ABSTRAK
Kunjungan wisatawan mancanegara kembali meningkat seiring menurunkan kasus COVID-19,
namun belum selaras dengan minat kunjung ulang wisatawan dalam destinasi wisata religi masjid
di Kota Batam. Wisata religi adalah jenis wisata yang dikategorikan dalam wisata minat khusus.
Untuk mengetahui besarnya minat wisatawan mancanegara berkunjung kembali ke suatu objek
wisata maka diperlukan analisis mengenai pengaruh faktor pendorong edukasi, interpersonal,
fisiologis dan faktor penarik atraksi wisata, amenitas, aksesibilitas, dan ancillary service terhadap
minat kunjung ulang wisatawan mancanegara pada destinasi wisata religi masjid di Kota Batam.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksplanasi. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling metode accidental sampling. Teknik penarikan
sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan margin error 10%, diperoleh
jumlah minimum sampel sebesar 100 sampel. Hasil pengumpulan data diperoleh 102 sampel
melalui kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan faktor pendorong edukasi, interpersonal, fisiologis dan faktor penarik atraksi
wisata, amenitas, aksesibilitas, dan ancillary service berpengaruh positif dan signifikan terhadap
minat kunjung ulang wisatawan mancanegara pada destinasi wisata religi masjid di Kota Batam.
Hasil ini memberikan implikasi bahwa pihak manajemen pengelola wisata atau pemerintah daerah
dapat memperkuat faktor tarikan dengan variabel amenitas. Hal yang harus diperkuat adalah
peningkatan kelengkapan fasilitas kegiatan wisata religi.
Kata Kunci: Motivasi Perjalanan, Faktor Pendorong dan Penarik, Minat Kunjung Ulang, Wisata
Religi
1.000.000.000
500.000.000
0
Wisman
2016 2017
2018 2019 2020 Wisnus
Gambar 1.1 Jumlah Kunjungan Wisman dan Perjalanan Wisnus tahun 2016-2020
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2022) Diolah
accessibility, awareness dan ancillaries batam juga menyiapkan amenitas, yang baru
services), Buhalis (2000) dengan 6A diresmikan yakni Masjid Tanwirun Naja
(attractions, amenities, accessibility, atau dikenal dengan nama Masjid Tanjak,
activities, available packages, dan ancillary berlokasi di kawasan Bandar Udara
services). Juga ada Holloway & Humphreys Internasional Hang Nadim.
(2016) yaitu 3A (attractions, amenities, dan Berdasarkan latar belakang
accessibility). penelitian, maka rumusan masalah dalam
Beberapa penelitian menggunakan penelitian ini adalah:
faktor penarik melalui komponen daya tarik 1. Apakah motivasi edukasi berpengaruh
wisata memprediksi minat kunjungan ulang, terhadap minat kunjungan ulang pada
seperti penelitian Ramadhani et al. (2021) destinasi wisata religi masjid di Kota
menyimpulkan atraksi wisata dan ancillary Batam?
service berpengaruh secara signifikan 2. Apakah motivasi interpersonal
terhadap minat kunjung ulang, sedangkan berpengaruh terhadap minat
amenitas dan aksesibilitas wisata tidak kunjungan ulang pada destinasi wisata
berpengaruh terhadap minat kunjung ulang. religi masjid di Kota Batam?
Penelitian Alfitriani, Putri, & Ummasyroh 3. Apakah motivasi fisiologis
(2021) menunjukkan atraksi wisata dan berpengaruh terhadap minat
amenitas berpengaruh secara signifikan, kunjungan ulang pada destinasi wisata
sedangkan aksesibilitas dan layanan religi masjid di Kota Batam?
tambahan tidak berpengaruh secara 4. Apakah atraksi berpengaruh terhadap
signifikan terhadap minat kunjung ulang minat kunjungan ulang pada destinasi
wisatawan. Penelitian lain menggunakan wisata religi masjid di Kota Batam?
aksesibilitas dan fasilitas (Lustono & 5. Apakah amenitas berpengaruh
Permatasari, 2022), atraksi wisata, terhadap minat kunjungan ulang pada
aksesibilitas dan fasilitas (Miarsih & destinasi wisata religi masjid di Kota
Anwani, 2018), atraksi, amenitas serta Batam?
ancillary berpengaruh positif terhadap minat
6. Apakah aksesibilitas berpengaruh
kunjungan wisatawan dan aksesibilitas
terhadap minat kunjungan ulang pada
berpengaruh negatif terhadap minat
destinasi wisata religi masjid di Kota
kunjungan (Mahendra & Althalets, 2022).
