Anda di halaman 1dari 29

Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Terhadap

Perkembangan Ekonomi Mikro di Desa


Jelekong UNIVERSITAS

Ujian Akhir Semester WINAYA MUKTI

Mata Kuliah Ekonomi Wilayah dan Kota


Tahun Ajara 2022/2023

KELOMPOK 2
Disusun Oleh :
Akbar Keppy Nugraha : 4122421150008
Akhmad Romdon Aljabal Boylo : 4122322150019
Devika Nadilla S : 4122321150007
Kaka Maulida Gustian : 4122321150004
Nada Nisrina : 4122321150014
Sarah Oktaverina : 4122322150010
Septian Nurbudiman : 4122321150005
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah yang berjudul,
“Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Terhadap Perkembangan Ekonomi Mikro di
Desa Jelekong” ini dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap Makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Terhadap Perkembangan Ekonomi Mikro.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai
kepada kami sehingga Makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
Buku Laporan ini. Harapan kami, informasi yang terdapat dalam Makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan Makalah kami selanjutnya.

Demikian Makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada
Makalah ini, kami mohon maaf. Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya
dari pembaca agar bisa membuat Makalah yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Bandung, 06 Januari 2023


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat
1.5. Metodologi
1.6. Sasaran
1.7. Ruang Lingkup
1.8. Output
1.9. Sistematika Pembahasan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Yang Berlaku

2.2. Desa Wisata

2.3. Ekonomi Desa

BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1. Kondisi Geografis Desa Jelekong

3.2. Kondisi Kependudukan Desa Jelekong

3.3. Kondisi Perekonomian Desa Jelekong

3.4. Desa Wisata Jelekong


BAB IV. PEMBAHASAN

4.1. Analisis Pengaruh Keberadaan Desa Wisata Terhadap Perekonomian Desa


Jelekong

4.2. Strategi Meningkatkan Promosi Desa wisata Jelekong

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

BAB VI. STRUKTUR TIM KAJIAN


BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2011,


menjelaskan bahwa desa wisata merupakan bentuk integrasi dan atraksi,
akomodasi serta fasilitas pendukung yang disajikan dalam bentuk struktur
kehidupan atau kelangsungan hidup masyarakat yang menyatu dengan tata
cara dan tradisi yang berlaku. Adanya desa wisata dilatar belakangi oleh
pernyataan Permen Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2011 yang
menyebutkan bahwa Sebagian besar potensi sumberdaya alam yang ada di
Indonesia teletak di wilayah pedesaan.

Desa wisata jelekong merupakan desa wisata di Kabupaten bandung yang


sudah ada sejak tahun 1970. Berkembangnya desa wisata ini selama 52 tahun
sudah tentu memberikan pengaruh terhadap kondisi fisik dan non fisik di
Desa Jelekong. berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengkaji pengaruh keberadaan Desa Wisata Jelekong terhadap
perubahan ekonomi dan sosial masyarakat. metode yang digunakan yaitu
metode penelitian ( ) dengan analisis apa ? . Hasil penelitian ini menunjukkan
keberadaan Desa Wisata Jelekong. Keberadaan desa wisata juga berpengaruh
pada ekonomi terutama pada perluasan kesempatan kerja dan peningkatan
pendapatan. Perluasan kesempatan kerja dilihat dari penciptaan kesempatan
kerja dan pergeseran pekerjaan pokok maupun sampingan. Penciptaan
kesempatan kerja pokok terjadi pada kelompok responden pengrajin rambut
sedangkan untuk pekerjaan sampingan terjadi pada kelompok responden
pemilik warung, pengrajin lukisan dan wayang golek dan pemilik homestay.
Sedangkan untuk peningkatan pendapatan juga terjadi pada pendapatan
pokok dan sampingan. Berkembangnya desa wisata dengan banyaknya
wisatawan yang datang juga berpengaruh terhadap kondisi sosial masyarakat
yang tercermin dalam pola sikap perilaku dan keterampilan masyarakat.
Pengaruh desa wisata terhadap sikap dan perilaku terhadap wisatawan lokal
da mancanegara. Sedangkan untuk persebaran keterampilan masyarakat
meningkat yang didapat dari pelatihan-pelatihan untuk pengelola desa wisata.
Keterampilan pengrajin lukisan juga meningkat yang ditandai dengan adanya
diversifikasi produk kerajinan lukisan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Kurangnya kontribusi Desa Wisata terhadap perekonomian Desa Jelekong
2. Kurangnya strategi yang dilakukan untuk mengembangkan Desa Wisata
Jelekong

1.3 Tujuan

1. Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata akhir kuliah
Ekonomi Wilayah
2. Mepelajari & menggali informasi terkait indikator-indikator desa wisata
yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan ekonomi mikro di
desa jelekong
3. Mengenali potensi wisata yang paling kental di desa jelekong melalui
suatu investigasi kebiasaan masyarakat & perbandingan dengan potensi
lainya
4. Dapat meningkatkan ekonomi mikro dengan memanfaatkan unsur alam,
seni-budaya, juga tata cara kehidupan masyarakat yang menarik di
Jelekong.

