PENDAHULUAN
Berbagai sumber daya pariwisata telah dikembangkan di Bali sebagai tujuan wisata
yang potensial, baik yang berbasis alam, budaya maupun religi. Keanekaragaman
sumber daya wisata mendorong terciptanya jasa wisata dalam banyak hal. Layanan
wilayahnya yang sangat istimewa, Bali sangat menarik bagi investor. Kemungkinan
alam, budaya, keunikan adat istiadat dan religi layak untuk dilihat dan dijadikan
tempat wisata.
memiliki ciri khas yang membuatnya sangat beragam dan khas. Salah satu tempat
Penglipuran, Penelokan, Pendakian Gunung Batur, Wisata Budidaya Kopi Luwak dan
Jeruk Kintamani serta Pemandian Air Panas di Restaurant Farm. Keberadaan tempat
permasalahan yang diakibatkan oleh perilaku dan kondisi alam masyarakat setempat,
serta kawasan lindung yang rentan dan tidak stabil. Permasalahan yang muncul
menimbulkan keluhan dan citra buruk yang pada akhirnya menurunkan jumlah
yang berbeda (Buhalis dan Spada, 2000; Glover dan Dalton, 2005).
bisnis dan pariwisata di sektor publik (Manente dan Meneghello, 2006). Pengelolaan
destinasi wisata dapat dipahami sebagai suatu kesatuan ruang komersial dan
pelayanan, yang terdiri dari berbagai atribut dengan indikator yang berbeda-beda.
2009, Kintamani diklasifikasikan sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW). Daya tarik
wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa
berbagai kekayaan alam, budaya, dan buatan manusia, yang menjadi objek atau obyek
kunjungan wisatawan (UU No. 10, Pasal 1.5 Tahun 2009). Daerah tujuan wisata
daerah tujuan wisata adalah “wilayah geografis dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang memiliki daya tarik wisata, ruang publik, pelayanan wisata,
untuk ditambahkan". (UU Pariwisata No. 10 Tahun 2009). Terkait Perda RTRW Bali
Tujuan Wisata Khusus) yang meliputi 15 desa dengan karakteristik alam dan
lingkungan khusus.
Menurut Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Bali No. 16 Tahun
2009,; “Rencana Tata Ruang dan Pemodelan Wilayah memberikan panduan untuk
wilayah yang mungkin rentan terhadap bencana, baik bencana alam, bencana geologi
dan dampak perubahan iklim melalui mitigasi (pengurangan dampak bencana atau
perubahan iklim) dan adaptasi (tindakan adaptasi sistemik. ) dana alam dan sosial
untuk mengatasi kerugian akibat bencana atau perubahan iklim) Kondisi ini
rawan longsor (Bona, 2014). Namun, perusahaan wisata tidak memperhitungkan hal
ini. Standar hotel berbintang - dan jumlah restoran yang terbatas membuat kunjungan
namun tetap ada kabar buruk bagi Destinasi Kintamani. Tantangan keberhasilan situs
mengakui fakta bahwa manajemen situs adalah sebuah sistem. Oleh karena itu, perlu
lapangan, diketahui bahwa ada kepentingan yang beragam dalam pengelolaan situs,
yaitu pengusaha lokal, masyarakat lokal dan Pemerintah dii bawah Kementerian
Pariwisata dan Industri Kreatif). Semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan barang
ini tidak sinergis satu sama lain. Pemerintah belum sepenuhnya terlibat dalam
namun ada LSM atau yayasan swasta yang tetap memungut biaya tanpa
Pada tahun 2015, pemerintah mengambil keputusan yang sangat ekstrim yaitu
menaikkan tarif masuk ke kawasan tersebut dari Rp 10.000 menjadi Rp 30.000 untuk
wisatawan mancanegara. Daerah lain yang bukan tempat wisata. Karena pengenalan
tarif baru Dalam seminggu, restoran kecil yang menunggu rombongan melalui biro
perjalanan membatalkan pesanan hingga 75 orang per hari (Krisna, 2015). Agen
perjalanan tidak dapat menanggung biaya tambahan per orang yang cukup tinggi.