Batam?
Hubungan berbagai faktor penarik
7. Apakah pelayanan tambahan
dengan destinasi wisata religi masjid secara
berpengaruh terhadap minat
atraksi tergolong objek wisata yang unik.
kunjungan ulang pada destinasi wisata
Potensi wisata religi masjid adalah suguhan
religi masjid di Kota Batam?
wisata dengan konsep ikonik, unik,
bersejarah, dan syarat nilai-nilai religi yang
Minat Kunjung Ulang (Intention to
ditata sedemikian rupa sehingga mampu
Revisit)
menonjolkan daya tarik tersendiri bagi
Perilaku konsumen merupakan
wisatawan mancanegara yang berkunjung.
suatu ilmu yang mempelajari bagaimana
Untuk menunjang kenyamanan wisatawan,
perilaku manusia yang sangat kompleks
pengelola destinasi wisata religi masjid telah
yang disebabkan oleh banyak faktor yang
menyediakan berbagai fasilitas utama dan
saling mempengaruhi. Menurut Schiffman
tambahan agar wisatawan dapat menikmati
& Kanuk (2018), perilaku konsumen
kunjungannya dan memberikan pengalaman
diartikan sebagai perilaku yang
yang tidak terlupakan. Destinasi pariwisata
diperlihatkan konsumen dalam mencari,
religi ini harus didukung dengan akses yang
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
mudah dan fasilitas yang lengkap.
menghabiskan produk dan jasa yang
Peningkatan infrastruktur seperti jalan
diharapkan akan memuaskan kebutuhannya.
merupakan salah satu cara pemerintah Kota
Kotler & Keller (2016)
Batam membuat turis merasa nyaman ketika
mengemukakan bahwa perilaku konsumen
berlibur ke Kota Batam. Pemerintah Kota
merupakan sebuah pembelajaran bagaimana
seseorang dengan mengembangkan seluruh perjalanan dari satu tujuan ke tujuan lain.
potensi individu. Bentuk kebutuhan ini dapat Pull factor berasal dari ketertarikan pada
berupa harapan seseorang untuk suatu objek yang dipromosikan secara
menghasilkan sesuatu yang dapat dikenal publik pada penambahan atau penyiaran
masyarakat, yaitu karyanya sangat baik dan yang mencerminkan tujuan tertentu. Dalam
bermanfaat bagi masyarakat atau orang lain. konteks pariwisata, tempat dan fasilitas
Banyak peneliti di bidang pariwisata wisata menjadi kunci penting untuk menarik
mencoba untuk memodifikasi kerangka wisatawan berkunjung ke suatu destinasi.
motivasi yang sesuai dengan studi empiris Atraksi termasuk atraksi berwujud dan
yang berkelanjutan. Seperti penelitian atraksi tak berwujud seperti pantai,
Khuong & Ha (2014) menyatakan bahwa pemandangan alam atau lanskap, dan lain-
motivasi merupakan salah satu kekuatan lain (Baptista et al., 2020).
pendorong utama yang digunakan untuk Subadra et al. (2019)
menginterpretasikan perilaku seorang mendefinisikan motivasi perjalanan penarik
individu. Ini berkontribusi untuk sebagai tempat produk pariwisata yang
menjelaskan mengapa seseorang melakukan mendefinisikan suatu tujuan. Hal ini
sesuatu, bukan orang lain. Dalam konteks berkaitan dengan atraksi yang ada di
pariwisata, motivasi perjalanan destinasi yang menarik wisatawan untuk
didefinisikan sebagai “seperangkat atribut berkunjung, memandang dan mengalami.
yang menyebabkan seseorang berpartisipasi Kajian tentang pull factor mengacu pada
dalam kegiatan wisata” untuk mencapai “objektivitas” dimana kajian difokuskan
tujuannya dan mengharapkan kepuasan. Hal pada daya tarik objek wisata di destinasi
ini dianggap sebagai titik awal dan salah satu yang menarik wisatawan untuk berkunjung.