1.4 Manfaat

1. Sebagai mahasiswa /masyarakat kita dapat mengetahui terkait Pengaruh


keberadaan desa wisata terhadap perkembangan ekonomi mikro
2. Memungkinkan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat secara
mikro, pasca dibentuknya wisata yang cocok dengan desa jelekong
3. Bagi PEMDA JAWA BARAT dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan sumber Pendapatan Asli Daerah
4. Dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi PEMDA agar desa
jelekong dapat dijadikan desa wisata yang mendukung perekonomian
mikro masyarakat setempat sesuai dengan potensi terbaiknya.

1.5. Metodologi

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Adapun yang


dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah berupa tradisi tertentu dalam
sebuah ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental memiliki suatu
ketergantungan melalui pengamatan manusia dalam kekhasannya sendiri.
Sedangkan makna dari penelitian deskriptif adalah upaya dalam mengolah
data untuk dirubah menjadi sesuatu yang bisa dipaparkan secara jelas dan
tepat yang bertujuan agar bisa dipahami oleh orang lain yang tidak langsung
mengalaminya sendiri. Selain itu disebutkan pula bahwa penelitian kualitatif
biasanya berbentuk deskriptif dan umumnya memakai analisis dengan
pendekatan induktif, dilakukan dengan situasi yang wajar serta data yang
dihimpun ialah bersifat kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan
untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada di
lapangan.

1.6. Sasaran

Laporan penelitian ini difokuskan pada Pengaruh desa wisata Jelekong


Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung terhadap Perekonomian. Sampel
yang diambil adalah wisata gentong, giri harja dan karya-karya seni lukis
yang dibuat oleh masyarakat Jelekong. Sasaran penelitiannya adalah objek
gentong, objek Giri Harja dan artefak karya seni lukis yang mencakup bentuk
estetis. Penelitian ini melibatkan para pelukis, perencana, masyarakat, aparat
59 desa, dan kawula muda. Tidak kalah pentingnya adalah juga segenap
konteks yang melingkupinya. Sasaran ini terbagi menjadi kebeberapa sasaran
guna untuk mengidentifikasi kawasan Desa Jelekong.

1. Mengidentifikasi karakteristik Desa Wisata Jelekong


2. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan di Desa Wisata Jelekong
3. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat di Desa Wisata Jelekong
4. Menganalisis pengaruh keberadaan Desa Wisata Jelekong terhadap
perubahan ekonomi di Desa Jelekong
5. Mengidentifikasi Jenis Perekonomian yang terdapat di desa jelekong
6. Mengidentifikasi Hasil Produk dari Desa Wisata Jelekong
7. Mengidentifikas kelembagaan atau komunitas yang dapat berpartisipasi

1.7. Ruang Lingkup

Penelitian ini menitikberatkan untuk menghitung Indeks Kesesuaian


Kawasan Wisata dengan memperhatikan daya dukung kawasan serta
mengidentifikasikan tingkat partisipasi masyarakat beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan mencari strategi pengelolaan kawasan wisata Desa
Jelekong.

Lingkup :

 Pengukuran indeks kesesuaian wisata dengan mengestimasi daya dukung


kawasan.
 Penilaian tingkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan
kawasan wisata Pantai Tanjung Kerasak dan faktor-faktor yang
mempengaruhi.
 Pemilihan strategi pengelolaan kawasan wisata yang diperoleh dari
stakeholders yang memiliki peranan dalam upaya pengelolaan kawasan
wisata seperti Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (mewakili pemerintah);
Universitas Bangka Belitung (mewakili Akademisi), ASITA/PHRI
(mewakili pelaku bisnis); serta tokoh masyarakat, kelompok sadar wisata
dan anggota DPRD (mewakili masyarakat)

Penelitian ini dilakukan di Desa Jelekong. Pemilihan lokasi ini didasarkan


bahwa Desa tersebut merupakan salah satu Obyek Wisata Unggulan yang
ada di Kabupaten Bandung.
1.8. Output

Dapat mengetahui seberapa pengaruhnya keberadaan Desa Wisata


terhadap Perkembangan Perekonomian Masyarakat Jelekong dan dapat
menciptakan sebuah kesempatan kerja terlihat dari adanya masyarakat yang
sebelumnya tidak memiliki pekerjaan pokok maupun sampingan, sesudah
adanya Desa Wisata mendapatkan pekerjaan pokok maupun sampingan yang
berkaitan dengan Desa Wisata. Serta mampu menghasilkan Desa wista
Jelekong menjadi hidup dan banyaknya pengunjung datang baik dari dalam
negeri dan luar negeri dengan melihat keindahan alam dan melihat
pertunjukan tradisional wayang golek serta hasil karya seni lukis. Para
wisatawan bisa mengenal nilai, makna dan simbol dalam pertunjukan wayang
golek. Hasil kesenian baik wayang golek dan seni lukis bisa menjarahi ke
mancanegara serta dikenal oleh orang luar seacara langsung maupun melalui
Teknologi yang akan dikeluarkan dalam Desa Wisata Jelekong ini adalah
Teknologi Informasi dalam media sosial, website dan juga pembuatan seni
lukis 3D basis digital seperti ilusi virtual trick art.

