Jurusan pariwisata pada dasarnya mempelajari tentang perjalanan wisata inti, mulai
dari keberangkatan, kepulangan juga berbagai kebutuhan-kebutuhan ketika berada dalam
perjalanan tersebut. Jurusan ini sendiri masih tergolong baru, karena baru resmi diakui
sejak tahun 2008 dengan jumlah lulusan yang terbatas. Padahal jika dilihat kembali,
prospek kerja lulusannya sangat besar mengingat Indonesia memiliki destinasi wisata dan
keindahan alam yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik yang sudah tereksplor
maupun yang belum. Pendidikan Pariwisata sendiri terbagi dalam berbagai peminatan
diantaranya: Pengelolaan Pariwisata, Usaha Perjalanan Wisata, Manajemen Bisnis
Perjalanan Wisata dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan pariwisata sebagai ilmu, dapat pula dilihat dari dua sudut
pandang objek yaitu; sudut pandang terhadap sesuatu (objek forma) dan substansi material
(objek materi). Kajian ilmu pariwisata dapat dipandang dari objek materinya yaitu;
wisatawan dan objek wisata. Kedua objek pokok dari pariwisata ini berkaitan dan
berhubungan erat satu dengan yang lainnya. Secara lengkap dapat digambarkan bahwa ilmu
pariwisata terdiri dari empat objek yaitu; wisatawan, objek wisata, pelayanan wisata, dan
interaksi antara wisatawan dengan lingkungan objek wisata. Interaksi antara wisatawan,
objek wisata dan pelayanan merupakan objek forma dari ilmu pariwisata.
Interaksi antara wisatawan dangan objek wisata yang merupakan objek forma dari
ilmu pariwisata dapat dikaji lebih lanjut dengan lingkup kajian motif dan prilaku seperti;
mengapa wisatawan mengunjungi objek wisata tersebut?, apa yang memotivasi wisatawan
untuk mengunjungi objek wisata tersebut?, dan apa yang bisa dilakukan di objek wisata
tersebut? Ini menandakan bahwa ilmu pariwisata harus meminjam pengetahuan ilmiah lain
seperti ilmu psikologi atau ilmu-ilmu lain yang terkait dengan pembahasan tentang prilaku
wisatawan tersebut di atas. Sedangkan objek wisata yang merupakan objek materi dari ilmu
pariwista ternyata juga melibatkan disiplin ilmu lainnya seperti; ekonomi, manajemen,
pemasaran, geografi, konstruksi dan lain-lain (Suryadana, 2013).
Museum dapat dilihat dari dua perspektif yakni museum dari perspektif pariwisata
dan museum dalam perspektif pendidikan. Museum dalam perspektif wisata ketika
pengunjung atau wisatawan mengunjungi museum dalam rangka mencari bukti sejarah atau
budaya. Dari sudut pandang pendidikan, museum sebagai alternatif atau kegiatan
pemanfaatan museum sebagai media pembelajaran oleh pengunjung atau masyarakat yang
bersifat informal. Pengalaman yang diperoleh pengunjung museum dapat terwujud ketika
mereka mengalami atau merasakan secara langsung lingkungan fisik di sekitar mereka.
Dalam konteks museum, mereka akan melihat tata pamer koleksi yang ada di museum, atau
daya tarik yang ada di museum. Kondisi fisik museum yang mengesankan adalah modal
awal sebuah museum untuk dikembangkan. Karena itu, dibutuhkan hal-hal untuk untuk
mengoptimalkan museum sebagai daya tarik wisata yakni pelayanan pengunjung dan akses
bagi pengunjung.
1. Edukator
Peran edukator museum sangat penting untuk dapat mengkomunikasikan koleksi
kepada pengunjung atau masyarakat luas. Karena itulah pengetahuan mereka harus
selalu ditingkatkan agar selaras dengan kebutuhan dan perkembangan. Edukator
museum bisa diartikan sebagai tour guide yang akan memandu pengunjung selama
berada di museum. Dalam dunia pariwisata, sangat diutamakan hospitality
(keramahtamahan) yang tentunya juga selalu diterapkan di dalam pelayanan museum.
Sebagai orang yang turun langsung berinteraksi dengan pengunjung/wisatawan,
tentunya turut mempelajari dan mampu memahami karakteristik pengunjung yang
bermacam-macam, memahami motivasi tiap pengunjung yang datang ke museum,
mempelajari cara bagaimana agar pengunjung melakukan kunjungan ulang ke museum,
membuat inovasi baru sesuai kebutuhan atau permintaan pengunjung, memahami cara
menghandle masalah/komplain yang diutarakan pengunjung, dan sebagainya.
Kemudian dalam hal bahasa, lulusan pariwisata dapat menyampaikan beberapa
percakapan dasar dalam bahasa asing diluar dari bahasa inggris untuk menciptakan
kedekatan atau keakraban dengan wisatawan mancanegara, dan tentunya
mengkomunikasikan koleksi ke wisatawan mancananegara dengan bahasa
internasional yaitu bahasa inggris.
Daftar pustaka
Suryadana, M. L. (2013). SOSIOLOGI PARIWISATA: Kajian Kepariwisataan dalam Paradigma
Intergratif-Transformatif Menuju Wisata Spiritual. Bandung: PT Humaniora Utama Press.