Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Internasional Penilaian Siklus Hidup

https://doiorg/1&1007/s11367-018-1459-3

KOMENTAR AI\ID DIKUSI ARTKLE

Penelitian dan penerapan penilaian siklus hidup di Indonesia


Sireqar4
Edi lswanto Wiloso' - Novizar Nazir2 - Jessica Hanafi' - Kiman - Soni Sisbudi Harsono -
Ariel Ameir Rahman Setiawan - Muryanto - Muhammad Romli° - Nuki Agya Utama - Bayuni Shantiko
Joni Jupesta-" Tri Hendro Atmoko Utama" - Ajeng Arum Sari-' Sharah Yunihar Saputra* - Kai Fang"

Diterima: IS Januari 2018 /Diterima: 26 Februari 2018


:'.. Springer-Verlaq GmbH Jerman, pan dari Springer Nature 2018

Abstrak
Tujuan Makalah ini menyajikan tinjauan terhadap penelitian dan penerapan penilaian siklus hidup (LCA) di Indonesia selama
20 tahun terakhir serta menganalisis tantangan dan peluang untuk pengembangan di masa depan.
Metode Penelitian ini mengkaji 107 publikasi ilmiah yang telah melalui proses tinjauan sejawat mengenai LCA di Indonesia
atau yang ditulis oleh penulis yang berafiliasi dengan lembaga-lembaga di Indonesia. Program dan rekomendasi yang relevan
untuk memajukan adopsi LCA juga diuraikan.
Hasil dan diskusi Makalah pertama tentang subjek aplikasi LCA mulai dipublikasikan pada tahun 1996, sementara jumlah
publikasi meningkat secara signifikan sejak tahun 2010. Mayoritas artikel ini berasal dari universitas, lembaga penelitian, dan
organisasi internasional. Faktor pendorongnya terutama terkait dengan daya saing produk yang bertujuan untuk memenuhi
persyaratan keberlanjutan di pasar komoditas global. Kebijakan pemerintah juga memainkan peran penting dalam berbagai
aspek, termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca, konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, pengadaan barang dan jasa
pemerintah yang ramah lingkungan, pelabelan ramah lingkungan, dan industri ramah lingkungan. Secara bersamaan, pemikiran
siklus hidup telah dianut oleh pemerintah dan industri, terutama dengan peningkatan jumlah organisasi yang menerapkan versi
terbaru ISO 14001. Peningkatan partisipasi dalam pelaporan keberlanjutan secara sukarela juga memberikan bukti prevalensi
konsep keberlanjutan. Kami percaya bahwa perkembangan ini dapat menjadi langkah penting menuju penyebaran studi LCA di
masa depan. Selain itu, pengadopsian ISO 14040/44 sebagai standar nasional pada tahun 20 i 6 / 20 i 7 juga menandai komitmen
pemerintah Indonesia dalam LCA dan diharapkan dapat menstimulasi pengadopsian tabel-tabel lingkungan berbasis LCA,
seperti jejak karbon, dokumen produk lingkungan, dan jejak lingkungan produk. Kondisi Penelitian dan penerapan LCA di
Indonesia masih dalam tahap awal, sebagian dibuktikan dengan jumlah publikasi yang relatif sedikit dibandingkan dengan
beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Namun, terdapat peningkatan yang signifikan dalam publikasi selama 5 tahun terakhir,
yang mengindikasikan adanya peningkatan minat terhadap LCA, terutama dari kalangan akademisi dan sebagian kecil dari
sektor swasta. Meskipun LCA belum secara eksplisit dirumuskan dalam strategi dan undang-undang nasional, pemerintah
Indonesia memerlukan pemikiran siklus hidup untuk menginformasikan pembuatan kebijakan. Namun demikian, kurangnya
insentif untuk produk hijau, program LCA, keahlian LCA, dan inventaris lokal daia menghambat implementasinya. Di masa
depan, perbaikan harus berfokus pada kapasitas LCA

Editor yang bertanggung jawab: Mary Ann Curran

Materi pelengkap Ektronika versi on)inc dari artik ini (I\tips://doi.org/l0.


I007/el 1367-018-1459-3) berisi materi tambahan, yang tersedia bagi
pengguna yang berwenang.

Institut Pertanian Bogor (IPB), Darrnaga, Bogor, Indonesia


ediiswanto@yahoo.cgm; edi.iswantp.wi1gsq@Iipi.go.id
Universitas Swiss-Jerman (SGU), Alam $ utera, Tangemng
Selatan, I ndorieria
Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Organisasi Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO),
(LIPI), Jalan Raya Bogor - Depok 153 LIPI, Indonesia
Universitas Andalas {UNAND}, Limau Manir, Padang, Indonesia Siner Mas Agro Sumber Daya dan Penelitian Teknologi 1nstitutc
Life C'ycle lridgne*ia (LCI), Kebgn Jeruk, Jakarta, Indonesia (SMARTRI), Libo, Riau, Indonesia

Syinh Kuala Universiy (UNSY lA H), Daruzsalarri, " Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),
Bandn Aceh, tndonesia Manggala Wanabakti, Jakarta, Indonesia

* Universitas Negeri Jember (UNEJ), Tegalboto, Jember, Indonesia Keanekaragaman Hayati Zhejiung (HU), Hangzhou, Zhejiang, Tiongkok

& S rin er
P\JhIisficd online: 13 Maret 20t8
Penilaian Siklus Hidup
Int I
bangunan, pembentukan forum untuk mengkomunikasikan studi dan sumber daya LCA, pengembangan basis data
inventarisasi siklus hidup nasional, penyediaan insentif pasar untuk produk ramah lingkungan.

ileywords Pelabelan lingkungan - Standar kebijakan (SDG). Untuk menempatkan SDGs dalam konteks lokal,
lingkungan sebuah

