SKRIPSI
Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2023
BAB I
Pendahluan
Provinsi Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi
pariwisata yang cukup besar. Keindahan alam, kekayaan budaya, dan beragam atraksi wisata
menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Pariwisata di Provinsi
Yogyakarta memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi daerah, karena dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan sektor-sektor terkait.
Pariwisata di Provinsi Yogyakarta yang telah berkembang pesat, masih perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk memahami secara mendalam pengaruh pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi ini. Salah satu permasalahan yang perlu diteliti adalah dampak
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Yogyakarta. Dalam beberapa tahun
terakhir, pariwisata di Provinsi Yogyakarta telah mengalami perkembangan pesat dengan
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Selain itu, permasalahan lain yang perlu
diperhatikan adalah dampak pandemi COVID-19 terhadap sektor pariwisata di Provinsi
Yogyakarta. Pembatasan perjalanan dan penurunan kunjungan wisatawan telah berdampak
negatif pada sektor pariwisata dan perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting
untuk memberikan pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Yogyakarta untuk saat ini.
Peningkatan wisatawan pada tahun 2022 juga bisa menjadi masukan bagi pihak-pihak yang
terlibat dalam pariwisata DIY, untuk selalu memperhatikan perkembangan, pengelolaan,
peningkatan fasilitas yang mendukung kemajuan pariwisata khususnya. Agar jumlah
witasawan yang cenderung mengalami kenaikan ini dapat direspon baik oleh pemerintah
Kabupaten/Kota di DIY. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang banyak memiliki
pengaruh pada sektor lain misalnya sektor sosial dan ekonomi.
Sebagai bentuk respon terhadap kebutuhan para wisatawan atau untuk melengkapi
pariwisata di Kabupaten/Kota Yogyakarta, baik pemerintah maupun swasta ikut berpartisipasi
dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan sekaligus perkembangan pariwisata. Dalam hal ini
salah satunya restoran dan rumah makan yang berada di Kabupaten/Kota Yogyakarta dalam
penelitian ini mengunakan jumlah wisatawan nusantara karena ketersediaan data setiap
tahunya dan juga kelengkapan disetiap daerah dan jumlah wisatawan nusantara yang
jumlahnya jauh lebih banyak.
Jumlah rumah makan/restoran di D.I Yogyakarta pada tahun 2019 mengalami penurunan
sebesar 335. Pada tahun berikutnya tahun 2019-2020 tidak mengalami penurunan dan kenaikan
dengan jumlah 1674. Sedangkan pada tahun 2020-2022 terus mengalami kenaikan yang
signifikan sebesar 1912 pada tahun 2022. Dari tahun 2020 hingga 2022 menunjukan bahwa
jumlah rumah makan/restoran di D.I Yogyakarta mengalami peningkatan/tren positif. Karena
jumlah restoran dan rumah makan merupakan salah satu sektor pariwisata yang memberi
dampak pada sektor ekonomi, selain itu jumlah obyek wisata juga merupakan bagian dari
sektor pariwisata jumlah obyek pariwisata tentunya menjadi daya tarik wisatawan di
Provinsi/Kabupaten di D.I Yogyakarta, Oleh karena itu peneliti tertarik dengan jumlah restoran
dan rumah makan ini sebagai salah satu faktor indepen dalam penelitian.
Jumlah obyek wisata di D.I Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun 2018 ke 2019
sebesar 37. Sedangkan pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 193. Pada Tahun 2021
ke 2022 relative stabil. Pemerintah seharusnya memperhatikan jumlah obyek wisata di D.I
Yogyakarta yang semakin menurun karena peningkatan jumlah obyek wisata adalah daya tarik
tersendiri bagi wisatawan berkunjung ke Kabupaten/Kota Yogyakarta sehingga menjadikan
banyak pilihan saat berkunjung. Penurunan objek wisata ini juga diharapkan menjadi masukan
pemerintah agar mendorong kemajuan pariwisata dengan membuka kawasan obyek wisata
serta meningkatkan jumlah kamar hotel yang menjadi tempat menginap wisatawan sekaligus
dapat merawat atau mengelola aset daerah (candi, museum, pantai, dll) dengan lebih baik.
Tabel1. 4 Jumlah Kamar Hotel Bintang dan Hotel Berbintang di D.I Yogyakarta
Tahun 2018 2019 2020 2021 2022
Kamar Hotel Bintang 14 413 16 251 16 964 16 293 16 358
Kamar Hotel Non Bintang 18 320 19 397 22 176 18 093 18 162
Jumlah kamar hotel berbintang dan non bintang pada tahun 2019 mengalami peningkatan
sebesar 1 838 untuk kamar hotel bintang sedangkan untuk sebesar 1 077 kamar. Pada tahun
2021 mengalami penurunan dari 16 964 menjadi 16 293 untuk kamar hotel bintang, lalu
untuk kamar hotel non bintang dari 22 176 menjadi 18 093 kamar. Pada tahun 2022 daari
jumlah kedua kamar mengalami kenaikakan untuk kamar berbintang sebesar 16 358
sedangkan untuk kamar non bintang menjadi 18 162 kamar.