pengaruh psikologis terpenting untuk Oleh karena itu, setiap atraksi yang
memahami perilaku wisatawan. dipentaskan atau ditampilkan secara autentik
Motivasi perjalanan dipengaruhi untuk pariwisata memiliki daya tarik dan
oleh dua kekuatan, yaitu konsep faktor Push keunikan yang berbeda dengan yang
dan Pull. Konsep ini telah menjadi salah satu disajikan di destinasi lain. Lebih penting
kerangka kerja yang paling populer dan lagi, atraksi akan memungkinkan wisatawan
berguna untuk mempelajari dan untuk mempelajari sesuatu yang baru karena
menganalisis perilaku wisatawan. Kedua dapat memperluas pengetahuannya.
faktor tersebut menjelaskan orang Beberapa ahli merumuskan formula
melakukan perjalanan karena didorong oleh komponen atau atribut sebagai pull factor
kekuatan internal mereka sendiri dan ditarik dalam menilai destinasi wisata sebagai daya
oleh kekuatan eksternal dari atribut tujuan tarik wisata, misalnya Chahal & Devi (2015)
(Khuong & Ha, 2014). dengan 5A yaitu attraction (atraksi),
accommodation (akomodasi), accessibility
Pull Factor (Faktor Penarik) (aksesibilitas), awareness (kesadaran) dan
Pull motivation adalah sumber daya ancillaries services (layanan tambahan).
berwujud dan persepsi serta harapan Aksesibilitas destinasi mengacu pada sarana
wisatawan terhadap fitur, atraksi, atau prasarana seperti jalan, bandara dan kereta
atribut dari tujuan tertentu; oleh karena itu, api, sedangkan akomodasi meliputi hotel,
ini berperan penting dalam pemilihan bungalow dan tenda kemah di mana
destinasi wisatawan setelah keputusan untuk wisatawan/pengunjung dapat tinggal makan,
bepergian telah dibuat. Pull factor adalah tidur, dan merasa mudah dan nyaman untuk
kekuatan eksternal yang berhubungan bepergian. Layanan tambahan dan atribut
dengan atraksi alam dan bersejarah, kesadaran mencakup semua layanan yang
makanan, orang, fasilitas rekreasi, dan citra diberikan kepada pengunjung atau pemasok
yang dipasarkan dari destinasi (Khuong & layanan wisata dan kesadaran menyiratkan
Ha, 2014). kemampuan mengingat wisatawan tentang
Pull factor adalah faktor eksternal citra destinasi yang ada di benak
yang menarik individu untuk melakukan pengunjung.
diakses jika ingin memfasilitasi kunjungan sebagai daya tarik wisata. Daya tarik wisata
wisatawan. Sementara pelancong yang lebih itulah yang disebut sebagai modal wisata
pemberani mungkin bersedia menempatkan atau sumber wisata. Potensi wisata suatu
diri pada ketidaknyamanan yang besar untuk daerah harus berpedoman pada kebutuhan
melihat beberapa tempat yang lebih eksotis wisatawan. Ada 3 modal atraksi untuk
di dunia, sebagian besar wisatawan tidak menarik wisatawan, yaitu 1) sumber daya
akan tertarik ke suatu tujuan kecuali jika alam (natural), 2) atraksi wisata budaya, dan
relatif mudah dijangkau. Ini berarti, dalam 3) atraksi buatan itu sendiri. Modal wisata
kasus perjalanan internasional, memiliki dapat berkembang menjadi daerah tujuan
bandara yang baik di dekatnya, transportasi wisata dimana modal tersebut berada. Ada
udara yang teratur dan nyaman ke wilayah modal wisata yang bisa dikembangkan yang
tersebut dengan harga yang terjangkau dan bisa menampung wisatawan selama
koneksi lokal yang baik ke tujuan itu sendiri beberapa hari, menikmatinya berkali-kali,
(atau, paling tidak, fasilitas penyewaan atau bahkan mengunjungi tempat yang sama
mobil yang baik). Kapal pesiar akan tertarik pada kesempatan lain. Kehadiran atraksi
dengan pelabuhan laut dalam yang disajikan menjadi alasan dan motivasi wisatawan
dengan baik dengan tambatan yang tersedia untuk berkunjung ke tempat wisata atau
dengan biaya yang wajar ke jalur pelayaran daya tarik wisata (DTW).