1 Pendahuluan

1.1 Negara dan isu-isu

Indonesia memiliki lingkungan alam yang beragam dan


berharga. Indonesia terdiri dari kepulauan yang terdiri dari
lebih dari 17 ribu pulau, dan 70 persen wilayahnya
merupakan wilayah laut (Bappenas 2017). Indonesia juga
merupakan negara dengan hutan tropis terbesar ketiga
(Mart;ono ct at. 2014), menjadikan Indonesia sebagai salah
satu penyimpan karbon utama di dunia. Jumlah penduduk
Indonesia adalah 258,7 juta jiwa pada tahun 2016 (BPS
2017) dan diproyeksikan akan meningkat menjadi lebih
dari 300 juta jiwa pada tahun 2035 (Bappenas-BPS-
UbtFPA 2013). Dengan penduduk sebagai aset sosial yang
berharga, negara ini masih bergantung pada pasar
domestik yang mendorong industrialisasi besar-besaran.
Hal ini tercermin dari kontribusi dominan sektor industri
terhadap produk domestik bruto (PDB) yang diikuti oleh
sektor pertanian (Bappenas 2017).
Untuk menjawab tantangan pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi yang cepat, sangat penting bagi
Indonesia untuk memastikan pembangunan yang
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia
sekaligus melestarikan negara ini sebagai tempat yang
menyenangkan untuk ditinggali dan sebagai sumber
kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi memiliki implikasi
lebih lanjut terhadap lingkungan. Indonesia dikenal
sebagai penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar
ketiga di dunia setelah Cina dan Amerika Serikat, atau
keempat jika Uni Eropa dimasukkan ke dalam daftar
tersebut (World Bank dan DFID 2007). Pada tahun 2012,
total emisi GRK mencapai 1454 juta ion karbon dioksida.
Sektor-sektor utama penyumbang emisi adalah perubahan
penggunaan lahan dan kehutanan termasuk kebakaran
gambut (47,8&), diikuti oleh energi (34,99c), pertanian
(7,89c), limbah (6,79), dan proses industri dan penggunaan
produk (2,8&) (KLHK 2015). Dari sisi sektoral, konsumsi
energi di sektor industri, pembangkit listrik, dan
transportasi mengalami pertumbuhan yang tinggi.

1.2 Kebijakan dan konteks keberlanjutan

Sementara perubahan iklim menjadi perhatian global,


pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun
2020 melalui Peraturan Presiden No. 62/2013, dan lebih
lanjut menjadi 29% pada tahun 2030 dari skenario
business as usual (Bappenas 2017). Pada tanggal 25
September 2015, banyak negara di seluruh dunia secara
resmi setuju untuk mengadopsi serangkaian tujuan untuk
mengakhiri kemiskinan, melindungi planet ini, dan
memastikan kemakmuran untuk semua dengan
mengusulkan agenda baru yang disebut tujuan
pembangunan berkelanjutan
Int J Life Cyde Assess

Pemikiran siklus hidup Daya saing produk Keberlanjutan

Peraturan Presiden No. 59/2017 merumuskan peta jalan


untuk mencapai tujuan tersebut. Mewujudkan
kesejahteraan manusia yang sebagian besar masih
bergantung pada sumber daya alam, Tujuan 12 mengenai
Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan (Sustainable
Consumption and Production/SCP) telah dimasukkan ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-
2019 melalui Peraturan Presiden No. 2/2015.
Untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan
tanpa merusak lingkungan, Pemerintah Indonesia telah
menetapkan peraturan yang relevan. Sebagai contoh, UU
No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup mengharuskan pemerintah pusat dan
daerah untuk mengembangkan dan menerapkan
instrumen ekonomi berwawasan lingkungan, seperti
pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan,
ekolabel, dan pembiayaan lingkungan. Diatur melalui
Peraturan Presiden No. 54/2010, GPP memberikan
preferensi pada barang dan jasa yang memiliki label
ramah lingkungan, dengan tujuan utama untuk
mempromosikan keberlanjutan produk di tingkat nasional
(KLHK, 2017).
Untuk mendukung hal ini, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengembangkan
dan mengimplementasikan skema sertifikasi untuk
berbagai produk melalui Peraturan Menteri No. 2 tahun
2009. Skema tersebut terdiri dari ekolabel tipe II (self-
declare) dan tipe I (multi kriteria) yang mensyaratkan
pertimbangan siklus sejenis; sementara itu, ekolabel tipe
III (deklarasi produk lingkungan) yang mensyaratkan
penilaian siklus hidup penuh (LCA) belum diatur. Sejalan
dengan hal tersebut, harmonisasi antara pembangunan
industri dan pelestarian ekosistem yang dikenal dengan
istilah industri hijau menjadi salah satu prioritas
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui UU No.
3/2014. Daftar lengkap skema sertifikasi yang sebagian
besar bersifat sukarela dan dikelola oleh berbagai
organisasi pemerintah dan non-pemerintah dapat dilihat
pada Tabel 1.
Sistem manajemen lingkungan (EMS) dan laporan
keberlanjutan sudah cukup populer di kalangan bisnis di
Indonesia. Pada tahun 201 6 saja, terdapat lebih dari dua
ratus perusahaan pemegang sertifikat ISO 14001 (ISO
2015) dan 56 laporan keberlanjutan yang telah diserahkan
kepada Global Reporting Initiative (GRI). Laporan
keberlanjutan adalah yang paling populer untuk
perusahaan publik dan perusahaan milik negara,
sementara ISO 14001 diterapkan oleh sejumlah besar
perusahaan dari tingkat yang lebih luas, mulai dari yang
kecil hingga yang besar. Sertifikasi ini didasarkan pada
skema sukarela. Meskipun standar ISO bersifat sukarela,
EMS diwajibkan oleh program-program keberlanjutan
utama seperti peringkat kinerja lingkungan perusahaan
(PROPER), ekolabel, dan industri hijau oleh KLHK dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (lihat
Tabel 1). Inisiatif swasta dan peraturan ini menunjukkan
Penilaian Siklus Hidup
Int I
Tabel 1 Standar dan program-program pada sus\ainabilitasi cnvironmcnal prc'vailinjj di Tndoncsia

hlO. Standar atau program ScO90 Schcmc dcvclopcr Sekolah Jumlah sahabat
Impresi Mengikuti standar berikut atau

Eoolabcl (tipe 1 dan II) Barang Kementerian Voluntaiy 8


dan Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan
(KLHK)

2 Industri hijau Organisasi Mol VOTRE 129


(pelayanan)
Bangunan hijau Banguna Pemerintah daerah Yol untary / wajib -
n (Jakafta dan 8andung)
Pariwisata berkelanjutan Kementerian Perhubungan Sukarela 17 '
(Kementerian
Perhubungan)
5 SKEM Energi Kementerian Energi dan Wajib 29
Sumber Daya Mineral
(ESDM)
lSPO Minyak kelapa Kementan (Kementerian Wajib/sukarela 5Fi5 '
sawit Pertanian)
F
7 SVLK Kehutanan Kementerian Lingkungan Sukarela 2239
Hidup dan Kehutanan
(KLHK)
PROPER Organisasi Kementerian Lingkungan Wajib 1764
Hidup dan Kehutanan
(KLHK)
LEt Kehutanan LEI (pribadi) Sukarela 54 '
10 Kehutanan FK Indonesia (Swasta) Sukarela 391 '
YSC (internasional)
11 RSPO Minyak kelapa RSPO (intcinetional)
sawit
12 MSC Fishcrics MSC (intcmaüonal) 3
l3 ASC Perikanan ASC {internasional) 12
I4 Grccnship Bangunan GBC1 (privatc) 20 '
WGBC (internasional)
Penghitungan Organisasi GR1 (intcmœional) V0l tlfltäJ S6 "'
keberlanjutan
16 ISO 14001 Organisasi ISO (intcmaiioiiel) V0l tlfllBJ 200Ï "

