Oleh :
Tim Pelaksana :
1. Budi Nugraha Msi. (PJPO)
2. Moh. Natsir M.Si. (Koordinator)
3. Dr. I Nyoman Radiarta (Anggota)
4. Erlania M.Si. (Anggota)
5. Dr. Achmad Zamroni (Anggota)
6. Dr. Handy Chandra (Anggota)
7. Ulfah Fayumi SPi.(Anggota)
8. Hadhi Nugroho ST (Anggota)
9. Iwan Malhani MSc. (Anggota)
10. Regifiji Anggawangsa SPi. (Anggota)
Jakarta,
Mengetahui, Desember 2018
Kabid Riset Pemulihan Sumber Daya dan Koordinator Kegiatan,
Teknologi Alat dan Mesin Perikanan
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
perkenanNya pelaksanaan dan penyusunan laporan kegiatan ini dapat berjalan
dengan baik. Pada tahun 2018 kegiatan yang merupakan salah satu bentuk
dukungan pemerintah Indonesia pada kegiatan kerjasama SATREPS – JICA
Jepang dengan judul yang sama telah memasuki tahun implementasi kegiatan.
Penyusun
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY)
vi
HASIL KEGIATAN PENELITIAN– TAHUN 2018 (Output: Rekomendasi)
Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision Support System
Umum:
Degradasi lingkungan perairan tempat budidaya laut terjadi secara massif diseluruh wilayah Indonesia.
Perubahan iklim, deforestrasi, pencemaran, konversi lahan untuk pemukiman dan proses-proses
antoptogenik lainnya telah menurunkan kapasitas budidaya di berbagai tempat di Indonesia. Selain itu
eutrofikasi akibat pengayaan zat organik secara extrem dan fenomena red tide juga banyak
menimbulkan kerugian budidaya laut yang dilakukan oleh masyarakat. Pentingnya monitoring
lingkungan untuk menjawab berbagai persoalan ini mulai dirasakan dan disadari oleh semua pihak.
Tujuan :
Membangun system monitoring lingkungan perairan, system pengambilan data melalui pengembangan
ICT, pembangunan database untuk sector budidaya laut dan aspek social ekonomi, dan pengembangan
DSS
Kegiatan ini merupakan supporting dari kerjasama penelitian antara Pusat Riset Perikanan dengan
Future university melalui mekanisme SATREPS dari JICA-Jepang. Proyek ini akan melakukan
pengembangan system DSS untuk menunjang budidaya laut yang lebih optimal dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut; pengembangan system monitoring lingkungan perairan, pengembangan
system pengambilan data melalui partisipasi pembudidaya dengan menggunakan ICT, pembangunan
database untuk sektor budidaya laut dan aspek social ekonomi, analisis data dan menghasilkan
rekomendasi melalui DSS dan peningkatan pengetahuan dan kapasitas pembudidaya melalui pelatihan
Hasil:
Pelaksanaan kegiatan tahun 2018 yang sudah dilakukan di beberapa lokasi antara lain; pertemuan-
pertemuan koordinasi dan juga sosialisasi di Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi Lampung,
Kabupaten Buleleng, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Banyuwangi. Pemasangan sensor
monitoring lingkungan perairan sudah ditempatkan di karamba ikan kerapu milik Perindo di teluk
pegametan dan satu karamba kakap putih di daerah Patas. Sensor yang terpasang meliputi adalah sensor
lama yang terdiri dari Kondutivitas, Salinitas, Suhu1, Suhu 2, DO, Suhu 3, Klorofil dan Kekeruhan
(Turbiditas), ditambah dengan sensor untuk mengukur arah dan kecepatan arus.
Pengembangan aplikasi untuk participatory data collection sudah diimplentasikan di Gondol
dan Banyuwangi, 5 pembudidadaya dan 5 nelayan berpartisipasi dalam program tersebut.
Pengembangan e-video learning FISDOM untuk diseminasi budidaya laut sudah berhasil dibuat dan
diluncurkan di Gondol dan sedang dalam pengembanagan di Lombok. Survey pendahuluan terkait red
tide di Lampung telah dilaksanakan dan akan diikuti dengan pemasangan sensor di lokasi yang telah
disepakati sebagai perwakilan dari daerah terdampak red tide. Survey persepsi terhadap kegiatan project
pengembangan sistem DSS sudah dilakukan di Lombok, begitu pula dengan modul pelatihan dan
aplikasi data entry untuk pembudidaya.
