Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN AKHIR

“Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision Support


System”

Oleh :

Budi Nugraha, Mohamad Natsir, I Nyoman Radiarta, Erlania, Achmad


Zamroni, Ulfah Fayumi, Handy Chandra, Hadhi Nugroho, Iwan
Malhani dan Regifiji Anggawangsa

PUSAT RISET PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
JAKARTA 2018
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan: Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision
Support System

Tim Pelaksana :
1. Budi Nugraha Msi. (PJPO)
2. Moh. Natsir M.Si. (Koordinator)
3. Dr. I Nyoman Radiarta (Anggota)
4. Erlania M.Si. (Anggota)
5. Dr. Achmad Zamroni (Anggota)
6. Dr. Handy Chandra (Anggota)
7. Ulfah Fayumi SPi.(Anggota)
8. Hadhi Nugroho ST (Anggota)
9. Iwan Malhani MSc. (Anggota)
10. Regifiji Anggawangsa SPi. (Anggota)

Waktu Penelitian : Tahun Kedua dari 5 (lima) Tahun


Total Anggaran : Rp. 300.00.000,-
(Tiga Ratus Juta Rupiah)

Jakarta,
Mengetahui, Desember 2018
Kabid Riset Pemulihan Sumber Daya dan Koordinator Kegiatan,
Teknologi Alat dan Mesin Perikanan

Budi Nugraha MSi. Moh. Natsir M.Si.


Menyetujui,
Kepala Pusat Riset Perikanan

Dr. Toni Ruchimat

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
perkenanNya pelaksanaan dan penyusunan laporan kegiatan ini dapat berjalan
dengan baik. Pada tahun 2018 kegiatan yang merupakan salah satu bentuk
dukungan pemerintah Indonesia pada kegiatan kerjasama SATREPS – JICA
Jepang dengan judul yang sama telah memasuki tahun implementasi kegiatan.

Kegiatan “Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision


Support System” pada tahun ini telah memasuki tahun kedua implementasi dan
di beberapa lokasi merupakan tahapan pelaksanaan kegiatan lanjutan sehingga
kegiatan yang dilaksanakan banyak berupa tahap lanjutan dari rencana
pelaksanaan kegiatan selama 5 tahun. Beberapa kegiatan penelitian yang berhasil
dilaksanakan pada pelaksanaan tahun ini diantaranya penambahan lokasi
pemasangan sensor di keramba jaring apung, inisiasi participatory data collection
di Gondol dan Banyuwangi, pembuatan dan peluncuran konten e-video learning
FISDOM, pemetaan dengan menggunakan drone di lokasi Lampung dan
Lombok, mengikuti workshop dan kunjungan ke Jepang, serta tidak kalah penting
pelaksanaan pertemuan JCC (joint coordination committee) yang pertama dan
juga pelaksanaan riset bersama.

Inisiasi kerjasama dengan Pusat Penelitian Informatika LIPI terkait


kegiatan ini telah berhasil ditandatangani. Secara umum pelaksanaan kegiatan
riset di tahun 2018 ini cukup berhasil dan sesuai dengan rencana implementasi
riset kerjasama selama 5 tahun.

Jakarta, Desember 2018

Penyusun

iii
RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)

Kegiatan budidaya merupakan penunjang produksi sektor perikanan di


Indonesia, yang diharapkan dapat memenuhi permintaan produk ikan tidak
hanya di Indonesia tetapi juga di dunia, terutama dengan adanya overfishing
pada sektor perikanan tangkap. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia dengan beberapa 17.508 pulau dan 54.716 km garis pantai di mana
memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan budidaya laut. Hal ini
sangat menguntungkan untuk masyarakat pesisir dengan hubungannya untuk
memperkecil kesenjangan pendapatan antar daerah di Indonesia. Budidaya laut
merupakan komponen penting untuk produksi perikanan budidaya di Indonesia,
lahan budidaya laut mencapai 12.123.383 total potensi lahan budidaya dan baru
dimanfaatakan sebesar 281.474 dengan total pembudidaya berjumlah 579.463
orang dan total produksi budidaya laut mencapai 10.735.154 ton pada tahun
2014.
Kegiatan budidaya khususnya budidaya yang dilaksanakan di laut atau
pesisir sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan dan juga proses-
proses budidaya yang dilakukan. Menurunnya kualitas lingkungan perairan
akan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kinerja dan
produktivitas dari budidaya yang dilakukan baik itu untuk komoditas ikan
maupun komoditas budidaya lain seperti rumput laut, kerang, udang dll.
Menurunnya kondisi lingkungan perairan akibat dari perubahan iklim,
pencemaran dan proses-proses antropogenik lain seperti konversi lahan,
deforestrasi, kegiatan rumah tangga banyak berpengaruh pada kapasitas
budidaya laut. Keterkaitan antara kualitas lingkungan dengan produksi
perikanan budidaya sudah banyak dikaji dan direkomendasikan hasil-hasil
temuannya. Konsep revolusi industry 4.0 yang dicanangkan belakangan ini
sudah teritegrasi ke berbagai sektor, konsep yang ditandai dengan pentingnya
inovasi, internet of thing (IoT) dan era teknologi komunikasi. Kegiatan ini
merupakan salah satu inisiasi implementasi revolusi industry 4.0 pada sektor
perikananan, perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
iv
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun sistem pengambilan
keputusan (decision support system) yang menganalisis big data budidaya laut
dan perikanan untuk mengoptimalkan proses budidaya yang dilakukan. Big
Data yang dibangun bersumber pada data base digital yang terdiri dari: data
kualitas perairan yang dikumpulkan dari real time sensor monitoring yang
diletakkan di lokasi budidaya, data proses budidaya dan perikanan tangkap yang
dikumpulkan melalui participatory data collection dengan aplikasi, data
monitoring lingkungan yang dilakukan melaui survei, data statistik dari tahun
sebelumnya, data penunjang berupa data satelit dan drone untuk pemanfaatan
lahan dan aliran sungai, data simulasi dari parameter-parameter yang relevan,
data sosial ekonomi terkait, serta data dari studi-studi sebelumnya.
Analisis big data dilakukan secara otomatis oleh DSS untuk
menghasilkan rekomendasi terkait carrying capacity dan proses pembudidayaan
yang lebih baik. Secara simultan dilakukan juga peningkatan pengetahuan dan
kapasitas peneliti, pegawai dinas dan pembudidaya melalui pelatihan pelatihan
untuk pemanfaatan system dan aplikasi yang sedang dibuat.
Pelaksanaan kegiatan tahun 2018 yang sudah dilakukan di beberapa
lokasi antara lain; pertemuan-pertemuan koordinasi dan juga sosialisasi di
Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi Lampung, Kabupaten Buleleng,
Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Banyuwangi. Pemasangan sensor
monitoring lingkungan perairan sudah ditempatkan di karamba ikan kerapu
milik Perindo di teluk pegametan dan satu karamba kakap putih di daerah Patas.
Sensor yang terpasang meliputi adalah sensor lama yang terdiri dari
Kondutivitas, Salinitas, Suhu1, Suhu 2, DO, Suhu 3, Klorofil dan Kekeruhan
(Turbiditas), ditambah dengan sensor untuk mengukur arah dan kecepatan arus.
Pengembangan aplikasi untuk participatory data collection sudah
diimplentasikan di Gondol dan Banyuwangi, 5 pembudidadaya dan 5 nelayan
berpartisipasi dalam program tersebut. Pengembangan e-video learning
FISDOM untuk diseminasi budidaya laut sudah berhasil dibuat dan diluncurkan
di Gondol dan sedang dalam pengembanagan di Lombok. Survey pendahuluan
terkait red tide di Lampung telah dilaksanakan dan akan diikuti dengan
v
pemasangan sensor di lokasi yang telah disepakati sebagai perwakilan dari
daerah terdampak red tide. Survey persepsi terhadap kegiatan project
pengembangan sistem DSS sudah dilakukan di Lombok, begitu pula dengan
modul pelatihan dan aplikasi data entry untuk pembudidaya.
Rekomendasi terkait hasil implementasi kegiatan ini antara lain dari
hasil pengukuran kondisi lingkungan perairan menunjukkan lokasi keramba
jaring apung di teluk pegametan dan daerah patas masih pada kondisi yang baik.
Parameter-parameter lingkugan perairan masih dalam ambang batas baik.
Terkait implementasi participatory data collection melalui aplikasi smartphone,
partisipasi sudah lebih dari 50%, pelibatan pembudidaya dan nelayan sejak awal
proses pembuatan aplikasi sangat menentukan keberhasil dan partisipasi dalam
pengumpulan data, monitoring dan koordinasi secara intensif akan
meningkatkan tingkat partisipasi. E-Video learning tentang proses budidaya
kerapu sudah berhasil diluncurkan, peningkatan diseminasi melalui platform ini
akan dapat diketahui setelah evaluasi dilaksanakan. Penentuan lokasi titik
monitoring sensor di Lombok dan Lampung sudah dilaksanakan melalui survei
pendahuluan, sudah ditentukan dua titik lokasi pemasangan sensor yang dapat
mewakili perairan yang menjadi lokasi penelitian.

vi
HASIL KEGIATAN PENELITIAN– TAHUN 2018 (Output: Rekomendasi)
Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision Support System
Umum:
Degradasi lingkungan perairan tempat budidaya laut terjadi secara massif diseluruh wilayah Indonesia.
Perubahan iklim, deforestrasi, pencemaran, konversi lahan untuk pemukiman dan proses-proses
antoptogenik lainnya telah menurunkan kapasitas budidaya di berbagai tempat di Indonesia. Selain itu
eutrofikasi akibat pengayaan zat organik secara extrem dan fenomena red tide juga banyak
menimbulkan kerugian budidaya laut yang dilakukan oleh masyarakat. Pentingnya monitoring
lingkungan untuk menjawab berbagai persoalan ini mulai dirasakan dan disadari oleh semua pihak.
Tujuan :
Membangun system monitoring lingkungan perairan, system pengambilan data melalui pengembangan
ICT, pembangunan database untuk sector budidaya laut dan aspek social ekonomi, dan pengembangan
DSS
Kegiatan ini merupakan supporting dari kerjasama penelitian antara Pusat Riset Perikanan dengan
Future university melalui mekanisme SATREPS dari JICA-Jepang. Proyek ini akan melakukan
pengembangan system DSS untuk menunjang budidaya laut yang lebih optimal dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut; pengembangan system monitoring lingkungan perairan, pengembangan
system pengambilan data melalui partisipasi pembudidaya dengan menggunakan ICT, pembangunan
database untuk sektor budidaya laut dan aspek social ekonomi, analisis data dan menghasilkan
rekomendasi melalui DSS dan peningkatan pengetahuan dan kapasitas pembudidaya melalui pelatihan
Hasil:
Pelaksanaan kegiatan tahun 2018 yang sudah dilakukan di beberapa lokasi antara lain; pertemuan-
pertemuan koordinasi dan juga sosialisasi di Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi Lampung,
Kabupaten Buleleng, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Banyuwangi. Pemasangan sensor
monitoring lingkungan perairan sudah ditempatkan di karamba ikan kerapu milik Perindo di teluk
pegametan dan satu karamba kakap putih di daerah Patas. Sensor yang terpasang meliputi adalah sensor
lama yang terdiri dari Kondutivitas, Salinitas, Suhu1, Suhu 2, DO, Suhu 3, Klorofil dan Kekeruhan
(Turbiditas), ditambah dengan sensor untuk mengukur arah dan kecepatan arus.
Pengembangan aplikasi untuk participatory data collection sudah diimplentasikan di Gondol
dan Banyuwangi, 5 pembudidadaya dan 5 nelayan berpartisipasi dalam program tersebut.
Pengembangan e-video learning FISDOM untuk diseminasi budidaya laut sudah berhasil dibuat dan
diluncurkan di Gondol dan sedang dalam pengembanagan di Lombok. Survey pendahuluan terkait red
tide di Lampung telah dilaksanakan dan akan diikuti dengan pemasangan sensor di lokasi yang telah
disepakati sebagai perwakilan dari daerah terdampak red tide. Survey persepsi terhadap kegiatan project
pengembangan sistem DSS sudah dilakukan di Lombok, begitu pula dengan modul pelatihan dan
aplikasi data entry untuk pembudidaya.
Rekomendasi terkait hasil implementasi kegiatan ini antara lain Sistem pengukuran kondisi
lingkungan perairan menunjukkan lokasi keramba jaring apung di teluk pegametan dan daerah patas
masih pada kondisi yang baik. Parameter-parameter lingkugan perairan masih dalam ambang batas
baik, perlu ditingkatkatkan jumlah lokasi yang dicover oleh sistem bouy yang dikembangkan (untuk
lokasi lain) sehingga perubahan lingkugan periaran dan pengaruhnya pada proses budidaya dapat
diketahui. Terkait implementasi participatory data collection melalui aplikasi smartphone, partisipasi
sudah lebih dari 50%, pelibatan pembudidaya dan nelayan sejak awal proses pembuatan aplikasi sangat
menentukan keberhasil dan partisipasi dalam pengumpulan data, monitoring dan koordinasi secara
intensif akan meningkatkan tingkat partisipasi. Jumlah responden nelayan dan pembudidaya pada
participatory data collection perlu ditingkatkan untuk menghasilkan pendataan yang lebih detail dan
lebih baik, 30% coverage dari total populasi merupakan target yang direkomendasikan untuk ujicoba
selanjutnya. E-Video learning tentang proses budidaya kerapu sudah berhasil diluncurkan, peningkatan
diseminasi melalui platform ini akan dapat diketahui setelah evaluasi dilaksanakan. Penentuan lokasi
titik monitoring sensor di Lombok dan Lampung sudah dilaksanakan melalui survei pendahuluan,
sudah ditentukan dua titik lokasi pemasangan sensor yang dapat mewakili perairan yang menjadi lokasi
penelitian.
Realisasi Fisik Kegiatan : 80%
Realisasi Fisik Keuangan :
Satuan Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan
Alamat
: Gedung Balitbang KP II Lt.3, jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Lokasi Kegiatan : Gondol – Bali, Lombok, Lampung, Perancak, Banyuwangi, Jakarta, Bogor