Informasi yang diberikan dari situs web dan komunikasi pribadi dikumpulkan antara bulan Juni dan Oktober 2017
KLHK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 3Jof, Kementerian Perindustrian; MoEMR, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral; Kemenpar, Kementerian Pariwisata; Kementan, Kementerian Pertanian; SKEM, Standar K inerja Energi Minimum/Minim um Energy
Performance Standard; ASPO, Indonesian Sustainable Palm Oil; SQL R, Sistem Verifikasi Legalitas Kayu/Indonesian Timber Legality Assumnce
System; PROPER, Program Penilaian Peringkat Kinerja Peiusuhaan/Company Environmental Performance Rating Program; L6/, Lembaga
Ekolabel Indonesia/lndoriesian Ecolabelling Institute; FSC, Forest Stewardship Council; ASPO, Roundtable on Sustainable Palm Oil; M3C,
Marine Stewardship Council; ISC, Aquaculture Stewardship Council; GBCI, Green building Council Indonesia; WGBC, World Green building
Council; 6fi/, Global Repoñing Initiative; ISO,
Organisasi Standar Internasional
Int J Life Cyde Assess

prevalensi konsep keberlanjutan di Indonesia. Faktanya,


yaitu Standar Nasional Indonesia. Standar ini tidak
LCA sebagai alat untuk menentukan metrik untuk
membutuhkan LCA; sebaliknya, standar ini hanya
kemampuan lingkungan masih menghadapi tantangan. membutuhkan penggunaan siklus yang serupa dengan
Versi terbaru dari standar EMS baru-baru ini diadopsi perSpesifikasi. Ini berarti bahwa organisasi bertanggung
sebagai standar lokal jawab untuk mempertimbangkan pengaruh tidak langsung
mereka selain ketika mereka

& Sprinter
Int J Penilaian Siklus
Hidup
memiliki kendali langsung. Dalam beberapa tahun ke Meskipun demikian, Standar GRI untuk pelaporan
depan, diharapkan "perspektif siklus hidup" akan menjadi produk ramah lingkungan (I SO 14025) belum diatur di I
praktik yang umum di Indonesia karena hal ini dapat ndonesia.
menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran tentang
LCA.

1.3 Implementasi LCA di negara berkembang

Keberlanjutan merupakan tema yang semakin penting yang


hadir dalam agenda strategis dan politik di seluruh dunia.
Keberlanjutan diakui sebagai konsep yang terus
berkembang dan kini telah dikaitkan secara erat dengan
pendekatan LCA secara global (Zamagni et al. 2012). Dalam
hal ini, LCA menjadi alat yang berharga untuk memahami
dampak dari produk dan promosi. Meskipun kesadaran
akan pentingnya keberlanjutan semakin meningkat,
membuat konsep ini menjadi operasional dalam
praktiknya masih menjadi tantangan. Guinée dkk. (201 l)
memperkirakan bahwa dekade kedua abad ke-21 akan
menjadi era analisis keberlanjutan di mana penelitian LCA
akan digunakan untuk menginvestigasi keberlanjutan
produk dan jasa.
LCA semakin banyak digunakan oleh industri untuk
menghasilkan uang.
nunjukkan kinerja lingkungan dari suatu produk. Metode
ini distandarisasi dalam ISO 14040 dan 14044 (ISO
2006a dan b). Secara formal, metode ini didefinisikan
sebagai metode untuk mengevaluasi input, output, dan
potensi dampak lingkungan dari suatu sistem produk
sepanjang siklus hidupnya. LCA mempertimbangkan
dampak lingkungan dari suatu produk atau jasa dengan
mempertimbangkan penyediaan bahan baku, konversi
menjadi produk, fase penggunaan, dan pembuangan akhir.
Sering kali dibutuhkan sebagai alat bantu dalam proses
pengambilan keputusan, LCA merupakan pendekatan
sistemik yang memberikan hasil kuantitatif terkait potensi
dampak terhadap manusia, ekosistem, dan sumber daya.
Sejak awal kemunculan LCA, teknik ini telah diadopsi
secara luas untuk penelitian dan pengembangan,
pendidikan, pelabelan produk, desain produk, perbaikan
proses, dan dukungan rencana bisnis.
Meskipun pada awal abad ke-21, LCA masih menjadi
topik yang dipromosikan oleh sekelompok kecil ahli
yang sebagian besar berasal dari Eropa, Amerika Utara,
Australia, dan Jepang, pendekatan siklus hidup sudah
mulai menjadi arus utama di seluruh dunia (UNEP 2016).
Negara-negara berkembang di Asia seperti India, Thailand,
dan Cina telah membuat langkah penting dalam hal ini (A
rena 2000).
Namun, negara-negara berkembang menghadapi
beberapa kendala yang harus diatasi sebelum pengukuran
beban lingkungan hidup menjadi prioritas dalam
kebijakan nasional. Meskipun demikian, industri, lembaga
penelitian, pemerintah, dan akademisi di negara-negara
berkembang telah mulai memperhatikan masalah
lingkungan.
Perkembangan ini mengarah pada penggunaan alat
analisis keberlanjutan seperti LCA. Sifat perspektif siklus
hidup dalam ISO 14001 adalah pendekatan kualitatif,
sedangkan LCA adalah pendekatan kuantitatif karena
melibatkan tahap penilaian dampak dengan menggunakan
faktor karakterisasi. Standar yang menggunakan LCA
seperti jejak karbon produk (ISO 14067) dan deklarasi
Int J Life Cyde
Assess

keberlanjutan, misalnya, baru-baru ini dari sistem pengindeksan literatur diperlukan untuk
merekomendasikan penggunaan LCA untuk menganalisis staius
mendefinisikan konten material laporan (GRI 2016).
Selain itu, adopsi standar LCA (ISO 14040 dan 14044)
sebagai standar nasional pada tahun 2016 dan 2017
mengindikasikan adanya inisiatif dari pemerintah untuk
menetapkan landasan bagi penerapan LCA di Indonesia.