1.9. Sistematika Pembahasan


 BAB I. PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat dari penulisan, menjelaskan metodologi yang
digunakan dalam menyusun makalah, sasaran, ruang lingkup dan memuat
output.
 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Memuat kebijakan kebiakan yang berlaku, dan kajian mengenai definisi
Desa Wisata dan Ekonomi Desa.
 BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH
Memuat gambaran mengenai wilayah kajian seperti kodisi geografis Desa
Jelekong, kondisi kependudukan, kondisi perekonomian, dan gambaran
umum mengenai Desa Wisata Jelekong.
 BAB IV. PEMBAHASAN
Memuat pembahasan mengenai analisis pengaruh Desa Wisata terhadap
perekonomian Desa Jelekong, dan kajian mengenai strategi pengembangan
Desa Wisata

 BAB V. PENUTUP
Memuat kesimpulan dari hasil kajian dan analisis
 BAB VI. STRUKTUR TIM KAJIAN
Memuat lampiran mengenai tim kajian beserta bagian nya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan

Menurut undang-undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan


adalah, bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan,
dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap
nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu
lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Pembangunan kepariwisataan
diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan
memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global.

Pembangunan desa wisata merupakan salah satu program yang perlu


diperhatikan oleh Pemerintah menurut Undang- Undang No.23 Tahun 2014.
Adapun mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih rinci dalam Peraturan
Daerah. Bentuk tindak lanjut Pemerintah Daerah dalam mengurusi masalah
pariwisata adalah dengan membuat kebijakan mengenai pembangunan dan
pengembangan daya Tarik wisata terkhusus dalam hal ini adalah terkait desa
wisata.

Menurut Peraturan Daerah Jawa Barat No.15 tahun 2015 tentang


Rencana Induk Pembangunan Provinsi Jawa Barat visi pembangunan
kepariwisataan daerah provinsi sebagaimana dimaksudkan yaitu
“MENJADIKAN JAWA BARAT SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA
BERKELAS DUNIA YANG TERINTEGRASI, BERKELANJUTAN, DAN
MENJUNJUNG TINGGI NILAI BUDAYA”.

Tujuan pembangunan kepariwisataan daerah yaitu :

a. Mewujudkan pengembangan potensi pariwisata alam dan budaya.


b. Mewujudkan pembangunan dan pengembangan pariwisata buatan dan
industri kreatif khas Jawa Barat dalam membentuk identitas
kepariwisataan daerah.
c. Mewujudkan potensi pariwisata daerah sebagai destinasi pariwisata yang
berkelanjutan.
d. Mewujudkan kemitraan antara industri pariwisata mikro, kecil,
menengah, dan besar dalam produksi dan distribusi berbasis lokal.
e. Mewujudkan sistem pemasaran pariwisata secara terpadu di daerah.
f. Mendorong pemberian insentif dan disinsentif kepada pemangku
kepentingan yang mendukung pembangunan kepariwisataan.

Melimpahnya destinasi pariwisata di Jawa Barat, turut menjadi dasar


dalam menggerakkan kegiatan ekonomi serta pendapatan daerah. Salah satu
karakteristik potensi pariwisata di Jawa Barat adalah adanya industri yang
berbasis sumber daya lokal. Di Jawa Barat ada beberapa desa wisata yang
menjadi bagian dari rencana pembangunan kepariwisataan di antaranya Desa
Wisata Jelekong.

Desa wisata Jelekong menaungi dua potensi pariwisata, yaitu potensi


seni budaya dan potensi wisata alam Gentong. Potensi seni budaya di
Jelekong yaitu seni dan budaya wayang serta seni lukisan. Dalam penelitian
ini, penulis berfokus untuk meneliti di kampung seni dan budayanya.
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa memiliki
prioritas melakukan reformasi agraria skala lokal dan penguasaan lahan bagi
kemaslahatan bersama.

2.2. Desa Wisata

Desa wisata merupakan salah satu objek wisata yang sedang


berkembang, desa wisata biasanya dikembangkan karena di Kawasan
pedesaan tersebut didalamnya masih terdapat karakteristik khusus atau
potensi seperti sumberdaya alam, keunikan atau ciri khas desa, tradisi atau
adat budaya, dan lain lain. Yang dimana kemudian karakteristik atau ciri khas
tersebut dikembangkan menjadi citra atau identitas suatu desa wisata.

Desa wisata merupakan desa yang dijadikan tempat wisata karena daya
tariknya, dimana desa wisata merupakan sebuah bentuk integerasi antara
atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang kemudian disajikan
bersamaan dengan struktur kehidupan masyarakat. Disebut juga sebagai
komunitas atau masyarakat yang terdiri dari para penduduk suatu wilayah
terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung dibawah sebuah
pengelolaan untuk berperan dalam memajukan sebuah desa.