dan terletak mudah dijangkau dari atraksi di Amenity (Amenitas/Fasilitas)
daerah tersebut. Di sisi lain, jika akses Amenitas adalah berbagai sarana
menjadi terlalu mudah, hal ini dapat dan prasarana yang dibutuhkan wisatawan di
mengakibatkan permintaan yang terlalu suatu daerah tujuan wisata. Sarana dan
besar dan mengakibatkan kemacetan, prasarana yang terlibat meliputi: akomodasi,
membuat destinasi menjadi kurang menarik restoran, transportasi dan agen perjalanan.
bagi wisatawan. Perlu dicatat bahwa Membangun fasilitas pariwisata seperti
persepsi aksesibilitas di pihak wisatawan hotel, tempat wisata, marina, teater, dll
seringkali sama pentingnya dengan dengan menggunakan infrastruktur yang
aksesibilitas destinasi yang sebenarnya. sesuai. Prasarana yang diperlukan untuk
Persepsi seperti itu pasti akan pembangunan sarana pariwisata antara lain
mempengaruhi pengambilan keputusan jalan, air bersih, listrik, tempat pembuangan
ketika wisatawan merumuskan rencana sampah, bandara, pelabuhan, telpon, dan
perjalanan lain-lain. Mengingat hubungan antara sarana
Pada studi ini atribut pariwisata dan prasarana, jelaslah bahwa pembangunan
yang digunakan adalah dari Cooper et al., infrastruktur secara umum harus mendahului
(2008) mengemukakan bahwa terdapat 4 sarana. Ada masanya infrastruktur dibangun
(empat) (4A) komponen yang harus dimiliki bersama dalam rangka pengembangan
oleh destinasi wisata, yaitu: attraction fasilitas wisata. Jika suatu tempat atau
(atraksi), amenities (amenitas/fasilitas), wilayah memiliki aksesibilitas yang baik,
accessibility (aksesibilitas), dan ancillary maka dapat berkembang menjadi daerah
service (pelayanan tambahan). Alasan tujuan wisata. Ada hubungan timbal balik
pemilihan 4A karena relevansi dengan objek antara sarana dan prasarana. Prasarana
penelitian, misalnya accommodation sama adalah kondisi sarana dan pada gilirannya
pengertiannya dengan amenitas. Selain itu, sarana dapat mengarah pada perbaikan
accommodation tidak digunakan karena infrastruktur.
destinasi ini tidak membutuhkan Menurut Utama (2017) menyatakan
penginapan. bahwa fasilitas wisata merupakan semua
fasilitas utama maupun dasar yang
Attraction (Atraksi) memungkinkan sarana kepariwisataan dapat
Atraksi merupakan bagian penting hidup dan berkembang dalam rangka
dalam menarik wisatawan. Wilayah atau memberikan pelayanan kepada para
daerah wisata dapat menjadi tujuan wisata wisatawan. Diantaranya yaitu:
jika kondisi mendukung perkembangannya 1. Prasarana pariwisata :
Tabel 4.7. diatas diketahui bahwa Service (X7), dan Minat Kunjung Ulang (Y)
nilai statistik Kolmogorov-Smirnov yang berdistribusi normal.
diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat
diperoleh nilai 0,200 lebih besar dari 0,05, bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-
sehingga dapat disimpulkan bahwa model titik yang menyebar di atas dan di bawah
regresi Edukasi (X1), Interpersonal (X2), angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
Fisiologis (X3), Atraksi Wisata (X4), disimpulkan bahwa model regresi variabel
Amenitas (X5), Aksesibilitas (X6), Ancillary Edukasi (X1), Interpersonal (X2), Fisiologis
(X3), Atraksi Wisata (X4), Amenitas (X5), religi masjid di Kota Batam, hipotesis
Aksesibilitas (X6), Ancillary Service (X7), 5 diterima karena tingkat signifikansi
dan Minat Kunjung Ulang (Y) tidak terjadi 0,002 < t sig. 0,05.
heteroskedastisitas. 6. Aksesibilitas berpengaruh terhadap
Uji Multikolinearitas minat kunjungan ulang pada destinasi
Uji Multikolinearitas pendeteksiannya wisata religi masjid di Kota Batam,
dilakukan dengan menggunakan tolerance hipotesis 6 diterima karena tingkat
value dan Variance Inflation Factor (VIF). signifikansi 0,014 < t sig. 0,05.
