Anda di halaman 1dari 8

KONSEP PEMBANGUNAN EKOWISATA

BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM


DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI KECAMATAN LOHIA
KABUPATEN MUNA

USULAN LAPORAN BAKTI KARYA PRAJA BERBASIS


PROGRAM STUDI

oleh

RHEGHY PRAMUDYA DAMU


NPP. 28. 1254

PROGRAM STUDI : KEUANGAN DAERAH

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


2020
TANDA PERSETUJUAN

Judul Kajian Keilmuan : KONSEP PEMBANGUNAN


EKOWISATA BERBASIS COMMUNITY
BASED TOURISM DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH PADA MASA PANDEMI
COVID-19 DI KECAMATAN LOHIA
KABUPATEN MUNA

Nama : RHEGHY PRAMUDYA DAMU

Nomor Pokok Praja : 28.1254

Fakultas : Manajemen Pemerintahan

Progam Studi : Keuangan Daerah

Mengetahui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
Keuangan Daerah

H. Umuh Muchidin, SE, M.Si Dr. Dra. Sri Hartati, M.Si


I. PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembangunan suatu daerah pada dasarnya merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk
mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan ekonomi antar
daerah di Indonesia. Dalam pengembangan suatu daerah tentu dibutuhkan
peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal.Undang-Undang
No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah merupakan salah satu landasan
yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-
Undang ini disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang dasar Tahun 1945, pemerintah
daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, dan keadilan suatu daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota
dilaksanakan dengan memberikan kewenangan seluas-luasnya, nyata, dan
bertanggungjawab kepada pemerintah secara proporsional.Dalam mengurus
dan mengatur rumah tangga sendiri, tentu saja daerah memerlukan biaya yang
cukup besar guna membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
di daerah.Oleh karena itu, daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali
sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber paling penting
dalam urusan pemerintahan dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat
daerah tersebut.Jumlah pendapatan asli daerah (PAD) juga mencerminkan
kemandirian daerah tersebut.Berkaitan dengan pendapatan asli daerah dari
sektor pariwisata, pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah
penyumbang terbesar pendapatan daerah, namun sektor pariwisata berpotensi
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).Banyaknya potensi alam dan seni
budaya di Indonesia dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah khususnya dalam bidang pariwisata.
Pariwisata menjadi salah satu sektor yang dapat membantu peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Muna, yang membuat pembangunan
Kepariwisataan di Kabupaten Muna menjadi sebuah kebijakkan yang akan
sangat krusial. Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Muna
Tahun 2019 ada 26 objek wisata yang telah dikelola oleh pemerintah daerah
dimana 7 diantaranya terletak di Kecamatan Lohia yang mana berdasarkan data
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Muna Tahun 2019 37,9 %
pendapatan dari sektor pariwisata bersumber dari destinasi wisata yang berada
di Kecamatan Lohia.
Besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor wisata di Kecamatan
Lohia tidak hanya membawa dampak positif tetapi membawa berbagai macam
masalah yang mengancam kondisi kawasan wisata yang kemudian dapat
menurunkan nilai jual kawasan wisata di Kecamatan tersebut. Ada beberapa
masalah yang dihadapi dan harus segera ditanggulangi oleh pemerintah
sehingga sektor wisata dapat terus menjadi sektor yang prodfuktif antara lain,
pola konsumsi dan produksi wisatawan serta masyarakat, konsep wisata, unsur
kepariwisataan, pembedayaan masyarakat, serta kerusakan lingkungan wisata
terlebih lagi kondisi pandemi Covid-19 yang melanda Kabupaten Muna yang
mengakibatkan terhentinya seluruh aktivitas wisata di Kabupaten Muna pada
tahun 2020 dan akan dibuka kembali pada awal tahun 2021, Pemerintah daerah
berencana memanfaatkan kondisi tersebut, dengan melihat tingginya animo
masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata untuk menyediakan berbagai
kebutuhan para wisatawan/pengunjung yang mencakup tiga unsur
kepariwisatan yang meliputi atraksi, amenitas dan aksesibiltas yang berbasis
protokol kesehatan sehingga dapat terwujud konsep wisata yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan serta melibatkan masyarakat dalam pengelolaan
objek wisata sehingga dapat mewujudkan transformasi ekonomi pada masa
pandemi ini yang akhirnya bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis menemukan
beberapa permasalahan yang dapat menjadi masalah dan hambatan dalam
pembangunan kepariwisataan di Kecamatan Lohia antara lain, kurangnya
pengembangan unsur kepariwisataan, budaya mass tourism, kurangnya
kesadaran akan pentingnya lingkungan, kurang partisipatifnya pembangunan
kepariwisataan, serta kurangnya kreatifitas, inovasi, kemampuan manajerial
dan kemampuan promosi terhadap kawasan wisata yang meliputi beberapa
aspek antara lain, kurangnya atraksi dalam meningkatkan daya tarik wisatawan,
pola produksi dan konsumsi masyarakat serta wisatawan yang merusak
lingkungan, kurangnya askesibiltas dan amenitas terhadap objek wisata,
minimnya pemberdayaan masyarakat dalam mendukung pengembangan
wisata, minimnya kreatifitas dan inovasi masyarakat setempat dalam
menciptakan peluang usaha, kurang efektif dan efisiennya metode promosi dan
pengelolaan tempat wisata, serta belum adanya master plan yang jelas tentang
arah pembanguan kepariwisataan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan konsep pembangunan
ekowisata berbasis community based tourism ini, antara lain :
1. Terwujudnya konsep wisata yang berwawasan lingkungan dan
berkesinambungan sesuai dengan prinsip-prinsip sapta pesona
2. Terwujudnya transformasi ekonomi dimasyarakat serta pemerintah daerah
yang mendorong peningkatan pendapatan asli daerah khususnya pada masa
pandemic
3. Terciptanya masyarakat yang kreatif dan inovatif serta adanya peningkatan
skill dalam pengelolaan dan pemasaraan pada sektor pariwisata sehingga
dapat mendorong kemandirian dimasyarakat.