ii
Penanggung : Moh. Natsir Program : Program penelitian dan Mitra : DJPB, Dinas
Jawab
: I Nyoman Radiarta, Erlania, Achmad Zamroni, renstra pengembangan IPTEK kerjasama Kelautan dan
Peneliti Utama Ulfah Fayumi, Handy Chandra, Hadi Nugroho : Rekomendasi dan Masukan Perikanan Prov Bali,
Program Kebijakan Riset Perikanan Kelompok
APBN pembubidadaya/
Anggaran Realisasi Dana : nelayan/Asosiasi
- RM : - RM : pendamping :
Rp. 300.000.000 Pengguna

iii
PENDAHULUAN

Kegiatan budidaya merupakan penunjang produksi sektor perikanan di


Indonesia, yang diharapkan dapat memenuhi permintaan produk ikan tidak
hanya di Indonesia tetapi juga di dunia, terutama dengan adanya overfishing
pada sektor perikanan tangkap. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia dengan beberapa 17.508 pulau dan 54.716 km garis pantai di mana
memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan budidaya laut. Hal ini
sangat menguntungkan untuk masyarakat pesisir dengan hubungannya untuk
memperkecil kesenjangan pendapatan antar daerah di Indonesia. Budidaya laut
merupakan komponen penting untuk produksi perikanan budidaya di Indonesia,
lahan budidaya laut mencapai 12.123.383 total potensi lahan budidaya dan baru
dimanfaatakan sebesar 281.474 dengan total pembudidaya berjumlah 579.463
orang dan total produksi budidaya laut mencapai 10.735.154 ton pada tahun
2014.
Kegiatan budidaya khususnya budidaya yang dilaksanakan di laut atau
pesisir sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan dan juga proses-
proses budidaya yang dilakukan. Menurunnya kualitas lingkungan perairan
akan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kinerja dan
produktivitas dari budidaya yang dilakukan baik itu untuk komoditas ikan
maupun komoditas budidaya lain seperti rumput laut, kerang, udang dll.
Degradasi lingkungan perairan tempat budidaya laut terjadi secara
massif diseluruh wilayah Indonesia. Perubahan iklim, deforestrasi, pencemaran,
konversi lahan untuk pemukiman dan proses-proses antoptogenik lainnya telah
menurunkan kapasitas budidaya di berbagai tempat di Indonesia. Selain itu
eutrofikasi akibat pengayaan zat organik secara extrem dan fenomena red tide
juga banyak menimbulkan kerugian budidaya laut yang dilakukan oleh
masyarakat. Degradasi lingkungan memiliki dampak negatif pada mata
pencaharian masyarakat pesisir ', tidak hanya bagi petani / nelayan, tetapi juga
bagi mereka yang terlibat dalam semua aspek bisnis, seperti perdagangan dan

1
pasca panen pengolahan terkait. Selain itu, kondisi lingkungan yang diperparah
oleh fenomena perubahan iklim telah menyebabkan banyak masalah pada
kegiatan budidaya laut, misalnya kematian ikan massal, pergeseran musim
tanam rumput laut, terjadinya penyakit, dan penurunan produktivitas budidaya
laut.
Masalah-masalah lingkungan laut dapat membawa dampak jangka
panjang pada kegiatan budidaya laut dan akan menjadi risiko besar bagi
pembangunan berkelanjutan dari budidaya laut. Selain itu, akan memperburuk
kemiskinan yang telah menyebabkan ketahanan rendah masyarakat pesisir dan
juga membawa perubahan kondisi sosial-ekonomi yang kompleks dari
masyarakat pesisir.
Fluktuasi hasil tangkapan nelayan di juga sering menyebabkan
terjadinya kelangkaan bahan baku dan hilangnya pendapatan nelayan, hubungan
antara fluktusasi ini dengan kondisi lingkungan perairan perlu diketahui dan
dianalisis lebih baik
Pentingnya monitoring lingkungan untuk menjawab berbagai persoalan
ini mulai dirasakan dan disadari oleh semua pihak. Penggunaan sistem ICT
dapat dikembangkan untuk mengurangi risiko tersebut.
Menurunnya kondisi lingkungan perairan akibat dari perubahan iklim,
pencemaran dan proses-proses antropogenik lain seperti konversi lahan,
deforestrasi, kegiatan rumah tangga banyak berpengaruh pada kapasitas
budidaya laut. Keterkaitan antara kualitas lingkungan dengan produksi
perikanan budidaya sudah banyak dikaji dan direkomendasikan hasil-hasil
temuannya. Konsep revolusi industry 4.0 yang dicanangkan belakangan ini
sudah teritegrasi ke berbagai sektor, konsep yang ditandai dengan pentingnya
inovasi, internet of thing (IoT) dan era teknologi komunikasi. Kegiatan ini
merupakan salah satu inisiasi implementasi revolusi industry 4.0 pada sektor
perikananan, perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun sistem pengambilan
keputusan (decision support system) yang menganalisis big data budidaya laut
dan perikanan untuk mengoptimalkan proses budidaya yang dilakukan. Big
2
Data yang dibangun bersumber pada data base digital yang terdiri dari: data
kualitas perairan yang dikumpulkan dari real time sensor monitoring yang
diletakkan di lokasi budidaya, data proses budidaya dan perikanan tangkap yang
dikumpulkan melalui participatory data collection dengan aplikasi, data
monitoring lingkungan yang dilakukan melaui survei, data statistik dari tahun
sebelumnya, data penunjang berupa data satelit dan drone untuk pemanfaatan
lahan dan aliran sungai, data simulasi dari parameter-parameter yang relevan,
data sosial ekonomi terkait, serta data dari studi-studi sebelumnya.
Analisis big data dilakukan secara otomatis oleh DSS untuk
menghasilkan rekomendasi terkait carrying capacity dan proses pembudidayaan
yang lebih baik. Secara simultan dilakukan juga peningkatan pengetahuan dan
kapasitas peneliti, pegawai dinas dan pembudidaya melalui pelatihan pelatihan
untuk pemanfaatan system dan aplikasi yang sedang dibuat.

3
BAHAN DAN METODE

Kegiatan ini bertujuan Membangun system monitoring lingkungan


perairan, system pengambilan data melalui pengembangan ICT, pembangunan
database untuk sektor budidaya laut, perikanan tangkap dan aspek social
ekonomi, dan pengembangan DSS. Sasaran kegiatan ini adalah terbangunnya
system monitoring lingkungan perairan, system pengambilan data melalui
pengembangan ICT, pembangunan database untuk sector budidaya laut,
perikanan tangkap dan aspek sosial ekonomi, dan pengembangan DSS.

Langkah langkah dalam pembangunan big data dan DSS pada kegiatan
ini dilaksanakan sesuai dengan skema pada Gambar 1, antara lain melalui:
1. Pengembangan system monitoring lingkungan perairan, system
pengambilan data melalui pengembangan ICT
2. Pembangunan database untuk sektor budidaya laut, perikanan tangkap
dan aspek sosial ekonomi,
3. Pengembangan DSS untuk kegiatan budidaya laut dan perikanan tangkap
4. Pelatihan dan Pendidikan untuk meningkatkan kapasitas analisis dan
penggunaan DSS yang akan dibangun

Gambar 1. Skema pengembangan dan pemanfaatan big data dan DSS


4
Pengembangan system DSS untuk menunjang budidaya laut dan
perikanan tangkap yang lebih optimal dilakukan melalui tahapan sebagai berikut;
pengembangan system monitoring lingkungan perairan, pengembangan system
pengambilan data melalui partisipasi pembuidaya dengan menggunakan ICT,
pembangunan database untuk sektor budidaya laut, perikanan tangkap dan aspek
sosial ekonomi, analisis data dan menghasilkan rekomendasi melalui DSS dan
peningkatan pengetahuan dan kapasitas pembudidaya melalui pelatihan.
Gambaran umum pengumpulan data pembangunan data base dan DSS yang
dilakukan di kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema pengumpulan data dan pembangunan Big Data

LOKASI KEGIATAN

Kegiatan ini dilaksanakan pada 5 lokasi yang sudah disepakati yaitu:


Gondol, Lampung, Perancak, Lombok dan Banyuwangi. Adapun target
komoditas dan fokus studi pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada Gambar
2.

5
Gambar 3. Lokasi dan fokus studi kegiatan

6
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan tahun 2018 yang sudah dilakukan di beberapa


lokasi antara lain; pertemuan-pertemuan koordinasi dan juga sosialisasi di
Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi Lampung, Kabupaten Buleleng,
Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Banyuwangi. Pemasangan sensor
monitoring lingkungan perairan sudah ditempatkan di karamba ikan kerapu
milik Perindo di teluk pegametan dan satu karamba kakap putih di daerah Patas.
Sensor yang terpasang meliputi adalah sensor lama yang terdiri dari
Kondutivitas, Salinitas, Suhu1, Suhu 2, DO, Suhu 3, Klorofil dan Kekeruhan
(Turbiditas), ditambah dengan sensor untuk mengukur arah dan kecepatan arus.

Digitalisasi data Budidaya Laut dan Perikanan


Digitalisasi data budidaya laut dan perikanan dilakukan melalui
participatory data collection yang dilakukan oleh pembudidaya dan nelayan.
Data dikumpulkan dari pembudidaya dan nelayan melalui aplikasi smartphone
yang dikembangkan khusus untuk kegiatan ini (melalui serangkaian proses
wawancara, diskusi dan perbaikan yang intensif). Gambar 4 menunjukkan
proses wawancara dengan pembudidaya dan nelayan untuk pengembangan
aplikasi tersebut diikuti dengan peluncuran dan ujicoba aplikasi yang sudah
dikembangkan. Bentuk Aplikasi dan ujicoba yang dilaksanakan dapat dilihat
pada Gambar 5-6

Gambar 4 Wawancara dengan pembudidaya terkait rancangan aplikasi

7
Gambar 5 Bentuk aplikasi untuk digitalisasi data budidaya laut (MICT-G)

Gambar 6 Ujicoba dan pelatihan aplikasi untuk digitalisasi data budidaya laut

8
Pengembangan aplikasi untuk participatory data collection sudah
diimplentasikan di Gondol dan Banyuwangi, 5 pembudidadaya dan 5 nelayan
berpartisipasi dalam program tersebut.

Gambar 7 Ujicoba dan pelatihan aplikasi untuk digitalisasi data perikanan

Monitoring dan digitalisasi data kondisi lingkungan perairan

Data kualitas perairan dikumpulkan dari real time sensor monitoring


yang diletakkan di lokasi budidaya. Dua buah ssistem sensor independent telah
ditepatkan di lokasi Teluk Pengametan untuk KJA ikan kerapu dan daerah Patas
dekat dengan PLTU untuk komoditas ikan kakap putih. Data hasil monitoring
lingkungan selanjutnya ditabulasi ke dalam data base dan dianalisis
hubungannya dengan proses budidaya yan sedang dilakukan.

Proses pemasangan system sensor, hasil analisis sementara


pengambilan data dari sensor-sensor tersebut disajikan pada Gambar 8 sampai
dengan Gambar15.

9
Gambar 8 Proses pemasangan sensor monitoring lingkungan perairan

Gambar 9. Hasil pengukuran sensor

10
Gambar 10. Pengamatan Kondisi lingkungan perairan

Gambar 11. Set up sensor di Gondol

11
Gambar 12. Hasil data screening

Gambar 13. Hasil analisis data suhu

Gambar 14. Hasil analisis data DO

12
Gambar 15. Hasil analisis data Klorofil

Gambar 16. Hasil analisis data kekeruhan

Gambar 17. Rata-rata per Jam dan standar deviasinya

13
Pengembangan e-video learning FISDOM untuk diseminasi budidaya
laut sudah berhasil dibuat dan diluncurkan di Gondol pada tanggal 23 November
2018. Pelatihan dan orientasi penggunaan platform tersebut oleh pembudidaya,
dinas, penyuluh dan peneliti dibuka langsung oleh Kepala Pusat Riset
Perikanan. Pengembangan konten e-video online dengan materi rumput laut
sedang dikembangkan di Balai Budidaya Laut Lombok.

Gambar 18. Peserta peluncuran dan orientasi e-video learning FISDOM

14
Gambar 19. Penyerahan Sertifikat kepada peerta

KESIMPULAN
Kondisi lingkungan perairan di perairan Pegametan dan Patas masih
pada kondisi yang baik untuk kegiatan budidaya. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa system sensor yang diimplementasikan cukup baik untuk
memonitor kondisi perairan. Aplikasi untuk participaroty data collection sudah
berjalan, beberapa kendala yang muncul antara lain sibuknya pkerja KJA dan
nelayan pada saat di lapangan mengakibatkan sering terlupanya input data,
insentif yang lebih baik harus difikirkan agar partisipasi dapat ditingkatkan. E-
video learning FISDOM sudah berhasil diluncurkan dengan materi pertam
adalah budidaya kerapu., konten konten berikutnya akan disusun untuk
mendukung diseminasi, pelatihan dan pendidikan pegawai dinas, pembudidaya,
penyuluh, dan peneliti.