Terakhir, rombongan diarahkan menuju Ubud dan Tampak Siring untuk makan siang
atau malam.
keahlian dalam menangani tamu, tidak ada hukuman atas perlakuan buruk dan sifat
masyarakat setempat.
destinasi Bali lainnya menjadi kurang populer. Pendapat berbeda muncul, termasuk
masalah kontrol objek dan gambar. Berita dari media arus utama tentang buruknya
turis yang kecewa dan kurang mampu itu seolah menjadi rentetan masalah yang tak
kunjung usai. Sekali lagi, kurangnya tanggapan dari pemerintah dan pemangku
komentar Merta (2013); Alit (2013) dan Astava (2014). Kesenjangan antara manfaat
perilaku, yang dapat memengaruhi operasi secara keseluruhan secara negatif. Tingkat
dan kualitas pelayanan mengalami penurunan yang berdampak pada penurunan
kunjungan wisatawan.
direncanakan secara matang sehingga bermanfaat bagi masyarakat baik dari segi
ekonomi, sosial dan budaya, Yoeti (2008: 273) Dalam Buku Perencanaan dan
Pengembangan Pariwisata. Nyatanya tidak semua masyarakat lokal yang melihat dan
baik, ada juga masyarakat yang memiliki opini buruk terhadap perkembangan
sebagai tenpat wisata. Apa dampak yang diakibatkan oleh pembangunan tersebut
Pembatasan masalah permasalahan yang dikaitkan pada judul yang diatas luas,
sehingga mungkin tidak terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh sebab itu, sangat
penyampingan pengartian judul skripsi dari penulis, dan juga memfokuskan masalah,
agar permasalahan yang dikaji lebih jelas. Oleh karena itu, penulis membatasi ruang
Penelokan Kintamani
2. Subjek penelitian adalah masyarakat yang tinggal tak jauh dari Desa
Penelokan Kintamani.
penelitian ini yaitu “Bagaimana persepsi masyarakat lokal desa penelokan terhadap
Kintamani.
1. Secara Teoritis
Tapanuli Selatan.
2. Secara Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber referensi bagi
penulis dan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi, yang lai
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Persepsi
faktor, yang pertama adalah faktor yang berasal dari stimulus atau dari
stimulus dan konflik atau kontras, dan kedua, ada faktor struktural
1. Persepsi Positif
semua informasi (saya tahu atau saya tidak tahu atau saya tidak
2. Persepsi Negatif
2.2 Masyarakat
berubah dari waktu ke waktu. Hingga para ilmuwan memberikan definisi yang
sangat ditentukan oleh harapan dan nilai yang berlaku dari warganya. Kehidupan
masyarakat adalah suatu sistem sosial dimana kita saling berhubungan dan
kemudian menjadikan bagian-bagian itu menjadi satu kesatuan. Seseorang
Menurut pendapat dari Mac Ive dan Page dalam Soejono Soekanto
(2020:22) masyarakat merupakan suatu sistem dari tata cara, kebiasaan, dari
adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup serta bekerja bersama dalam
waktu yang cukup lama, hingga menajdikan mereka bisa mengatur diri mereka
dan menganggap bahwa diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang dirumuskan secara jelas (Ralph Linton dalam Soerjono Soekanto,
2020:22)
pemburu dan peranu (hunting and gathering) dimana jenis masyarakat ini
merupakan bentuk yang paling sederhana. Kedua tipe masyarakat hortiktural dan
dan juga sistemnya yang lebih efisien. Sistem produksi pada masyarakat industri
informasi, atau bisa juga disebut dalam masyarakat ini kegiatan produksi
pabrik dan mesin penghasil barang material, masyarakat post industri terpusat
karakteristik sosial dan budaya terlebih dahulu dari masyarakat itu sendiri.
masyarakat agraris, dimana sebagian besar dari ± 33.326 jiwa mata pencaharian
masyarakatnya adalah bercocok tanam dan ternak hewan seperti ayam, bebek,
kambing, kerbau dan lain lain. Dengan letak geografis yang berada dilembah
menjadi ciri khas dari Kecamatan ini serta tanah yang begitu subur, namun
kebanyaan masyarakatnya hanya menanam padi dan beberapa jenis sayur, seperti
bayam, kangkung, daun ubi, tomat dan beragam jenis sayuran lainnya. Sebagian
masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap memilih untuk bertani maupun
beternak, serta ada juga sebagian yang memilih untuk meranatu ke kota-kota
besar.