II Identifikasi masalah dan tujuan makalah

Kekuatan material, nilai gizi, kandungan energi, dan


daya tahan adalah beberapa ekspresi kualitas produk. Di
negara-negara berkembang, deskripsi yang hanya
didasarkan pada kualitas fungsional saja sering kali
tidak mencukupi. Informasi tambahan tentang kinerja
lingkungan dari suatu produk sangat penting jika
produk tersebut ditujukan untuk konsumen yang sadar
lingkungan atau untuk ekspor ke negara-negara yang
menerapkan standar lingkungan yang ketat. Kegagalan
dalam menjelaskan keberlanjutan lingkungan produk
dapat menyebabkan penolakan oleh pembeli potensial
dan mengurangi daya saing produk untuk menembus
pasar potensial.
Oleh karena itu, metrik keberlanjutan menjadi
penting, dan penggunaannya semakin meningkat
sebagai pendekatan untuk meningkatkan daya saing
perdagangan suatu negara. Adopsi parameter ini dalam
deklarasi dan label produk tidak diragukan lagi akan
mendukung pembangunan berkelanjutan. Pernyataan
tentang keberlanjutan lingkungan produk sangat relevan
dengan perdagangan regional dan global. Makalah ini
bermaksud untuk menjawab dua pertanyaan kunci:
pertama, sejauh mana LCA telah diterapkan di
Indonesia, kedua, apa saja potensi dan tantangan yang
dihadapi dalam hal kapasitas dan jaringan penerapan
LCA khususnya di sektor industri.
Untuk melakukan studi LCA, seseorang mungkin
perlu mengenali latar belakang proses dari sistem
produk yang diteliti (Maepa et al. 2017). Informasi ini
sangat penting dalam menerapkan metodologi untuk
menilai produk, proses, atau layanan. Dalam hal ini,
cukup menantang untuk melakukan LCA di negara
yang belum mengembangkan basis data inventaris
nasionalnya. Di sisi lain, Indonesia menawarkan banyak
potensi aplikasi LCA di industri senior, terutama bagi
mereka yang mengandalkan sumber daya alam seperti
minyak, gas, pertambangan, perikanan, dan pertanian.
Yang terpenting, meskipun sudah populer secara global,
tidak banyak yang diketahui tentang status, kapasitas,
jaringan, dan kemajuan LCA di Indonesia. Makalah ini
menyajikan tinjauan umum mengenai penelitian dan
implementasi LCA di Indonesia selama 20 tahun
terakhir serta menganalisis tantangan dan peluang untuk
pengembangan di masa depan. Makalah ini juga
bertujuan untuk mempromosikan kegiatan LCA di
Indonesia dan menghubungkan para peneliti dan
praktisi di Indonesia dengan komunitas LCA global.

2 Metode
Analisis bibliometrik berdasarkan catatan yang diambil
Int J Penilaian Siklus
Hidup
Penelitian kendali
memiliki dan penerapan LCADalam
langsung. (Chen beberapa
et al. 2014; Honke
tahun et Meskipun
penulis yangdemikian,
berafiliasi Standar GRI untuk
dengan institusi pelaporan
di Indonesia, di
al. 2015). Studi ini meninjau publikasi ilmiah tentang LCA
mana 23 di antaranya terindeks di WoS saja, 45 di
yang terkait dengan kasus-kasus di Indonesia dan ditulis
SCOPUS saja, dan 39 di keduanya (lihat Gbr. 1). Kutipan
oleh penulis yang berafiliasi dengan institusi di Indonesia
dan database tempat artikel-artikel ini diindeks dapat
dalam 20 tahun terakhir. Daftar publikasi diperoleh dari
ditemukan di Bahan Tambahan Elektronik (Referensi SM
Web of Science (WoS, Thomson Reuters) dan Scopus
dan Tabel SM I ). Kata kunci pencarian tambahan seperti
(Elsevier) pada tanggal 17 Januari 2017. Keduanya
pemikiran siklus hidup, seperti perspektif siklus,
mewakili sistem pengindeksan utama untuk artikel-artikel
pertimbangan siklus hidup, dan pendekatan siklus hidup
yang diulas oleh rekan sejawat dan telah mencakup
hanya menghasilkan dua catatan lainnya. Oleh karena itu,
berbagai bidang akademis. Pilihan kata kunci yang
untuk analisis lebih lanjut, kami melanjutkan dengan
digunakan dalam pencarian Boolean adalah "like cycle
kriteria awal seperti yang disajikan pada Tabel 2.
assessment," "life cycle analysis," "life cycle sustainability
assessment," "life cycle costing," "life cycle inventory,"
dan "life cycle impact assessment." Daftar lengkap kriteria
3.1 Publikasi dalam 20 tahun terakhir
termasuk basis data yang digunakan dalam setiap sistem
dan rentang waktu pengujian dirangkum dalam Tabel 2.
Seperti yang ditunjukkan pada Gbr. 2, artikel pertama dari
Kriteria ini diterapkan tidak hanya pada kasus Indonesia,
107 muncul pada awal tahun 1996. Artikel tersebut
tetapi juga pada negara-negara Asia Tenggara lainnya
merupakan disertasi doktoral dari sebuah universitas di
(Thailand, Malaysia, Singapura, Kamboja, Brunei,
Jepang. Sebenarnya, ada banyak publikasi LCA yang
Myanmar, dan Laos). Untuk memberikan gambaran yang lebih
memiliki topik yang sama dalam dua dekade terakhir,
komprehensif dalam kasus Indonesia, istilah-istilah
yaitu yang ditulis oleh lulusan Indonesia yang belajar di
tambahan yang biasa digunakan terkait konsep siklus
luar negeri. Setelah jeda beberapa tahun, karya tulis
hidup juga ditambahkan ke dalam pencarian Boolean.
berikutnya muncul pada tahun 2003 dan terus berlanjut
Istilah- istilah tersebut adalah "pemikiran siklus hidup" dan
setelahnya. Kecenderungan peningkatan yang signifikan
istilah- istilah serupa yang digunakan dalam berbagai
dapat dilihat terutama dalam 5 tahun terakhir antara tahun
standar internasional seperti "perspektif siklus hidup" (ISO
2012 dan 2016, yang menunjukkan meningkatnya minat
400 i: Sistem Manajemen Lingkungan), "pertimbangan
terhadap penelitian dan penerapan LCA. Perbedaan yang
siklus hidup" (ISO 14020: Pelabelan Lingkungan), dan
mencolok dalam jumlah publikasi terlihat antara publikasi
"pendekatan siklus hidup" (ISO 1403 I: Evaluasi Kinerja
yang terindeks SCOPUS dan WoS terutama pada tahun
Lingkungan).
2006 dan 2012, di mana SCOPUS mencatat jumlah yang
Kami mengidentifikasi afiliasi penulis di Indonesia dan
jauh lebih besar. Perbedaan ini disebabkan karena banyak
topik penelitian yang sesuai dengan topik penelitian yang
makalah dari sejumlah jurnal yang t e r i n d e k s di
ditanggapi dengan mencantumkannya secara manual pada
SCOPUS tidak terindeks di WoS. Temuan serupa yang
setiap artikel yang ditinjau. Topik penelitian juga dianalisis
diamati pada Gambar I mendukung hasil ini.
dengan menggunakan fitur analisis yang tersedia di WoS dan
SCOPUS. Karena cara "bidang studi" dalam sistem
pengindeksan ini diklasifikasikan secara berbeda, maka
3J Afiliasi penulis di Indonesia
kedua sistem tersebut diperiksa secara terpisah. Terakhir,
kami menganalisis tantangan dan peluang yang terkait
Gambar 3 menunjukkan tiga organisasi yang menerbitkan
dengan pengembangan penelitian dan penerapan LCA di
setidaknya dua publikasi. Mereka terdiri dari sebagian
masa depan. Program dan rekomendasi yang relevan untuk
besar universitas dan lembaga penelitian pemerintah dan
memajukan adopsi LCA di Indonesia juga diuraikan.
non- pemerintah. Beberapa perusahaan multinasional
produk konsumen seperti Unilever dan Nestle
(komunikasi pribadi: Endah Sulistyowati dan Putut
3 Hasil
Pramono) juga melakukan studi LCA untuk keperluan
internal mereka, namun tidak mempublikasikan
Dengan menggunakan kriteria pencarian yang ditunjukkan
laporannya. Oleh karena itu, hasil studi mereka tidak dapat
pada Tabel 2, kami menemukan total 107 artikel tentang
dimasukkan dalam analisis ini.
LCA di Indonesia atau yang ditulis oleh