15
REKOMENDASI
Rekomendasi terkait hasil implementasi kegiatan ini antara lain sistem
pengukuran kondisi lingkungan perairan menunjukkan lokasi keramba jaring
apung di teluk pegametan dan daerah patas masih pada kondisi yang baik.
Parameter-parameter lingkugan perairan masih dalam ambang batas baik, perlu
ditingkatkatkan jumlah lokasi yang dicover oleh sistem bouy yang
dikembangkan (untuk lokasi lain) sehingga perubahan lingkugan periaran dan
pengaruhnya pada proses budidaya dapat diketahui. Terkait implementasi
participatory data collection melalui aplikasi smartphone, partisipasi sudah lebih
dari 50%, pelibatan pembudidaya dan nelayan sejak awal proses pembuatan
aplikasi sangat menentukan keberhasil dan partisipasi dalam pengumpulan data,
monitoring dan koordinasi secara intensif akan meningkatkan tingkat
partisipasi. Jumlah responden nelayan dan pembudidaya pada participatory data
collection perlu ditingkatkan untuk menghasilkan pendataan yang lebih detail
dan lebih baik, 30% coverage dari total populasi merupakan target yang
direkomendasikan untuk ujicoba selanjutnya. E-Video learning tentang proses
budidaya kerapu sudah berhasil diluncurkan, peningkatan diseminasi melalui
platform ini akan dapat diketahui setelah evaluasi dilaksanakan. Penentuan
lokasi titik monitoring sensor di Lombok dan Lampung sudah dilaksanakan
melalui survei pendahuluan, sudah ditentukan dua titik lokasi pemasangan
sensor yang dapat mewakili perairan yang menjadi lokasi penelitian.

16
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PADA
MASYARAKAT PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT DI SEREWE,
LOMBOK TIMUR

(Achmad Zamroni, Tenny Apriliani, Cornelia M. Witomo, Andrian


Ramadhan, dan Latifatul Roshidah )

BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Degradasi lingkungan memiliki dampak negatif pada mata
pencaharian masyarakat pesisir, tidak hanya bagi pembudidaya atau
nelayan, tetapi juga bagi mereka yang terlibat dalam semua aspek bisnis,
seperti perdagangan dan pasca panen. Selain itu, kondisi lingkungan yang
diperparah oleh fenomena perubahan iklim telah menyebabkan banyak
masalah pada kegiatan budidaya laut, misalnya kematian massal ikan-ikan
budidaya, pergeseran musim tanam rumput laut, merebaknya penyakit,
hingga menyebabkan penurunan produktivitas budidaya laut. Masalah-
masalah lingkungan laut dapat membawa dampak jangka panjang pada
kegiatan budidaya laut dan akan menjadi risiko besar bagi keberlanjutan
dari budidaya laut. Selain itu, akan memperburuk kemiskinan dan juga
membawa perubahan kondisi sosial-ekonomi yang kompleks pada
masyarakat pesisir.
Ketimpangan sosial ekonomi yang masih terlihat dalam kehidupan
masyarakat pesisir telah berkontribusi pada distribusi kemiskinan yang
meluas di pesisir. Perilaku ekonomi rumah tangga nelayan dapat menjadi
stimulus baik langsung maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan
perubahan perilaku untuk menghasilkan produktivitas kerja atau usaha

17
(output) dengan memanfaatkan sumberdaya di lingkungan pesisir dan laut.
Tekanan kemiskinan struktural yang melanda kehidupan nelayan
tradisional, sesungguhnya disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks
(Satria, 2002; Suyanto, 2003), yaitu fluktuasi musim-musim ikan,
keterbatasan sumber daya manusia, modal serta akses, jaringan
perdagangan ikan yang eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen,
dampak negatif modernisasi perikanan yang telah mendorong terjadinya
eksploitasi sumber daya laut secara berlebihan.
Proses demikian masih terus berlangsung hingga sekarang dan
dampak lebih lanjut yang sangat terasakan oleh nelayan adalah semakin
menurunnya tingkat pendapatan mereka dan sulitnya memperoleh hasil
tangkapan. Hasil hasil studi tentang tingkat kesejahteraan hidup di
kalangan nelayan, telah menunjukkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan
sosial-ekonomi atau ketimpangan pendapatan merupakan persoalan krusial
yang dihadapi dan tidak mudah untuk diatasi (Kusnadi, 2002).

1.2 Tujuan

Tujuan kegiatan antara lain untuk:


1. Mengidentifikasi profil budidaya rumput laut dan permasalahannya
2. Menganalisis persepsi pembudidaya rumput laut terhadap
perkembangan usaha budidaya rumput laut

18
II. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada Bulan April dan November 2018 di
Jakarta dan Lombok Timur. Desa Serewa Lombok Timur dipilih sebagai
lokasi penelitian karena menjadi salah satu lokasi dalam proyek SATREPS
untuk budidaya rumput laut.

2.2 Metode pengumpulan data

Survei lapang akan dilakukan pada pada lokasi-lokasi kegiatan


dalam rangka pengumpulan data awal yang akan dilakukan melalui
kunjungan dan diskusi dengan institusi setempat, antara lain Dinas KP,
BAPPEDA, BPS dan UPT KKP yang ada di lokasi tersebut. Data yang
akan dikumpulkan mencakup, kondisi existing budidaya, permasalahan
perikanan dan kondisi sosial ekonomi, serta pemanfaatan lahan dan
permasalahannya. Selain itu juga akan dilakukan diskusi dengan institusi
yang terlibat langsung di masing-masing lokasi kegiatan untuk
menjelaskan detail aktivitas yang akan dilakukan serta penentuan personil
yang terlibat dari setiap institusi tersebut. Teknik pengumpulan data
penelitian meliputi:
Data primer diambil menggunakan kuesioner dengan teknik in-depth
interview dan FGD (Forum Group Discussion). In-depth interview
dilakukan terhadap informan kunci yaitu pembudidaya rumput laut.
Penelitian ini juga menggunakan teknik wawancara mendalam untuk
menggali informasi dan mendapatkan gambaran dari langkah dan tahapan
penelitian yang diharapkan. Wawancara mendalam (In-depth Interview)
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
19
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006: 72). Terdapat beberapa
pengertian kuesioner yang diungkapkan oleh para ahli. Menurut Nazir,
kuesioner atau daftar pertanyaan adalah sebuat set pertanyaan yang secara
logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan
merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji
hipotesis. Daftar pertanyaan tersebut dibuat cukup terperinci dan lengkap.
Data sekunder ditelusuri menggunakan teknik studi literatur terkait dengan
perkembangan sosial ekonomi pembudidaya rumput laut dan
permasalahan-permasalahan yang terjadi.

2.3 Metoda analisis

2.3.1 Analisis persepsi


Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian
informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut
adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya).
Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi
(Sarwono, 2002). Analisis persepsi pada penelitian ini menggunakan skala
likert dengan nilai 1-5. Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka tingkat
pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap topik yang akan
diidentifikasi semakin tinggi. Sugiyono (2006) menyebutkan bahwa skala
likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan data ordinal untuk
mengukur tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif. Data akan
dianalisis dalam bentuk tabulasi statsitik sederhana.

20
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum lokasi penelitian


Kecamatan Jerowaru meliputi pulau-pulau di sekitarnya seperti
Gili Batuputik, Gili Belek, Gili Makemkao, Gili Ree, Gili Kuri, Pulau
Maringkik, Gili Kere, Gili Kerate, Gili Surak, Gili Sunut, Gili Petelu, Gili
Temeak, Gili Batulinjar, Gili Batukode, Gili Melayu, Gili Kaliantan, Gili
Tenge, Gili Areng, Gili Linus dan sebagainya. Kecamatan Jerowaru juga
dikelilingi banyak pantai, yang sebagian di antaranya sudah menjadi
destinasi wisata, seperti Pantai Buana Sari, Pantai Gonsor Kasian, Pantai
Ekas, Pantai Surga, Pantai Kura-kura, Pantai Kobra, Pantai Batu Dagong,
Pantai Putri Pandan, Pantai Cemara, Pantai Lemerang, Pantai Penyisok,
Pantai Antak-antak, Pantai Tanjung Porok, Pantai Tanjung Bloam, Pantai
Tanjung Perak, Pantai Ringgit, Pantai Pink, Pantai Gili Sunut, Pantai
Terete, Pantai Tangsi dan sebagainya.

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Jerowaru


(Sumber : https://lomboktimurkab.bps.go.id/)

21
Desa Seriwe memiliki luas wilayah sebesar 14,67 Km2 atau
10,27% dari luas wilayah Kecamatan Jerowaru. Desa Seriwe memiliki
batas wilayah pada bagian utara adalah Desa Pemongkong dan sebelah
barat Desa Kwang Rundun sedangkan sebelah selatan dan timur
berbatasan dengan perairan Samudera Hindia dan Teluk Seriwe. Desa
Seriwe terletak di bagian selatan di Kecamatan Jerowaru dan jarak tempuh
menuju kantor Bupati atau pusat pemerintahan Kabupaten Lombok Timur
sebesar 35 km. Desa Seriwe masuk dalam klasifikasi Desa Swakarya.
Desa Swakarya adalah klasifikasi desa peralihan atau transisi antara desa
swadaya ke desa swasembada. Desa Swakarya memiliki ciri sebagai
berikut :

• Kebiasaan atau adat istiadat yang tidak mengikat penuh namun


masih digunakan sebagai panduan
• Sudah mulai menggunakan teknologi dan juga peralatan yang
canggih
• Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi seperti layaknya
swadaya, sehingga letak desa swakarya tidak terlalu jauh dari pusat
perekonomian kota
• Telah memilih tingkat perekonomian, pendidikan (Baca: Negara
Dengan Pendidikan Terbaik) , jalur lalu lintas dan juga prasarana
lain
• Jalur lalu lintas yang sudah lancar dan jarak tempuh yang bukan
lagi menjadi penghalang
Desa Seriwe terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Seriwe, Dusun Temodo, dan
Dusun Kaliantan dengan total jumlah penduduk pada tahun 2016 tercatat
3.478 jiwa. Rata-rata usia penduduk Desa Seriwe didominasi kisaran usia
18 – 56 tahun baik jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan tingkat

22
pendidikan lulusan SD walaupun pernah merasakan pendidikan lanjutan di
tingkat pertama namun tidak diselesaikan/berhenti ditengah perjalanan
mengeyam pendidikan (28% dari total penduduk). Sumber air yang
digunakan oleh masyarakat Desa Seriwe adalah menggunakan embung
sebanyak 84 unit, bak penampung air hujan sebanyak 32 unit dan membeli
air dengan menggunakan tangka pada pihak swasta sebanyak 5 unit tercatat
dimanfaatkan oleh penduduk sebanyak 1.171 jiwa.
Data Hasil Pengukuran Parameter Oseanogarafi
No Parameter Satuan (Satuan) Nilai
1 Kedalaman D (m) 0,5 – 32
2 Kisaran Pasang A (m) 1,5 – 1,8
Surut
3 Kisaran Arus Laut V (m/s) 0,03 – 0,33
4 Tinggi Ombak H (m) 0,10 – 0,16
Sumber : Sukuryadi (2016:4)
Karakteristik Responden

Karakteristik responden dilihat dari beberapa indikator yaitu usia,


pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Wawancara dilakukan terhadap
30 responden yang berperan sebagai pembudidaya rumput laut. Tingkat
pendidikan responden masih tergolong rendah didominasi lulusan SD
sebanyak 48,1 persen, lulusan SMP 25,9 persen, dan lulusan SMA 3,7
persen dan belum ada lulusan perguruan tinggi .

Jumlah responden berdasarkan pendidikan


No Tingkat Pendidikan Persentase (%)
1 Belum sekolah 18,5
2 SD 48,1
3 SMP 25,9
4 SMA 3,7
5 mahasiswa 3,7
6 sarjana 0
total 100

23
Responden berasal dari berbagai usia yang masih produktif.
Responden terbanyak berada pada rentang usia antara 30 - 50 tahun
sebanyak 50 persen dan < 50 tahun sebanyak 26 persen serta > 30 tahun
sebanyak 23 orang (Tabel...).

Karakteristik Responden berdasarkan usia


No Usia Persentase (%)
1 >30 23
2 30-50 50
3 <50 26
total 100

Sumber : Data primer diolah (2018)

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden mayoritas di sektor


perikanan budidaya rumput laut yaitu 79,4%. Jenis pekerjaan lainnya yang
dijalankan oleh responden yaitu perikanan tangkap dan pengolahan hasil
perikanan. Namun, pekerjaan di sektor budidaya inilah menjadi sumber
pendapatan utama responden (Tabel 2).

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha


No Pekerjaan Persentase (%)
1 rumput laut tangkap 2,9
2 budidaya rumput laut 79,4
3 pengelolaan rumput
laut 2,9
4 lainnya (nelayan) 14,7
total 100

Mayoritas responden mendapatkan penghasilan dari usaha


budidaya KJA dan hanya sedikit dari sektor lainnya. Hal ini dikarenakan
pekerjaan sebagai pembudidaya merupakan pekerjaan utama. Responden
mayoritas berpenghasilan lebih dari Rp 1.000.000,00 yaitu sebanyak 89%.