Jika nilai tolerance value > 0.10 dan VIF < 7. Ancillary Service berpengaruh
10, maka tidak terjadi Multikolinearitas, terhadap minat kunjungan ulang pada
sebaliknya jika nilai tolerance value < 0.10 destinasi wisata religi masjid di Kota
dan VIF > 10 maka terjadi Multikolinearitas. Batam, hipotesis 7 diterima karena
Berdasarkan hasil pengujian tingkat signifikansi 0,017 < t sig. 0,05.
Multikolinearitas yang dilakukan dengan
melihat nilai VIF yang diperoleh dari Pembahasan Penelitian
pengujian, diperoleh hasil sebagai berikut: Penelitian ini mengkaji pengaruh
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui faktor pendorong dan penarik terhadap
bahwa semua variabel memiliki nilai minat kunjungan ulang wisatawan
tolerance value > 0.10 dan VIF < 10, yang mancanegara ke destinasi wisata religi
berarti bahwa pada model regresi variabel masjid Kota Batam. Studi ini memberikan
Edukasi (X1), Interpersonal (X2), Fisiologis kontribusi untuk pemahaman keseluruhan
(X3), Atraksi Wisata (X4), Amenitas (X5), tentang mengapa wisatawan mancanegara
Aksesibilitas (X6), Ancillary Service (X7) berencana untuk mengunjungi kembali
tidak terjadi Multikolinearitas. destinasi wisata religi masjid Kota Batam.
Menggambar dari struktur konseptual teori
Uji Hipotesis t Motivasi Abraham Maslow dan push and
Berdasarkan Tabel 4.9 Dari hasil uji pull dari Khuong & Ha (2014), minat
t yang telah dilakukan, dapat disimpulkan kunjungan ulang wisatawan mancanegara
bahwa: dinilai baik dari segi variabel sosio-
1. Motivasi edukasi berpengaruh psikologisnya, yang secara luas dikenal
signifikan terhadap minat kunjungan sebagai faktor pendorong dan atribut
ulang pada destinasi wisata religi destinasi wisata juga dikenal sebagai faktor
masjid di Kota Batam, hipotesis 1 penarik.
diterima karena tingkat signifikansi Dalam penelitian ini faktor
0,010 < t sig. 0,05. pendorong meliputi edukasi, interpersonal,
2. Motivasi interpersonal berpengaruh fisiologis dan faktor penarik meliputi
terhadap minat kunjungan ulang pada variabel atraksi wisata, amenitas,
destinasi wisata religi masjid di Kota aksesibilitas, dan ancillary service terhadap
Batam, hipotesis 2 diterima karena minat kunjung ulang.
tingkat signifikansi 0,018 < t sig. 0,05. Pengaruh Edukasi terhadap Minat Kunjung
3. Motivasi fisiologis berpengaruh Ulang Wisatawan
terhadap minat kunjungan ulang pada Hasil penelitian menunjukkan
destinasi wisata religi masjid di Kota bahwa motivasi edukasi berpengaruh
Batam, hipotesis 3 diterima karena signifikan terhadap minat kunjung ulang
tingkat signifikansi 0,019 < t sig. 0,05. wisatawan mancanegara ke destinasi wisata
4. Atraksi berpengaruh terhadap minat religi masjid Kota Batam, dengan nilai
kunjungan ulang pada destinasi wisata koefisien regresi 0,149 (positif). Ini berarti
religi masjid di Kota Batam, hipotesis motivasi edukasi memberikan kontribusi
4 diterima karena tingkat signifikansi nyata terhadap perubahan minat kunjung
0,001 < t sig. 0,05. ulang wisatawan mancanegara ke destinasi
5. Amenitas berpengaruh terhadap minat wisata religi masjid Kota Batam. Semakin
kunjungan ulang pada destinasi wisata tinggi motivasi edukasi maka dapat
wisatawan untuk berkunjung kembali ke masjid saja tanpa ada pos yang menjaga
destinasi yang sama, yang sebelumnya Wisman.