7abie 2 Bopiean smrch citeriu


Kata-kata kunci muncul dalam judul, abstrak, atau kata kunciRentang waktu
Indeks Basis data

Web of Sciences (Thomson Reuters) Indeks kutipan sains; Ilmu sosial Penilaian siklus hidup; Analisis I996-20I6
siklus hidup;
indcx kutipan: Ilmu pengetahuan dan humaniora siklus hidup
keberlanjutan asscssmcnt. cilation indcx; dan Biaya siklus hidup saus
Emcrging: Invcntory siklus hidup:
kutipanindeks dan 1ifecycle im{'act asser*ment
SCOPUS (Elsevier) Ilmu pengetahuan hayati;
Ilmu pengetahuan
kesehatan: Ilmu
Pengetahuan Fisik, dan
Ilmu Pengetahuan Sosial
Int J Life Cyde Assess

4 Diskusi
SCOPUS LCA telah diterima secara global sebagai alat bantu bagi
para pembuat kebijakan, produsen, dan konsumen untuk
23 mencapai keberlanjutan. Namun, di kawasan Asia, LCA
belum umum digunakan dalam praktik bisnis maupun
dalam peraturan perundang-undangan (UNEP 2016).
Khusus untuk Indonesia, penerapan pemikiran siklus
hidup dan LCA kini menghadapi tantangan dan peluang
Gbr. 1 Jumlah artikel yang dipublikasikan di LCA yang unik.

3.3 Bidang penelitian yang diminati 4. Tantangan

Fitur-fitur yang tersedia di sistem pengindeksan WoS dan Tinjauan ini menunjukkan bahwa perkembangan
SCOPUS digunakan untuk memberikan informasi tentang penelitian dan penerapan LCA di Thailand telah
bidang penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gbr. 4. berkembang pesat dalam 5 tahun terakhir. Publikasi yang
Hasilnya menunjukkan keragaman bidang penelitian LCA, dilakukan sebagian besar dilakukan oleh universitas,
dengan kategori utama yang meliputi ilmu lingkungan diikuti oleh lembaga penelitian. Di antara mereka, hanya
(26a), teknik (23-24a), dan energi (l4-l7&) pada masing- sedikit yang berasal dari sektor swasta. Motivasi untuk
masing sistem pengindeksan. Kategori sistem mempublikasikan artikel-artikel ini umumnya didorong
pengindeksan ini sedikit berbeda (empat kategori di WoS oleh kepedulian akan reputasi internasional atau promosi
dan tiga kategori di SCOPUS) seperti yang ditunjukkan oleh perusahaan induk. Perdagangan pada awalnya
oleh arsiran pada Gbr. 4. mendorong penerapan LCA di Indonesia karena pembeli
Klasifikasi di atas, bagaimanapun juga, masih terlalu dari negara-negara berkembang telah lama meminta
umum untuk mengidentifikasi siapa yang melakukan apa pelabelan produk ramah lingkungan atau kepatuhan
terkait LCA di Indonesia. Karena studi LCA biasanya terhadap standar keberlanjutan. Di antara berbagai topik
digambarkan dalam bentuk sistem produk, kami dapat penelitian yang telah dilakukan, energi merupakan topik
memetakan kategori dan nama-nama lembaga yang yang paling banyak dibahas, terutama yang terkait dengan
berbeda beserta sistem produknya, seperti yang bioenergi (lihat Tabel 3 dan Tabel SM2, Bahan Tambahan
ditunjukkan pada Tabel 3. Lembaga-lembaga tersebut Elektronik) karena perluasan kelapa sawit, perdebatan
diklasifikasikan sebagai universitas, lembaga penelitian global mengenai energi terbarukan, dan konflik antara
pemerintah, perusahaan swasta, dan organisasi bahan bakar, pakan, dan makanan. Tidak seperti daerah-
internasional yang beroperasi di Indonesia. Dalam tabel daerah yang lebih maju di dunia, sektor primer (kegiatan
ini, afiliasi penulis telah diperluas, melebihi apa yang telah pertanian dan pertambangan) pada awalnya mendominasi
ditetapkan sebelumnya pada Gambar 3, termasuk juga perekonomian di Indonesia dan hanya dalam dua dekade
institusi yang hanya menerbitkan satu artikel. Sangat terakhir sektor manufaktur dan sektor tersier menjadi
sedikit studi LCA yang dipublikasikan yang membayar semakin penting.
atensi pada produk akhir, barang konsumsi; sebagian besar Banyak makalah yang diklaim sebagai studi LCA
pada produk antara. Produk berbasis hayati seperti membatasi analisis mereka pada satu isu seperti
bioenergi, minyak kelapa sawit, jarak pagar, beras, pemanasan global. Sebagai contoh, beberapa di antaranya
biomasa, dan ikan mendominasi daftar tersebut. Beberapa adalah Khatiwada dkk. (2016); Surahman dkk. (2015);
di antaranya merupakan komoditas ekspor strategis Harsono dkk. (2014); dan Harsono dkk. (2014). (2015);
Indonesia. Sektor- sektor penting lainnya yang kurang Bessou ct dkk. (2014); Harsono dkk. (2014); dan Holmner
diminati termasuk berbagai jenis energi terbarukan, et al. (2014). Sebuah studi LCA sebaiknya didasarkan
limbah, bangunan dan konstruksi, transportasi, dan produk pada seperangkat kategori dampak yang lengkap karena
konsumen. kami tidak ingin mengalihkan perhatian dari satu masalah
ke masalah lainnya. Namun, karena ketersediaan data
20
mungkin terbatas, satu set dampak yang relevan
Produsen. z Publikasi LCA berdasarkan tahun
Jumlah artikel