Jadi dari dua teori diatas hubungan antara ekonomi kepariwisataan dengan ekonomi
masyarakat bila suatu daerah dibangun tempat-tempat wisata maka secara tidak langsung
penduduk sekitar akan mengalami dampak pertumbuhan ekonomi, karena tempat tempat
wisata tersebut akan menarik lapangan pekerjaan dan membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar tempat wisata tersebut.
Tabel1. 5 Produk Domestik Regional Bruto D.I Yogyakarta
Produk Domestik Regional Bruto D.I Yogyakarta pada tahun 2019 mengalami kenaikan
sebesar 11.2993301. Pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 138.117.838,20.
Sedangkan pada tahun 2021 dan tahun 2022 terus mengalami kenaikan menjadi
165.690.209,90. Dengan peningkatan PDRB dari tahun ketahun serta berhubungan dengan
penigkatan pertumbuhan ekonomi maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi : jumlah penduduk, jumlah stock barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan
alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.
Pengertian Pariwisata menurut E. Guyer-Freuler, Juga dinukil oleh Pendit di dalam bukunya
pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala zaman sekarang yang didasarkan atas
kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang disadari dan menumbuh
terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat sebagai
hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyemurnaan alat-alat
transportasi. (Pendit, 2003)
Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselanggarakan dari
suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah
di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam. (Yoeti,
1983)
Bila dilihat dari sisi Undang-Undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990, tentang
kepariwisataan dalam pasal 1 menyatakan :
1. wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan hal tersebut dilakukan
secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata;
2. wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata;
3. pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut;
4. kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata;
5. usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata
atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut;
6. objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata;
7. kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu dibangun atau disediakan
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata;
8. menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan
Jadi dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang di maksud
dengan pariwisata adalah suatu kegiatan atau perjalanan manusia yang sifat untuk sementara
waktu yang dilakukan atas kemauannya sendiri, dengan tujuan bukan untuk berusaha, bekerja
atau menghasilkan uang, akan tetapi untuk melihat atau menikmati suatu obyek yang tidak
didapatnya dari asal tempat tinggalnya.
Menurut UU No. 10 Tahun 2009 pasal 1 yaitu wisatawan adalah orang yang melakukan
wisata. Jumlah wisatawan adalah jumlah wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara yang berkunjung di suatu daerah. Usaha mendukung peningkatan jumlah wisatawan
yang berkunjung diperlukan pembangunan kepariwisataan yang mengarahkan pada
peningkatan peran pariwisata dalam kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja
serta berusaha memberikan kesempatan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat serta penerimaan daerah. (Wihoho, 2006)
Wisatawan Domestik adalah wisatawan dalam negri, yaitu seseorang warga negara suatu
negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa
melewati perbatasan negaranya. Jadi di sini tidak ada sama sekali unsur tunggalnya, baik
kebagsaannya, uang yang dibelanjakan atau dokumen perjalanan yang dipunyainnya. (Yoeti,
1983)
Wisatawan Nusantara adalah seseorang Warga Negara Indonesia suatu Negara yang
melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati Indonesia.
Wisatawan ini disebut juga wisatawan dalam negri (Karyono, 1997)
Cetring Industry adalah suatu industri yang bergerak dalam usaha pelayanan makanan dan
minuman yang diperuntukan baik untuk umum maupun bagi lembagalembaga yang
memesannya secara khusus untuk keperluan yang bermacam-macam. Yang termasuk dalam
industri ini adalah Bar dan Restoran, Kedai Kopi, Kafetaria, Warung Rumah Makan dan
perusahaan sejenis lainnya. Jadi aktifitas kegiatannya meliputi segala macam usaha yang
sangat luas dan beragam ragamnya.
Di samping itu disebut sebagai “industri katering” usaha ini juga dikenal dengan istilah
“Industri makanan yang jauh dari rumah”. Hal ini disebabkan karena makanan dan minuman
yang disediakan bagi mereka yang jauh dari tempat tinggalnya dimana ia biasanya tinggal,
seperti perjalanan wisata, yang disedikan restoran maupun hotel, dll. (Yoeti, 1983)
Menyediakan makanan dan minuman serta usaha sejenisnya, namun demikian meskipun
dikelopokan ke dalam usaha pelayanan makanan dan minuman (foods and baverage),
kegiatannya sesungguhnya. Restoran dan rumah makan merupakan sebuah tempat usaha yang
ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum. (Novitri, 2014)
Obyek wisata meliputi berbagai macam tempat wisata seperti wisata alam, taman rekreasi
bukan hanya itu saja, melainkan seni budaya menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan
yang sedang berkunjung. Jumlah obyek wisata yang terus bertambah disetiap tahunnya
menambah banyak pilihan bagi wisatawan guna mengenal dan menikmati pesona dan keunikan
dalam lingkup budaya dan geografis. Banyaknya obyek wisata yang memiliki daya tarik
tertentu akan potensi yang mampu menjadi tujuan para wisatawan yang dimanfaatkan untuk
menikmati masa liburan dan menjadi sarana peluang usaha bagi masyarakat sekitar. (Sutrisno,
2013)
Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya.