mungkin belum ada akses yang mudah. Hal yang dapat ditingkatkan oleh
Hasil penelitian Miarsih & Anwani (2018) pengelola destinasi wisata religi masjid Kota
menunjukkan aksesibilitas berpengaruh Batam terutama tingkat keamanan
positif terhadap minat berkunjung pengunjung dengan memberikan pos-pos
wisatawan. penjagaan. Hal lain adalah memberikan
fasilitas tambahan jaringan komunikasi yang
Pengaruh Ancillary Service terhadap Minat lancar, tempat sampah yang banyak, dan
Kunjung Ulang Wisatawan ketersediaan ATM atau alat tukar yang
Hasil penelitian menunjukkan mudah dijangkau.
bahwa ancillary service (pelayanan Variabel yang paling bermakna
tambahan) berpengaruh signifikan terhadap kedua adalah faktor penarik amenitas. Hal
minat kunjung ulang wisatawan ini menjelaskan bahwa tujuan utama
mancanegara ke destinasi wisata religi wisatawan tertarik untuk mengunjungi ulang
masjid Kota Batam, dengan nilai koefisien destinasi wisata religi masjid Kota Batam
regresi 0,081 (positif). Ini berarti ancillary karena sarana dan prasarana yang
service (pelayanan tambahan) memberikan dibutuhkan wisatawan di suatu daerah
kontribusi nyata terhadap perubahan minat tujuan wisata terpenuhi. Temuan ini sejalan
kunjung ulang wisatawan mancanegara ke dengan penelitian Alfitriani et al. (2021) dan
destinasi wisata religi masjid Kota Batam. Lustono & Permatasari (2022) bahwa
Semakin lengkap ancillary service amenitas berpengaruh secara signifikan
(pelayanan tambahan) maka dapat terhadap minat kunjung ulang wisatawan.
meningkatkan minat kunjung ulang Amenitas adalah peningkatan kelengkapan
wisatawan mancanegara ke destinasi wisata fasilitas pendukung kegiatan wisata.
religi masjid Kota Batam. Amenitas merupakan segala fasilitas yang
Hasil penelitian ini menunjukkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
ancillary service (pelayanan tambahan) wisatawan saat melakukan kegiatan wisata
merupakan prediktor penting dalam di suatu objek wisata, seperti fasilitas makan
meningkatkan minat berkunjung ulang dan minum, hiburan, pusat perbelanjaan dan
wisatawan mancanegara ke destinasi wisata lain sebagainya. Hal ini diperkuat dengan
religi masjid Kota Batam. Ini karena Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011
responden tertarik karena ada sarana mengenai Rencana Induk Pembangunan
penunjang tambahan yang mampu Kepariwisataan Nasional 2010-2025 secara
menambah rasa nyaman wisatawan saat implisit memperhatikan bahwa amenitas
melakukan aktivitas wisata ke destinasi produk destinasi terdiri dari tiga kategori
wisata religi masjid di Kota Batam, seperti yaitu prasarana umum, fasilitas umum dan
adanya pemandu wisata yang memberikan fasilitas pariwisata.