10

0
Gbr. 3 Afiliasi Aulhor di Indonesia
menerbitkan dua makalah LCA Penilaian Siklus Hidup
5 Int I
4
WoS ^ SCOPUS - TCiTAL

kategori perlu diperbaiki untuk menghindari hasil yang bias. Jumlah produk hijau yang biasanya memanfaatkan
Alasan pemilihan parameter tertentu harus diidentifikasi pemikiran siklus hidup masih sangat sedikit dan terbatas
dengan jelas dalam tujuan dan definisi ruang lingkup dalam kategorinya (lihat Tabel 1). Saat ini, produk hijau
penelitian. diperkenalkan di tingkat kementerian melalui KLHK, KLH,
Meskipun memiliki potensi keuntungan untuk bisnis Kemenperin, Kemen ESDM, dan Kementan, yang
dan pembuatan kebijakan, tingkat implementasi sekarang dikembangkan sebagai program reguler
pendekatan siklus hidup di tingkat nasional masih sangat pemerintah. Produk pertama yang mendapatkan sertifikat
terbatas. Hal i n i mengindikasikan bahwa LCA masih ekolabel diluncurkan pada tahun 2006 (Niirmayanti 2014).
belum populer d i k a l a n g a n masyarakat umum di Kriteria pengembangannya sesuai dengan standar ISO dengan
Indonesia. Jumlah artikel ilmiah cukup banyak, namun menggunakan pendekatan daur hidup. Namun, hingga
publikasi tahunan masih sangat rendah dibandingkan Agustus 2016, baru ada 8 kategori produk untuk ekolabel
dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Posisi tipe I yang terdiri dari 17 merek dari 5 perusahaan.
Indonesia berada di urutan keempat setelah Thailand, Sertifikasi berkelanjutan lainnya untuk produk ramah
Malaysia, dan Singapura (lihat Gambar 5). Negara-negara lingkungan seperti produk berbasis kelautan dan agro sudah
Asia Tenggara lainnya (Kamboja, Brunei, Myanmar, dan ada namun berjalan lambat. Dalam praktiknya, skema
Laos) hanya memainkan peran kecil. Menurut Ramjeawon sertifikasi ini dapat diintegrasikan dengan GPP. Namun,
(2012), masalah yang signifikan di negara-negara kurangnya direktori yang dipublikasikan tentang produk
berkembang adalah kurangnya kapasitas mereka untuk hijau dan
melakukan LCA, kurangnya proyek LCA dan akses kriteria GPP menyebabkan kesulitan dalam
terhadap kumpulan data latar belakang. melaksanakan penawaran yang adil. Dengan potensi tmde
global yang terus meningkat untuk negara-negara
berkembang

Soc'atSc'enoesnlherTopcs
Php &
WGmgaphy
Chemica 1Engineering
Multidisciplina ry
Ekologi, fisika, kimia, dan
M biologi, Genetika dan tdolecuia r 8
Metalurgi I\getaIIurgIcaI Ergineerlng
iologi Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Bahan
Planet
Mekanika Sejm

Bioteknologi Terapan Mmr6iolbgy


BMdoersky Comewadon

8-e bahan Bisnis, Manajemen dan Akuntansi


bakar Sdence J¥chwlogy
bau
Jbplcs
Li n g k u n g a n d S c ñ n r e
0 5 10 I5 10 25 30 J5
d0 0 detik *0 adalah 10 2 detik 30 3 detik *0 45

WoS (62 artikel)


SCOPUS (84 artikel)
F-lq. 4 Bidang penelitian menurut WoS dan
SCOPUS

@ Springer
Int J Life Cyde Assess

7abie 3 Tiga puluh enam afiliasi penulis di Indonesia dan topik penelitian

Catcgory Afiliasi penulis™ Topik penelitian

LfN5YTAH, MTB, LfGM. OPB. LIN DAN, U-MuIuimmadiyah. Ezicrgy (c)cctricity, biodicsc). biocfhanol. biogw angin, surya,
LIPH, LIPI: LI-Gancsha. Politeknik Mcdan, UNRf, hidro, dan penerangan), kelapa sawit, jarak pagar, ricc
LIPS; LfNM: U-Janabadra: LII; LlnDip: UB: UTI: sekam dan sekam, perikanan tangkap, dan susu sapi;
bangunan, LI-Pcrsada: dan PoliteknikBandung , fransportasi, jalan raya, hcalfhcarc, walc,
sanitasi, dan limbah (padat, rumah tangga, pabrik kelapa sawit
limbah, plastik, dan berbahaya); hiburan skala kecil, desain
rantai suplai, produksi ulang, daur ulang, dan produksi
yang lebih bersih, teknologi penangkapan karbon:
Metode LCA, karbon f¢ottirint, dan GRK
Penelitian PemerintahL1P1; Kementan; Kementerian Energi (bioenergi, biodiesel, arang lengan); kelapa sawit,
Pertanian; Kementerian HukumdanHAM;ICCRI; IQPRI, dan lembaga kakao, jatrofn, wanatani, dan akuakultur; residu bionvizs;
8PPT paduan tembaga; metode LCA, CiHG, jejak karbon
gersang
Perusahaan swasta $MARTRJ; Arian Agri; Asam Jawa: dan LEI Energi (biogas, bio rrietiianol); minyak kelapa sawit,
cangkir abadi; residu hutan, nitrogen tanah; limbah
Organisasi internasional ICRAF; ClrOR; UNDP; UNESCO; Program pabrik kelapa sawit, GRK
ATSEA; dan Ha*koning DHv
Energi (bahan bakar nabati, biodiesel, arang hayati); kelapa
sawit, tanaman bioenergi, jatnjpha kering; penggunaan
lahan, karbon tanah, amandemen tanah; air; limbah
(pengolahan, sumber daya yang dapat dipulihkan), daur
ulang; deb ris kelautan

Informasi yang tersedia mengenai 36 lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, topik penelitian, dan sumber informasi yang diberikan
dalam laporan ini (Tabel SI '12)
UNS¥IAH, Universitas Syiah Kuala. ITB, Institut Teknologi B8ndung. IPB, Institut Pertanian Bogor. UNAND, U n i v e r s i t a s Aridalas, t/-
/IJ'"/io/xrxou'iiaz/i. Universitas Muhammadiyah, UPH, Universitas Pclila Harapan, UPS, Universitas Pendidikan Indonesia, L/-Goor.rio,
Universitas Pendidikan Gancsha, t/o/ti, Universitas Riau. LENS, Scbclas Marct Univcrsity. LiN£J, Jcmbcr Lfnivcrsiiy, L/6o/iodudr-o, Universitas
Janabadra. UI, Universitas Indonesia. UiiDip, Universitas Diponcgoro, UB, Universitas Brawijaya: Universitas Islam Indonesia. U-Pei-sata,
Universitas Pcrsada: LIPI, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial, /\YoA, Kementerian Pertanian. MuIIAF, Kementerian Kelautan
dan Perikanan, ICCRI, Tndoncsian CofTcc and Co¢oa Research fnstiiutc. IOPRL, Indonesian Oil Palm Research Tnsliiutc: BPPT, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi. SMAR TRL Sinar Mas Agra Rcsourcc and Tcchnology Research Tnstitufc, LED Indonesian Ecolabclling Tnstitulc,
ICRAF, World Agroforcslty Cattrc, CIFOR. Cenlcr for lnlcmalional F-orcsliy R.cscarch, ATfiEA, Arafttra Timor Seas Ecosyslcm Action