24
Dengan demikian, mayoritas responden memiliki pendapatan diatas gaji
UMR rata-rata di Provinsi Bali.

Pendapatan Per bulan


No Pendapatan Perbulan Persentase (%)
1 >500.000 3
2 500.000-1.000.000 41
3 <1,000,000 56
total 100

3.2 Persepsi responden terhadap pengembangan budidaya rumput


laut

Pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat terhadap


pengembangan budidaya rumput laut di Desa Serewe terdiri dari empat
aspek yaitu aktivitas budidaya, pemanenan dan pasca panen, pemasaran,
dan kegiatan budidaya yang dikaitkan dengan pengelolaan pesisir.
Penilaian terhadap masing-masing pertanyaan berdasarkan 3 kategori.
Kategori tersebut diperoleh dengan menggunakan rentang skala, yaitu:
Kategori Batasan
Setuju 79,7-102
Netral 56,9-79,6
Tidak Setuju 34-56,8

Berdasarkan hasil perhitungan persepsi masyarakat terhadap


aktivitas budidaya rumput laut, masyarakat menyatakan setuju hampir
pada keseluruhan aktivitas, diantaranya bahwa budidaya memberikan
keuntungan jika dibandingkan usaha perikanan tangkap. Hasil wawancara
dengan responden menyatakan bahwa aktivitas usaha pada perikanan
tangkap membutuhkan biaya yang lebih besar dibanding usaha budidaya
rumput laut. Proses produksi pada usaha budidaya yang dijalankan oleh
pembudidaya menggunakan metode yang diyakini masih memberikan
25
manfaat terhadap peningkatan produksi. Selain itu, pembudidaya juga
menggunakan input produksi berupa bibit yang sudah cukup umur. Bibit
tersebut didapatkan dari pembudidaya lain yang masih berada di sekitar
lokasi budidaya sehingga kualitas benih lebih terjamin karena tidak
melewati perjalanan/transportasi yang jauh. Mayoritas responden juga
menyatakan bahwa kondisi lingkungan masih sesuai untuk usaha budidaya
karena lokasi yang berada di teluk sehingga terhindar dari ombak yang
tinggi. Namun, pada beberapa variabel, repsonden menyatakan
ketidaksetujuannya mengenai kondisi lokasi budidaya rumput laut.
Responden menyatakan di lokasi penelitian belum mengalami padat tebar
(netral). Hal ini dikarenakan pembudidaya mayoritas sudah mengerti cara
pembudidayaan yang benar sehingga jumlah padat tebar benih disesuaikan
dengan jarak tanam antar longline. Namun pada beberapa aspek,
responden menyatakan kesetujuannya apabila dilakukan peninjauan
terhadap lokasi budidaya karena seringnya terjadi penyakit yang dapat
menularkan ke laha pembudidaya yang lain. Metode budidaya yang
dijalankan oleh pembudidaya di Desa Seriwe dilakukan dengan
pengecekan setiap 2-4 kali seminggu. Secara umum, persepsi masyarakat
terhadap aktivitas budidaya perikanan di Desa Seriwe dalam kategoi baik.
Persepsi Masyarakat Terhadap Aktivitas Budidaya Rumput Laut
No Variabel Persepsi (jumlah) Jumlah Kategori
Bobot
Setuju Netral Tidak
(3) (2) Setuju
(1)
1 Aktivitas Budidaya 32 2 0 100 setuju
Rumput Laut memberikan
keuntungan yang lebih
besar dibandingkan
kegiatan perikanan yang
lain
2 Saya mengembangkan 27 1 6 89 setuju
usaha dari hasil penjualan
rumput laut

26
3 Saya menggunakan benih 34 0 0 102 setuju
yang cukup umur
4 Metode budidaya yang saat 33 0 1 100 setuju
ini dijalankan masih
memberikan manfaat untuk
penambahan jumlah
produksi
5 Harga jual ikan ditentukan 16 3 15 69 netral
berdasarkan keinginan
pembudidaya
6 Kondisi lingkungan masih 29 5 0 97 setuju
sesuai untuk kegiatan
budidaya
7 Lokasi budidaya rumput 16 10 8 76 netral
laut sudah terlalu padat
tebar
8 Saya mendapatkan bibit 34 0 0 102 setuju
dari pembudidaya yang lain
9 Dibutuhkan keramba 32 2 0 100 setuju
khusus untuk bibit di
Desa/wilayah ini
10 Perlu dilakukan peninjauan 27 4 3 92 setuju
kembali lokasi budidaya
11 Akhir-akhir ini, perubahan 33 0 1 100 setuju
musim berdampak pada
produksi rumput laut

12 Lokasi budidaya dilakukan 1 11 22 47 tidak


pengecekan setiap hari setuju
13 Budidaya dilakukan 30 0 4 94 setuju
pengecekan setiap 2-4 kali
seminggu

Sumber : data primer diolah (2018)


Persepsi Masyarakat terhadap aspek panen dan pasca panen pada
usaha budidaya rumput laut secara umum baik. Pemanenan dilakukan
setelah rumput laut berusia 45 hari, namun kadang dilakukan dibawah 45
hari apabila ada penyakit atau serangan hama ikan baronang yang
memakan rumput laut. Setelah dipanen, rumput laut dilakukan pensortiran
dan kemudian dikeringkan di pasir dan dibiarkan sampai mengering.
Sebetulnya pemerintah setempat sudah memberikan sosialisasi dan
bantuan berupa paranet untuk menjemur rumput laut. Namun,
27
pembudidaya masih tetap melakukan penjemuran di pasir sehingga
hasilnya terlihat kotor dan kurang higienis. Hasil wawancara dengan
pembudidaya menyatakan bahwa mereka tetap menjemur di pasir karena
harga jual rumput laut yang dikeringkan di para-para dan pasir tidak ada
perbedaan. Selain itu jika dikeringkan di para-para membutuhkan tenaga
lagi karena lokasi panen dan penjemuran berada di lokasi yang berbeda.
Hasil panen kemudian dijual dalam bentuk kering kepada pengepul rumput
laut dan tidak dilakukan pengolahan lebih lanjut dikarenakan minimnya
pengetahuan tentang teknologi pasca panen. Menyadari kondisi tersebut,
sebanyak 27 responden menyatakan membutuhkan teknologi pasca panen.
Pada musim hujan, pembudidaya mengaku mengalami penurunan
keuntungan karena kualitas yang menurun karena pengeringan dilakukan
dengan mengandalkan sinar matahari. Pada saat musim hujan sinar
matahari yang didapatkan tidak seperti pada musim panas.
Persepsi Masyarakat terhadap Panen dan Pasca Panen
No Variabel Persepsi (jumlah) Jumlah Kategori
Bobot
Setuju Netral Tidak
(3) (2) Setuju
(1)
1 Panen dilakukan setiap 45 29 0 5 92 setuju
hari sekali
2 Namun, kadang-kadang Saya 34 0 0 102 setuju
melakukan pemanenan
kurang dari 45 hari
3 Saya membutuhkan teknologi 27 2 5 90 setuju
pasca panen
4 Saya menggunakan sebagian 27 0 7 88 setuju
hasil panen untuk dilakukan
proses produksi selanjutnya
5 Saya melakukan 32 1 1 99 setuju
sortir/pemilahan sebelum
menjual
6 Saya mengalami penurunan 34 0 0 102 setuju
keuntungan pada saat musim
hujan dikarenakan kualitas

28
yang buruk dan harga yang
menurun.

Sumber: data primer diolah (2018)


Setelah dilakukan proses pengeringan, rumput laut yang telah
kering dijual kepada beberapa pengepul rumput laut yang tersebar di
Lombok Timur. Sistem penjualan rumput laut di Desa Seriwe perlu
dilakukan evaluasi karena kondisi di sana menghadirkan peran dengan
sistem patron client. Patron dalam hal ini adalah pengepul yang
memberikan modal untuk modal usaha kepada client (pembudidaya) yang
kekurangan modal. Timbal balik dari pinjaman modal ini yaitu pada saat
panen pembudidaya harus menjual rumput lautnya kepada pengepul
dengan harga yang ditentukan oleh pengepul. Sistem patron-client
semacam ini di satu sisi membantu pembudidaya, namun di sisi lain
membuat pembudidaya tidak bisa lepas dari jeratan kemiskinan karena
tidak adanya posisi tawar yang kuat oleh pembudidaya dalam penentuan
harga jual rumput laut. Persepsi responden mmbutuhkan keberadaan
pemain pasar baik berupa perorangan maupun koperasi sehingga harga jual
bisa lebih tinggi dan sesuai harga pasar. Dengan adanya koperasi,
pembudidaya tidak perlu mencari tengkulak/pengepul untuk menjual hasil
panen. Sebetulnya koperasi di Desa Seriwe udah ada, namun belum dapat
beroperasi maksimal dikarenakan minimnya modal dan kapasitas
sumberdaya manusia yang dimiliki untuk menjaga kelangsungan
operasional. Persepsi Masyarakat terhadap Pemasaran dapat dilihat pada
Tabel 8.
Persepsi Masyarakat terhadap Pemasaran
No Variabel Persepsi (jumlah) Jumlah Kategori
Bobot
Setuju Netral Tidak
(5) (3) Setuju
(1)

29
1 Saya senang dengan 7 15 12 63 netral
sistem pemasaran yang
sekarang di desa ini

2 Namun, sistem ini perlu 33 0 0 99 setuju


dilakukan evaluasi
3 Harga rumput laut sudah 6 22 6 68 netral
sesuai keinginan dengan
pembudidaya
4 Kami membutuhkan 34 0 0 102 setuju
lebih banyak pemain
pasar untuk membuat
pasar
5 Saat ini dibutuhkan 34 0 0 102 setuju
lembaga koperasi
pembudidaya
Sumber : data primer diolah (2018)
Kegiatan budidaya rumput laut di Desa Seriwe berkaitan dengan
upaya pengelolaan eksosistem pesisir. Hal ini menjadi perhatian karena
dengan adanya budidaya di laut dikhawatirkan berpengaruh terhadap
keberlangsungan ekosisitem pesisir sehingga penilaian persepsi
masyarakat dianggap penting untuk diketahui. Responden mayoritas
sependapat bahwa dengan dilakukan usaha budidaya rumput laut
berpotensi merusak ekosistem yang ada di pesisir, seperti terumbu karang,
mangrove, lamun dan sebagainya. Kegiatan budidaya dirasakan tidak
menimbulkan konflik terhadap nelayan dikarenakan nelayan sudah
memiliki area penangkapan masing-masing. Namun, responden
mengharapkan bahwa ada pengaturan lahan budidaya rumput laut sehingga
dapat meminimalkan konflik dalam pengelolaan ekosistem pesisir. Hal
yang perlu dijadikan perhatian bahwa dengan adanya usaha budi daya
rumput laut, jumlah sampah di pantai tidak banyak karena masyarakat
berusaha untuk menjaga kebersihan kualitas perairan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi rumput laut. Persepsi
Masyarakat Terhadap Kegiatan Budidaya Dikaitkan dengan Pengelolaan
Pesisir dapat dilihat pada Tabel 9.
30
Persepsi Masyarakat Terhadap Kegiatan Budidaya dikaitkan
dengan Pengelolaan Pesisir
Persepsi (jumlah)
Tidak Jumlah
No Variabel Setuju Netral Kategori
Setuju Bobot
(5) (3)
(1)
Kegiatan budidaya
mengancam
keberadaan
ekosistem lainnya
1 32 1 1 99 setuju
(seperti mangrove,
terumbu karang,
padang lamun dan
lainnya).
Kegiatan budidaya
menyebabkan
konflik dengan
pengguna kawasan tidak
2 1 0 33 36
pesisir (nelayan, setuju
sektor transportasi,
dan lain
sebagainya)
Pengaturan KJA
merupakan
3 keputusan tepat 32 1 1 99 setuju
dalam upaya
pengelolaan pesisir
Budidaya ikan
memberikan
4 kontribusi dalam 34 0 0 102 setuju
pelestarian
lingkungan pesisir
Budidaya rumput
laut berkontribusi
dalam menjaga
5 34 0 0 102 setuju
kelangsungan
hidup ekosistem
mangrove
Keberadaan
sampah di pantai tidak
6 1 1 32 37
semakin banyak setuju
sejak nelayan
31
melakukan
kegiatan budidaya

Sumber: data primer diolah (2018)


Persepsi masyarakat terhadap peran stakeholder dalam
pengembangan usaha budidaya perikanan di Desa Seriwe dirasakan cukup
baik. Partisipasi pemerintah khususnya dinas perikanan terkait sudah
cukup memberikan perhatian kepada pembudidaya rumput laut dengan
memberikan penyuluhan dan bantuan kepada pelaku usaha budidaya.
Bentuk partisipasi yang diharapkan oleh pembudidaya adalah bantuan saat
terjadi penyakit dan pendampingan usaha. Peran stakeholder lain yang
berperan dalam pengembangan usaha budidaya yaitu pengumpul. Mereka
adalah orang yang memiliki peran penting dalam pemasaran hasil
budidaya sehingga hasil panen bisa terjual sampai ke konsumen maupun
ke pabrik rumput laut. Pembudidaya mayoritas masih mengandalkan peran
pengumpul dalam pemasaran hasil pasca panen. Persepsi Pembudidaya
Terhadap Partisipasi Stakeholder dalam pengembangan usaha budidaya
rumput laut dapat dilihat pada tabel 10.
Persepsi Pembudidaya Terhadap Partisipasi Stakeholder dalam
pengembangan usaha budidaya rumput laut
Jumlah
Persepsi Kategori
Bobot
No Variabel
Setuju Netral Tidak
(3) (2) Setuju(1)
Dinas rumput laut
Kabupaten Lombok
99 2 0 101 setuju
Timur selalu
1 memberikan bantuan
Kepala Desa
memfasilitasi dalam
57 8 11 76 netral
agribisnis rumput laut di
2 tingkat desa.