petunjuk atau informasi mengenai tempat Hasil ini memberikan implikasi
tujuan wisata, tersedianya jaringan bahwa pihak manajemen pengelola wisata
komunikasi, jaminan keamanan dalam atau pemerintah daerah dapat memperkuat
berkunjung, tempat sampah, dan tersedianya faktor tarikan dengan variabel amenitas. Hal
ATM. yang harus diperkuat adalah peningkatan
Kondisi yang ada mengenai kelengkapan fasilitas pendukung kegiatan
pelayanan tambahan, misalnya bank masih wisata religi seperti tersedianya fasilitas
ada kesenjangan antara destinasi wisata makan dan minum bagi wisatawan,
masjid yang satu dengan lainnya sehingga tersedianya loket bagi wisatawan destinasi
ada yang mudah dijangkau dan ada yang wisata religi masjid, adanya pusat informasi
sulit dijangkau oleh Wisman. Kondisi pos di destinasi wisata, tersedianya fasilitas
yang disediakan di sekitar masjid juga tidak toilet umum bagi wisatawan, tersedianya
ada, yang ada hanya rumah nuje (pesuruh area parkir yang luas, dan terdapat adanya
masjid). Artinya, yang menjadi pusat penjual cinderamata di sekitar destinasi
keamanan dan menjaganya adalah pesuruh
wisata religi. Selain itu, fasilitas juga perlu religi masjid di Kota Batam, semakin
diperhatikan menyangkut ketersediaan lengkap amenitas maka semakin tinggi
akomodasi di sekitar lokasi, pusat informasi, minat kunjung ulang Wisman pada
dan fasilitas kenyamanan lainnya. Hasil destinasi wisata religi masjid di Kota
observasi menunjukkan bahwa Pusat Batam
Informasi Wisata (TIC) tidak berjalan f) Aksesibilitas berpengaruh terhadap
dengan baik karena kegiatan yang dilakukan minat kunjungan ulang pada destinasi
seperti brosur dan kegiatan famtrip wisata religi masjid di Kota Batam,
(familiarization trip) belum efektif semakin mudah aksesibilitas maka
meningkatkan kunjungan. Dinas pariwisata semakin tinggi minat kunjung ulang
seharusnya menggunakan cara lain untuk Wisman pada destinasi wisata religi
pusat informasi wisata misalnya membuat masjid di Kota Batam
film tentang wisata religi tersebut dan segera g) Ancillary Service berpengaruh terhadap
dijalankan TIC di daerah pelabuhan. minat kunjungan ulang pada destinasi
wisata religi masjid di Kota Batam,
KESIMPULAN semakin lengkap fasilitas tambahan
Berdasarkan hasil analisis dan maka semakin tinggi minat kunjung
pembahasan yang sudah dilakukan maka ulang Wisman pada destinasi wisata
dapat disimpulkan hasil temuan ini sebagai religi masjid di Kota Batam
berikut:
a) Motivasi edukasi berpengaruh DAFTAR PUSTAKA
signifikan terhadap minat kunjungan Abdullah, T. (2017). Penilaian Wisatawan
ulang pada destinasi wisata religi akan Atribut Pariwisata di Kota Batu.
masjid di Kota Batam, semakin tinggi Tourism and Hospitality Essentials
motivasi edukasi maka semakin tinggi (THE) Journal, 7(2), 91–96.
minat kunjung ulang Wisman pada Afriesta, C. L. B., Kurniawan, H. E., &
destinasi wisata religi masjid di Kota Ekasiwi, S. N. N. (2020). Korelasi
Batam Antara Push dan Pull Factor Wisata
b) Motivasi interpersonal berpengaruh Kawasan dan Bangunan Bersejarah.
terhadap minat kunjungan ulang pada Jurnal Pariwisata Terapan, 4(1), 1–
destinasi wisata religi masjid di Kota 11.
Batam, semakin tinggi motivasi Ajzen, I. (2012). The theory of planned
interpersonal maka semakin tinggi behavior. Handbook of Theories of
minat kunjung ulang Wisman pada Social Psychology: Volume 1, (July),
destinasi wisata religi masjid di Kota 438–459.
Batam https://doi.org/10.4135/978144624921
c) Motivasi fisiologis berpengaruh 5.n22
terhadap minat kunjungan ulang pada Alfitriani, Putri, W. A., & Ummasyroh.
destinasi wisata religi masjid di Kota (2021). Pengaruh Komponen 4A
Batam, semakin tinggi motivasi Terhadap Minat Kunjung Ulang
fisiologis maka semakin tinggi minat Wisatawan Pada Destinasi Wisata
kunjung ulang Wisman pada destinasi Bayt Al-Qur’an Al-Akbar Kota
wisata religi masjid di Kota Batam. Palembang. JAMB: Jurnal Aplikasi
d) Atraksi berpengaruh terhadap minat Manajemen & Bisnis, 1(2), 66–77.
kunjungan ulang pada destinasi wisata Amaro, S., Antunes, A., & Henriques, C.
religi masjid di Kota Batam, semakin (2018). A closer look at Santiago de
banyak atraksi wisata maka semakin Compostela’s pilgrims through the
tinggi minat kunjung ulang Wisman lens of motivations. Tourism
pada destinasi wisata religi masjid di Management, 64, 271–280.