Dengan dipungut biaya biaya, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah
kamar lebih dari 10 (sepuluh). Hotel dikelola secara komersial dengan menyediakan fasilitas
penginapan untuk masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut : 1) Jasa penginapan, 2)
pelayanan makanan dan minuman, 3) pelayanan barang bawaan, 4) pencucian pakaian, 5)
Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada didalamnya. (Sutrisno, 2013)
Hotel Melati/ Hotel NonBintang adalah usaha penyediaan jasa layanan penginapan bagi
umum yang dikelola secara komersial dengan menggunakan sebagian atau seluruh bagian
bangunan yang telah memenuhi ketentuan sebagai hotel melati yang ditetapkan dalam surat
keputusan instansi yang membinanya (BPS, 2023)
(Sutrisno, 2013) Jumlah obyek wisata merupakan salah satu tujuan seorang wisatawan untuk
berkunjung ke Kabupaten/Kota, dan pengaruh jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek
wisata dapat berpengaruh terhadap penerimaan daerah. Dalam teori bahwa jumlah obyek
wisata memberikan tanda positif, peningkatan jumlah obyek wisata berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan misalnya retribusi dan pajak
(Arianti, 2014) meningkatnya permintaan akhir pada suatu sektor akan memberikan dampak
terhadap penambahan output atau produksi suatu barang dan jasa. Dampak tersebut juga
dipengaruhi oleh peningkatan wisatawan berpengaruh pada permintaan kebutuhan akan tempat
hunian dalam hal ini adalah hotel di Kabupaten/Kota. Jika Peningkatan pelayanan fasilitas baik
berdampak pada meningkatnya lama tinggal dan berdampak pada pendapatan meningkat
termasuk pada sector ekonomi
(Zeary Saputra, 2022) Melakukan penelitian dengan judul “The Impact of Tourism on
economic Growth: Evidence from Aceh Province, Indonesia” Alat analisis yang digunakan di
antaranya, Analisis regresi data panel. Model fixed effect digunakan untuk memperkirakan
dampak pendapatan pariwisata, kunjungan wisatawan, infrastruktur, dan tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh, Indonesia. Hasil Penelitianya Menunjukkan bahwa
pendapatan pariwisata, kunjungan wisatawan, infrastruktur, dan tenaga kerja berpengaruh
positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh, Indonesia. Koefisien
regresi menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan pariwisata sebesar 1 dolar menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%. Pembangunan infrastruktur mempunyai
dampak yang signifikan, peningkatan sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebesar 7,8%. Peningkatan tenaga kerja sebesar 1 orang dikaitkan
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%.
(Dwi Rahmayani, 2022) Melakukan Penelitian dengan judul” Tourism Development and
Economic Growth: An Empirical Investigation for Indonesia” Alat analisis yang digunakan
diantaranya, Fixed Effect Model (FEM) sebagai model ekonometrik untuk menguji hubungan
antara perkembangan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pembentukan modal tetap bruto, tenaga kerja, dan rata-rata lama tamu
domestik berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Namun rata-rata lama menginap tamu asing pada hotel klasifikasi tersebut tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
(Wijesekara C, 2022) Melakukan Penelitian dengan judul” Tourism and economic growth:
A global studyon Granger causality and wavelet coherence” Alat analisis yang digunakan
diantaranya, Kausalitas Granger untuk mengetahui hubungan pariwisata dengan pertumbuhan
ekonomi Teknik koherensi wavelet digunakan untuk menganalisis korelasi dan ketergantungan
waktu antar variabel. Digunakan untuk menguji hubungan Produk Domestik Bruto Per Kapita
(PGDP) dengan Penerimaan Pariwisata Internasional. Tes akar unit digunakan untuk
menentukan apakah variabel stasioner atau tidak stasioner. Uji unit-root tipe Fisher diterapkan
untuk menguji stasioneritas variabel. Uji CUSUM digunakan untuk menilai kestabilan
parameter dalam model regresi. Hal ini digunakan untuk menganalisis dinamika antara PGDP
dan TOUR. Hasil penelitianya Pariwisata ditemukan berkontribusi signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di sebagian besar wilayah, dan sebaliknya. Mengembangkan
perdagangan di sebagian besar wilayah diidentifikasi sebagai influencer utama, dengan
hubungan dua arah antara keterbukaan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan
modal bruto menunjukkan hubungan satu arah dengan pertumbuhan ekonomi di semua wilayah
kecuali wilayah Amerika. Inisiatif untuk meningkatkan permintaan di bidang pariwisata disorot
sebagai hal penting untuk memajukan pariwisata dan meningkatkan perekonomian Wilayah
Eropa mencatat penerimaan wisatawan tertinggi dibandingkan dengan daerah lain. Pandemi
COVID-19 menyebabkan penurunan tajam dalam pendapatan wisatawan secara global, karena
meningkatnya pembatasan perjalanan dan penutupan perbatasan menunjukkan hubungan
jangka panjang antara pariwisata (TOUR) dan pertumbuhan ekonomi (PGDP), menunjukkan
setidaknya kausalitas Granger satu arah. Hasil uji stabilitas mendukung kecocokan model
dengan data dan stabilitas variabel untuk semua wilayah.