32
Jumlah
Persepsi Kategori
Bobot
No Variabel
Setuju Netral Tidak
(3) (2) Setuju(1)
Balai Besar (Sekotong)
selalu membantu dalam 78 2 6 86 setuju
3 menyelesaikan masalah
Koperasi selalu
memfasilitasi dalam 39 18 1 58 netral
4 pemasaran rumput laut
Pengumpul mempunyai
peran penting dalam
102 0 0 102 setuju
agribisnis hasil budidaya
5 rumput laut
Sumber : data primer diolah (2017)

IV. KESIMPULAN DAN OPSI REKOMENDASI


KEBIJAKAN

4.1. Kesimpulan
Pembudidaya rumput laut di Desa Serewe rata-rata masih berusia
produktif meskipun hampir 50% mempunyai tingkat pendidikan dasar.
Metode budidaya yang digunakan adalah rakit, tancap, dan longline.
Metode longline sangat populer digunakan oleh pembudidaya rumput laut
Desa Serewe dengan alasan dinilai paling efektif dibandingkan dengan
metode budidaya yang lain. Lahan budidaya rumput laut dimiliki oleh
perorangan namun ada juga yang kelompok.
Usaha budidaya di Desa Serewe selama ini sangat membantu
perekonomian masyarakat pesisir desa tersebut, namun kendala penyakit
dan harga rumput laut yang rendah masih menjadi masalahan dalam
peningkatan ekonomi rumah tangga. Disamping itu, diversifikasi produk
rumput laut belum dikembangkan oleh masyarakat terutama istri nelayan.
Kondisi seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan kedepan. Masyarakat

33
dan stakeholder rumput laut yang ada di Desa Serewe maupun di luar Desa
Serewe cukup baik terhadap pengembangan ekonomi pesisir melalui usaha
budidaya rumput laut. Namun perlu disertai dengan pengembangan
agribisnisnya.
Oleh karena itu, pengembangan supply chain dan value chain
rumput laut memerlukan perhatian atau intervensi pemerintah daerah dan
pusat. Pemerintah provinsi juga perlu intervensi terkait dengan pengaturan
lahan budidaya rumput laut di wilayah perairan Desa Serewe. Selain itu,
monitoring terhadap perairan untuk mengetahui penyebab penyakit ice-ice
sudah mendesak dilakukan. Kedepan, peran artifisial intellegent semakin
penting seiring semakin dinamisnya kondisi perairan di Teluk Serewe.

34
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN


SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI
Dari : ALAT DAN
Pelaksana MESIN PERIKANAN,
Perjalanan Dinas a.n : Moh. Natsir,
PUSRISKAN
M. Si, Hadhi Nugroho S.T

Hari/Tanggal : Minggu – Rabu / 11 – 14


Maret 2018
Lokasi Perjalanan : Gondol, Bali
Lama
Dinas Perjalanan : 4 Hari

Telah dilaksanakan perjalanan dinas dalam rangka Ujicoba Training


Online di Gondol target peserta training online adalah Pembudidaya (Pemilik dan
Pekerja), Penyuluh, Peneliti dan Pegawai Dinas Perikanan Buleleng. Kegiatan
tanggal 12 Maret 2018 diawali dengan koordinasi dengan Kepalas Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) kemudian dilanjutkan
dengan persiapan konten training online di ruang rapat Besar Riset Budidaya Laut
dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) dengan melibatkan seluruh peneliti yang
terlibat dalam pembuatan video dan penyusunan konten training online.
Pelaksanaan training online dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2018,
acara ini diikuti oleh Pejabat Struktural dan peneliti dari Balai Besar Riset
Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP), Perwakilan dari Dinas
Perikanan Kabupaten Buleleng, Penyuluh Perikanan dan Persatuan Pembudidaya
Perikanan Pantai Buleleng (P4B). Total peserta yang mengikuti kegiatan ini
adalah 35 orang adapun jalannya kegiatan yang dilakukan adalah:
- Pembukaan Oleh Kepala Kepala Bidang Tata Operasional BBRBLPP:
Penjelasan mengenai Maksud dan tujuan dari kegiatan online training,
relevansi dengan kegiatan BBRBLPP dan Proyek SATREPS serta
keterlibatan peneliti BBRBLPP dalam penyusunan konten Training
Online.
- Sambutan dari Perwakilan Kepala Pusat Riset Perikanan, Kepala
Subbidang Riset Teknologi Alat dan Mesin Perikanan : Pegantar
35
mengenai latar belakang kegiatan Optimizing Mariculture Based on Big
Data with Decision Support System khususnya output theme 3, dan
berharap seluruh peserta dapat berpartisipasi dalam ujicoba Training
online dan memberikan saran dan masukan
- Presentasi dari Penanggung Jawab Theme 3 Kegiatan SATREPS
Mariculture, Yamazaki. Berisi tentang penjelasan tahapan umum
kegiatan SATREPS dan proses penyusunan training online yang akan
diujicobakan. Dijelaskan pula alur dari online training yang akan
dilaksanakan serta harapan untuk mendapatkan masukan, kritik maupun
saran untuk perbaikan dari training online yang akan disusun.
- Presentasi dari Penanggung Jawab Training Platform Online, Nakao.
Berisi tentang penjelasan detail mengenai FISDOM yang menjadi
wahana Training online, detail tata cara penggunaan fisdom dan
penjelasan step by step mengikuti online Training.
- Selanjutnya dilakukan Ujicoba Online Training dengan seluruh peserta
- Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi antara peserta dan presenter,
diskusi banyak membahas masalah-masalah teknis terkait pelaksanaan
online, antara lain:
✓ Lambatnya video materi ketika diakses menggunakan Ipad, karena
Ipad tidak memiliki fitur penurunan resolusi otomatis
✓ Pertanyaan nomer 9 yang banyak menimbulkan pertanyaan untuk
dijawab
✓ Kapan fitur Online training dapat digunakan dan di link dengan
website Gondol
✓ Apakah semua orang boleh mengakses online training tersebut
✓ Konten lengkap dari seri online training akan selesai kapan
Jawab:
✓ Sharing (diseminasi dan komunikasi) dari hasil-hasil penelitian yang
telah dicapai ke seluruh stakeholder yang terlibat sehingga tidak
terjadi miss komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan.

36
✓ Tim 3 akan segera melakukan perbaikan-perbaikan terkait konten
online training
✓ Segera dapat di lakukan link ke website Gondol setelah selesai
disusun
✓ Akan dilakukan pengambilan video dan penambahan konten oleh
SATREPS
✓ Online Training dapat diakses pada:
https://pf.fisdom.org/login/index.html
✓ User name dan password akan disediakan oleh SATREPS project

Kegiatan ditutup dengan foto bersama seluruh peserta, ujicoba telah


berhasil dilaksanakan dengan baik akan dibuat konten lanjutan dan perbaikan dari
Platform Training Online

37
Dokumentasi Kegiatan:
1. Persiapan dan Pematangan Konten Training Online Pada tanggal 12
Maret 2018

Team Ujicoba Training Online SATREP dari Jepang dan PUSRISKAN (Nakao,
Watanabe, Saeki, Yamazaki, Natsir, Hadhi)

Persiapan dan Penyempurnaan Konten Online Training dengan Melibatkan


peneliti dari Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP),
Pak Syafran dan Pak Ketut Mahardika
2. Pelaksanaan Ujicoba Training Online Pada tanggal 13 Maret 2018
38
Peserta Sosialisasi dan Koordinasi Kegiatan

Pembukaan Oleh Kabid Perencanaan dan Kerjasama BBRBLPP dan


Sambutan dan Kepala Subbidang Riset Teknologi Alat dan Mesin Perikanan,
Pusat Riset Perikanan

39
Jalannya Ujicoba Online Training

40
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN


SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI ALAT
Dari : DAN MESIN
Pelaksana PERIKANAN,
Perjalanan PUSRISKAN
Dinas a.n : Moh. Natsir,
M. Si, Dr Achmad Zamroni, Dr. Handy
Hari/Tanggal : Minggu
Chandra-dan
Jumat/
Ulfah – 30 Maret
25Fayumi, S. Pi
Lokasi Perjalanan : Lombok,
2018 Gondol
Jadwal
Dinas Pelaksanaan : Minggu - Jumat/ 25 – 30 Maret
Lama Perjalanan : 6 Hari
2018

Telah dilaksanakan perjalanan dinas dalam rangka observasi dan


pengumpulan data kegiatan Optimizing Mariculture Based on Big Data with
Decision Support System. Observasi dan pengumpulan data dilakukan di Lombok
dan Gondol-Bali. Dilakukan diskusi dan koordinasi dengan Balai Perikanan
Budidaya Lombok, Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
(BBRBLPP) dan pembudidaya setempat.

Senin, 26 Maret 2018


- Dilakukan koordinasi dan diskusi di Balai Perikanan Budidaya (BPBL).
Diskusi dibuka oleh Kepala BPBL dilanjutkan dengan pemaparan
mengenai profil Balai Perikanan Budidaya Lombok dan projek
SATREPS.
- BPBL melakukan pelayanan masyarakat berupa melakukan transfer
teknologi penyuluhan setiap 1-2 bulan. Mengadakan pelatihan untuk
pembudidaya, distribusi pamflet, short training untuk magang, dan demo
pelatihan cara berbudidaya.
- Terjadi penurunan budidaya rumput laut kira kira 3-5 tahun. Diperkirakan
disebabkan oleh adanya global warming dan hal ini mengakibatkan
terjadinya penurunan harga rumput laut. Yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan edukasi dan training projek: siapa yang menyediakan E&T, yang
akan menjadi pengajar, target peserta didik, jenis pengajaran, cara
41
mengajar, materi pembelajaran serta masalah dan isu yang ada di
pembudidaya.
- Dilakukan observasi di fasilitas yang ada di BPBL dan wilayah budidaya
rumput laut di Sekotong. BPBL mengembangkan teknologi kultur
jaringan untuk produksi bibit rumput laut. Selain itu, BPBL juga
melakukan produksi dan budidaya abalone, bawal bintang, dan ikan hias
laut. Rumput laut yang dibudidayakan di Sekotong berasal dari jenis
Kappaphycus alvarezii, namun saat ini berada dalam kondisi kurang
optimal dikarenakan pada beberapa rumput laut terkena ice ice.

Selasa, 27 Maret 2018


- Melakukan observasi ke teluk Grupuk, pembudidaya rumput laut dan
tempat pengolahan rumput laut.
- Teluk Grupuk terletak di pantai selatan Pulau Lombok dan berhadapan
langsung dengan Samudera Hindia. Luas perairan teluk berkisar 814 ha.
Teluk ini dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas budidaya ikan dan
rumput laut. Iklim menjadi salah satu factor yang sangat penting dalam
usaha budidaya rumput laut. Kegagalan panen yang sering dialami oleh
pembudidaya rumput laut biasanya disebabkan oleh pengaruh gelombang
besar yang menghancurkan media maupun biota budidaya (rumput laut).
Adanya perubahan iklim dan curah hujan yang tidak menentu dapat
mengakibatkan munculnya penyakit pada rumput laut yang
dibudidayakan.
- Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di Teluk Grupuk adalah
jenis Kappaphycus alvarezii. Pembudidaya di Kawasan tersebut biasa
membudidayakan rumput laut dengan menggunakan metode rakit bambu
(8 x 8 m dapat menghasilkan 80-100 kg rumput laut kering per rakit), dan
metode long line (ukuran 25 x 25 m menghasilkan 2,5 ton basah). Asal
bibit rumput laut bersal dari kebun bibit rumpit laut produksi BPBL.
Dengan umur bibit berkisar 25-30 hari. Jarak tanam rumput laut sekitar

42
15-25 cm dan jarak antar tali ris 1-2 m. Siklus rumput laut sebanyak 6-8
siklus per tahun. Dalam satu periode budidaya selama 45 hari.
- Dilakukan observasi ke tempat pengolahan rumput laut. Rumput laut
yang dihasilkan biasa diolah lebih lanjut untuk meningkatkan harga jual
dengan diolah menjadi produk olahan rumput laut, diantara menjadi
dodol rumput laut, bakso rumput laut, dan kopi rumput laut.

Rabu, 28 Maret 2018


- Dilakukan diskusi dengan tim Gondol, tim Satreps Jakarta dan Jepang,
serta pembudidaya.
- Buoy masih ditahan di Denpasar.
- Akan dilakukan pengambilan data layout untuk melihat situasi
lingkungan budidaya dengan drone dan evaluasi hasil training online.
- Aplikasi dibuat dengan simple dan berdasarkan dengan kondisi lapang
budidaya di KJA. Dilakukan penyesuaian ulang aplikasi dengan layout
KJA yang telah diupdate oleh pembudidaya.
- Beberapa hasil masukan dari pembudidaya yang digunakan sebagai
bahan untuk pembaruan dan penyesuaian aplikasi:
• Menu jenis ikan: kakap putih, bawal bintang, kerapu cantang,
kerpau cantik digunakan kode sesuai dengan yang biasa
digunakan oleh pembudidaya (kerapu cantang: CTG)
• Ukuran pellet untuk ikan (untuk memudahkan penggunaan di
masa yang akan dating, semua variasi ukuran pellet ikan
dimasukkan dalam pilihan menu aplikasi pakan)
• Pada menu tebar benih, dimasukkan juga opsi ikan yang mati
serta berat nya, untuk monitoring ikan yang dibudidayakan.
• Data ikan dari pembeli ditambahkan dengan keterangan spesies,
jumlah, ukuran dan berat

43
• Dilakukan pengelompokan pada mutasi ikan, yaitu mutasi in
(new stock/ ikan yang ditebar, dan perpindahan ikan antar
lubang) serta mutasi out (ikan mati dan ikan yang dipanen).
• Aplikasi ini akan terus dilakukan perbaikan sesuai dengan saran
pembudidaya. Sementara ini update data/ pilihan pada menu
dilakukan oleh penyedia aplikasi, namun harapan dalam 2-3
tahun ke depan pembudidaya dapat melakukan update menu
aplikasi yang sesuai dengan kondisi budidaya di lapangan. Jika
terjadi kesalahan memasukkan data, pembudidaya masih dapat
melakukan perbaikan data dalam hari yang sama.
• Keluaran yang sangat diharapkan pembudidaya dari adanya
aplikasi ini adalah dapat melihat secara langsung grafik
pertumbuhan, pakan, MR/SR dan produksii ikan, dikarenakan
selama ini belum diketahui secara mendetail mengenai grafik
pertumbuhan ikan di KJA, waktu optimal pertumbuhan biota dan
bagaiman pengaruh pada tahap pergantian pakan pellet ke rucah.
• Ikan yang dihasilkan biasa di ekspor ke Australia, Rusia, AS,
Taiwan, Hongkong dalam bentuk fresh.