Menurut Nurhayati dan Wiendu (1993) desa wisata merupakan suatu


bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang
disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan
tata cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata cenderung memiliki Kawasan
pedesaan yang memiliki kekhasan dan daya Tarik sebagai tujuan wisata.

Menurut Subagyo, jika dilihat dari prespektif kehidupan


masyarakatnya, pariwisata pedesaan atau desa wisata merupakan suatu bentuk
wisata dengan objek atau daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki
ciri ciri khusus dalam masyarakatnya, panorama alam dan budayanya,
sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan
asing. Kehidupan desa yang menjadi tujuan wisata adalah desa sekaligus
subjek dari kepariwisataan yaitu sebagai pihak penyelenggara sendiri dari
berbagai macam aktivitas didalamnya, oleh karena itu peran aktif masyarakat
sangat penting didalamnya.

Adapun beberapa kriteria dalam menentukan desa yang akan dijadikan


sebagai objek pariwisata diantaranya memiliki potensi yang bisa
dikembangkan dan menghasilkan nilai ekonomi, memiliki aksesbilitas yang
mudah dan ramah usia, ataupun berada di Kawasan wisata yang sudah ada.
Adapun jenis potensi yang biasanya dimiliki oleh desa yang akan dijadikan
desa wisata yaitu potensi sumberdaya alam yang merupakan daya tarik
keseluruhan atau bentang alam berupa gunung, laut, sungai, dan sebagainya,
potensi budaya yang dapat berupa kehidupan masyarakat desa, kesenian,
makanan khas, serta hal lain yang terbentuk karena perilaku manusia, Desa
wisata mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai keunikan
berdasarkan potensi alam yang dimiliki.
Keberhasilan desa wisata sendiri sangat dipengaruhi oleh intensitas
kegiatan, lokasinya, manajemen dan dukungan dari masyarakat local yang
artinya tidak direncanakan secara sepihak. Mendapat dukungan dari
masyarakat setempat bukan hanya dari individu atau suatu kelompok tertentu.
Inisiatif menggerakkan modal usaha, profesionalisme pemasara, citra yang
jelas harus dikembangkan karena keinginan wisatawan adalah mencari hal
yang spesial dan produk yang menarik.

Desa wisata telah menjadi salah satu bentuk alternatif pengembangan


pariwisata yang nampaknya mulai banyak diminati. Desa wisata dikatakan
sebagai objek alternatif ketika masyarakat mulai jenuh dengan objek objek
wisata yang ada. Kesadaran masyarakat akan kepemilikan potensi,
komitmennya untuk mengadakan desa wisata, kemampuan mengelolanya,
kesanggupan untuk melestarikannya merupkan hal yang sangat penting.

2.3. Ekonomi Desa

Ekonomi pedesaan merupakan suatu kegiatan masyarakat dalam


mengembangkan sistem perekonomian desa. Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yursdiksi, berwanang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Dalam
sistem ekonomi pedesaan akan selalu dihadapkan dengan suatu permasalahan
ekonomi itu sendiri, yang mana permasalahn ini bertujuan untuk
mendapatkan suatu kemakmuran, adapun yang menjadi permasalah ekonomi
di suatu daerah adalah dapat dilihat secara umum, yakni sebagai berikut:

1. Masalah produksi adalah suatu permasalahan bagaimana memproduksi


semua benda yang di butuhkan oleh banyak orang. Dan produksi disini
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum.
2. Masalah distribusi, setelah suatu benda di produksi permaslahan ayang
akan muncul di ekonomi desa adalah bagaimana benda hasil produksi
tersebut dapat ketempat konsumen yang membutuhkan, distribusi adalah
suatu transaksi langsung anatara produsen dengan konsumen atau melalui
transaksi dipasar.
3. Masalah konsumsi, yang menjadi suatu permasalahan dalam konsumsi
adalah bagaimana benda hasil produksi dapat dimanfaatkan secara nyata
dan dimiliki oleh konsumen, barang yang di produksi harus sesuai dengan
kebutuhan seseorang sehingga barang tersebut dapat di gunakan oleh
orang yang membutuhkan.

Maka dapat dikatakan bahwa ekonomi pedesaan haruslah mampu


menyesuaikan dengan perkembangan zaman, dalam hal seperti memproduksi,
mendistribusikan dan mengkonsumsi, sehingga perekonomian masyarakat
akan dapat terpenuhi dengan baik dan dapat meningkatkan perekonomian
desa.