(Tutik Sukmalasari Putri, 2023) Melakukan penelitian dengan judul” The Influence of Halal
Tourism on Indonesia's Economic Growth” Alat alanisis yang digunakan anatara lain, Regresi
Linier Berganda sebagai alat analisis untuk menguji pengaruh Pariwisata Halal terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara berdampak positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia Variabel jumlah tamu asing yang menginap dihotel berbintang juga
memiliki efek positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi variabel jumlah
tamu domestik yang menginap di hotel berbintang menunjukan pengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
(Naseem, 2021) Melakukan penelitian dengan judul” The Role of Tourism in Economic
Growth: Empirical Evidence from Saudi Arabia” Alat analisis yang digunakan anatara lain,
Statistik dasar, koefisien korelasi, uji akar satuan, uji kointegrasi Johansen, uji regresi
kointegrasi, dan uji kausalitas Granger untuk menguji hubungan pariwisata dengan
pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
mempunyai hubungan jangka panjang dengan penerimaan pariwisata, pengeluaran pariwisata,
dan jumlah kunjungan wisatawan, serta jumlah kunjungan wisatawan mempunyai hubungan
yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi dibandingkan parameter lainnya.
(Andy C. L. Tai David W. H. Wong, 2022) Melakukan penelitian dengan judul” Tourism's
long- and short-term influence on global cities’ economic growth: The case of Hong Kong”
Alat analisis yang digunakan antara lain, Autoregressive Distributed Lag (ARDL) terhadap
kointegrasi. Metode ini memungkinkan dilakukannya pengujian hubungan jangka panjang
antar variabel dan dinamika penyesuaian jangka pendek menuju keseimbangan. Hasil
penelitianya menunjukkan bahwa pariwisata tidak mempunyai pengaruh kontemporer yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Hong Kong dalam jangka pendek. Namun, secara
statistik terdapat dampak tertinggal (lag effect) sebesar seperempat dari pembangunan
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan yang
bertujuan untuk mempromosikan pariwisata di Hong Kong mungkin mempunyai dampak
sementara terhadap pertumbuhan ekonomi.
(Haroon Rasool, 2021) Melakukan penelitian dengan judul” The relationship between
tourism and economic growth among BRICS countries: a panel cointegration analysis” Alat
analisis yang digunakan antara lain, Autoregressive Distributed Lag) terhadap kointegrasi
untuk menganalisis hubungan antara pariwisata, pembangunan keuangan, dan pertumbuhan
ekonomi di negara-negara BRICS. Mereka juga menggunakan uji kausalitas panel
Dumitrescu dan Hurlin Granger untuk menguji arah kausalitas antar variabel. Hasil
penelitianya menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang yang positif dan
signifikan antara pariwisata, pembangunan keuangan, dan pertumbuhan ekonomi di negara-
negara BRICS. Peningkatan penerimaan pariwisata per kapita dan kedalaman keuangan akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Perkiraan
koefisien elastisitas menunjukkan bahwa kenaikan 1% pada penerimaan pariwisata
internasional per kapita akan menghasilkan peningkatan pendapatan riil domestik sebesar
hampir 0,31%. Temuan ini mendukung hipotesis pertumbuhan yang didorong oleh pariwisata
dan menyoroti pentingnya pariwisata sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di negara-
negara BRICS.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada bagian ini akan menjelaskan bagaimana kerangka berpikir yang digunakaan saat
melakukan penelitian. Pada bagan bawah ini peneliti ini menganalisis pengaruh masing-
masing variabel x (witasawan domestik, rumah makan dan restoran, jumlah obyek wisata,
jumlah kamar hotelnonberbintang) terhadap variabel y (PDRB)
2.3 Hipotesis