Rabu, 28 Maret 2018


- Pertemuan dengan tim dari Longline Environment dan monitoring alat
yang dipasang di KJA.
- Dilakukann diskusi mengenai penyimpanan big data Satreps (cloud
backup dan fisik di Jakarta). Tahun ini Gondol mulai melakukan
monitoring kualitas air dengan menggunakan CTD pada 4 titik. Titik
yang dipilih merupakan titik yang dapat mencerminkan kondisi perairan
sekitar. Focus sedimen: nutrient loading: built up waste.
- Dilakukan pembersihan alat dari teritip yang menempel dan pelatihan
penggunaan aplikasi dengan pembudidaya di KJA serta penyerahan
smartphone berisi aplikasi ke pembudidaya.

44
Kamis, 29 Maret 2018
- Dilakukan pelatihan penggunaan aplikasi dengan pembudidaya.
- Menuju banyuwangi

Dokumentasi Kegiatan:

Diskusi dengan Balai Perikanan Budidaya Lombok

Observasi fasilitas budidaya laut di BPBL


(kiri: penjelasan proses kultur jaringan rumput laut; kanan: abalone yang dibudidayakan di
BPBL)

Budidaya rumput laut di Sekotong

45
Pengikatan rumput laut Hasil panen rumput laut

Budidaya rumput laut metode longline di


Tempat penjemuran rumput laut
Teluk Grupuk

Tempat pengolahan rumput laut Produk olahan berupa dodol rumput laut

Pelatihan penggunaan aplikasi dengan pembudidaya

46
Pertemuan dengan Tim Longline
Pembersihan alat dari teritip
Environment

Penyerahan smartphone berisi aplikasi


Palatihan aplikasi dengan pembudidaya
kepada pembudidaya

47
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN


SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI ALAT
Dari : DAN MESIN
Pelaksana PERIKANAN,
Perjalanan PUSRISKAN
Dinas a.n : Moh. Natsir,
M. Si, Hadhi Nugroho S.t
Hari/Tanggal : Rabu - Jumat/ 2 – 4 Mei 2018
Lokasi Perjalanan : Lampung
Jadwal
Dinas Pelaksanaan : Rabu - Jumat/ 2 – 4 Mei 2018
Lama Perjalanan : 3 Hari

Perjalanan dinas dalam rangka koordinasi, observasi awal dan


pengumpulan data kegiatan Optimizing Mariculture Based on Big Data with
Decision Support System. Koordinasi, observasi awal dan pengumpulan data
dilakukan di Lampung. Agenda kegiatan selama perjalanan dians tersebut antara
lain diskusi dan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Lampung, Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dan
koperasi pembudidaya setempat.

Rabu, 2 Mei 2018


- Koordinasi dan diskusi di Dinas Perikanan dan Kelautan terkait
pelaksanaan Kegiatan Optimizing Mariculture Based on Big Data with
Decision Support System SATREPS.
- Poin-poin diskusi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Propvinsi
Lampung adalah:
1. Perlunya riset untuk carrying capacity lingkungan sebagai
persyaratan penerbitan ijin budidaya
2. Perlunya informasi mengenai kualitas lingkungan
3. Dukungan untuk perijinan (PERDA 1 tahun 2018) tentang Zonasi
4. Aktivitas budidaya yang banyak dilakukan di Daerah Lampung
perlu didukung pendataan dan informasi lingkungan yang baik
5. Beberapa fenomena yang pernah terjadi yang berpengaruh
terhadap lingkungan laut tempat budidaya: Banjir Bandang,
48
Limbah domestic, Pelabuhan Perkapalan, Galangan kapal,
Wisata, aktivitas Budidaya yang memberikan dampak pada:
Budidaya KJA, Mutiara
6. Adanya fenomena Red tide mengakibatkan tingkat kematian
cukup tinggi
7. Perlunya percontohan KJA modern yang terintegrasi dan
langsung dapat memonitor kondisi lingkungan perairan
8. Mitigasi Apa yang harus dilakukan dalam menghadapi red tide
dan ide untuk memimalisir dampak red tide
9. Lokasi-lokasi Keramba di Provinsi Lampung: Durian Pelabuhan,
Ringgung dan Ketapang. Lokasi tambak : Mutun, Ringgung,
Tanjung Putus
10. Adanya tenaga Penyuluh Perikanan yang dapat diajak
berkolaborasi
11. Kesediaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung
untuk berkolaborasi dalam pelaksanaan kegiatan, termasuk
didalamnya komitmen mengenai data, selain itu juga disampaikan
permintaan agar hasil-hasil kegiatan dapat disampaikan langsung
ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung.

- Dilakukan koordinasi dan diskusi Balai Besar Perikanan Budidaya Laut


(BBPBL) Lampung terkait pelaksanaan Kegiatan Optimizing
Mariculture Based on Big Data with Decision Support System
SATREPS. Diskusi diawali presentasi PI SATREPS terkait rencana
pelaksanaan kegiatan kerjasama penelitian dan perananan Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut.

Adapun jalannya diskusi dilaksanakan dengan perekaya utama di BBPBL


Lampung:

49
1. Bpk Hernominjoyo - Koordinator Fungsional - 082176942011
2. Ibu Kurniastuti – Koordinator Fungsional BBPBD – 081369425034
3. Ibu Muawanah – 08127947878
Poin-diskusi
1. Perekayasa di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) - Ibu
Muawanah telah secara rutin melakukan melakukan monitoring
lingkungan perairan dan melakukan studi terkait fenomena red tide
2. Monitoring juga dilakukan terkait penyakit-penyakit yang banyak
ditemukan di para pembudidaya
3. Monitoring KJA dilakukan di Teluk hurun
4. Diskusi akan dilanjutkan besok (tanggal 3 Mei 2018) diawali dengan
kunjungan lapangan ke lokasi KJA di teluk Hurun dan sekitarnya.

Kamis, 3 Mei 2018


- Agenda diawali kunjungan ke lokasi lokasi KJA dan lokasi-lokasi
yang menjadi hotspot Red Tide dan juga area terdampak.
- Presentasi Ibu Muawanah: Hasil Riset Sebelumnya tentang Red
Tide hasil monitoring dari 1998 – 2015
- Hasil diskusi:
1. Paramater yang penting untuk dimonitor: Total N, Total P, (Nitrat,
Amonia, Nitrit)
2. Telah dilakukan monitoring lingkungan melalui spektofotometri untuk
memonitor parameter (N, P), jika kolaborasi riset yang dilakukan akan
menambah titik pengamatan perlu kiranya dipertimbangkan untuk
pembelian bahan spektofotometri
3. Selain itu monitoring juga dilakukan dengan menggunakan test Kit (N,
P) jika kolaborasi riset yang dilakukan akan menambah titik
pengamatan perlu juga penambahan test kit
4. Lokasi-lokasi pemasangan Sensor seyogyanya adalah lokasi Hot spot
dan area terdampak

50
5. Sudah dilakukan edukasi masyarakat miskin, pulau terkait pemahaman
terkait red tide
6. Proses proses antropogenik yang mempengaruhi kondisi lingkungan
perairan seperti perambahan hutan, akan dilakukan analisis terkait
proses ini dengan menggunakan study penginderaan jauh.

- Kunjungan ke lokasi-lokasi keramba dan koperasi KJA, yang


potensial untuk penempatan sensor.
- Kunjungan dilakukan ke lokasi-lokasi koperasi/kelompok
pembudidaya binaan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL).
- Dilakukan diskusi terkait aspek budidaya dan sapek-aspek
keamanan terkait pemasangan alat/sensor.

Jum’at, Maret 2018


- Kunjungan ke Pasar ikan di Pasar Gudang Lelang (tempat jual
udang dan kerang) untuk melihat tempat penjualan ikan-ikan dan
kerrang yang kadang merupakan ikan yang sudah mati akibat red
tide.
- Kunjungan ke fasilitas-fasilitas laboratorium dan sarana penunjang
di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL).

51
Dokumentasi Kegiatan:

Koordinasi ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung

52
Observasi Lokasi Hot Spot Red Tide di Teluk Hurun dan Fasilatas KJA Balai
Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL).

53
Presentasi Ibu Muawanah dan diskusi terkait Study RED TIDE yang telah
dilakukan
54
Peninjauan Fasilitas yang ada di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL).

55
Diskusi dengan kelompok Pembudidaya/Nelayan Cahaya MAKMUR Desa
Durian Kecamatan Padang Cermin Pesawaran

56
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN


SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI ALAT
Dari : DAN MESIN
Pelaksana PERIKANAN,
Perjalanan PUSRISKAN
Dinas a.n : Budi Nugraha
M.Si. dan Moh. Natsir, M. Si
Hari/Tanggal : Senin - Rabu/ 9 – 11 Juli 2018
Lokasi Perjalanan : Mataram Nusa Tenggara Barat
Jadwal
Dinas Pelaksanaan : Senin - Rabu/ 9 – 11 Juli 2018
Lama Perjalanan : 3 Hari

Dalam rangka sosialisasi dengan stakeholder pelaksanaan kegiatan


Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision Support System
dilaksanakan perjalanan dinas dalam rangka sosialisasi, koordinasi, dan
observasi lapangan pada lokasi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Detail pelaksaan
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
Senin, 9 Juli 2018
- Koordinasi dan diskusi persiapan pelaksanaan kegiatan sosialisasi
dengan Balai Budidaya Laut Lombok dan Tim Jepang. Pada pertemuan
ini dilaksanakan juga diskusi persiapan pembuatan konten online
Training untuk budidaya Rumput Laut

-
- Koordinasi dan diskusi persiapan pelaksanaan sosialisasi

57
Selasa, 10 Juli 2018
- Pelaksanaan Kegiatan Sosialisi Koordinasi dan diskusi persiapan
pelaksanaan kegiatan sosialisasi dengan stakeholder kegiatan Optimizing
Mariculture Based on Big Data with Decision Support System, kegiatan
diikuti oleh 35 peserta yang berasal dari: Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi NTB, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur,
Balai Budidaya Laut Lombok, Kepala Desa Sreweh, Penyuluh Perikanan
Lombok Timur, BPPSPL – Mataram, Universitas Mataram, Universitas
45 Mataram, WCS, Pembudidaya Rumput Laut dan Kelompok
Pembudidaya.
- Acara dilaksanakan di Hotel Shantika – Mataram, Berlangsung dari jam
09.00 – 14.00 adapun pelaksanaan acara adalah sebagai berikut:
1. Acara dipandu oleh Mohamad Natsir M.Si sekaligus sebagai
moderator sesi 1
2. Pembukaan oleh KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN
SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN
PERIKANAN, PUSRISKAN Bapak Budi Nugraha MS.i
3. Sambutan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
4. Pembukaan Sesi 2 yang dimoderatori Oleh Dr. Ahmad Zamroni
5. Presentasi “SATREPS Project “Optimizing Mariculture based on Big
Data with Decision Support System”” oleh Mohamad Natsir, Prof
Masaaki Wada dan Yoshinori Mine
6. Presentasi “Potensi, Nilai Ekonomi serta Rencana Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB” oleh Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat
7. Presentasi “Potensi, Nilai Ekonomi serta Rencana Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Timur”
oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok
Timur

58
8. Presentasi “Profil dan Peranan Balai Budi Daya Laut Lombok” oleh
Kepala Balai Budidaya Laut Lombok diwakili oleh Dr. Bayu
Priambodo
9. Diskusi
a. Fajar : Dinas Kelautan NTB
• Apresiasi berbasis teknologi, sangat mudah digunakan, real time
dll
• Untuk daerah pesisir: literasi cukup rendah, tingkat Pendidikan
cukup rendah akan menjadi kendala
• Sarpras Hape Android siapa yang akan menyediakan
• Di Theme 3: rekomendasi, perda investasi semua akan berbasis
pada kajian, kalo hasilnya berbentuk spasial maka akan lebh
mudah digunakan, dioverlay ke rekomendasi
• Jawab: Akan disampaikan rekomendasi sesuai dengan kebutuhan
dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi

b. Barmawi BPPSPL
Data, siapa yang akan mendapatkan akses, dan kontinuitas data yang
akan diambil siapa yang akan melanjutkan
Jawab: Data akan disosialisasikan ke masyarakat dan sleuruh
stakeholder, tentu saja sesuai dengan level masing-masing
stakeholder, Roni: keberhasilan dari project sangat tergantung pada
keberhasilan pengumpulan data yang dilakukan.

c. Abdul wahid: staff desa serewe: permasalahan di tingkat budidaya,


kondisi yang kurang baik dari rumput laut, pembudidaya banyak
yang gagal panen, penyebabnya apa, perlu sebuah kajian terkait
kondisi lingkungan perairan, tidak bisa ditentukan kapan melakukan
budidaya yang baik.Buah simalakama, maju kena, mundur kena,
project baru mulai mudah2an dapat menjawab apa yang menjadi
permasalahan pembudidaya, PR buat SATREPS.
59
d. Mohamad Natsir: Komitmen pemda terhadap pembangunan database
terkait budidaya,produksi, harga, jumlah pembudidaya maupun
informasi terkait lainnya
Roni: Akan menjadi highlight
Kadis: Jumlah statistik budidaya, jumlah produksi budidaya, luas
lahan budidaya di provinsi NTB sudah tersedia di statistic, siap untuk
dishare ke Project, dicopy.
Untuk keberhasilan tanam dan prediksi produksi saat masih bersifat
spekulasi dan masih sering gagal, mudah2an dapat dijawab oleh
project ini.

