Anda di halaman 1dari 28

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERITAS KRISNADWIPAYANA
2022

PROFIL KEPENDUDUK
KOTA DEPOK JAWA BARAT

[Date]

Fadilah
[company name]
PROFIL KEPENDUDUKAN
KOTA DEPOK
JAWA BARAT

Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kulih Aspek


Kependudukan Dalam Perencanaan

Dosen Pengampu :
Andy Wibawa Nurrahman S.Pd, M.Sc

Anggota Kelompok :
1. Nur Sakhdara Gustina Windani (2270241002)
2. Virgirita Swari Panggita (2270241007)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas profil kependudukan Kota Depok, Jawa Barat
dalam memenuhi tugas mata kuliah aspek kependudukan dalam perencaanan.

Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, memberi saran, dan
masukan-masukan dalam penyusunan profil kependudukan ini. Khususnya kepada bapak dosen
pengampu kami yaitu Bapak Andy Wibawa Nurrahman S.Pd, Msc serta teman-teman kelas yang
lainnya.

Semoga profil kependudukan Kota Depok ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Serta
dalam menambah wawasan kami semua dalam mata kuliah ini. kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam pembuatan profil kependudukan ini, maka dari itu kritik dan saran
akan kami terima dalam penyempurnaan tugas ini. untuk itu kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kependudukan adalah ilmu yang berkaitan dengan jumlah struktur, umur, jenis
kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas, dan kualitas
serta ketahananmya menyangkut politik, ekonomi, sosial dan budaya. Berbeda dengan ilmu
demografi yang lebih menekankan pada proses dan strukturnya, ilmu kependudukan mempunyai
ruang yang lebih luas karena juga mempertimbangkan faktor non-demografis dalam memahami
penduduk.

Perubahan struktur penduduk yang terjadi bisa karena pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat. Jika jumlah kelahiran bayi lebih besar daripada jumlah angka kematian,
demikian pula pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tingkat migrasi. Jika jumlah penduduk
yang masuk lebih besar daripada penduduk yang keluar, maka akan menyebabkan tingginya
angka pertumbuhan penduduk di suatu daerah. Selain itu migrasi merupakan faktor yang
menyebabkan pertambahan penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah
ke wilayah lainnya. Adapun faktor terjadinya migrasi yaitu makin berkurangnya sumberdaya
alam, kurangnya kesempatan bekerja, sempitnya lahan pertanian dan keadaan ekonomi yang
rendah sedangkan faktor penarik yaitu kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang lebih
baik, keadaan lingkungan yang menyenangkan seperti perumahan, rekreasi dan keadaan iklim
(Pancasasti, R & Enis, 2018).

Dengan adanya pertumbuhan penduduk, penduduk dalam perencanaan pembangunan dan


konsep pembangunan berkelanjutan dipandang sebagai modal dasar dan faktor dominan suatu
pembangunan, dengan demikian penduduk harus menjadi titik sentral dalam suatu pembangunan
yang berkelanjutan. Karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah dan
pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kualitas dan
kuantitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan (Gunawan, Jamal and
Abbas, 2020).
Depok merupakan salah satu contoh dari beberapa kota yang bermula dari sebuah
Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung
Kabupaten Bogor. Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai
luas wilayah sekitar 200,29 Km. dengan pertumbuhan penduduk yang relatif menurun. Menurut
BPS Kota Depok pada tahun 2017 jumlah penduduk nya sebesar 2.254.513 dan mengalami
penurunan yang siknifikan pada tahun 2019 sebesar 1.867.734.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan profil kependudukan ini yaitu untuk menganalisis kependudukan
berdasarkan struktur perubahan perkembangan penduduk terhitung dari fertilitas (kelahiran),
mobilitas (kematian), migrasi (perpindahan) serta dapat mengetahui proyeksi penduduk Kota
Depok.

1.3 Sasaran

1. Mengetahui profil kependudukan Kota Depok


2. Mengetahui perhitungan serta hasil proyeksi penduduk dengan mengaplikasikan
perhitungan kependudukan

1.4 Ruang Lingkup Wilayah

Depok adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Secara
astronomis Kota Depok terletak pada koordinat 6° 19’00’’ - 6° 28’00’’ Lintang Selatan
dan 106° 43’00’’ - 106° 55’00’’ Bujur Timur. Batas wilayahnya secara geografis
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah
Jabotabek.
Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar
200,29 km2. Kondisi geografis yang dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai
Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Di samping itu
terdapat pula 26 situ.
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kota Depok
Batas wilayah Kota Depok sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Ciputat sekarang Kecamatan Pamulang Kabupaten
Tangerang
 Sebelah Timur : Kecamatan Pondok Gede - Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung
Putri - Kabupaten Bogor.
 Sebelah Selatan : Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede - Kabupaten
Bogor.
 Sebelah Barat : Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor.

Kota Depok telah ditetapkan menjadi kota madya yang terdiri dari 11 Kecamatan
yaitu Kecamatan Cinere, Bojongsari, Beji,Cilodog, Cimanggis, Cipayung, Limo,
Pancoran Mas, Sawangan, Sukmajaya, dan Tapos. Dengan jumlah keseluruhan
penduduk sebanyak 2.484.186 jiwa dan kepadatan mencapai 9.421/km2 ( Data tahun
2020).
1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari beberapa bab yang menjelaskan keseluruhan
rangkaian secara rinci di setiap bab dan sub bab nya yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang dari pembuatan profil kependudukan, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup wilayah serta ruang lingkup materi, dan sistematika penulisan laporan ini.

BAB II PROFIL KUANTITAS PENDUDUK

Bab ini berisi mengenai profil kuantitas penduduk Kota Depok, Jawa Barat, yang membahas
tentang jumlah penduduk time series, fertilitas, mortalitas, migrasi, struktur penduduk dan
distribusi penduduk.

BAB III PROFIL KUALITAS PENDUDUK

Bab ini berisikan mengenai profil kualitas penduduk Kota Depok yang membahas tentang
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan ekonomi.

BAB IV HASIL PROYEKSI PENDUDUK

Bab ini berisikan hasil perhitungan proyeksi penduduk Kota Depok, Jawa Barat dengan
menggunakan analisis agregat dan trendline.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan rekomendasi


BAB II
KUANTITAS PENDUDUK

2.1 Jumlah Penduduk


Penduduk adalah salah satu elemen penting dalam aspek kependudukan untuk
membangun perencanaan pembangunan suatu wilayah. Secara sederhana penduduk dapat
diartikan sebagai individu atau sekumpulan individu yang berdomisili atau bertempat tinggal di
suatu wilayah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di wilayah tersebut. Jumlah
penduduk dalam laporan profil kependudukan menggunakan data time series yang digunakan
untuk melihat perkembangan jumlah penduduk di Kota Depok dari tahun 2017-2021.

2.2 Jumlah penduduk Kota Depok


Jumlah penduuk Kota Depok menurut BPS tahun 2017-2021 mengalami beberapa
penurunan maupun kenaikan yang siknifikan pada seluruh kecamatan yang berada di Kota
Depok. Berikut merupakan jumlah penduduk Kota Depok tahun 2017-2021 .
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kota Depok Tahun 2017-2021
T

Nama Kecamatan Jumlah Penduduk


2017 2018 2019 2020 2021
Sawangan 159.613 165.631 150.935 178.900 184.900
Bojongsari 128.894 133.682 177.353 135.700 139.340
Pancoran Mas 273.447 282.167 232.418 245.000 247.850
Cipayung 165.361 171.457 150.156 171.600 176.000
Sukmajaya 302.719 311.379 248.015 252.500 253.810
Cilodong 161.866 167.565 150.309 168.200 172.550
Cimanggis 313.987 324.343 234.134 252.000 252.250
Tapos 280.121 289.809 242.562 263.400 267.630
Beji 215.215 222.372 155.546 171.700 171.780
Limo 113.684 117.890 90.976 115.700 118.470
Cinere 139.606 144.038 85.330 101.700 101.350
Jumlah 2.254.51 2.330.333 1.867.734 2.056.400 2.085.935
3
Sumber : BPS Kota Depok Dalam Angka
Gambar 2.1 Grafik Jumlah Penduduk Kota Depok
Berdasarkan grafik dalam periode 5 tahun yakni tahun 2017- 2021, jumlah penduduk di Kota
Depok mengalami fluktasi atau ketidakstabilan. Pada tahun 2017- 2018 mengalami kenaikan
jumlah penduduk sebesar 75.820 jiwa. Pada tahun 2018 - 2019 mengalami penurunan yang
lumayan tajam sebesar 462.599 jiwa. Pada tahun 2020 mengalami kenaikan hingga 2021.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk terendah terdapat di tahun 2019 sedangkan
jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2017.

2.3 Fertilitas
2.3.1 Perhitungan Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)
CBR merupakan pengukuran tingkat fertilitas yang paling sederhana. CBR didefinisikan
sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada
pertengahan tahun.

B
CBR= xk
P
Keterangan :

B = Jumlah Kelahiran pada tahun x

P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun x

K = konstanta umumnya 1000


Grafik tingkat fertilitas kasar (CDR) Kota Depok tahun 2017-2020 di tujukan pada gambar
dibawah ini.

CDR
25 23
21
20 19 19
CDR 1000 Penduduk

15

10

0
2017 2018 2019 2020

CDR

Gambar 2.2 Grafik Tingkat Fertilitas Kasar (CDR) Kota Depok Tahun 2017-2020

Grafik diatas menunjukan bahwa Tingkat Fertilitas Kasar (CDR) pada Kota Depok
terlihat mengalami fluktuasi tiap tahun nya. Terlihat pada tahun 2019 terdapat kenaikan yang
cukup tinggi dari tahun 2018 yaitu 23 kelahiran hidup pada setiap 1000 penduduk.

2.3.2 Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Spesific Rate)


ASFR merupakan banyak dari Wanita pada suatu kelompok umur pada tahun tertentu per
1000 wanita pada kelompok umur dan pertengahan tahun yang sama. Adanya perbedaan
kemampuan melahirkan antar kelompok Wanita usia produktif menjadi dasar pertimbangan
munculnya perhitungan ini.

Bi
ASFRi= XK
Pi
Keterangan :
Bi = Jumlah Kelahiran bayi Wanita pada kelompok umur i
Pi = jumlah Wanita kelompok umur I pada pertengahan tahun
K = Bilangan kontan, 1000
2.3.3 Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate)
TFR menunjukkan jumlah kelahiran hidup tiap 1000 wanita hingga akhir masa
reproduksinya, dengan catatan: tidak ada seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri
masa reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode tertentu.
Kelebihan TFR dapat dijadikan ukuran kelahiran seorang wanita selama masa reproduksinya
(15-44 tahun) dan telah memperhitungkan masa subur tiap kelompok umur. Dalam praktiknya,
TFR dihitung dengan cara menjumlahkan ASFR. Jika umur tersebut berjenjang 5 tahun, maka
rumusnya

2.4 Mortalitas
2.4.1 Angka Kematian Kasar (CDR)
CDR didefinisikan sebagai jumlah kematian pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan tahun tersebut. Angka kematian untuk 1000 orang.

D
CDR= Xk
P
Keterangan :
D = Jumlah Kematian pada tahun x
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun x
K = Konstanta, 1000
2.4.2 Angka Kematian Menurut Umur (Age Spesific Death Rate)
ASDR adalah jumlah kematian pada kelompok umur tertentu per 1000 penduduk
kelompok umur tersebut pada tahun tertentu. Angka kematian untuk 1000 orang.
Di
ASDR= Xk
Pi
Keterangan :
Di = Jumlah kematian orang berumur i pada tahun x
Pi = jumlah penduduk berumur i pada pertengahan tahun x
K = Konstan, 1000
2.5 Struktur Penduduk
2.5.1 Sex Ratio

Sex Ratio (Rasio Jenis Kelamin) adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan, biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100
penduduk perempuan. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan
perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan
perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil, juga guna merancang
pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin
dengan mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur tertentu.

PL
SR= X 100
PW

Keterangan :

SR = Sex Ratio (rasio jenis kelamin)

PL = Jumlah Penduduk laki-laki

PW = Jumlah penduduk wanita

Sex ratio dinyatakan dalam bentuk angka bulat. Jika angka sex ratio sama dengan 100, berarti
jumlah penduduk laki – laki sama dengan jumlah penduduk perempuan. Apabila angka sex ratio
lebih dari 100 berarti jumlah penduduk laki – laki lebih banyak dari jumlah penduduk
perempuan, dan sebaliknya apabila angka sex ratio kurang dari 100 berarti jumlah penduduk
laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan.

Table 2.2 Perhitungan Sex Ratio Kota Depok tahun 2017-2021


Nama Kecamatan Sex Ratio
2017 2018 2019 2020 2021
Sawangan 104 104 104 104 104
Bojongsari 103 103 103 102 103
Pancoran Mas 101 101 101 101 101
Cipayung 103 103 103 102 102
Sukmajaya 98 98 98 99 99
Cilodong 102 102 102 103 103
Cimanggis 102 102 102 102 102
Tapos 101 101
Sex Ratio 100
2021 101 102
Beji180 102 102 102 102 102
Limo160 102 102 102 102 102
140
Cinere
120 100 100 100 100 100
100
Jumlah80 102 102 102 102 102
60
Sumber : BPS 40 Kota
Depok, 2018- 20 2022
0
i ji
an ga
n asar ng jaya ong ggis pos Be
o re ah
at an gsM ayu a d Ta Lim Cine ml
m onn p lo an u
ca w j ra Ci km Ci m J
Ke Sa Bo nco S u Ci
m
a Pa
Na

Gambar 2.2 Diagram Sex Ratio Kota Depok Tahun 2021


Berdasarkan table dan grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa sepanjang tahun 2017-2021
tidak mengalami perubahan angka sex ratio yang siknifikan di Kota Depok. Pada periode 5
tahun tersebut Kecamatan Sukmajaya selalu memiliki nilai di bawah sex ratio, kecamatan
Cinere memiliki nilai sex ratio yang sama sedangkan 9 kecamatan lain yaitu Kecamatan
Sawangan, Bojong Sari, Pancoran Mas, Cipayung, Cilodong, Cimanggis, Tapos, Beji, dan Limo
memiliki nilai rasio yang besar.
2.5.2 Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk berumur 0 hingga 14


tahun,di tambah jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas, kemudian dibandingkan dengan
jumlah penduduk umur 15 hingga 64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut :

DR=P 0−14+ P 65+ ¿ X 100 % ¿


P15−64

Keterangan :

DR = Dependency ratio (rasio ketergantungan)

P0-14 = Jumlah penduduk usia 0-14 tahun

P15-64 = Jumlah penduduk usia 15-64 tahun

P65+ = Jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas

Rasio ketergantungan dinyatakan dengan bentuk persentase, dan rasio tersebut


menyatakan berapa banyak penduduk usia tidak produktif atau bukan angkatan kerja yang harus
ditanggung oleh setiap 100 penduduk usia produktif atau angkatan kerja. Semakin besar angka
persentase dari rasio ketergantungan, artinya semakin banyak penduduk bukan angkatan kerja
yang bergantung pada penduduk usia angkatan kerja. Selain itu, rasio ketergantungan masih
dapat diuraikan lagi menjadi rasio ketergantungan penduduk muda serta rasio ketergantungan
penduduk tua atau lanjut usia (lansia).

2.5.3 Piramida Penduduk

Piramida penduduk merupakan penggambaran perkembangn penduduk dalam kurun


waktu tertentu. Terdiri dari sumbu horizontal dan vertikal. Sumbu horizontal menggambarkan
jumlah penduduk menurut kelompok umur tertentu, yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka
absolut atau persentase. Jumlah penduduk tersebut ditentukan oleh kematian dan migrasi bersih
di setiap kelompok umur. Adapun untuk jumlah penduduk 0-4 tahun, jumlah penduduk
dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Bagian kiri piramida menunjukkan jumlah
penduduk laki-laki, sedangkan bagian kanan jumlah penduduk perempuan. Sumbu vertikal
menggambarkan distribusi umur lima tahunan. Dasar piramida mencerminkan jumlah penduduk
usia 0-4 tahun, sementara puncak piramida mencerminkan jumlah penduduk kelompok tua yang
dibuat open-ended interval (misal 65+).

Piramida Penduduk Tahun 2020


70 - 74
60 - 64
50 - 54
40 - 49
30 - 34
20 - 24
10 - 14
0-4
Perempuan Lak-laki

Gambar 2.3 Piramida Penduduk Kota Depok Tahun 2020

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa piramida penduduk Kota Depok pada
2020 memiliki bentuk piramida penduduk dewasa atau piramida stasioner. Piramida ini memiliki
jumlah penduduk tiap kelompok umur hamper sama, dan mengecil pada kelompok usia tua dan
dapat mengindikasikan tingkat kelahiran yang terbilang rendah. Kelompok usia dengan total
jumlah penduduk terbanyak adalah kelompok usia 30-34 yang berjumlah 176.660, sedangkan
kelompok usia dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah kelompok usia diatas 75 yaitu
sebesar 22.906 jiwa.
Piramida Penduduk Tahun 2021
70 - 74
60 - 64
50 - 54
40 - 44
30 - 34
20 - 24
10 - 14
0-4
-100000 -80000 -60000 -40000 -20000 0 20000 40000 60000 80000 100000

Perempuan Laki-laki

Gambar 2.4 Piramida Penduduk Kota Depok Tahun 2021

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa piramida penduduk Kota Depok pada
2020 memiliki bentuk piramida penduduk dewasa atau piramida stasioner. Piramida ini memiliki
jumlah penduduk tiap kelompok umur hamper sama, dan mengecil pada kelompok usia tua dan
dapat mengindikasikan tingkat kelahiran yang terbilang rendah. Kelompok usia dengan total
jumlah penduduk terbanyak adalah kelompok usia 30-34 yang berjumlah 176.660, sedangkan
kelompok usia dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah kelompok usia diatas 75 yaitu
sebesar 22.906 jiwa.

2.6 Distribusi Penduduk

Distribusi penduduk merupakan persebaran penduduk secara keruangan berdasarkan


karakteristik tertentu. Distribui penduduk dibedkan menjadi dua yaitu distribusi secara geografis
dan distribusi secara administrative pemerintahan. Ukuran distribusi penduduk yang paling
sederhana adalah distribusi persentae penduduk terhadap suatu wilayah dengan cara :

P1
% penduduk = x 100 %
P

Keterangan :

P1 = jumlah penduduk wilayah i

P = Total penduduk
Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Distribusi Penduduk Kota Depok Tahun 2017-2021
Kecamatan 2017 2018 2019
Jumlah Distribus Jumlah Distribusi Jumlah Distribusi
penduduk i penduduk penduduk penduduk pendudul
pendudu
k
Sawangan 159.613 7,8% 165.631 7,13% 150.935 8,08%
Bojongsari 128.894 5,72% 133.682 5,73% 177.353
9,49%
Pancoran 273.447 12,2% 282.167 12,10% 232.418
Mas 12,44%
Cipayung 165.361 7,35% 171.457 7,35% 150.156 8,03%
Sukmajaya 302.719 13,47% 311.379 13,36% 248.015
13,27%
Cilodong 161.866 7,20% 167.565 7,19% 150.309 8,04%
Cimanggis 313.987 13,93% 324.343 13,91% 234.134
12,53%
Tapos 280.121 12,45% 289.809 12,43% 242.562
12,98%
Beji 215.215 9,59% 222.372 9,54% 155.546 8,32%
Limo 113.684 5,06% 117.890 5,05% 90.976
4,8%
Cinere 139.606 6,17% 144.038 6,18% 85.330 4,56%
Kecamatan 2020 2021
Jumlah Distribus Jumlah Distribusi
penduduk i penduduk penduduk
pendudu
k
Sawangan 178.900 8,69% 184.900 8,86%
Bojongsari 135.700 139.340
6,59% 6,67%
Pancoran 245.000 247.850
Mas 11,91% 11,88%
Cipayung 171.600 176.000
8,34% 8,43%
Sukmajaya 252.500 12,27% 253.810 12,16%
Cilodong 168.200 172.550
8,17% 8,27%
Cimanggis 252.000 12,25% 252.250 12,09%
Tapos 263.400 267.630
12,80% 12,83%
Beji 171.700 171.780
8,34% 8,23%
Limo 115.700 118.470
5,62% 5,67%
Cinere 101.700 4,94% 101.350 4,85%
Distribusi Penduduk 2020
14.00% 11.91% 12.27% 12.25% 12.80%
12.00%
10.00% 8.69% 8.34% 8.17% 8.34%
Presentase Distribusi 8.00% 6.59%
5.62% 4.94%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
n i as a g is s ji re
ga ar ng ay on gg po Be
o
an gs M a yu aj d n Ta Lim i ne
on n p km lo a C
w j ra Ci Ci m
Sa Bo nco Su Ci
Pa
Kecamatan

Gambar 2.3 Diagram Distribusi Penduduk Kota Depok Tahun 2020


Berdasarkan data Kota Depok dalam Angka Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan
bahwa dalam kurun waktu lima tahun 2017-2021 kecamatan dengan distribusi penduduk
tertinggi adalah Kecamatan Sukmajaya. Pad tahun 2020 Kecamatan Sukmajaya menunjukan
presentase sebesar 12,27% dari total distribusi penduduk Kota Depok. sebaliknya distribusi
penduduk terendah pada tahun 2020 adalah Kecamatan Cinere sebesar 4,94% dari total distribusi
di tahun 2020.
2.7 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas daerah
yang menunjukan rata rata jumlah penduduk tiap satuan luas wilayah tertentu. Semakin besar
angka kepadatan penduduk berarti semakin padat penduduk yang mendiami wilayah tersebut.
Rumus menentukan kepadatan penduduk adalah sebagi berikut :
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk=
luas wilayah
Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Kota Depok Tahun 2017-2021
Kecamatan Luas Kepadatan penduduk
Daerah 2017 2018 2019 2020 2021
(km2)
Sawangan 19,30 8271 8582 7820 9269 9580
Bojongsari 18,03 6678 7414 9836 7527 7728
Pancoran 11,45 1166
Mas 24643 20298 21397 21646
Cipayung 11,45 14442 14974 13115 14987 15371
Sukmajaya 17,35 17448 17947 14294 14553 14629
Cilodong 16,19 9998 10349 9284 10389 10658
Cimanggis 21,58 14550 15030 10849 11677 11689
Tapos 33,26 8422 8713 7293 7920 8046
Beji 14,56 14781 15273 10683 11793 11792
Limo 11,84 9602 9956 7684 9772 10006
Cinere 10,55 13233 13653 8089 9639 9606
Sumber ; BPS Kota Depok Tahun 2017-2021

Berdasarkan table di atas, di ketahui bahwa Kota Depok mengalami perubahan


persebaran penduduk dalam 5 periode tahun. Dengan Kecamatan dengan nilai tertinggi
kepadatannya adalah Kecamatan Pancoran Mas dengan dta terbaru tahun 2018 menunjukan
angka kepadatan sebesar 21646 jiwa/km2. Sedangkan untuk Kecamatan dengan nilai kepadatan
terendah adalah Kecamatan Tapos. Walaupun begitu secara keseluruhan kepadatan penduduk di
Kota Depok bersifat Fluktuatif.
BAB III
KUALITAS PENDUDUK
3.1 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu penentu dari kualitas penduduk suatu wilayah yang
meliputi sarana Pendidikan, rasio murid perguru dan angka partisipasi kasar.

3.1.1 Ketersediaan Sekolah

Jumlah sekolah di Kota Depok pada Tahun 2017-2021 masing-masing mengalami


peningkatan setiap tahunnya. Ketersediaan sekolah di Kota Depok dalam kurun waktu 5 tahun di
tunjukan melalui grafik sebagai berikut :

500
447 454
450 439 438
413
400
350
AJumlah Sarana (unit)

300
245 251
250 234
205 212
200
150 142 142 131 144 131 144
150 126 128 129
100 73 73 73 73 72
63 63 66 69 68
50 25 28
28 28 29
0
2017 2018 2019 2020 2021

SD MI SMP MTS SMA SMK MA

Gambar 3.1 Jumlah Sekolah di Kota Depok Tahun 2017-2021

Berdasarkan ketersediaan sarana yang ada membuktikan bahwa kulitas pendidikan di


Kota Depok sangat baik serta memenuhi standar kebutuhan penduduk lokal. Ketersediaan sarana
Pendidikan berdasarkan jumlah pendudukpun sudah memenuhi standar.
3.1.2 Rasio Murid per Guru

30
27
26
25 24 24
23 23 23
2323 22 22
22 21 22 21 21
20 21 20 21
Rasio Murid Per Guru
20 19 20
19 18
18 17 18 18
15 13
12 13 13 12 13

10
8

0
2017 2018 2019 2020 2021

SD MI SMP MTS SMA SMK MA

Gambar 3.2 Diagram Rasio Murid per Guru Kota Depok Tahun 2017-2021

Diagram diatas menunjukan bahwa jenjang SD memiliki rasio murid perguru tertinggi diantara
jenjang Pendidikan lainnya. Pada tahun 2018 rasio semua murid jenjang Pendidikan per guru
sebesar

3.1.3 Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang masih
bersekolah di jenjang pendidikan tertentu (tanpa memandang usia), dengan jumlah penduduk
yang memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan yang sama.

Jumlah Murid Jenjang Sekolah


APK = x 100 %
jumlah penduduk usia sekolah

Usia Jenjang SD : 7-12 tahun


Usia Jenjang SMP : 13-15 tahun
Usia Jenjang SMA : 16-18 tahun
3.2 Kesehatan

Menurut organisasi Kesehatan dunia (WHO) Kesehatan adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial kesejahteraan yang bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Kesehatan merupakan hal yang sangat diinginkan bahkan dibutuhkan oleh makhluk hidup begitu
pula manusia.. oleh karena itu, Kesehatan adalah dasar dari peningkatan kualitas dan kuantitas
hidup dalam bermasyarakat. Sama hal nya dengan Kota Depok yang memiliki beberapa sumber
daya pada bidang Kesehatan untuk mendukung fasilitas Kesehatan untuk masyarakatnya.

Tabel 3.1 Tabel Sarana Kesehatan di Kota Depok Tahun 20217-2021

Tahun Jumlah Jumlah Jumlah Sarana Kesehtan Jumlah


Penduduk Wanita Balita Sarana
Produktif Eksisting
2.254.513 Rumah Sakit Umum 21
Rumah Sakit Bersalin 14
2017 Puskesmas 35
Puskesmas pembantu
Poliklinik
Rumah Sakit 18
Puskesmas 36
2018 2.330.333 Puskesmas Pembantu 8
Poliklinik 49
Rumah Sakit Bersalin 10
Rumah Sakit 18
Rumah Sakit Bersalin 4
2019 1.867.734 Puskesmas 34
Puskesmas Pembantu 7
Poliklinik 54
Rumah Sakit 18
Rumah Sakit Bersalin 4
2020 2.056.400 Puskesmas 34
Puskesmas Pembantu 7
Poliklinik 54
Rumah Sakit 17
Rumah Sakit Bersalin 1
2021 2.085.935 Puskesmas 37
Puskesmas Pembantu 4
Poliklinik 56

Berdasarkan tabel di atas, sarana Kesehatan di Kota Depok memenuhi standar minimal
sesuai dengan jenis Kesehatan nya. Terdapat diantaranya Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin,
puskesmas, puskesmas pembantu, poliklinik. Dengan adanya beberapa sarana fasilitas Kesehatan
artinya dapat menjamin kesehahteraan masyarakat di Kota Depok.

3.3 Ketenagakerjaan
BAB 4

PROYEKSI PENDUDUK AGREGAT

Proyeksi penduduk merupakan perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari
komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan
(migrasi). Ketiga komponen tersebut akan menentukan jumlah dan struktur umur penduduk di
masa depan. Untuk menentukan masing-masing asumsi diperlukan data yang menggambarkan
tren di masa lampau hingga saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi tiap-tiap komponen, dan
hubungan antara satu komponen dengan yang lain, termasuk target yang diharapkan dicapai pada
masa mendatang. Proyeksi memiliki peranan yang penting bagi studi Perencanan Wilayah dan
Kota, yaitu untuk acuan dalam kegiatan perencanaan pembangunan. Hasil proyeksi digunakan
sebagai salah satu acuan untuk mendapatkan gambaran kondisi penduduk dimasa yang akan
datang.

Proyeksi penduduk pada dasarnya digunakan untuk dua macam perencanaan :

1. Perencanaan pembangunan yang tujuannya menyiakan barang dan jasa sebagai tanggapan
terhadap perkembangan penduduk masa depan sesuai dengan hasil proyeksi penduduk.
2. Perencanaan dalam kaitannya dengan kebijakan pengendalian penduduk terutama dalam hal
mengarahkan kecenderungan fertilitas, mortalitas dan migrasi menuju tercapainnya sasaran
pembangunan tertentu.
FORMULA:
Metode Formula atau Perhitungan
Metode ini tergolong sangat mudah dan dilengkapi dengan rumus-rumus perhitungan secara
jelas.
Jenis Perkiraan Penduduk
1. Antar sensus (intercensal)
Data dari 2 sensus terakhir : Pertumbuhan linear (penduduk akan bertambah dengan
jumlah yang sama setiap tahummya)
m n−m
Rumus : Pm = P0 + (Pn – P0) atau : Pm = Pn + (Pn – P0)
n ȵ
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk awal
Pm = Jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan
m = Selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
n = Selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui

2. Setelah sensus (postcensal estimates)


Perkiraan penduduk setelah sensus. Prinsipnya sama yaitu pertambahan penduduk linier.
m n−m
Rumus : Pm = P0 + (Pn – P0) atau : Pm = Pn + (Pn – P0)
n ȵ
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk awal
Pm = Jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan (tahun m)
m = Selisih tahun yang dicari dengan tahun n
n = Selisih tahun dari 2 sensus yang diketahui

Model Aritmatik

Pertambahan jumlah penduduk dianggap sama setiap tahunnya

Rumus : Pn = P0 + cn atau Pn = (1+rn)


Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk awal
c = Jumlah pertambahan penduduk pada konstan (nilai absolut)
r = Angka pertambahan
n = Periode (waktu)

Model Geometrik

Angka pertumbuhan penduduk dianggap sama setiap tahun yang menggunakan dasar bunga
majemuk
Rumus : Pn = P0 (1+r)ȵ (pangkat n)
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk awal
r= angka pertambahan penduduk (%)
n= waktu dalam tahun (periode proyeksi)

Model Eksponensial
Pertumbuhan penduduk yang terjadi secara terus menerus dengan angka pertumbuhan Konstan
Rumus : Pn = P0 × e rn
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk awal
r= angka pertambahan penduduk (%)
n= waktu dalam tahun (periode proyeksi)
e= angka eksponensial atau bilangan pokok system logaritma natural

4.1 Hasil Proyeksi Agregat

4.1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk

Anda mungkin juga menyukai