Dengan dukungan kebijakan yang tepat, produk ramah lingkungan Indonesia dapat memenuhi tuntutan pasar
akan transparansi di seluruh lapisan masyarakat, bahkan lebih dari apa yang telah dicapai saat ini. Untuk i t u , rantai pasok, dari
perusahaan besar hingga perusahaan terkecil. ekolabel dan skema sertifikasi lingkungan lainnya dapat Tren
global ini suatu saat nanti akan mempengaruhi kondisi di Indonesia dan dipandang sebagai kunci untuk implementasi LCA di
masa depan. Indonesia dan kemudian memaksa industri untuk mematuhi
studi LCA hanya memberikan sedikit informasi dalamkebijakan- kriteria lingkungandan sosial yang lebih ketatdari pasar.
membuat pro-ses. Meskipun kebijakan mengenai produk hijau telah dimulai o l e h pemerintah Indonesia, namun
penerapannya masih rendah karena sebagian besar masih bersifat untuk mendorong dan menerapkan praktik-praktik yang
berkelanjutan di industri secara sukarela. Sertifikasi hijau tidak mudah, termasuk membawa perspektif siklus
hidup dan siklus hidup untuk dipaksakan karena tekanan bisnis yang tinggi sementara penilaian konsumen t e r h a d a p
kementerian teknis dan fonim industri. M a n d a t n y a rendah. Namun demikian, ceruk pasar yang starlinguntuk de-
menyadari bahwa jika perusahaan tidak dapat diadvokasi di
antara kelas-kelas yang lebih kaya yang mungkin menuntut lebih ramah lingkungan
karena berkelanjutan, mereka akan kehilangan pangsa pasar
di
global- atau produksi yang lebih berkelanjutan. Konsumen juga membutuhkan ekonomi yang berkelanjutan. Di masa depan,
perusahaan-perusahaan kemungkinan akan didorong untuk membeli produk yang ramah lingkungan. Untuk Untuk
menunjukkan kinerja produk mereka dengan menggunakan LCA
Sebagai contoh, sertifikasi kayu dan minyak kelapa sawit merupakan
metode yang manda . tori
untuk pasar ekspor tertentu. Untuk permintaan dalam negeri, baik
ada skema sukarela dan wajib dalam kasus kelapa sawit
minyak. Hal ini berlaku, terutama untuk pro- kelapa sawit terintegrasi.
penghentian. Daftar lengkap skema implementasi untuk sertifikasi
0
fikasi produk lain yang ditunjukkan pada Tabel 1.

4.2 Peluang

Masyarakat yang sadar lingkungan di pasar global memiliki


menjalankan aktivitas bisnis yang berorientasi pada keberlanjutan. Saat ini ris. s LcA di negara-negara Asia Tenggara
Int J Penilaian Siklus
Hidup
Indonesia saat ini telah memiliki kebijakan yang Data LCI kepada publik. Namun, jalan masih panjang bagi
berkaitan dengan keberlanjutan dan dapat menggunakan Indonesia untuk mengembangkan basis data LCI
LCA sebagai alat untuk mencapai tujuan keberlanjutan nasionalnya sendiri. Saat ini, menyiapkan data latar
seperti mengurangi gas rumah kaca sekaligus belakang tentang listrik dan trans- portasi mengingat
meningkatkan manfaat ekonomi dan sosial. Baru-baru ini, distribusi spasial dari banyak pulau di Indonesia
peraturan pemerintah baru (No. 46/2017) tentang merupakan titik awal yang baik untuk mencapai tujuan ini.
instrumen ekonomi lingkungan telah diterbitkan. Peraturan
ini menyediakan mekanisme insentif untuk meningkatkan 4A Jaringan dan pengembangan kapasitas
pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Peraturan ini
mengharuskan dikeluarkannya peta jalan yang terperinci Meskipun tampaknya ada konsensus bahwa peningkatan
mengenai pembiayaan berkelanjutan dan laporan kapasitas adalah kunci untuk mempromosikan LCA, namun
keberlanjutan yang diwajibkan bagi perusahaan publik dan perlu lebih banyak perhatian pada cara untuk
lembaga keuangan. Dalam peta jalan tersebut, otoritas melakukannya (Ramjeawon 2012). Untuk mempercepat
bertujuan untuk berkontribusi dalam mengurangi emisi gas pengembangan LCA di Indonesia, keterlibatan universitas,
rumah kaca dengan mengembangkan ekonomi rendah lembaga penelitian, dan industri dalam penelitian LCA
karbon. Salah satu alat yang dibahas adalah pengukuran perlu diintensifkan. Sejalan dengan hal ini, Indonesian
fooiprini karbon dan pasar karbon. Meskipun belum ada Life Cycle Assessment Network (ILCAN) yang
kebijakan yang jelas mengenai LCA yang diatur oleh diluncurkan pada akhir tahun 2014 telah terdaftar sebagai
pemerintah, hal ini akan menciptakan peluang bagi studi salah satu jaringan nasional di Asia Pasifik (UNEP 2016).
LCA untuk memberikan kontribusi. ILCAN merupakan organisasi nirlaba yang bersifat
Sebagian besar iopik siklus hidup belum diakui di sukarela untuk mempromosikan penelitian dan aplikasi
tingkat nasional melalui penelitian ilmiah, program LCA untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di
pendidikan, praktik bisnis, dan kebijakan dalam negeri. Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk berbagi
Meningkatkan kesadaran tentang potensi penerapannya informasi mengenai metodologi LCA dan membangun
sangat penting. Untuk meningkatkan penerapan LCA, kapasitas kompetensi LCA. ILCAN telah secara aktif
memperkuat hubungan antara penelitian, pelatihan, dan terlibat dalam kegiatan terkait LCA dan memainkan peran
pengembangan basis data Life Cycle Inventory (LCI) penting dalam mengadvokasi pemikiran siklus hidup
nasional dan peraturan terkait adalah kunci keberhasilan. dengan menyelenggarakan konferensi dan kursus
Para pembuat kebijakan perlu diberitahu tentang studi pelatihan tentang LCA sejak tahun 2015. Selain itu, ada
LCA, sementara LCA juga harus lebih praktis dan realistis juga konferensi LCA lainnya yang diadakan oleh
bagi para pengambil keputusan. Dalam hal ini, LCA telah organisasi internasional, seperti AbwiFood Asia pada
diperkenalkan kepada para pembuat kebijakan di tahun 2013 (dengan tema "Pemikiran Daur Hidup tentang
Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup dalam Energi, Pangan, dan Pertanian di Asia") dan Inisiatif Daur
bentuk buku pengantar (Hanafi dan Utomo 2015). ISO Hidup UNEP/SETAC pada tahun 2015 (dengan tema
LCA telah diadopsi sebagai standar nasional. Pelatihan "Pengarusutamaan Pemikiran Daur Hidup"). Tabel 4 berisi
teknis mengenai penerapan standar untuk pembuatan daftar kegiatan utama yang dirotasi untuk pengembangan
kebijakan juga telah dilakukan. Untuk meningkatkan LCA di Indonesia, termasuk kebijakan dan peraturan yang
kesadaran, kegiatan semacam ini akan diperluas ke dibahas secara ekstensif di Bagian 1.2.
kementerian teknis lainnya. Pada bagian selanjutnya, kami
akan menyampaikan dua usulan utama untuk memajukan
adopsi LCA di Indonesia, yaitu pengembangan basis data 5 Kesimpulan
LCI nasional dan peningkatan kapasitas.
Studi ini mengidentifikasi 36 afiliasi penulis Indonesia
4.3 Basis data LCI nasional yang menerbitkan makalah tentang LCA. Produk sistem
yang diminati sejauh ini didominasi oleh bioenergi, minyak
Persyaratan penting lainnya untuk melakukan LCA adalah kelapa sawit, jarak pagar, beras, biomassa, ikan, limbah,
ketersediaan basis data LCI nasional. Hal ini diakui dan bangunan. Selain penelitian akademis, dorongan untuk
sebagai salah satu tanda perkembangan dan melakukan LCA terutama untuk meningkatkan daya saing
pengarusutamaan LCA di suatu negara (Gheewala et al. produk dan memenuhi persyaratan keberlanjutan pasar
2017). LCI yang didasarkan pada promes yang komoditas global. Oleh karena itu, banyak dari makalah-
dikembangkan oleh negara lain, seperti di Ecoinvent makalah ini membatasi analisis mereka pada dampak
(sebagian besar data dari Eropa) dan US-LCI (terutama pemanasan global, dan oleh karena itu, dapat
data dari Amerika Serikat) tersedia secara komersial. dikembangkan untuk mencakup kategori dampak yang
Namun, penggunaan langsung basis data tersebut untuk lebih luas.
studi LCA di Indonesia dapat menghasilkan hasil dengan Implementasi LCA di Indonesia masih dalam tahap
keandalan yang rendah karena adanya perbedaan praktik. awal, terbukti dengan jumlah publikasi yang relatif sedikit
Oleh karena itu, LCI nasional yang terdiri dari kumpulan dibandingkan dengan beberapa negara lain di kawasan
data produksi berdasarkan proses lokal sangat diperlukan. Asia Tenggara. Namun, terdapat peningkatan yang cukup
Kunci utama keberhasilan pengembangan basis data LCI signifikan dalam 5 tahun terakhir, yang mengindikasikan
sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dan adanya peningkatan minat terhadap LCA. Tren ini
partisipasi para pemangku kepentingan, terutama pada sebagian besar berasal dari kalangan akademisi dan
kemauan industri terkait untuk mengungkapkan data yang sebagian kecil dari sektor swasta. Meskipun LCA belum
belum diklasifikasikan. secara eksplisit diformulasikan dalam kebijakan dan
undang-undang, rencana pemerintah dan
Int J Life Cyde Assess