10. Penutupan oleh KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN


SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN
PERIKANAN, PUSRISKAN Bapak Budi Nugraha MS.i

60
11.

- Peserta Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Optimizing Mariculture


Based on Big Data with Decision Support System

- Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Optimizing Mariculture Based on


Big Data with Decision Support System

61
- Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Optimizing Mariculture Based on
Big Data with Decision Support System

- Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Optimizing Mariculture Based on


Big Data with Decision Support System

62
- Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Optimizing Mariculture Based on
Big Data with Decision Support System

63
Rabu, 11 Juli 2018
- Kunjungan ke Gerupuk Instalasi Rumput Laut Balai Budidaya Laut
Lombok dan Tim Jepang.

64
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN


SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI ALAT
Dari : DAN MESIN
Pelaksana PERIKANAN,
Perjalanan PUSRISKAN
Dinas a.n : Moh. Natsir,
M. Si, Budi Nugraha M.Si., Hadhi Nugroho S.t,
Hari/Tanggal : 5 juli 2018
Handy Chandra M.Si.
Lokasi Perjalanan : Instalasi Laboratorim HPC Cibinong –
Dinas Pusat Penelitian Informatika – LIPI
Jadwal Pelaksanaan : Rabu 4 Juli 2018
Lama Perjalanan : 1 Hari

Perjalanan dinas dalam rangka inisiasi dan diskusi kerjasama kegiatan


Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision Support System dengan
Pusat Penelitian Informatika – LIPI dilaksanakan di Intalasi Laboratorium HPC
(High Performance Computing) yang berlokasi di Nagewer Cibinong. Agenda
kegiatan selama perjalanan dians tersebut antara lain diskusi dengan Kepala Pusat
Penelitian Informatika LIPI dan peneliti-peneliti di HPC terkait topik-topik
kerjasama yang dapat dilaksanakan memanfaatkan fasilitas infrastruktur yang
sudah terpasang untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Optimizing Mariculture
Based on Big Data with Decision Support System.
Inisiasi kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi RISTEK
dan hasil JCC meeting dan bertujuan untuk mendetailkan bentuk kerjasama yang
dapat dilaksanakan antara Pusat Riset Perikanan.
Pelaksanaan Kegiatan:
Kegiatan inisiasi dan diskusi kerjasama ini dibuka oleh Kepala Pusat
Penelitian Informatika – LIPI, dilanjutkan dengan presentasi dari Kepala Instalasi
HPC Cibinong yang menjelaskan mengenai spesifikasi, kelompok peneliti,
anggota peneliti dan fokus-fokus kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium
tersebut. Presentasi kedua dilakukan oleh PI kegiatan Optimizing Mariculture
Based on Big Data with Decision Support System yang menjelaskan detail
kegiatan dan beberapa capaian kegiatan yang sudah dilaksanakan, serta potensi-
potensi bidang kerjasama yang bisa dilaksanakan

65
Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi, beberapa poin diskusi yang menjadi
catatan pada pertemuan ini antara lain:
1. Bentuk kerjasama dan peneliti yang akan terlibat akan disesuaikan
dengan kebutuhan analisis dan subyek study yang akan dilaksanakan
(Database, , Machine learning, Big Data dan Modelling Simulasi
Numerik)
2. Akan disusun naskah kerjasama antara Pusat Penelitian Informatika LIPI
dengan Pusat Riset Perikanan terkait pelaksanaan kegiatan kerjasama
Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision Support
System
3. Kolaborasi terkait pengolahan data, analisis data dan capacity building
akan didiskusikan lebih lanjut Bersama dengan Anggota SATREPS
project yang lain.
4. Perlu diinventarisir Bersama sumber sumber pendanaan dari luar LIPI
dan KKP, seperti menyusun proposal untuk mendapatkan pembiyaan dari
INSINAS.
5. Peneliti-peneliti JEPANG akan dijadwalkan untuk mengunjungi fasilitas
Laboratorium HPC di Cibinong sekaligus untuk berdiskusi detail teknis
dengan peneliti-peneliti di HPC LIPI Cibinong
Kegiatan dilanjutkan dengan melihat fasilitas-fasilitas yang ada di
Laboratorium HPC LIPI Cibinong dan penyerahan surat kesediaan untuk
bekerjasama oleh Kepala Pusat Penelitian Informatika – LIPI.

66
Dokumentasi Kegiatan:

Presentasi dan Diskusi

Presentasi dan Diskusi

67
Diskusi dan Kunjungan Ke Fasilitas Komputer

Fasilitas High Perfomance Computing (HPC)

68
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN


SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI ALAT
Dari : DAN MESIN
Pelaksana PERIKANAN,
Perjalanan PUSRISKAN
Dinas a.n : Moh. Natsir,
Eko Susilo
Hari/Tanggal : Selasa – Sabtu
Dan Iwan / 11-15
Malhani
Lokasi Perjalanan : Banyuwangi,
September 2018Gondol
Jadwal
Dinas Pelaksanaan : Selasa – Sabtu / 11-15
Lama Perjalanan : 5 Hari
September 2018

Dalam rangka ujicoba aplikasi MICT-S untuk pendataan hasil tangkapan


berbasis partisipasi nelayan pada pelaksanaan kegiatan Optimizing Mariculture
Based on Big Data with Decision Support System dilaksanakan perjalanan dinas
pada Lokasi Banyuwangi Detail pelaksaan kegiatan tersebut adalah sebagai
berikut:

Selasa 11 September 2018


Perjalanan ke Banyuwangi dan persiapan aplikasi, pembelian Simcard
dan paket internet untuk komunikasi data posisi dan hasil tangkapan. Aktivasi
Simcard dilakukan dengan menggunakan NIK dan Nomer KK masing-masing
nelayan, sehingga sebelum berkumpul di pelabuhan muncar pada tanggal 12
Spetember 2018 nelayan diberitahu untuk membawa NIK dan Fotokopi kartu
keluarga.

Rabu 12 September 2018


Koordinasi dengan pelabuhan perikanan Muncar

69
Koordinasi dengan Ka TU Pelabuhan MUNCAR

Koordinasi dilakukan dengan Ka TU Pelabuhan Perikanan Muncar


Bapak Subiyanto, setelah menyampaikan maksud kedatangan TIM SATREPS,
dan menyampaikan kembali nama-nama Nelayan yang akan menjadi target
ujicoba aplikasi.
Setelah dilakukan koordinasi terkumpul 7 orang nelayan dengan detail
nama sebagai berikut:
1. Edy, pengurus kapal INDAH (status kapal docking)
2. Haji Sholeh, pemilik dan kapten kapal ARTA JAYA
3. Hasan, Pengurus kapal BARON, merangkap ketua HNSI
Banyuwangi
4. Wahid Suryanto, Pemilik Kapal CEWEK
5. Daniel, pemilik kapal SINAR JAYA
6. Sholihin, Pemilik Kapal ARTA JAYA
7. Muhamad Sholeh, Pemilik dan Kapten Kapal JAWARA

70
Pembukaan dan Pengarahan oleh Ka TU Pelabuhan Muncar
sebelum dilakukan diskusi ujicoba

Ujicoba aplikasi dimulai dengan menjelaskan fitur-fitur yang sudah


dikembangkan pada aplikasi MICT-S dan diskusi untuk mendapatkan feedback
terkait aplikasi yang sudah dikembangakan. Beberapa feedback dari nelayan
adalah nama spesies yang perlu diupdate dan unit jumlah tangkapan yang perlu
diubah dari basket menjadi kilogram.
Setelah dilakukan diskusi dan penjelasan dipilih 5 nelayan untuk program
ujicoba yang akan dilakukan, mereka antara lain:
1. Muhamad Sholeh (tanggal lahir 5 agustus 1974), ID:
sholeh.muncar1@icloud.com , Code buka telpon 123456, password
ID: Satreps1, 082144598359
71
2. Sholihin, (tanggal lahir 5 juli 1972), ID
sholihin.muncar2@icloud.com , Code buka telpon 123456, password
ID: Satreps3
3. Hasan Basri, Code buka telpon: 196586, ID :
hasan.muncar4@icloud.com password ID: Satreps3
4. Daniel Thaby, ID: daneltaby@yahoo.com, Code buka telpon:
081191, tanggal lahir (8 November 1991)
5. Wahid Suryanto, Code Buka Telpon: 666999, ID:
suryanto.muncar5@icloud.com, password: Satreps4

Penjelasan aplikasi MICT-S kepada Nelayan

72
Serah Terima Peminjaman HP untuk ujicoba Aplikasi

Muhamad Sholeh Sholihin

Daniel Tabhy Wahid Suryanto

Hasan Basri
73
Sebagai tindak lanjut ujicoba aplikasi tersebut, peneliti pusat riset
perikanan akan kembali ke pelabuhan muncar pada bulan Oktober ini untuk
melakukan evaluasi dan ujicoba langsung di laut pada saat nelayan melakukan
operasi penangkapan. Selain MICT-S, akan dikembangkan MICT-L untuk
melakukan monitoring pendaratan ikan di pelabuhan yang akan dikembangkan di
tablet dan akan diujicoba oleh petugas pencatat staf pelabuhan MUNCAR.

Kamis 13 September 2018


Perjalanan dari Banyuwangi ke Gondol, dilanjutkan dengan koordinasi
dengan Kepala BBRBLPP dan Kasi Kerjasama dan Pelayanan Riset BBRBLPP.
Selanjutnya dilakukan perakitan sensor yang akan dipasang karena sensor-sensor
tersebut dikirim dari Jepang berupa komponen-komponen yang belum dirakit
untuk memudahkan proses cukai. Sensor-sensor ini akan dipasang di KJA Bali
Baramundi (Patas) dan Perindo. Sensor-sensor ini akan dipasang pada buoy
dengan solar panel dan mampu berkomunikasi langsung dengan satelit sehingga
transmit data dapat dilakukan secara real time dan kontinyu. Transmit data terjadi
secara otomatis setiap jam dan langsung dikirim ke server via satelit.

Buoy yang akan dipasangi sensor Modul transmitter dan sensor


sedang dirakit

74
Sensor telah dipasang pada buoy dan ditest dibawah matahari untuk
memastikan solar panel bekerja dengan baik

Jum’at 14 September 2018


Pemasangan sensor yang pertama dilakukan di Patas yaitu di KJA Bali
Baramundi. Untuk mencapai lokasi diperluwakn waktu sekitar 10 menit dengan
perahu dari bibir pantai. Sensor yang dipasang pada berjumlah 4 dengan fungsi
yang berbeda-beda. Kedalaman sensor dalam air disesuaikan dengan kedalaman
jaring apung dan kedalaman air dimana KJA berada.

Perjalanan menuju KJA Bali Baramundi di Patas

75
Sensor-sensor yang akan dipasang Pemasangan sensor di KJA

Konektor pada sensor dihubungkan dengan modul transmitter pada


buoy

Setelah terpasang kemudian dilkukan pemantauan selama 1 jam. Hal ini


dilakukan untuk memastikan bahwa data telah ter-transmit dengan baik.
Pemantauan dilakukan melalui aplikasi di smartphone. Pemantauan selesai
apabila data sudah terbaca melalui aplikasi tersebut dan data telah ter-transmit
dengan baik.
Sensor yang kedua dipasang pada KJA Perindo di Teluk Pegametan.
Sebelum dipasang, terlebih dahulu sensor diambil dari KJA Bapak Iwan. Sensor
yang dipasang disini masih menggunakan tenaga listrik dari darat sebagai daya

76
dan menggunakan signal GSM untuk mentransmit data sehingga dinilai tidak
efisien sehingga diganti dengan buoy bertenaga solar panel.

Sensor diangkat

Transmitter dilepas

Setelah sensor dan transmitter dilepas kemudian dibawa ke KJA Perindo.


Sensor yang kotor dibersihkan dari karang, tritip dan organisme penempel
lainnya. Sensor lama yang berjumlah 3 buah lalu ditambah 1 sensor baru,
kemudian dipasang pada buoy bertenaga solar panel.

77
Sensor sedang dibersihkan Pemasangan sensor

Pemasangan sensor pada buoy

Seperti halnya pada pemasangan sensor yang pertama, setelah terpasang


kemudian dilakukan pemantauan selama 1 jam untuk memastikan bahwa data
telah ter-transmit dengan baik. Pemantauan dilakukan melalui aplikasi di
smartphone dan dapat dikatan selesai apabila data sudah terbaca melalui aplikasi
tersebut yag berarti data telah ter-transmit dengan baik.

