transistor Q1 yang sesuai (disipasi daya sesuai, hFE cukup besar
misalkan 100)
c. Tentukan titik ambang yang dikehendaki, kemudian atur R untuk
mendapatkan tegangan pulsa pemicu yang sesuai
Rangkaiannya seperti gambar dibawah ini:

Rangkaian sensor cahaya dengan Relay


Metode pengaktifan rangkaian sensor cahaya

C. Kriteria Kelulusan

Teknik
Indikator Bentuk Instrumen Nama Instrumen
Penilaian
Sikap spiritual Observasi Lembar LP 1: Sikap spiritual
pengamatan
Sikap sosial Observasi Lembar LP 2: Sikap sosial
pengamatan
Pengetahuan Tes Tes uraian LP 3: Pengetahuan
dilengkapi kunci
LP 3: Pengetahuan
Keterampilan Tes Tes kinerja LP 4: Proses
proses
1. Kognitif Skill
Teori
No Tipe Pertanyaan Jumlah Soal Skor

1 Uraian 2 100

Jumlah

2. Psikomotor Skill
Praktek

No Uraian Bobot

1 Ketepatan alat/bahan 1 2 3 4

2 Kebenaran hasil praktek 1 2 3 4

3 Keselamatan kerja 1 2 3 4

4 Prosedur kerja 1 2 3 4

5 Interpretasi hasil 1 2 3 4

6 Waktu 1 2 3 4

Jumlah

Nilai Praktik = (Jumlah nilai / total nilai) X 100%

Nilai Akhir = 0,3 Nilai Teori + 0.7 Nilai Praktik

Jika skor nilai akhir telah mencapai 70 maka

peserta diklat dinyatakan lulus


3. Attitude Skill

Tabel kriteria penskoran sikap sosial untuk menilai kompetensi berbicara


Tingkat capaian kinerja
No Aspek yanag dinilai
4 3 2 1
1. Berkomunikasi dengan baik

2. Bekerjasama

3. Saling menghargai

D. Batasan Waktu Yang Telah Ditetapkan

Mata Pelajaran : DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA


Kelas/Semester : 10 (Sepuluh) / 1 (Satu)
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Durasi : 180 Jam Pelajaran (@ 45 menit)
KD 3.19; 4.19 : 2 x 4 Jam Pelajaran
BAB IV PENUTUP

Peserta diklat yang telah mencapai syarat kelulusan minimal dapat


melanjutkan ke modul kompetensi dasar berikutnya. Sebaliknya, apabila peserta
diklat dinyatakan tidak lulus, maka peserta diklat harus mengulang modul ini dan tidak
diperkenankan untuk mengambil kompetensi dasar berikutnya
DAFTAR PUSTAKA

Wasito S., 1986, Vademekum Elektronika, cet. ketiga, PT Gramedia, Jakarta

Robert Boylestad and Louis Nashelsky, 1994, Electronic Devices And Circuit
Theory, Fifth Ed., Eighth Printing, Prentice-Hall of India Private Ltd, New Delhi

Anton F. P. van Putten, 1988, Electronic Measurement Systems, Prentice Hall


International (UK) Ltd.

CS Rangaan et. al., 1990, Instrumentation: Devices and Systems, Tata McGraw-
Hill Publishing Company Ltd., New Delhi

Anda mungkin juga menyukai