II. METODE
Metode yang penulis gunakan pada Bhakti Karya Praja ini yaitu sebuah
konsep tentang mewujudkan sektor pariwisata yang berwawasan lingkungan
serta berkelanjutan dengan memberikan ruang kepada masyarakat untuk dapat
terlibat dalam pengambilan keputusan serta pengelolaan objek wisata di
Kecamatan Lohia sehingga dapat memberdayakan masyarakat sekitar serta
meningkatkan pendapatan asli daerah pada masa pandemi ini
Adapun beberapa langkah-langkah yang dapat penulis tawarkan kepada
Pemerintah Daerah adalah :
1. Melakukan konsultasi serta diskusi bersama Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan selaku organisasi yang berwenang mengeluarkan kebijakkan
tentang Kepariwisataan terkait konsep Ekowisata berbasis Community
Based Tourism
2. Melakukan koordinasi dengan pihak Kecamatan Lohia sebagai fasilitator
kebijakkan dan program nantinya
3. Memberikan informasi terkait Konsep tersebut kepada organisasi pegiat
wisata di Kabupaten Muna
4. Memanfaatkan akun pariwisata Kabupaten Muna yang sudah ada untuk
mensosialisasikan konsep tersebut
DaftarPustaka
Arif, M. dan Syam, A., 2017, Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai
Sumedang Di Kecamatan Ranah Pesisirka Bupaten Pesisir Selatan,
Jurnal Kepemimpinan Dan Pengurusan Sekolah, 2 (2): 191-200
Fildzah, A.N., Krisnani,H., Darwis, R.S., 2015, pengembangan desa wisata
melalui community based tourism, jurnal pariwisata, 2 (3): 237-245
Hasegawa, T.S. dan Umilia, E., 2017, Arahan Pengembangan Kawasan Wisata
Pantai Nepa Berdasarkan Preferensi Pengunjung Kecamatan Banyuates
Kabupaten Sampang, Jurnal Teknik, 6 (1): 106-111
http://laurinepost.blogspot.com/2013/01/community-based-tourism-cbt_6.html
Diakses tanggal 27 Februari 2021
https://tourism.binus.ac.id/2018/01/08/community-based-tourism/Diakses tanggal
27 Februari 2021
https://www.kompasiana.com/masrura/5bf337ae43322f231d185b93/desa-wisata-
pendekatan-pengembangan-berbasis-partisipasi-community-based-
tourism?page=allDiakses tanggal 27 Februari 2021
Ni Ketut Desi ArianI dan Ida Bagus Suryawan, 2018., Perencanaan
Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Lebih, Desa Lebih,
Kabupaten Gianyar, Jurnal Destinasi Pariwisata, 6 (2): 258-263
Nugroho, I., 2016, Ekowisata Dan Pembangunan Berkelanjutan, Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Rahmi, N.R., 2018, Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Retribusi Obyek
Wisata, Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Yogyakarta, Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta.
Syafi'i, M., 2015., Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan Community
Based Tourism (Cbt) Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Demak. Jurnal Ruang, I, 61-70.
Trisnawati, A.E., Wahyono , H. dan Wardoyo, C., 2018, Pengembangan Desa
Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal, Jurnal
Pendidikan, 3 (1): 29-33
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah
Yudanto, P.A., 2017, Meningkatkan Kesadaran Ekowisata di Taman Nasional
Tanjung Puting Kalimantan Tengah, Universitas Gajah Mada, Yogjakarta
Zakiah, U., 2019, Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Pad) Dalam Membangun Infrastruktur Kota Bandar Lampung Ditinjau
Berdasarkan Perspektif Ekonomi Islam Periode 2010-2017, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung.

Anda mungkin juga menyukai