2.3 Pariwisata.
ciri aktivitas pariwisata, yang pertama adanya unsur perpindahan manusia yang
lebih dari satu tahun, dan ketiga tujuan perjalanan mengalami perluasan dengan
pariwisata:
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta beberapa usaha yang terkait
wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dibidang
tersebut.
6. Obyek dan daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang menjadikan
daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung, baik yang bersumber dari
jenis usaha jasa biro dan agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi,
2.3.1 Wisatawan
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
Pengembangan Pariwisata.
dinyatakan bahwa obyek dan daya traik wisata adalah segala sesuatu
yang menjadi sasaranwisata baik itu pembangunan obyek dan daya tarik
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manuia yang berwujud
lain.
dan lain-lain.
dan daya tarik wisata yang harus dilaksanakan dengan rentang waktu,
berkembang.
2.3.4 Kawasan
menjelaskan beberapa kata – kata yang mungkin masih abstrak dengan teori
tersebut.
mnejelaskan arti dan maksud dari teori yang digunakan untuk menjelaskan
kata – kata yang mungkin saja masih abstrak dalam teori tersebut.
sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
yang diteliti secara sistematis dan tepat. Penelitian deskriptif juga berusaha
adanya.
detail dari suatu hal yang diteliti. Jenis penelitian yang digunakan oleh
ini belum lama, dan disebut juga sebagai metode artistik karena proses
dari penelitian ini kurang terpola atau bersifat seni. Metode ini juga
sering disebut dengan metode penelitian naturalistik karena kondisi pada
saat meneliti terajdi pada kondisi yang alamiah. (Sugiyono, 2018: 16).
data deskriptif berupa kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan
yang dipengaruhi.
yaitu:
pengamatan wawancara.
hasil.
sama.
atau negatif.
penelitian.
maupun kesimpulan.
yang mempunyai ciri yang sama. Tiap orang yang memiliki konsep dapat
diteliti :
Dikutip dari (Ari Kunto, 2010: 158) dalam buku Desain Penelitian
suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dan juga hasil yang
didapat dalam penelitian. Pada penelitian ini, yang penulis gunakan ada
3.5.1 Wawancara
3.5.2 Observasi
3.5.3 Dokumentasi
2019: 203).
data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang
harus terjun langsung dilapangan. Karena itu riset ini bersifat subjektif,
Anggito, Albi & Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV
Jejak
Persada.
Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga. Candra, I
Yogyakarta: ANDI
Effendy, Onong Uchjana, 2012. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. RemajaRosda Karya
2013. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:Citra Aditya Bakti 2005. Ilmu
Prenadamedia Group.
Peteng Sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Jimbaran Kuta Selatan Kabupaten
Heryanto, Gun Gun. 2010. Komunikasi Politik di Era Industri Citra. Jakarta: Lasswell
Visitam
Lenski, Gerhard E. 2016. Teknologi dan Tpe Masyarakat dalam Perspektif Gerhard E.
Maesaroh, Ratu. 2019. Dampak Citra Destinasi, Kualitas Pelayanan dan Harapan
Ngalimun, 2018. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurdin, Ismail &
Nurudin. 2015. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers Rakhmad, Jalaluddin,
SOFMEDIA
Robbins, S.P dan Jugde T.A. 2015 Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat Rukin.
Cendikia Indonesia
Rustan, Ahmad Sultan & Hakki Nurhakki, 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:
DEEPUBLISH.