Sabtu, 15 Juli 2018


Bertemu dengan Pegawai Pelabuhan MUNCAR dan Perjalanan Pulang

78
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : Kepala Bidang Pemulihan Sumber Daya dan


Teknologi Alat Mesin Perikanan
Dari : Pelaksana Perjalanan Dinas a.n : Ulfah Fayumi,
Hari/Tanggal : S. Pi
Rabu-Minggu/ 12-16 September 2018
Lokasi Perjalanan : Lampung
Lama
Dinas Perjalanan : 5 Hari

Telah dilaksanakan perjalanan dinas dalam rangka survei inisiasi untuk


kegiatan Optimizing mariculture based on big data with DSS (Decision Support
System) in Indonesia. Dilakukan koordinasi dengan Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut Lampung (BBPBL Lampung) dan pembudidaya setempat yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai fenomena red tide di
Lampung. Informasi yang dikumpulkan mengenai red tide mencakup lokasi,
besaran dan waktu terjadinya red tide, parameter kualitas air yang dibutuhkan dan
lokasi yang cocok untuk pemasangan sensor. Pertemuan dan diskusi yang telah
dilakukan membahas tentang kejadian red tide dan monitoring yang biasa
dilakukan. Pertemuan dihadiri oleh Plh Kepala BBPBL Lampung, Kepala Bagian
Tata Usaha, tim perekayasa dan laboratorium BBPBL, peneliti dari Pusat Riset
Perikanan dan Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan serta
tim peneliti Jepang. Selain itu juga dilakukan kunjungan singkat ke fasilitas
budidaya serta laboratorium yang ada di BBPBL Lampung.
Dari hasil diskusi diketahui bahwa pada tahun 2012-2013 red tide yang
terjadi di teluk Lampung termasuk yang paling parah karena menyebabkan
kematian ikan. Terjadinya red tide ini diduga disebabkan oleh adanya intrusi
buangan limbah rumah tangga di sekitar teluk. Hingga tahun 2018, jenis Harmful
Algae Bloom (HAB) yang ditemukan di sekitar Teluk Lampung diantaranya
adalah Cochlodinium polikrikoides, Noctiluca scintillans, Chaetoceros socialis,
Pyrodinium bahamense, Pseudo nitzchia, Alexandrum sp, Gymnodinium sp,
Protoperidinium sp, Trichodesmium sp, Prorocentrum sp dan Dinophysis sp.
Parameter kualitas air yang diperhatikan untuk kejadian red tide adalah DO, suhu,
pH, nutrient, NO3, fosfat, salinitas, dan turbiditas. Arah angin dan arus juga
79
merupakan parameter yang perlu diperhatikan. Ketika kandungan fosfat tinggi
dan nitrogen rendah maka akan terbentuk Dinoflagellata, sedangkan jika
kandungan fosfat rendah dan nitrat tinngi maka akan terbentuk diatom.
Dilakukan suvei lokasi yang sesuai untuk pemasangan sensor. Survei
dilakukan di tiga lokasi yaitu Pahawang, Ringgung dan Condong. Dari diskusi
dengan pembudidaya yang ada di KJA diketahui bahwa red tide biasa terjadi pada
pagi hari setelah terjadi hujan. Ketebalan lapisan dapat mencapai 50 cm namun
jika arus kencang lapisan hanya mencapai 5 cm dan red tide cenderung lebih
terdistribusi. Jika suatu wilayah terkena red tide, hal yang dilakukan
pembudidaya adalah mengkosongkan KJA dan tidak memberikan pakan terhadap
ikan budidaya. Diduga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya red
tide adalah terdapat aktifitas pertanian, pariwisata, limpasan limbah hasil aktifitas
penduduk, serta buangan limbah budidaya dan tambak udang.

80
Dokumentasi Kegiatan:

Diskusi di BBPBL Lampung

Kunjungan singkat ke fasilitas yang ada di BBPBL Lampung

81
Lokasi 1. Ringgung

Lokasi 2 Pahawang

Lokasi 3. Condong

82
LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN SUMBER DAYA DAN


TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN PERIKANAN,PUSRISKAN
Dari : Pelaksana Perjalanan Dinas a.n : Budi Nugraha MSi., M
Natsir, Suyatno, Dwi Imam Mahdi
Hari/Tanggal : Selasa
dan Dwi– Putra
Kamis/Imam
9-13 Mahdi
Desember 2018
Lokasi Perjalanan : Banyuwangi
Dinas Pelaksanaan
Jadwal : Selasa – Kamis/ 9-13 Desember 2018
Lama Perjalanan : 5 Hari

Dalam rangka pemantapan dan pelatihan penggunaan aplikasi


MICT-S untuk pendataan hasil tangkapan berbasis partisipasi nelayan
dilaksanakan perjalanan dinas pada Lokasi Banyuwangi untuk melalukan
on board observation pada kapal kapal yang menjadi mitra dari
pelaksanaan kegiatan Optimizing Mariculture Based on Big Data with
Decision Support System, Detail pelaksaan kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut:
Minggu, 9 Desember 2018
Perjalanan dari Jakarta ke Banyuwangi

Senin, 10 Desember 2018


Koordinasi ke pelabuhan Muncar, melakukan pengecekan
progress dari pendataan landing melalui aplikasi MICT-L (gambar 1 dan
2) dan dilanjutkan persiapan mengikuti kapal ke laut pada sore harinya,
Kapal yang diikuti adalah kapal “JOJON”

83
Gambar 1. Kapal yang diikuti pada operasi hari pertama

Gambar 2. Aplikasi MICT L untuk pendataan landing di Pelabuhan


Muncar

84
Gambar 3. Trek kapal pada hari pertama

Gambar 4. Operasi Kapal Purse Seine Pada Malam – Pagi Hari

85
Gambar 5. Perjalanan Pulang dari Operasi Kapal Purse Seine
Selasa 11 Desember 2018
Perjalanan ke Banyuwangi untuk Budi Nugraha dan Dwi Imam
Mahdi, dilanjutkan persiapan ke laut untuk hari kedua temasuk pembelian
Simcard dan paket internet untuk komunikasi data posisi dan hasil
tangkapan yang baru pergantian dari Daniel ke Pak Supari-KM BINTANG
SEMBILAN. Aktivasi Simcard dilakukan dengan menggunakan NIK dan
Nomer KK petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan
(PP) Muncar bernama Windra Neka.

Gambar 6. SimCard untuk Satreps6 (Pak Supari-BINTANG SEMBILAN)

86
Koordinasi dengan pelabuhan perikanan Muncar
Koordinasi kegiatan dilakukan dengan kedatangan Pak Budi
Nugraha selaku Kepala Bidang Riset Pemulihan Sumber Daya dan
Teknologi Alat dan Mesin Perikanan (Alsinkan) yang sekaligus
melaporkan penempatan peneliti Pusriskan kedalam kegiatan
penangkapan ikan bersama nelayan di PP Muncar.

Gambar 7. Koordinasi dan Penjelasan Pak Budi Nugraha di Pelabuhan


Muncar

Kegiatan on Board Observer Penerapan aplikasi MICT-S di atas kapal


penangkap ikan
Penerapan aplikasi MICT-S dilakukan dengan menempatkan
petugas dari Alsinkan pada 2 kapal nelayan dengan alat tangkap purse
seine. Data yang dicatat adalah jenis ikan yang ditangkap, jumlah
tangkapan, lokasi dan waktu penangkapan. 11-12 Desember 2018, Dwi
Putra Imam Mahdi ditugaskan di atas kapal BINTANG SEMBILAN milik

87
Supari. Dan Suyatno dan Natsir pada kapal ARTA JAYA milik Bapak
Sholikin.

Persiapan Jaring dan Hasil Tangkapan Fishing Ground (FG) 2

Tangkapan FG 3 diangkat dengan katrol Tangkapan FG 3 dimasukan


dalam storage

Ikan dimasukan bersama es Ikan Kembung Fishing Ground 3


Gambar 8. Aktivitas dan Hasil Operasi Kapal Purse Seine

88
Gambar 9. Trek kapal pada hari kedua

Rabu 12 Desember 2018


Koordinasi pergantian nelayan target ujicoba MICT-S
Pengarahan dari Muhamad Natsir terkait pergantian nelayan yang
akan dijadikan target Ujicoba aplikasi MICT-S, Nelayan atas nama Daniel
pemilik kapal SINAR JAYA digantikan oleh Supari pemilik kapal BINTANG
SEMBILAN. Muhamad Natsir memberikan penjelasan singkat mengenai
tujuan dan manfaat penelitian Satreps kepada pak supari, serta petunjuk
dan cara menggunakan aplikasi MICT-S.
Pergantian nelayan target ujicoba MICT-S:

89
0. Daniel Thaby, ID: daneltaby@yahoo.com, Code bukatelpon:
081191, tanggal lahir (8 November 1991) digantikan oleh
Supari, Code Buka Telpon: 123456, ID: Satreps6@icloud.com,
password: Satreps6
Suyatno dan Mohamad Natsir meninggalkan Muncar

Kamis 13 Desember 2018


Serah Terima Peminjaman HP untuk ujicoba Aplikasi
Serah terima dan penandatanganan kontrak peminjaman HP
kepada nelayan Pak Supari dilakukan oleh Staff PP Muncar Pak Windra
Neka.

Gambar 10. Serah Terima Peminjaman Dengan Pak Supari

Pembebanan Anggaran
Kegiatan : 2473 Riset Perikanan
Output : 001 Rekomendasi dan Masukan Kebijakan Riset Perikanan
Suboutput : 003 Rekomendasi dan Masukan Kebijakan Riset Pemulihan
SumberDaya dan Teknologi Alat Mesin Perikanan
Komponen : 051 Riset Rekomendasi Teknologi Alat Mesin Perikanan
Sub Komponen : B Optimizing Mariculture Based in Big Data with DSS (Decision
Support System) in Indonesia
90
Lampiran

Pertanyaan untuk Tes Konten Training Online (Didevelop bersama Pak


Safran dan Pak Ketut Mahardika untuk diupload di konten training
online)

Kenapa penyakit timbul pada budidaya ikan:

1. (B-S) Penyakit timbul apabila terjadi interaksi antara ikan, lingkungan dan
patogen (B)

2. (B-S) Parasit pada umumnya tidak mematikan secara langsung tapi dapat
membuka jalan pada pathogen lain menginfeksi (B)

3. Kenapa budidaya ikan diperlukan (D)

a. Mencegah tangkap lebih (over fishing)


b. Memenuhi permintaan pasar
c. Meningkatkan pendapatan budidaya
d. Semua benar

4. Penyakit bercak putih pada ikan laut disebabkan oleh (B)

a. Trichodina
b. Cryptocarryon irritans
c. Argulus
d. Hirudinea

5. Penyakit cacing kulit (skin flukes) disebabkan oleh: (A)

a. Benedenia
b. Caligus
c. Argulus
d. Cryptocarryon irritans

6. Penyakit infeksi lintah disebabkan oleh: (A)

a. Zelanicobdela arugamensis
b. Benedenia
c. Trichodina
91
d. Scuticociliata

7. Jenis jenis bakteri yang dapat menginfeksi dan menimbulkan penyakit pada
ikan laut budidaya (D)

a. Vibrio Sp.
b. Flexibacter
c. Streptococcus
d. Semua Benar

8. Obat yang boleh digunakan untuk pengobatan ikan yang terserang bakteri,
kecuali: (C)

a. Oksitetrasiklin
b. Eritromisin
c. Malachite green
d. Tetrasiklin

9. Virus yang dapat menyerang ikan laut yang dipelihara di karamba jarring
apung adalah (C)

a. Piscine nodavirus
b. Iriclovirus
c. Herpes virus
d. Piscine nodavirus dan Iridovirus

10. Pencegahan penyebaran penyakit virus pada ikan di KJA, kecuali: (D)

a. Mengambil ikan yang mati


b. Mengambil dan memisahkan
c. Pemberian vitamin pada ikan melalui pakan
d. Membiarkan ikan yang terinfeksi virus sampai mati

92
Lampiran 2. Kuisioner untuk peserta Online Training yang diupload di Konten
Training Online

DAFTAR PERTANYAAN

Nama Responden : (L/P)

Alamat :

Desa/Kelurahan :

Kecamatan :

Kabupaten :

Province :

No. HP&email :

Tanggal Pelatihan : 13 Maret 2018

No Pernyataan Jawaban (check list)


Setuju Tidak Setuju Netral
*Tuliskan
alasan atau
komentar
Anda
I Evaluasi platform FISDOM
1.a. Tampilan website/platform mudah diisi
dan dimengerti serta simple.
1.b Anda menyukai semua
. fungsi/materi/video yang ditampilkan
1.c. Platform cepat untuk dioperasikan
1.d Video ini biasa anda lihat Siang hari
(pagi-sore)
1.e Video ini biasa anda lihat malam hari
93
1.f. E-learning berguna untuk pembudidaya
Ikan Kerapu
1.g Penggunaan e-learning dapat
mengurangi resiko ekonomi pada
budidaya Ikan Kerapu
1.h Implementasi e-learning memerlukan
peran aktif penyuluh perikanan sebagai
salah satu cara diseminasi
1.i Anda Terbiasabelajar cara-cara tentang Jelaskan
teknis budidaya ikan melalui media
online
1.j Instruktur memberi penjelasan kurang
detil
1.k Anda ingin kami mengundang
partisipan lain
II Ekspektasi Pengembangan
Courseware/ Konten
2.a Courseware/konten berguna untuk
pekerjaan Anda
2.b Courseware/konten sesuai dengan
kegiatan budidaya ikan di sini
2.c Courseware/konten akan mudah
dimengerti juga bagi
pembudidaya/pekerja baru.
2.d Jika anda pension (tidak bekerja lagi),
anda akan ingin menyampaikan
pengetahuan anda ke generasi muda
(exp. Anak, pekerja muda dll)
2.e Anda membutuhkan materi lain Tuliskan
detail

94
III Komentar dan Saran (tulis jawaban
anda)
3.a Komentar untuk Platform FISDOM :

Komentar untuk courseware/content:

Komentar untuk peserta:

3.b Saran untuk Platform fisdom:

Saran untuk courseware/content:

95
Saran untuk peserta:

---------------------------------------------------TERIMA KASIH------------------------
-----------------------

96
97
98
99
100

Anda mungkin juga menyukai