Pengertian ekonomi desa menurut Scott 1981, adalah desa yang


umumnya mempunyai kegiatan ekonomi yang bertumpu pada petani padi dan
sawah. Meski demikian, masyarakat yang mempunyai kegiatan yang serupa
juga dapat digolongkan petani, misalnya masyarakat dengan kegiatan
ekonomi memelihara ikan di tambak atau masyarakat yang melakukan
kegiatan ekonomi seperti tambak yang diatasnya diberi ternak serta pematang
sawahnya ditanami pohon pisang tamyamsang dapat disebut sebagai petani.
Lebih lanjut, menurut Scott, para petani tradisional di Asia Tenggara selalu
mendasarkan tindakan ekonominya berdasarkan moral. Keputusan- keputusan
strategis tentang ekonomi dan sosial mereka cenderung didasarkan pada
prinsip moral subsisten.
BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1. Kondisi Geografis

Kampung Giri Harja, Kelurahan Jelekong, Kecamatan Bale Endah,


Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Merupakan sebuah kampung seni
yang belum banyak diketahui masyarakat umum. Jarak dari Pusat
Pemerintahan ke kecamatan adalah adalah + 4 km. sedangkan jarak dari Ibu
Kota ke Kabupaten adalah 18 km (data monografi desa dan Kelurahan
Jelekong 2007). kelurahan jelekong terletak di Kecamatan Baleendah. terletak
pada -6, 75 derajat Lintang Selatan 107 bt Gambaran Umum Lokasi
Penelitian Kelurahan Jelekong merupakan bagian dari wilayah Kecamatan
Baleendah Kabupaten Bandung. Adapun batasan administrasi Kelurahan
Jelekong adalah sebagai berikut:

o Di sebelah timur: Kelurahan Wargamekar Kecamatan Baleendah.


o Di sebelah barat: Kelurahan Manggahang Kecamatan Baleendah.
o Di sebelah utara: Desa Bojongsari Kecamatan Bojongsoang.
o Di sebelah selatan: Desa Patrolsari Kecamatan Arjasari Total luas wilayah
Kelurahan jelekong adalah 2385,7 hektar yang terdiri dari 818,7 hektar
daratan 332 hektar perkebunan dan 1235 sawah atau perairan.

Bentuk topografi Kelurahan jelekong sebagian besar merupakan dataran


yang didominasi oleh persawahan namun untuk wilayah bagian Selatan
kampung Cikadu RW 2 Kampung Batu Gajah rw4 kampung gugunungan RW
6 dan Kampung Margaluyu RW 14 terdiri dari perbukitan dengan ketinggian
mencapai 800 mdpl Kondisi topografi ini sangat berpengaruh pada
pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga menyebabkan
dampak yang mengakibatkan terdapatnya daerah yang rawan terhadap
getaran getaran tanah getaran tanah juga pernah terjadi di daerah Kampung
Margaluyu RT 14.
Kelurahan jelekong memiliki bentang alam berupa pedesaan dimana
ditemukan Pesawahan perkebunan dan pemandangan perbukitan yang
terbilang cukup asli namun ditemukan beberapa baliho baliho kampanye
Pilkada di kawasan ini yang cukup mengganggu visibilitas. ditemukan juga
bahwa rumah tradisional khas Sunda rumah (tanggung Tagog anjing atau atap
khas Julang ngapak) yang merupakan salah satu atraksi dari pariwisata
pedesaan di Kelurahan jelekong sudah sangat jarang beberapa kerap
ditemukan di kampung Margaluyu rw 14. masyarakat pada umumnya beralih
menggunakan bangunan modern yang terbuat dari bata dan semen.

Kelompok 2

3.2. Kondisi Kependudukan

Jumlah penduduk desa Jelekong sampai bulan Juni 2007 adalah 17.475
orang, terdiri atas laki-laki 8.843 orang dan perempuan 8.632 orang (Data
Monografi Desa Jelekong, 2007). sebagai pegawai negeri sipil, ABRI, swasta,
wiraswasta, petani, pertukangan, buruh tani, pensiunan, dan jasa. Bidang
garapan pertanian masih menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian
masyarakat desa Jelekong. Petani lebih menunjukkan profesi mereka sebagai
petani sekaligus pemilik lahan pertanian. Sedangkan buruh tani tidak
memiliki lahan, tetapi menggarap lahan milik orang lain dengan cara diupah.
Saat ini pekerjaan sebagai petani banyak ditinggalkan oleh penduduk banyak
penduduk yang beralih kelapangan pekerjaan karyawan swasta atau
berwiraswasta. Pekerjaan ini hasilnya lebih banyak bisa diharapkan karena
dapat memberikan pendapatan setiap bulannya yang diharapkan dibandingkan
sebagai petani yang kadang-kadang tidak tentu karena lahan terserang hama.
Jenis pekerjaan yang termasuk ke dalam wiraswastapun beragam yakni
perdagangan, peternakan, penambangan, seni serta kategori jasa seperti
tukang ojek.

Kampung Seni Jelekong telah lama menapakkan kiprahnya dalam bidang


industri kreatif berbasis kebudayaan. Hasil yang dicapai adalah ketenaran
Jelekong hingga ke mancanegara sebagai kelurahan di Kecamatan Baleendah
Kabupaten Bandung yang memproduksi lukisan dan kerajinan wayang golek.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung
memberikan predikat Desa Wisata melalui SK Nomor 556.42/Kop.71 –
Dispopar/2011. Pengalaman yang telah dicapai sebagai kampung seni
tentunya harus melalui proses yang cukup panjang. Di samping itu juga ada
kiat-kiat tertentu yang menjadi pedoman mereka untuk tetap menekuni
industri berbasis kebudayaan tersebut. Kiat-kiat yang tentunya harus
memperhatikan unsur hobi, kemahiran, dan sektor pendapatan yang mereka
terima selama bekerja sebagai seniman di Kelurahan Jelekong

Sistem kehidupan sosial dan keagamaan Penduduk Jelekong mayoritas


tergolong ke dalam etnis Sunda. Komunikasi sehari-hari menggunakan
bahasa Sunda. Sedangkan komunikasi yang dipergunakan untuk para
pendatang adalah bahasa Indonesia. Sebagian besar penduduk desa Jelekong
adalah penduduk pribumi yang telah tinggal disitu secara turun temurun.
Banyak penduduk pribumi yang memiliki ikatan antar keluarga antara satu
dengan yang lain atau yang sebelumnya tidak terikat menjadi terikat karena
adanya perkawinan di antara sanak keluarga mereka. Hal ini menambah erat
ikatan antar keluarga. Mayoritas agama penduduk desa jelekong adalah
agama Islam, sehingga aktivitas keagamaan terasa sangat kental merasuk
dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah mesjid yang ada di wilayaah Jelekong
adalah 31 buah sedangkan mushola berjumlah 33 buah. Di wilayah tersebut
terdapat kelompokkelompok pengajian. Kegiatannya dilaksanakan di rumah-
rumah penduduk dengan cara bergiliran atau juga dilaksanakan di mesjid.
Sedangkan remajanya juga melakukan aktivitas yang sama, mereka
membentuk.

3.3. Kondisi Perekonomian

Mata pencaharian penduduk Desa Jelekong yaitu sebagai Pegawai Negeri


Sipil, ABRI, Swasta, Wiraswasta, Petani, Pertukangan, Buruh Tani,
Pensiunan, dan Jasa. Bidang garapan pertanian masih menjadi mata
pencaharian utama bagi sebagian masyarakat Desa Jelekong. Petani lebih
menunjukan profesi mereka sebagai petani sekaligus pemilik lahan pertanian.
Sedangkan buruh tani tidak memiliki lahan, tetapi menggarap lahan milik
orang lain dengan cara diupah. Berdasarkan salah satu warga di Desa
Jelekong, saat ini pekerjaan sebagai petani banyak ditinggalkan oleh
penduduk, banyak penduduk yang beralih kelapangan pekerjaan karyawan
swasta atau berwirasasta. Pekerjaan ini hasilnya lebih banyak dari yang
diharapkan karena dapat memberikan pendapatan setiap bulannya yang
diharapkan dibandingkan sebagai petani yang kadang-kadang tidak tentu
karena lahan terserang hama. Jenis pekerjaan yang termasuk ke dalam
wiraswastapun beragam yakni perdagangan, peternakan, penambangan, seni,
serta kategori jasa seperti tukang ojek. Pekerjaan dalam bidang seni baru
dimulai pada tahun 1960an, sedangkan masih di wilayah yang sama
penduduk juga membuat kerajinan wayang golek, dan hasilnya sudah dikirim
ke mancanegara. Jadi ada 3 “profesi” seni yang digeluti oleh penduduk
Jelekong, yaitu sebagai: 1. Perajin wayang golek 2. Jurukawih 3. Pelaku seni
(penabuh gendang, gamelan, sinden, dalang, band dwi matra grup, pencak
silat, calung, dll) Ada spesialisasi dalam tingkatan kerja mereka (misalnya
dalam karya seni lukis, ada beberapa rumah yang khusus mengerjakan lukisan
dengan tema pemandangan). Kegiatan melukis di kelurahan Jelekong telah
berlangsung lama. Mereka mengenal dunia cat dan kanvas. Sampai hari ini
masih produktif menghasilkan lukisan. Sanggar-sanggar masih berdiri,
menjual hasil karya mereka.

3.4. Desa Wisata Jelekong

Desa Jelekong ini dapat dikatakan sebagai desa wisata karena memiliki sumber
daya berupa karya seni yang perlu dikembangkan dan diperkenalkan melalui
teknologi yang komunitas gunakan untuk melakukan pemasaran online dalam
pengembangan Desa Jelekong sebagai destinasi kesenian lukisan 3D, lukisan
digital, serta wayang golek. Hal tersebut juga diperkuat dengan Surat Keputusan
Bupati Bandung Nomor 556.42/Kop.71-Dispopar/2011 “Kelurahan Jelekong
merupakan salah satu yang ditetapkan sebagai desa wisata, karena dinilai
memiliki karakteristik pola kehidupan sosial budaya yang unik berupa masyarakat
pedalangan dan pengrajin seni lukis serta wayang.
BAB IV. PEMBAHASAN

4.1. Analisis Pengaruh Keberadaan Desa Wisata T erhadap Perekonomian Desa


Jelekong

Adanya desa wisata mempengaruhi ekonomi dalam hal perluasan


kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Perluasan Kesempatan Kerja
Perluasan kesempatan kerja dilihat dari penciptaan kesempatan kerja pokok
dan sampingan. Penciptaan pekerjaan pokok terkait dengan desa wisata dapat
dilihat pada Tabel 3. Penciptaan kesempatan kerja pokok paling banyak pada
kelompok usaha kerajinan Seniman sebesar 55% dari total BPS Kabupaten
Bandung.