Kota Batam https://doi.org/10.1016/j.tourman.201
e) Amenitas berpengaruh terhadap minat 7.09.007
kunjungan ulang pada destinasi wisata Badan Pengusahaan Batam. (2022). Batam
Progressif. Empat.
Muthmainnah, S. R., & Rubiyanti, R. N. Santoso, S. (2016). Panduan Lengkap SPSS
(2020). Pengaruh Faktor Pendorong Versi 23. Jakarta: Elex Media
Dan Penarik Minat Wisata Halal Ke Komputindo.
Luar Negeri Dengan Religiusitas Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2018).
Sebagai Variabel Moderator. Jurnal Perilaku Konsumen. Jakarta Barat: PT
Penelitian Ilmu Manajemen (JPIM), INDEKS.
5(3), 274–285. Sihombing, D. A., & Misna. (2021). Analisis
Naumov, N. (2020). Contemporary Niat Kunjungan Kembali Wisatawan
Christian travel – pilgrimage, practice Domestik Ke Kota Batam. Jurnal
and place. Current Issues in Tourism, Pemasaran Kompetitif, 04(2), 143–
23(3), 390–392. 156.
https://doi.org/10.1080/13683500.201 Silalahi, U. (2018). Metode Penelitian
9.1637106 Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Nikjoo, A. H., & Ketabi, M. (2015). The role Sołjan, I., & Liro, J. (2020). The changing
of push and pull factors in the way roman catholic pilgrimage centres in
tourists choose their destination. Europe in the context of contemporary
Anatolia : An International Journal of socio-cultural changes. Social and
Tourism and Hospitality Research, Cultural Geography, 23(3), 380–403.
(April), 1–12. https://doi.org/10.1080/14649365.202
https://doi.org/10.1080/13032917.201 0.1739322
5.1041145 Subadra, I. N., Sutapa, I. K., Artana, I. W.
Ningtiyas, E. A., Alvianna, S., Hidayatullah, A., Yuni, L. K. H. K., & Sudiarta, M.
S., & Sutanto, D. H. (2021). Analisis (2019). Investigating Push And Pull
pengaruh attraction, accessibility, Factors Of Tourists Visiting Bali As A
amenity, ancillary terhadap minat World Tourism Destination.
berkunjung wisatawan melalui International Journal Of
loyalitas wisatawan sebagai variabel Multidisciplinary Educational
mediasi. Media Wisata, 19(1), 83–96. Research, 8(8), 253–269.
https://doi.org/10.36275/mws https://doi.org/10.6084/m9.figshare.99
Padin, C., Svensson, G., & Wood, G. (2016). 16247
A model of pilgrimage tourism: Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
process, interface, people and Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
sequence. European Business Review, Bandung: Alfabeta.
28(1), 77–95. Tan, W. (2016). Repeat visitation : A study
https://doi.org/10.1108/EBR-01-2015- from the perspective of leisure
0003 constraint, tourist experience,
Prajawati, M. I. (2019). Competitiveness of destination images, and experiential
Sharia Tourism Destination. familiarity. Journal of Destination
Management and economics journal, Marketing & Management, 1–10.
4(1), 73–80. https://doi.org/10.1016/j.jdmm.2016.0
https://doi.org/10.18860/mec- 4.003
j.v4i1.5824 Terzidou, M., Scarles, C., & Saunders, M. N.
Ramadhani, S. A., Setiawan, H., & Rini. K. (2018). Annals of Tourism
(2021). Analisis Pengaruh Atraksi Research The complexities of religious
Wisata, dan Ancillary Service terhadap tourism motivations: Sacred places,
Minat Kunjung Ulang pada Objek vows and visions. Annals of Tourism
Wisata Bukit Siguntang. Jurnal Research, 70(February), 54–65.
Terapan Ilmu Ekonomi, Manajemen https://doi.org/10.1016/j.annals.2018.
dan Bisnis, 1(3), 124–133. 02.011
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Utama, I. G. B. R. (2017). Pemasaran
Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Pariwisata. Yogyakarta: Andi.