Rekomendasi terkait hasil implementasi kegiatan ini antara lain Sistem pengukuran kondisi
lingkungan perairan menunjukkan lokasi keramba jaring apung di teluk pegametan dan daerah patas
masih pada kondisi yang baik. Parameter-parameter lingkugan perairan masih dalam ambang batas
baik, perlu ditingkatkatkan jumlah lokasi yang dicover oleh sistem bouy yang dikembangkan (untuk
lokasi lain) sehingga perubahan lingkugan periaran dan pengaruhnya pada proses budidaya dapat
diketahui. Terkait implementasi participatory data collection melalui aplikasi smartphone, partisipasi
sudah lebih dari 50%, pelibatan pembudidaya dan nelayan sejak awal proses pembuatan aplikasi sangat
menentukan keberhasil dan partisipasi dalam pengumpulan data, monitoring dan koordinasi secara
intensif akan meningkatkan tingkat partisipasi. Jumlah responden nelayan dan pembudidaya pada
participatory data collection perlu ditingkatkan untuk menghasilkan pendataan yang lebih detail dan
lebih baik, 30% coverage dari total populasi merupakan target yang direkomendasikan untuk ujicoba
selanjutnya. E-Video learning tentang proses budidaya kerapu sudah berhasil diluncurkan, peningkatan
diseminasi melalui platform ini akan dapat diketahui setelah evaluasi dilaksanakan. Penentuan lokasi
titik monitoring sensor di Lombok dan Lampung sudah dilaksanakan melalui survei pendahuluan,
sudah ditentukan dua titik lokasi pemasangan sensor yang dapat mewakili perairan yang menjadi lokasi
penelitian.
Realisasi Fisik Kegiatan : 80%
Realisasi Fisik Keuangan :
Satuan Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan
Alamat
: Gedung Balitbang KP II Lt.3, jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Lokasi Kegiatan : Gondol – Bali, Lombok, Lampung, Perancak, Banyuwangi, Jakarta, Bogor
ii
Penanggung : Moh. Natsir Program : Program penelitian dan Mitra : DJPB, Dinas
Jawab
: I Nyoman Radiarta, Erlania, Achmad Zamroni, renstra pengembangan IPTEK kerjasama Kelautan dan
Peneliti Utama Ulfah Fayumi, Handy Chandra, Hadi Nugroho : Rekomendasi dan Masukan Perikanan Prov Bali,
Program Kebijakan Riset Perikanan Kelompok
APBN pembubidadaya/
Anggaran Realisasi Dana : nelayan/Asosiasi
- RM : - RM : pendamping :
Rp. 300.000.000 Pengguna
iii
PENDAHULUAN
1
pasca panen pengolahan terkait. Selain itu, kondisi lingkungan yang diperparah
oleh fenomena perubahan iklim telah menyebabkan banyak masalah pada
kegiatan budidaya laut, misalnya kematian ikan massal, pergeseran musim
tanam rumput laut, terjadinya penyakit, dan penurunan produktivitas budidaya
laut.
Masalah-masalah lingkungan laut dapat membawa dampak jangka
panjang pada kegiatan budidaya laut dan akan menjadi risiko besar bagi
pembangunan berkelanjutan dari budidaya laut. Selain itu, akan memperburuk
kemiskinan yang telah menyebabkan ketahanan rendah masyarakat pesisir dan
juga membawa perubahan kondisi sosial-ekonomi yang kompleks dari
masyarakat pesisir.
Fluktuasi hasil tangkapan nelayan di juga sering menyebabkan
terjadinya kelangkaan bahan baku dan hilangnya pendapatan nelayan, hubungan
antara fluktusasi ini dengan kondisi lingkungan perairan perlu diketahui dan
dianalisis lebih baik
Pentingnya monitoring lingkungan untuk menjawab berbagai persoalan
ini mulai dirasakan dan disadari oleh semua pihak. Penggunaan sistem ICT
dapat dikembangkan untuk mengurangi risiko tersebut.
Menurunnya kondisi lingkungan perairan akibat dari perubahan iklim,
pencemaran dan proses-proses antropogenik lain seperti konversi lahan,
deforestrasi, kegiatan rumah tangga banyak berpengaruh pada kapasitas
budidaya laut. Keterkaitan antara kualitas lingkungan dengan produksi
perikanan budidaya sudah banyak dikaji dan direkomendasikan hasil-hasil
temuannya. Konsep revolusi industry 4.0 yang dicanangkan belakangan ini
sudah teritegrasi ke berbagai sektor, konsep yang ditandai dengan pentingnya
inovasi, internet of thing (IoT) dan era teknologi komunikasi. Kegiatan ini
merupakan salah satu inisiasi implementasi revolusi industry 4.0 pada sektor
perikananan, perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun sistem pengambilan
keputusan (decision support system) yang menganalisis big data budidaya laut
dan perikanan untuk mengoptimalkan proses budidaya yang dilakukan. Big
2
Data yang dibangun bersumber pada data base digital yang terdiri dari: data
kualitas perairan yang dikumpulkan dari real time sensor monitoring yang
diletakkan di lokasi budidaya, data proses budidaya dan perikanan tangkap yang
dikumpulkan melalui participatory data collection dengan aplikasi, data
monitoring lingkungan yang dilakukan melaui survei, data statistik dari tahun
sebelumnya, data penunjang berupa data satelit dan drone untuk pemanfaatan
lahan dan aliran sungai, data simulasi dari parameter-parameter yang relevan,
data sosial ekonomi terkait, serta data dari studi-studi sebelumnya.
Analisis big data dilakukan secara otomatis oleh DSS untuk
menghasilkan rekomendasi terkait carrying capacity dan proses pembudidayaan
yang lebih baik. Secara simultan dilakukan juga peningkatan pengetahuan dan
kapasitas peneliti, pegawai dinas dan pembudidaya melalui pelatihan pelatihan
untuk pemanfaatan system dan aplikasi yang sedang dibuat.
3
BAHAN DAN METODE
Langkah langkah dalam pembangunan big data dan DSS pada kegiatan
ini dilaksanakan sesuai dengan skema pada Gambar 1, antara lain melalui:
1. Pengembangan system monitoring lingkungan perairan, system
pengambilan data melalui pengembangan ICT
2. Pembangunan database untuk sektor budidaya laut, perikanan tangkap
dan aspek sosial ekonomi,
3. Pengembangan DSS untuk kegiatan budidaya laut dan perikanan tangkap
4. Pelatihan dan Pendidikan untuk meningkatkan kapasitas analisis dan
penggunaan DSS yang akan dibangun
LOKASI KEGIATAN
5
Gambar 3. Lokasi dan fokus studi kegiatan
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Gambar 5 Bentuk aplikasi untuk digitalisasi data budidaya laut (MICT-G)
Gambar 6 Ujicoba dan pelatihan aplikasi untuk digitalisasi data budidaya laut
8
Pengembangan aplikasi untuk participatory data collection sudah
diimplentasikan di Gondol dan Banyuwangi, 5 pembudidadaya dan 5 nelayan
berpartisipasi dalam program tersebut.
9
Gambar 8 Proses pemasangan sensor monitoring lingkungan perairan
10
Gambar 10. Pengamatan Kondisi lingkungan perairan
11
Gambar 12. Hasil data screening
12
Gambar 15. Hasil analisis data Klorofil
13
Pengembangan e-video learning FISDOM untuk diseminasi budidaya
laut sudah berhasil dibuat dan diluncurkan di Gondol pada tanggal 23 November
2018. Pelatihan dan orientasi penggunaan platform tersebut oleh pembudidaya,
dinas, penyuluh dan peneliti dibuka langsung oleh Kepala Pusat Riset
Perikanan. Pengembangan konten e-video online dengan materi rumput laut
sedang dikembangkan di Balai Budidaya Laut Lombok.
14
Gambar 19. Penyerahan Sertifikat kepada peerta
KESIMPULAN
Kondisi lingkungan perairan di perairan Pegametan dan Patas masih
pada kondisi yang baik untuk kegiatan budidaya. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa system sensor yang diimplementasikan cukup baik untuk
memonitor kondisi perairan. Aplikasi untuk participaroty data collection sudah
berjalan, beberapa kendala yang muncul antara lain sibuknya pkerja KJA dan
nelayan pada saat di lapangan mengakibatkan sering terlupanya input data,
insentif yang lebih baik harus difikirkan agar partisipasi dapat ditingkatkan. E-
video learning FISDOM sudah berhasil diluncurkan dengan materi pertam
adalah budidaya kerapu., konten konten berikutnya akan disusun untuk
mendukung diseminasi, pelatihan dan pendidikan pegawai dinas, pembudidaya,
penyuluh, dan peneliti.
15
REKOMENDASI
Rekomendasi terkait hasil implementasi kegiatan ini antara lain sistem
pengukuran kondisi lingkungan perairan menunjukkan lokasi keramba jaring
apung di teluk pegametan dan daerah patas masih pada kondisi yang baik.
Parameter-parameter lingkugan perairan masih dalam ambang batas baik, perlu
ditingkatkatkan jumlah lokasi yang dicover oleh sistem bouy yang
dikembangkan (untuk lokasi lain) sehingga perubahan lingkugan periaran dan
pengaruhnya pada proses budidaya dapat diketahui. Terkait implementasi
participatory data collection melalui aplikasi smartphone, partisipasi sudah lebih
dari 50%, pelibatan pembudidaya dan nelayan sejak awal proses pembuatan
aplikasi sangat menentukan keberhasil dan partisipasi dalam pengumpulan data,
monitoring dan koordinasi secara intensif akan meningkatkan tingkat
partisipasi. Jumlah responden nelayan dan pembudidaya pada participatory data
collection perlu ditingkatkan untuk menghasilkan pendataan yang lebih detail
dan lebih baik, 30% coverage dari total populasi merupakan target yang
direkomendasikan untuk ujicoba selanjutnya. E-Video learning tentang proses
budidaya kerapu sudah berhasil diluncurkan, peningkatan diseminasi melalui
platform ini akan dapat diketahui setelah evaluasi dilaksanakan. Penentuan
lokasi titik monitoring sensor di Lombok dan Lampung sudah dilaksanakan
melalui survei pendahuluan, sudah ditentukan dua titik lokasi pemasangan
sensor yang dapat mewakili perairan yang menjadi lokasi penelitian.
16
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PADA
MASYARAKAT PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT DI SEREWE,
LOMBOK TIMUR
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Degradasi lingkungan memiliki dampak negatif pada mata
pencaharian masyarakat pesisir, tidak hanya bagi pembudidaya atau
nelayan, tetapi juga bagi mereka yang terlibat dalam semua aspek bisnis,
seperti perdagangan dan pasca panen. Selain itu, kondisi lingkungan yang
diperparah oleh fenomena perubahan iklim telah menyebabkan banyak
masalah pada kegiatan budidaya laut, misalnya kematian massal ikan-ikan
budidaya, pergeseran musim tanam rumput laut, merebaknya penyakit,
hingga menyebabkan penurunan produktivitas budidaya laut. Masalah-
masalah lingkungan laut dapat membawa dampak jangka panjang pada
kegiatan budidaya laut dan akan menjadi risiko besar bagi keberlanjutan
dari budidaya laut. Selain itu, akan memperburuk kemiskinan dan juga
membawa perubahan kondisi sosial-ekonomi yang kompleks pada
masyarakat pesisir.
Ketimpangan sosial ekonomi yang masih terlihat dalam kehidupan
masyarakat pesisir telah berkontribusi pada distribusi kemiskinan yang
meluas di pesisir. Perilaku ekonomi rumah tangga nelayan dapat menjadi
stimulus baik langsung maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan
perubahan perilaku untuk menghasilkan produktivitas kerja atau usaha
17
(output) dengan memanfaatkan sumberdaya di lingkungan pesisir dan laut.
Tekanan kemiskinan struktural yang melanda kehidupan nelayan
tradisional, sesungguhnya disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks
(Satria, 2002; Suyanto, 2003), yaitu fluktuasi musim-musim ikan,
keterbatasan sumber daya manusia, modal serta akses, jaringan
perdagangan ikan yang eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen,
dampak negatif modernisasi perikanan yang telah mendorong terjadinya
eksploitasi sumber daya laut secara berlebihan.
Proses demikian masih terus berlangsung hingga sekarang dan
dampak lebih lanjut yang sangat terasakan oleh nelayan adalah semakin
menurunnya tingkat pendapatan mereka dan sulitnya memperoleh hasil
tangkapan. Hasil hasil studi tentang tingkat kesejahteraan hidup di
kalangan nelayan, telah menunjukkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan
sosial-ekonomi atau ketimpangan pendapatan merupakan persoalan krusial
yang dihadapi dan tidak mudah untuk diatasi (Kusnadi, 2002).
1.2 Tujuan
18
II. METODE PENELITIAN
20
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Desa Seriwe memiliki luas wilayah sebesar 14,67 Km2 atau
10,27% dari luas wilayah Kecamatan Jerowaru. Desa Seriwe memiliki
batas wilayah pada bagian utara adalah Desa Pemongkong dan sebelah
barat Desa Kwang Rundun sedangkan sebelah selatan dan timur
berbatasan dengan perairan Samudera Hindia dan Teluk Seriwe. Desa
Seriwe terletak di bagian selatan di Kecamatan Jerowaru dan jarak tempuh
menuju kantor Bupati atau pusat pemerintahan Kabupaten Lombok Timur
sebesar 35 km. Desa Seriwe masuk dalam klasifikasi Desa Swakarya.
Desa Swakarya adalah klasifikasi desa peralihan atau transisi antara desa
swadaya ke desa swasembada. Desa Swakarya memiliki ciri sebagai
berikut :
22
pendidikan lulusan SD walaupun pernah merasakan pendidikan lanjutan di
tingkat pertama namun tidak diselesaikan/berhenti ditengah perjalanan
mengeyam pendidikan (28% dari total penduduk). Sumber air yang
digunakan oleh masyarakat Desa Seriwe adalah menggunakan embung
sebanyak 84 unit, bak penampung air hujan sebanyak 32 unit dan membeli
air dengan menggunakan tangka pada pihak swasta sebanyak 5 unit tercatat
dimanfaatkan oleh penduduk sebanyak 1.171 jiwa.
Data Hasil Pengukuran Parameter Oseanogarafi
No Parameter Satuan (Satuan) Nilai
1 Kedalaman D (m) 0,5 – 32
2 Kisaran Pasang A (m) 1,5 – 1,8
Surut
3 Kisaran Arus Laut V (m/s) 0,03 – 0,33
4 Tinggi Ombak H (m) 0,10 – 0,16
Sumber : Sukuryadi (2016:4)
Karakteristik Responden
23
Responden berasal dari berbagai usia yang masih produktif.
Responden terbanyak berada pada rentang usia antara 30 - 50 tahun
sebanyak 50 persen dan < 50 tahun sebanyak 26 persen serta > 30 tahun
sebanyak 23 orang (Tabel...).
24
Dengan demikian, mayoritas responden memiliki pendapatan diatas gaji
UMR rata-rata di Provinsi Bali.
26
3 Saya menggunakan benih 34 0 0 102 setuju
yang cukup umur
4 Metode budidaya yang saat 33 0 1 100 setuju
ini dijalankan masih
memberikan manfaat untuk
penambahan jumlah
produksi
5 Harga jual ikan ditentukan 16 3 15 69 netral
berdasarkan keinginan
pembudidaya
6 Kondisi lingkungan masih 29 5 0 97 setuju
sesuai untuk kegiatan
budidaya
7 Lokasi budidaya rumput 16 10 8 76 netral
laut sudah terlalu padat
tebar
8 Saya mendapatkan bibit 34 0 0 102 setuju
dari pembudidaya yang lain
9 Dibutuhkan keramba 32 2 0 100 setuju
khusus untuk bibit di
Desa/wilayah ini
10 Perlu dilakukan peninjauan 27 4 3 92 setuju
kembali lokasi budidaya
11 Akhir-akhir ini, perubahan 33 0 1 100 setuju
musim berdampak pada
produksi rumput laut
28
yang buruk dan harga yang
menurun.
29
1 Saya senang dengan 7 15 12 63 netral
sistem pemasaran yang
sekarang di desa ini
32
Jumlah
Persepsi Kategori
Bobot
No Variabel
Setuju Netral Tidak
(3) (2) Setuju(1)
Balai Besar (Sekotong)
selalu membantu dalam 78 2 6 86 setuju
3 menyelesaikan masalah
Koperasi selalu
memfasilitasi dalam 39 18 1 58 netral
4 pemasaran rumput laut
Pengumpul mempunyai
peran penting dalam
102 0 0 102 setuju
agribisnis hasil budidaya
5 rumput laut
Sumber : data primer diolah (2017)
4.1. Kesimpulan
Pembudidaya rumput laut di Desa Serewe rata-rata masih berusia
produktif meskipun hampir 50% mempunyai tingkat pendidikan dasar.
Metode budidaya yang digunakan adalah rakit, tancap, dan longline.
Metode longline sangat populer digunakan oleh pembudidaya rumput laut
Desa Serewe dengan alasan dinilai paling efektif dibandingkan dengan
metode budidaya yang lain. Lahan budidaya rumput laut dimiliki oleh
perorangan namun ada juga yang kelompok.
Usaha budidaya di Desa Serewe selama ini sangat membantu
perekonomian masyarakat pesisir desa tersebut, namun kendala penyakit
dan harga rumput laut yang rendah masih menjadi masalahan dalam
peningkatan ekonomi rumah tangga. Disamping itu, diversifikasi produk
rumput laut belum dikembangkan oleh masyarakat terutama istri nelayan.
Kondisi seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan kedepan. Masyarakat
33
dan stakeholder rumput laut yang ada di Desa Serewe maupun di luar Desa
Serewe cukup baik terhadap pengembangan ekonomi pesisir melalui usaha
budidaya rumput laut. Namun perlu disertai dengan pengembangan
agribisnisnya.
Oleh karena itu, pengembangan supply chain dan value chain
rumput laut memerlukan perhatian atau intervensi pemerintah daerah dan
pusat. Pemerintah provinsi juga perlu intervensi terkait dengan pengaturan
lahan budidaya rumput laut di wilayah perairan Desa Serewe. Selain itu,
monitoring terhadap perairan untuk mengetahui penyebab penyakit ice-ice
sudah mendesak dilakukan. Kedepan, peran artifisial intellegent semakin
penting seiring semakin dinamisnya kondisi perairan di Teluk Serewe.
34
LAPORAN PERJALANAN DINAS
36
✓ Tim 3 akan segera melakukan perbaikan-perbaikan terkait konten
online training
✓ Segera dapat di lakukan link ke website Gondol setelah selesai
disusun
✓ Akan dilakukan pengambilan video dan penambahan konten oleh
SATREPS
✓ Online Training dapat diakses pada:
https://pf.fisdom.org/login/index.html
✓ User name dan password akan disediakan oleh SATREPS project
37
Dokumentasi Kegiatan:
1. Persiapan dan Pematangan Konten Training Online Pada tanggal 12
Maret 2018
Team Ujicoba Training Online SATREP dari Jepang dan PUSRISKAN (Nakao,
Watanabe, Saeki, Yamazaki, Natsir, Hadhi)
39
Jalannya Ujicoba Online Training
40
LAPORAN PERJALANAN DINAS
42
15-25 cm dan jarak antar tali ris 1-2 m. Siklus rumput laut sebanyak 6-8
siklus per tahun. Dalam satu periode budidaya selama 45 hari.
- Dilakukan observasi ke tempat pengolahan rumput laut. Rumput laut
yang dihasilkan biasa diolah lebih lanjut untuk meningkatkan harga jual
dengan diolah menjadi produk olahan rumput laut, diantara menjadi
dodol rumput laut, bakso rumput laut, dan kopi rumput laut.
43
• Dilakukan pengelompokan pada mutasi ikan, yaitu mutasi in
(new stock/ ikan yang ditebar, dan perpindahan ikan antar
lubang) serta mutasi out (ikan mati dan ikan yang dipanen).
• Aplikasi ini akan terus dilakukan perbaikan sesuai dengan saran
pembudidaya. Sementara ini update data/ pilihan pada menu
dilakukan oleh penyedia aplikasi, namun harapan dalam 2-3
tahun ke depan pembudidaya dapat melakukan update menu
aplikasi yang sesuai dengan kondisi budidaya di lapangan. Jika
terjadi kesalahan memasukkan data, pembudidaya masih dapat
melakukan perbaikan data dalam hari yang sama.
• Keluaran yang sangat diharapkan pembudidaya dari adanya
aplikasi ini adalah dapat melihat secara langsung grafik
pertumbuhan, pakan, MR/SR dan produksii ikan, dikarenakan
selama ini belum diketahui secara mendetail mengenai grafik
pertumbuhan ikan di KJA, waktu optimal pertumbuhan biota dan
bagaiman pengaruh pada tahap pergantian pakan pellet ke rucah.
• Ikan yang dihasilkan biasa di ekspor ke Australia, Rusia, AS,
Taiwan, Hongkong dalam bentuk fresh.
44
Kamis, 29 Maret 2018
- Dilakukan pelatihan penggunaan aplikasi dengan pembudidaya.
- Menuju banyuwangi
Dokumentasi Kegiatan:
45
Pengikatan rumput laut Hasil panen rumput laut
Tempat pengolahan rumput laut Produk olahan berupa dodol rumput laut
46
Pertemuan dengan Tim Longline
Pembersihan alat dari teritip
Environment
47
LAPORAN PERJALANAN DINAS
49
1. Bpk Hernominjoyo - Koordinator Fungsional - 082176942011
2. Ibu Kurniastuti – Koordinator Fungsional BBPBD – 081369425034
3. Ibu Muawanah – 08127947878
Poin-diskusi
1. Perekayasa di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) - Ibu
Muawanah telah secara rutin melakukan melakukan monitoring
lingkungan perairan dan melakukan studi terkait fenomena red tide
2. Monitoring juga dilakukan terkait penyakit-penyakit yang banyak
ditemukan di para pembudidaya
3. Monitoring KJA dilakukan di Teluk hurun
4. Diskusi akan dilanjutkan besok (tanggal 3 Mei 2018) diawali dengan
kunjungan lapangan ke lokasi KJA di teluk Hurun dan sekitarnya.
50
5. Sudah dilakukan edukasi masyarakat miskin, pulau terkait pemahaman
terkait red tide
6. Proses proses antropogenik yang mempengaruhi kondisi lingkungan
perairan seperti perambahan hutan, akan dilakukan analisis terkait
proses ini dengan menggunakan study penginderaan jauh.
51
Dokumentasi Kegiatan:
52
Observasi Lokasi Hot Spot Red Tide di Teluk Hurun dan Fasilatas KJA Balai
Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL).
53
Presentasi Ibu Muawanah dan diskusi terkait Study RED TIDE yang telah
dilakukan
54
Peninjauan Fasilitas yang ada di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL).
55
Diskusi dengan kelompok Pembudidaya/Nelayan Cahaya MAKMUR Desa
Durian Kecamatan Padang Cermin Pesawaran
56
LAPORAN PERJALANAN DINAS
-
- Koordinasi dan diskusi persiapan pelaksanaan sosialisasi
57
Selasa, 10 Juli 2018
- Pelaksanaan Kegiatan Sosialisi Koordinasi dan diskusi persiapan
pelaksanaan kegiatan sosialisasi dengan stakeholder kegiatan Optimizing
Mariculture Based on Big Data with Decision Support System, kegiatan
diikuti oleh 35 peserta yang berasal dari: Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi NTB, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur,
Balai Budidaya Laut Lombok, Kepala Desa Sreweh, Penyuluh Perikanan
Lombok Timur, BPPSPL – Mataram, Universitas Mataram, Universitas
45 Mataram, WCS, Pembudidaya Rumput Laut dan Kelompok
Pembudidaya.
- Acara dilaksanakan di Hotel Shantika – Mataram, Berlangsung dari jam
09.00 – 14.00 adapun pelaksanaan acara adalah sebagai berikut:
1. Acara dipandu oleh Mohamad Natsir M.Si sekaligus sebagai
moderator sesi 1
2. Pembukaan oleh KEPALA BIDANG RISET PEMULIHAN
SUMBER DAYA DAN TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN
PERIKANAN, PUSRISKAN Bapak Budi Nugraha MS.i
3. Sambutan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB
4. Pembukaan Sesi 2 yang dimoderatori Oleh Dr. Ahmad Zamroni
5. Presentasi “SATREPS Project “Optimizing Mariculture based on Big
Data with Decision Support System”” oleh Mohamad Natsir, Prof
Masaaki Wada dan Yoshinori Mine
6. Presentasi “Potensi, Nilai Ekonomi serta Rencana Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB” oleh Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat
7. Presentasi “Potensi, Nilai Ekonomi serta Rencana Pemanfaatan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Timur”
oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok
Timur
58
8. Presentasi “Profil dan Peranan Balai Budi Daya Laut Lombok” oleh
Kepala Balai Budidaya Laut Lombok diwakili oleh Dr. Bayu
Priambodo
9. Diskusi
a. Fajar : Dinas Kelautan NTB
• Apresiasi berbasis teknologi, sangat mudah digunakan, real time
dll
• Untuk daerah pesisir: literasi cukup rendah, tingkat Pendidikan
cukup rendah akan menjadi kendala
• Sarpras Hape Android siapa yang akan menyediakan
• Di Theme 3: rekomendasi, perda investasi semua akan berbasis
pada kajian, kalo hasilnya berbentuk spasial maka akan lebh
mudah digunakan, dioverlay ke rekomendasi
• Jawab: Akan disampaikan rekomendasi sesuai dengan kebutuhan
dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi
•
b. Barmawi BPPSPL
Data, siapa yang akan mendapatkan akses, dan kontinuitas data yang
akan diambil siapa yang akan melanjutkan
Jawab: Data akan disosialisasikan ke masyarakat dan sleuruh
stakeholder, tentu saja sesuai dengan level masing-masing
stakeholder, Roni: keberhasilan dari project sangat tergantung pada
keberhasilan pengumpulan data yang dilakukan.
60
11.
61
- Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Optimizing Mariculture Based on
Big Data with Decision Support System
62
- Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Optimizing Mariculture Based on
Big Data with Decision Support System
63
Rabu, 11 Juli 2018
- Kunjungan ke Gerupuk Instalasi Rumput Laut Balai Budidaya Laut
Lombok dan Tim Jepang.
64
LAPORAN PERJALANAN DINAS
65
Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi, beberapa poin diskusi yang menjadi
catatan pada pertemuan ini antara lain:
1. Bentuk kerjasama dan peneliti yang akan terlibat akan disesuaikan
dengan kebutuhan analisis dan subyek study yang akan dilaksanakan
(Database, , Machine learning, Big Data dan Modelling Simulasi
Numerik)
2. Akan disusun naskah kerjasama antara Pusat Penelitian Informatika LIPI
dengan Pusat Riset Perikanan terkait pelaksanaan kegiatan kerjasama
Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision Support
System
3. Kolaborasi terkait pengolahan data, analisis data dan capacity building
akan didiskusikan lebih lanjut Bersama dengan Anggota SATREPS
project yang lain.
4. Perlu diinventarisir Bersama sumber sumber pendanaan dari luar LIPI
dan KKP, seperti menyusun proposal untuk mendapatkan pembiyaan dari
INSINAS.
5. Peneliti-peneliti JEPANG akan dijadwalkan untuk mengunjungi fasilitas
Laboratorium HPC di Cibinong sekaligus untuk berdiskusi detail teknis
dengan peneliti-peneliti di HPC LIPI Cibinong
Kegiatan dilanjutkan dengan melihat fasilitas-fasilitas yang ada di
Laboratorium HPC LIPI Cibinong dan penyerahan surat kesediaan untuk
bekerjasama oleh Kepala Pusat Penelitian Informatika – LIPI.
66
Dokumentasi Kegiatan:
67
Diskusi dan Kunjungan Ke Fasilitas Komputer
68
LAPORAN PERJALANAN DINAS
69
Koordinasi dengan Ka TU Pelabuhan MUNCAR
70
Pembukaan dan Pengarahan oleh Ka TU Pelabuhan Muncar
sebelum dilakukan diskusi ujicoba
72
Serah Terima Peminjaman HP untuk ujicoba Aplikasi
Hasan Basri
73
Sebagai tindak lanjut ujicoba aplikasi tersebut, peneliti pusat riset
perikanan akan kembali ke pelabuhan muncar pada bulan Oktober ini untuk
melakukan evaluasi dan ujicoba langsung di laut pada saat nelayan melakukan
operasi penangkapan. Selain MICT-S, akan dikembangkan MICT-L untuk
melakukan monitoring pendaratan ikan di pelabuhan yang akan dikembangkan di
tablet dan akan diujicoba oleh petugas pencatat staf pelabuhan MUNCAR.
74
Sensor telah dipasang pada buoy dan ditest dibawah matahari untuk
memastikan solar panel bekerja dengan baik
75
Sensor-sensor yang akan dipasang Pemasangan sensor di KJA
76
dan menggunakan signal GSM untuk mentransmit data sehingga dinilai tidak
efisien sehingga diganti dengan buoy bertenaga solar panel.
Sensor diangkat
Transmitter dilepas
77
Sensor sedang dibersihkan Pemasangan sensor
78
LAPORAN PERJALANAN DINAS
80
Dokumentasi Kegiatan:
81
Lokasi 1. Ringgung
Lokasi 2 Pahawang
Lokasi 3. Condong
82
LAPORAN PERJALANAN DINAS
83
Gambar 1. Kapal yang diikuti pada operasi hari pertama
84
Gambar 3. Trek kapal pada hari pertama
85
Gambar 5. Perjalanan Pulang dari Operasi Kapal Purse Seine
Selasa 11 Desember 2018
Perjalanan ke Banyuwangi untuk Budi Nugraha dan Dwi Imam
Mahdi, dilanjutkan persiapan ke laut untuk hari kedua temasuk pembelian
Simcard dan paket internet untuk komunikasi data posisi dan hasil
tangkapan yang baru pergantian dari Daniel ke Pak Supari-KM BINTANG
SEMBILAN. Aktivasi Simcard dilakukan dengan menggunakan NIK dan
Nomer KK petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan
(PP) Muncar bernama Windra Neka.
86
Koordinasi dengan pelabuhan perikanan Muncar
Koordinasi kegiatan dilakukan dengan kedatangan Pak Budi
Nugraha selaku Kepala Bidang Riset Pemulihan Sumber Daya dan
Teknologi Alat dan Mesin Perikanan (Alsinkan) yang sekaligus
melaporkan penempatan peneliti Pusriskan kedalam kegiatan
penangkapan ikan bersama nelayan di PP Muncar.
87
Supari. Dan Suyatno dan Natsir pada kapal ARTA JAYA milik Bapak
Sholikin.
88
Gambar 9. Trek kapal pada hari kedua
89
0. Daniel Thaby, ID: daneltaby@yahoo.com, Code bukatelpon:
081191, tanggal lahir (8 November 1991) digantikan oleh
Supari, Code Buka Telpon: 123456, ID: Satreps6@icloud.com,
password: Satreps6
Suyatno dan Mohamad Natsir meninggalkan Muncar
Pembebanan Anggaran
Kegiatan : 2473 Riset Perikanan
Output : 001 Rekomendasi dan Masukan Kebijakan Riset Perikanan
Suboutput : 003 Rekomendasi dan Masukan Kebijakan Riset Pemulihan
SumberDaya dan Teknologi Alat Mesin Perikanan
Komponen : 051 Riset Rekomendasi Teknologi Alat Mesin Perikanan
Sub Komponen : B Optimizing Mariculture Based in Big Data with DSS (Decision
Support System) in Indonesia
90
Lampiran
1. (B-S) Penyakit timbul apabila terjadi interaksi antara ikan, lingkungan dan
patogen (B)
2. (B-S) Parasit pada umumnya tidak mematikan secara langsung tapi dapat
membuka jalan pada pathogen lain menginfeksi (B)
a. Trichodina
b. Cryptocarryon irritans
c. Argulus
d. Hirudinea
a. Benedenia
b. Caligus
c. Argulus
d. Cryptocarryon irritans
a. Zelanicobdela arugamensis
b. Benedenia
c. Trichodina
91
d. Scuticociliata
7. Jenis jenis bakteri yang dapat menginfeksi dan menimbulkan penyakit pada
ikan laut budidaya (D)
a. Vibrio Sp.
b. Flexibacter
c. Streptococcus
d. Semua Benar
8. Obat yang boleh digunakan untuk pengobatan ikan yang terserang bakteri,
kecuali: (C)
a. Oksitetrasiklin
b. Eritromisin
c. Malachite green
d. Tetrasiklin
9. Virus yang dapat menyerang ikan laut yang dipelihara di karamba jarring
apung adalah (C)
a. Piscine nodavirus
b. Iriclovirus
c. Herpes virus
d. Piscine nodavirus dan Iridovirus
10. Pencegahan penyebaran penyakit virus pada ikan di KJA, kecuali: (D)
92
Lampiran 2. Kuisioner untuk peserta Online Training yang diupload di Konten
Training Online
DAFTAR PERTANYAAN
Alamat :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten :
Province :
No. HP&email :
94
III Komentar dan Saran (tulis jawaban
anda)
3.a Komentar untuk Platform FISDOM :
95
Saran untuk peserta:
---------------------------------------------------TERIMA KASIH------------------------
-----------------------
96
97
98
99
100