1. Berdasarkan Jumlah Penduduk


Jelekong terdiri dari 15 (lima belas) wilayah Rukun Warga dan 125
(Seratus Dua Belas) Rukun Tetangga (RT). Jelekong memiliki jumlah
penduduk 23.550 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 12.079
jiwa dan perempuan sebanyak 11.471 jiwa.
Umur merupakan unsur demografi yang penting dalam fenomena
kependudukan. Perbedaan struktur umur akan menimbulkan pergeseran
dalam aspek sosial ekonomi seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan
penduduk, dan masalah pendidikan. Dalam penelitian ini adalah kepala
keluarga yang tinggal di Desa Jelekong. Distribusi umur dapat dilihat pada
tabel berikut:

No Kelompok Jumlah
n %
1 LAKI-LAKI 639 51.12%
2 PEREMPUAN 611 48.88%
JUMLAH 1250 100.00%
BELUM MENGISI 0 0.00%
TOTAL 1250 100.00%
2. Pekerjaan Pokok Desa Jelekong
Pekerjaan yang dilakukan seseorang berpengaruh terhadap besar kecilnya
pendapatan. Pekerjaan pokok warga jelekong merupakan pekerjaan yang
dilakukan setiap harinya sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan
pokok dalam pelitian ini ditentukan berdasar intensitasnya, atau paling
sering dilakukan oleh warga jelekong setiap hari. Jenis pekerjaan pokok
Desa Jelekong dapat dilihat pada tabel berikut :

No Pekerjaan Pokok Jumlah Persen


1. Pns 15 18
2. Seniman 20 25
3. Guru 3 3
4. Pensiunan 17 20
5. Wiraswasta 15 18
6. Petani 12 6
7 Buruh 13 10
Jumlah 95 100

3. Pekerjaan Sampingan
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat Jelekong tidak
hanya memiliki satu pekerjaan saja, akan tetapi biasanya memiliki
pekerjaan ganda atau yang sering disebut pekerjaan sampingan. Pekerjaan
sampingan dalam penelitian ini adalah suatu pekerjaan yang kadang-
kadanag dilakukan oleh masyarakat di luar pekerjaan pokok. Untuk
mengetahui jenis pekerjaan sampingan responden dapat dilihat dalam tabel

No Pekerjaan Sampingan Jumlah Persen


1. Seniman 25 30
2. Petani 10 5
3. Buruh 13 15
4. Penyedia Penginapan 18 24
5. Guide 15 18
6. Pemilik Warung 12 8
Jumlah 93 100
Hal itu pun dapat berpengaruh terhadap Aktivitas masyrakat dalam hal
mencari

1. Kesempatan kerja
Kesempatan Kerja merupakan peluang atau keadaan yang menunjukkan
tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan
sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan
sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. karena
adanya pembangguan desa wisata yang dikembangkan oleh masyarakat
sekitar dengan munculnya warung, homestay dan guide untuk menarik
wisatawan sehinngga banyak berbagai peluang besar untuk usaha
2. Pendapatan Penduduk
Pendapatan penduduk adalah meningkatnya kunjungan wisatawan
berdampak postif terhadap penduduk setempat ini berpengaruh dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat. sehingga pendapatan rumah tangga
dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dimana kita harus menjaga serta
merawat keberadaan desa wisata yang sudah ada di desa jelekong.

4.2. Strategi Meningkatkan Promosi Desa wisata Jelekong

Berdasarkan analisis SWOT disusun strategi pengembangan Desa


Wisata Jelekong, Kabupaten Bandung. Adapun beberapa strategi
pengembangan dapat dirumuskan dalam mengembangkan Desa Wisata
Jelekong adalah sebagai berikut :

1. Strategi Strength Opportunities (SO) strategi ini berupaya untuk


memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk meraih peluang-peluang yang
ada di luar atau lingkungan eksternal. Strategi yang dapat diterapkan
dalam mengembangkan Desa Wisata Jelekong, Kecamatan Baleendah
adalah dengan :
a) strategi mengembangkan ragam produk wisata perdesaan berbasis
keunikan potensi setempat.
b) strategi menciptakan brand image destinasi wisata Jelekong.
c) strategi meningkatkan aktivitas pemasaran produk wisata perdesaan.
2. Strategi Strength Treats (ST), strategi ini memanfaatkan kekuatan untuk
menghadapi ancaman. Strategi yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan Desa Wisata Jelekong adalah dengan :
a) Strategi meningkatkan sistem keamanan berbasis Desa Adat.
b) Strategi peningkatan sertifikasi produk industri pariwisata.
3. Strategi Weakness Opportunities (WO) dalam kuadran ini strategi yang
dirancang adalah berusaha meminimalkan kelemahaan dengan berusaha
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi pengembangan yang dapat
diterapkan di Desa Wisata Jelekong adalah :
a) Startegi memperkuat jiwa kewirausahaan masyarakat desa di bidang
pariwisata.
b) Strategi membangun jejaring pemasaran dengan stakeholder pariwisata.
c) Strategi penciptaan aksesibilitas yang lancar dan indah menuju daya
tarik wisata.
d) Strategi membangun tatakelola kelembagaan pariwisata.
e) Strategi penciptaan lingkungan yang asri di sekitar daya tarik wisata.
4. Strategi Weakness Threats (WT), strategi ini bertujuan untuk bertahan
dengan meminimalisir kelemahan dengan menghindari ancaman. Strategi
yang dapat diterapkan dalam mengembangkan Desa Wisata Jelekong
adalah:
a) Meningkatkan kompetensi SDM di bidang
kepariwisataan.
b) Strategi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap sadar wisata
dan sapta pesona.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan Desa Wisata Jelekong yang terletak di Kabupaten Bandung


memiliki berbagai atraksi yang ditawarkan. Atraksi yang ada terdiri dari
kesenian wayang golek, Lukisan, wisata alam yang ditawarkan pada
wisatawan. Sedangkan akomodasi yang ada berupa homestay Kegiatan usaha
yang ada meliputi warung, homestay, keseian wayang golek, Lukisan , kolam
pemancingan dan peternakan terpadu. Wisatawan yang berkunjung ke Desa
Wisata Jelekong sudah masuk dalam lingkup Mancanegara. Motivasi
wisatawan berkunjung untuk melihat budaya kesenian dan rekreasi maupun
melakukan studi banding. Wisatawan yang datang mayoritas dalam bentuk
grup dan menggunakan bus pariwisata untuk menjangkau ke Desa Jelekong.
Pengaruh keberadaan desa wisata jelekong terhadap perubahan ekonomi
dapat disimpulkan sebagai berikut:

Keberadaan Desa Wisata Jelekong berpengaruh terhadap ekonomi


masyarakat terutama pada perluasan kesempatan kerja dan peningkatan
pendapatan. Perluasan kesempatan kerja terjadi baik pada pekerjaan pokok
maupun sampingan, dimana dengan adanya kegiatan pariwisata
meningkatkan peluang usaha masyarakat. Penciptaan kesempatan kerja pokok
paling tinggi terjadi pada Seniman, sedangkan penciptaan kerja sampingan
paling banyak pada pemilik warung. Adanya peluang usaha tersebut secara
otomatis juga meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari yang semula tidak
berpenghasilan menjadi memiliki penghasilan karena adanya pekerjaan yang
ditekuni terkait dengan desa wisata.

BAB VI. STURUKTUR TIM KAJIAN

- Akbar Keppy Nugraha


Melakukan kajian mengenai BAB III dan BAB IV
- Akhmad Romdon Aljabal Boylo
Melakukan kajian mengenai BAB IV
- Devika Nadilla S
Melakukan kajian mengenai BAB I, BAB III, dan BAB IV
- Kaka Maulida Gustian
Melakukan kajian mengenai BAB I, BAB V, dan sebagai editor
- Nada Nisrina
Melakukan kajian mengenai BAB II, BAB III, dan membuat bahan paparan
- Rizki Sunu Ibrahim H
Melakukan kajian mengenai bab I dan Bab III
- Sarah Oktaverina
Melakukan kajian mengenai BAB II, dan BAB IV
- Septian Nurbudiman
Melakukan kajian mengenai BAB I dan BAB II
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA. (2005). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bandung Tahun 2005 – 2025.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. 2016. Jumlah Wisatawan
di Provinsi Jawa Barat. Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Barat.

Monografi Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung


Tahun 2017

Sumantri, Diaz. 2011. Strategi Pengembangan Desa Wisata di Kelurahan Jelekong


Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Skripsi. Bandung: UPI

Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jurnal


Liquidity, 1(2): 153-158.

Belinda Sukapura Dewi, M.Sn. 2008 kajian seni rupa jelekong, baleendah
bandung Meningkatkan potensi kepariwisataan jawa barat

Hidayat, Tiggana Nur. 2010. Tinjauan Perubahan Bentuk Wayang Golek


Panakawan Jelekong. Skripsi. Bandung: Fakultas Desain Universitas Komputer
Indonesia

Erdiana, W. (2008). Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan di


Jawa Barat. Bandung: Jurnal Geografi Gea, 18
Nisa Amaliana Setiawan. 2014 Strategi Promosi dalam Pengembangan Pariwisata
Lokal di Desa Wisata Jelekong.

Trikonomika Volume 13, No. 2, Desember 2014, Hal. 184–194 ISSN 1411-514X

Djayawangi, Hilman. 2013. Strategi Pemasaran Pariwisata di Jawa Barat Sebagai


Upaya Meningkatkan Ekonomi Masyarakat,

Anda mungkin juga menyukai