Tabel 4 Pencapaian LCA di Indonesia Ucapan Terima Kasih W¢ ingin mengucapkan terima kasih kepada Noer Adi Wardoyo dan
H a ri mu rt í d a r i Ce nterre n t e r n a l P e n g e m b a n g u n a n L i n g k u n g a n d a n K
ehutanan
Tahun Ê'V¢ Standardizaôon (KLHK) untuk diskusi yang bermanfaat. Penghargaan diberikan kepada
ItlS
2009 UU No. 32/2009 (perlindungan dan
perlindungan hak a s a s i m a n u s i a )
2009 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 2/20d9 (œolabel untuk
produk yang ramah lingkungan)
2010 Keputusan Presiden No. 54/2010 (pengadaan barang dan jasa pemerintah yang ramah lingkungan) 2013Konferensi LCA AgriFood Asia tentang
"pemikiran siklus hidup pada
energi, pangan dan pertanian di Asia", Jakarta, 24-26
Juni 2013
20T 3 Peraturan Presiden No. 62/2013 (target p e n u r u n a n emisi GRK nasional)
20M UU No. 3/2014 (tentang industri hijau).
2014DscIarafion or indoncsia" Li rd cpuA " u I (ILCAN), Tangcratjg Sc\auin. 1'7Desember 2014
2015 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 2/2015 (konsumsi dan produksi yang berkelanjutan)
2015 Konferensi Inisiatif Siklus Hidup UNEP/SETAC mengenai "Pemikiran siklus hidup yang utama", J8k8rta. I ó-17 Maret 2015
2015 Ist Konferensi ILCAN tentang "Penelitian Siklus Hidup Asscssmmn\
di Indonesia", Tangcrang Sclatan. 24-25 November 2015

20T 5 Adopsi JSO T4001: 20T 5 (sistem manajemen lingkungan) sebagai standar nasional ($NI)

2016 Pengadopsian ISO I 404ß:2006 dan t4ß44:200fi (penilaian siklus hidup) sebagai standar nasional fSN1)
2017 Edisi pertama Juumal Indonesia tentang Penilaian Siklus Hidup dan Keberlanjutan (lJoŁCAS), 6 Januari 2017
2017 Teknis pelaksanaan standar MCA (SNl-I$Ø 14040 dan 14044) untuk pembuatan aplikasi, yang diselenggarakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, 5- ú Apiil 2017
2017 Peraturan Presiden No. 59/2017 (mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan)
2017 Peraturan Pemerintah No. 46/2017 (instrumen ekonomi eiwironmenial)

strategi yang membutuhkan pemikiran siklus hidup sudah ada. Namun demikian, kurangnya insentif untuk produk grøen, program
LCA, keahlian LCA, dan data inventaris lokal menghambat implementasi LCA.
Tinjauan ini dapat berfungsi sebagai referensi yang menunjukkan keadaan mutakhir dalam penelitian dan penerapan LCA di India,
dan menghubungkan peneliti dan praktisi lokal dengan komunitas LCA global. Perbaikan di masa depan harus memberikan prioritas
yang lebih tinggi pada pengembangan kapasitas LCA melalui pendidikan dan pelatihan, pembentukan forum multi-pemangku
kepentingan untuk mengkomunikasikan studi dan sumber daya LCA, pengembangan basis data inventarisasi siklus hidup nasional, dan
visi insentif pasar untuk produk ramah lingkungan. Penelitian lebih lanjut untuk memperhitungkan publikasi "abu-abu" akan diperlukan
untuk merefleksikan dengan lebih baik tantangan dan peluang yang dihadapi penelitian dan penerapan LCA di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai