PENULIS :
Muhammad Jamalludin
Aprillia Krisnawaty
Selviana
Windi Rati Fritiwi
JUDUL BUKU
Panduan Pembuatan Filtrasi Air Dari Limbah Biji Kelor
(Moringga Oleifera) dan Cangkang Kerang dan Penerapan PHBS
PENULIS
Muhammad Jamalludin
Aprillia Krisnawaty
Selviana
Windi Rati Fritiwi
EDITOR
Adil Hafidz Nurfajri
Sapariah
LAYOUTER
M. Maulana Zulkarnain
ALAMAT
Jalan Daya Nasional 78124
No Hp : 0852 4569 6999 (Dr. Maswadi, S.P., M.Sc.)
Email : untanpress@untan.ac.id
DICETAK OLEH
Pusat Ketahanan Jurnal dan Penerbitan (PKJP)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Tanjungpura bekerjasama dengan PD. Aksara Indah
A
lhamdulillahirabbil’aalamin, Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT karena atas izin dan Ridho Nya lah
panduan Pembuatan Filtrasi Air Dari Limbah Biji Kelor
(moringga oleifera) dan Cangkang Kerang dan Penerapan
PHBS Pondok Pesantren dapat diselesaikan. Panduan ini
berisi tentang cara pembuatan alat filtrasi air dari biji kelor dan
cangkang kerang serta panduan penerapan PHBS di pesantren sebagai
upaya peningkatan derajat kesehatan di lingkungan pesantren.
U
ntuk meningkatkan kesehatan santri di Pondok Pesantren dapat
dilakukan melalui pendampingan pembuatan media filtrasi pengolahan
air dengan media Biji Kelor (Moringga Oleifera) dan Cangkang Kerang
serta Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kegiatan ini
mengedepankan metode partisipatif dari santri dan pengelola pesantren.
1
BAB 2
Metode Pelaksanaan
Adapun metode pelaksanaan kegiatan yaitu meliputi sebagai berikut :
1. Sosialisasi Media Filtrasi dari Abu Biji Kelor dan Cangkang Kerang
Metode ini dipilih karena mitra memiliki permasalahan sumber air bersih
sangat terbatas. Materi sosialisasi media filtrasi dipresentasikan oleh pihak
berwenang, seperti Puskesmas bidang Kesehatan Lingkungan dan lain sebagainya.
Pada kegiatan ini juga akan dibagikan modul pelaksanaan kegiatan yang berisikan
tentang pembuatna filtrasi air dengan biji kelor dan cangkang kerang serta
penerapan PHBS di Pesantren. Indikator keberhasilan program ini adalah
terlaksananya pelatihan tentang media filtrasi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan santri menjadi 80%. Keberlanjutan program ini
dapat dilihat dari tindak lanjut setelah kegiatan ini selesai dilaksanakan.
Selanjutnya, menyatukan komitmen terhadap program atau kegiatan yang akan
dilaksanakan dengan mitra untuk menyelesaikan masalah yang urgen bagi mitra.
Pada tahapan pelaksanaan ini juga melibatkan stakeholder atau pihak terkait agar
mendapat dukungan dan pendampingan yang berkelanjutan setelah kegiatan ini
selesai dilaksanakan. Target dalam kegiatan ini adalah meningkatnya
pengetahuan santri tentang pemanfaatan Biji Kelor dan Cangkang Kerang sebagai
media filtrasi penurunan kekeruhan, pH dan kadar besi pada air.
2
3. Sosialisasi PHBS di Pesantren
Metode ini dipilih agar mitra memperoleh pengetahuan dan meningkatkan
wawasan mitra terhadap upaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Indikator keberhasilan program ini adalah terlaksananya sosialisasi tentang PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Pesantren yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan yang luas bagi santri Pesantren menjadi 80%. Materi
sosialisasi PHBS dipresentasikan oleh Petugas Puskesmas bagian sanitasi
lingkungan atau kesehatan lingkungan. Harapannya adalah agar Pihak Puskesmas
dapat terus mendampingi pesantren ini dalam dalam Program Kesehatan di
Pesantren (Poskestren). Sosialisasi akan dilaksanakan penyuluhan dan pemutaran
video PHBS dan penjelasan / ceramah kepada santri. Keberlanjutan program ini
dapat dilihat dari tindak lanjut setelah kegiatan ini selesai dilaksanakan. Target
dalam kegiatan ini adalah terbentuknya komitmen bersama terhadap penerapan
PHBS dilingkungan Pondok Pesantren. Pembentukan Kader PHBS Pesantren,
para kader dibentuk agar dapat menjadi contoh dan mengarahkan santri lainnya
atas program yang sudah diberikan. Dan hal tersebut menjadi dampak
berkelanjutan dari program yang telah dikenalkan.
4. Pendampingan Program
Pendampingan program dilakukan agar pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Tim bersama mitra akan bersama-
sama menyediakan kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pelatihan pembuatan filtrasi air
dan PHBS akan bekerjasama dengan lintas sektor dan stakeholder terkait
seperti pihak Kantor Desa dan Puskesmas.
Pendampingan advokasi juga akan dilakukan bersama-sama dalam
upaya mendapatkan dukungan dan komitmen dari pelaksanaan kegiatan
pendampingan pelatihan pembuatan filtrasi air dan penerapan PHBS bagi
santri Pondok Pesantren (mitra).
5. Temu Lapang
Pada akhir kegiatan dilakukan temu lapang antara tim pelaksana, mitra,
dan melibatkan stakeholder atau pihak terkait agar mendapat dukungan dan
pendampingan yang berkelanjutan setelah kegiatan ini selesai dilaksanakan.
Temu lapang ini bertujuan untuk menyebarluaskan (diseminasi)
diintroduksikan kepada santri yaitu Teknologi Tepat Guna melalui kegiatan
Pelatihan Pendampingan Pembuatan Filtrasi dan Penerapan PHBS di Pondok
Pesantren.
Teknologi pembuatan filtrasi air menggunakan Limbah Biji Kelor
(Moringga oleifera) dan Cangkang Kerang sebagai alternatif menurunkan
kekeruhan dan kadar besi air dan penerapan PHBS adalah solusi atas masalah
yang ada di mitra. Kegiatan ini dilakukan dilokasi kegiatan berupa pertemuan,
penyajian materi, praktek dan pendampingan oleh peserta pelatihan secara
partisipatif dan dipandu oleh tim pelaksana. Temu lapang ini diikuti dengan
kunjungan lapangan (field trip) ketempat penerapan para peserta untuk
3
penyebarluasan teknologi introduksi, pembuatan dan penyebarluasan leaflet
tentang teknologi introduksi dilakukan dan dibagikan kepada peserta temu
lapang.
4
BAB 3
Dasar Teori
3.1 Kegunaan Biji Kelor
Salah satu jenis koagulan alami yang bisa di pakai dan mudah untuk di
dapatkan yaitu Biji Kelor (Moringga Oleifera) adalah tanaman dari familia
Moringgaceae. Biji kelor telah di uji dan efektif sebagai koagulan untuk pengolahan air
dan dapat dibandingkan dengan alum (koagulan sintetik yang biasa digunakan). Serbuk
biji kelor juga memiliki sifat anti mikroba dan dapat mengikat kandungan logam besi
di dalam air serta menetralkan pH (Postnote, 2002). Biji kelor diketahui mengandung
polielektrolit kationik dan flokulan alamiah dengan komposisi kimia berbasis
polipeptida yang mempunyai berat molekul mulai dari 600 sampai 16000 dalton,
mengandung hingga 6 asam amino, sebagai bioflokulan, biji kelor kering dapat
digunakan mengkoagulasi- flokulasi kekeruhan dan warna pada air sungai (Narsiah
dkk,2002).
Di beberapa desa, tanaman kelor ini hanya sebagai pagar hidup dan juga
dimanfaatkan sebagai sayuran. Padahal biji ini dapat digunakan sebagai penjernih air
yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Biji kelor merupakan koagulan alami, biji
dari buah kelor mampu mengadsorpsi dan menetralisir partikel - partikel lumpur serta
logam yang terkandung dalam air sungai. Kelebihan biji kelor dibandingkan koagulan
kimia yang biasa digunakan seperti tawas adalah kemampuannya untuk mengendapkan
berbagai ion logam terlarut, bakteri-bakteri berbahaya. Biji kelor terbukti dapat
menjernihkan air sungai mahakam Kalimantan Timur sehingga memenuhi syarat baku
mutu air bersih dan mudah diperoleh di lingkungan sekitar (Arung, 2002). Penelitian
yang dilakukan Dwirianti (2007) bahwa biji kelor telah dimanfaatkan sebagai koagulan
alami dapat menurunkan kekeruhan air lindi di tempat pengolahan akhir (TPA)
Benowo tanpa menurunkan pH. Selain menurunkan warna, biji kelor juga efektif
menurunkan kadar logam berat. Serbuk biji kelor tanpa kulit ari memberikan efesiensi
penurunan logam Cu2+ lebih besar daripada yang berkulit
5
3.2 Kegunaan Cangkang Kerang
Cangkang kerang digunakan untuk membuat kitosan sebagai koagulan.
Kitosan dapat dijadikan sebagai koagulan penjersnih air untuk menghilangkan
kekeruhan dan material organik pada pengolahan air. Sedangkan koagulan sendiri
adalah bahan yang ditambahkan ke dalam air yang bertujuan untuk menjernihkan
air .
a) Dapat menghilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh.
c) Menghilangkan pencemar yang ada dalam air seperti Zat besi (Fe) atau
mengurangi kadarnya agar air layak untuk diminum.
6
BAB 4
Tahapan dan Proses Pembuatan Filtrasi Air
4.1 Pembuatan Bubuk Biji Kelor
1. Ambil biji kelor yang telah dipisahkan dengan kulitnya, setelah itu jemur
biji kelor sampai benar-benar kering, tujuannya agar mudah saat dihaluskan.
2. Jika biji kelor sudah dihaluskan, pindahkan bahan-bahan tersebut ke
dalam wadah yang siap digunakan.
4.2 Pembuatan Alat Filtrasi
- Alat
a. Gergaji pipa
b. Timbangan
c. Gelas/wadah
d. Pipa ukuran 4 inch panjang 1 meter
e. 1 buah kran air + Sock Drat
f. 2 buah dop ukuran 4 inch
g. Kertas label
h. Wire Mesh 100M ukuran ½ meter
i. 4 buah penyambung pipa ukuran 4 inch
- Bahan
a. Air sungai
b. Biji kelor sebanyak 10 gram
c. Lem
d. Arang aktif ± 2 kg
e. Pasir silika ± 2 kg
f. Cangkang kerang ± 2 kg
Langkah Pembuatan :
1. Pertama-tama, sediakan pipa PVC 4 inch lalu lubangi pipa tersebut disalah
satu sisi, tujuan dilubangi yaitu untuk dipasangi kran air.
2. Setelah dilubangi, langkah selanjutnya yaitu pemasangan sock drat,
pasanglah sock drat pada lubang tadi, setelah sock drat terpasang jangan lupa
diberi lem PVC, setelah lem kering dilanjutkn dengan memasangkan kran air
pada sock drat tersebut.
3. Siapkan alat DOP PVC, ambilah salah satu DOP PVC tersebut kemudian
lubangi pada bagian tengahnya, lubangi bagian tengah tersebut dengan diameter
luabang sebesar pipa PVC ¾ inch (DOP PVc berfungsi untuk menutupi pipa
PVC pada bagian atas dan bawah yang terbuka).
4. Pasanglah DOP PVC yang sudah dilubangi tadi pada bagian atas pipa PVC 4
inc. Dan pasang juga DOP PVC yang satunya lagi pada bagian bawah pipa dan
jangan lupa berikan lem PVC pada pemasangan DOP PVC. Namun, untuk DOP
7
PVC bagian atas tidak perlu diberi lem.
5. Mengisi bahan berupa cangkang kerang, pasir silika dan arang aktif ke dalan
pipa PVC (Untuk pengisian bahan pada pipa bagi menjadi 3 susun, Pada bagian
atas biarkan kosong, bagian kedua diisi cangkang kerang sebanyak 20 cm, bagian
ketiga pasir silika 20 cm, bagian ke empat arang aktif 20 cm dan terakhir
dibiarkan kosong).
6. Dan Alat Filtrasi Selesai
4.3 Pembuatan Alat Koagulan
- Alat dan Bahan
1) Ember berkapasitas 25 liter (bebas memilih ukuran ember), sebanyak 2 pcs
2) Kran air sebanyak 1 pcs + Sock Drat
3) Sock drat sebanyak 4 pcs
4) Pipa PVC ¾ inch (panjang disesuaikan)
5) 1 unit pompa aquarium
6) 2 unit mesin air
7) Selang ¾ inch ukuran 5 meter
8) Elbow ukuran ¾ inch
9) Pipa tee ukuran ¾ inch
8
4.4 Pemasangan Alat/Perakitan Alat
- Alat
1) Kayu
2) Paku
3) Palu
4) Gergaji
9
BAB 5
Ilustrasi Atau Sketsa Penyaringan Air
10
BAB 6
PHBS di Pondok Pesantren
6.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
PHBS adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan agar dapat membudidayakan perilaku hidup bersih dan sehat
di semua bidang kehidupan supaya tercipta pribadi dan lingkungan
yang sehat demi tercapai derajat kesehatan optimal Perilaku hidup
bersih dan sehat seseorang berkaitan dengan peningkatkan kesehatan
individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Menurut teori HL
BLUM diketahui bahwa status kesehatan indivitu erat kaitannya dengan
perilakunya, semakin baik perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan maka status kesehatannya semakin baik.Beberapa masalah
sanitasi sangat umum di pesantren antara lain keterbatasan sarana
sanitasi dan perilaku santri yang belum ber PHBS. Masalah lain juga di
temukan. Sanitasi yang kurang memadai, seperti higiene santri yang
buruk, pengetahuan, sikap, dan perilaku para santri yang kurang
mendukung pola hidup sehat.
11
6.2 Indikator PHBS di Pondok Pesantren
Berikut indikator yang digunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan pondok
pesantren diantaranya adalah :
1. Setiap santri makan makanan yang mengandung unsur zat tenaga,
zat pembangun, zat pengatur seperti nasi, jagung, umbi-umbian,
sayur, buah-buahan, dan kacang-kacangan.
2. Semua santri menggunakan garam yang beryodium untuk
keperluan sehari-hari, karena garam beryodium merupakan garam
yang sudah difortifikasi atau ditambahkan mineral yodium.yodium
berfungsi untuk membantu tubuh memproduksi hormon tiroid yang
berperan dalam mengatur proses metabolisme tubuh.
3. Semua santri Buang Air Besar (BAB) dijamban atau WC.
4. Semua santri Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah buang air
besar dan sebelum makan.
5. Semua santri Menggunakan air bersih dan untuk air minum
dimasak terlebih dahulu.
6. Setiap halaman, perkarangan agar selalu bersih dan bebas dari
sampah dan sarang nyamuk.
7. Semua santri menggosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur.
8. Semua santri tidak merokok.
9. Semua santri berolahraga secara teratur.
12
BAB 7
Penutup
13
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, dkk. 2017. Hubungan perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS)
Terhadap Angka Kejadian Diare Akut Pada santri Pondok Tremas
Kabupaten pacitan.
URL:http://eprints.ums.ac.id/55841/1/NASPUB%20kesmas
%20%20final.pdf. Diakses pada tanggal 24 Juni 2023
URL:https://simbelmawa.kemdikbud.go.id/portal/pengumuman-
pendanaan-pkm-8-bidang-tahun-2023-dikristek/. Diakses pada tanggal
15 Juni 2023
Arung, DT. 2002. Terobosan Biji Kelor sebagai Penjernih Air Sungai.
Jakarta; Suara Merdeka
14
GLOSARI
15
INDEX
16
PROFIL PENULIS
17
18